Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh:
DIII KEPERAWATAN
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha esa karena
berkat dan kasihnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kewarganegaraan
tentang Perkembangan Partai Politik di Indonesia.
Akhir kata dari kami yaitu kami berharap makalah ini bisa berguna bagi
semuanya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam membangun sebuah negara tentu memerlukan adanya landasan hukum. Karena
penduduk yang banyak di Indonesia dengan berbagai macam pendapat akan membuat banyak
perselisihan. Namun dengan adanya peraturan yang tertulis maupun tidak tertulis akan membuat
keadilan antar wilayah. Oleh sebab itu negara Indonesia mempunyai banyak partai politik
dengan berbagai macam visi dan misi.
Pengertian politik secara umum diambil dari bahasa Yunani: politikos yang berarti dari,
untuk, atau yang berkaitan dengan warga negara, adalah proses pembentukan dan pembagian
kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya
dalam negara. Partai politik ialah organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau
dibentuk dengan tujuan umum dengan anggota kelompok yang sudah terorganisir serta
mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama.
Oleh sebab itu penting untuk menciptakan adanya partai politik yang baik dan tidak
melenceng dari tujuan awal.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Demokrasi
2
2.1.4 Macam-macam demokrasi yang didasarkan oleh prinsip ideologi:
1. Demokrasi Liberal: Demokrasi liberal menekankan kepada kebebasan individu
dengan mengabaikan kepentingan umum.
2. Demokrasi Rakyat: Demokrasi rakyat didasari dan dijiwai oleh paham
sosialisme/komunisme yang mengutamakan kepentingan negara atau kepentingan
umum.
3. Demokrasi Pancasila: Demokrasi Pancasila berlaku di Indonesia yang bersumber
dan tata nilai sosial dan budaya bangsa Indonesia serta berasaskan musyawarah
untuk mufakat dengan mengutamakan keseimbangan kepentingan.
2.1.5 Demokrasi dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia
Membicarakan tentang demokrasi dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia, bagaimanapun juga, kita tidak dapat lepas dari alur periodesasi sejarah
politik di Indonesia, yang dapat di bagi dalam tiga masa (Budiardjo, 1998: 69) yaitu
masa Republik Indonesia I (1945-1959), masa Republik Indonesia II (1959-1965)
dan masa Republik Indonesia III (1965-1998).
1. Demokrasi Parlementer / Masa Republik Indonesia I (1945-1959). Dengan
menggunakan UUD Sementara sebagai landasan konstitusionalnya. Periode ini
disebut pemerintahan parlementer. Masa ini merupakan masa kejayaan demokrasi
di Indonesia, karena hampir semua elemen demokrasi dapat ditemukan dalam
kehidupan politik di Indonesia.
2. Demokrasi Terpimpin / Masa Republik Indonesia II (1959-1965). Sejak
berakhirnya Pemilu 1955, Presiden Soekarno sudah menunjukkan gejala ketidak
senangannya kepada partai-partai politik. Hal ini terjadi karena partai politik sangat
berorientasi pada kepentingan ideologinya sendiri dan kurang memperhatikan
kepentingan politik nasional secara menyeluruh. Demokrasi terpimpin merupakan
pernbalikan total dari proses politik yang berjalan pada masa demokrasi
parlementer.
3. Demokrasi dalam Pemerinlahan Orde Baru / Masa Republik Indonesia III (1965-
1998). Dalam negara demokratis, semua warga negara yang mampu dan mernenuhi
syarat mempunyai peluang yang sama untuk mengisi jabatan. Akan tetapi, di
Indonesia, Demokrasi dalam Pemerintahan Orde baru ini mempunyai sistem
rekruitmen yang tertutup, kecuali anggota DPR yang berjumlah 400 orang.
Pengisian jabatan di lembaga tinggi negara, seperti MA, BPK, DPA, dan jabatan-
jabatan dalam birokrasi, dikontrol sepenuhnya oleh lembaga kepresidenan.
Pemilihan Umum. Pemilu pada masa Orde Baru telah dilangsungkan sebanyak
enam kali, dengan frekuensi yang teratur, yaitu setiap lima tahun sekali. Tetapi
dalam penyelenggaraannya, masih jauh dari semangat demokrasi. Pemilu sejak
tahun 1971, dibuat sedemikian rupa sehingga Golkar memenangkan pemilihan
dengan mayoritas mutlak.
3
2.2 Sejarah Partai Politik di Indonesia
Sejarah partai politik Sejarah Partai Politik di Dunia Partai politik pertama-tama
lahir di negara-negara Eropa Barat bersamaan dengan gagasan bahwa rakyat merupakan
fakta yang menentukan dalam proses politik. Dalam hal ini partai politik berperan
sebagai penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di lain pihak. Maka
dalam perkembangannya kemudian partai politik dianggap sebagai menifestasi dari suatu
sistem politik yang demokratis, yang mewakili aspirasi rakyat. Pada permulaannya
peranan partai politik di negara-negara Barat bersifat elitis dan aristokratis, dalam arti
terutama mempertahankan kepentingan golongan bangsawan terhadap tuntutan raja,
namun dalam perkembangannya kemudian peranan tersebut meluas dan berkembang ke
segenap lapisan masyarakat. Hal ini antara lain disebabkan oleh perlunya dukungan yang
menyebar dan merata dari semua golongan masyarakat.
Dengan demikian terjadi pergeseran dari peranan yang bersifat elitis ke peranan
yang meluas dan populis. Perkembangan selanjutnya adalah dari Barat, partai politik
mempengaruhi dan berkembang di negara-negara baru, yaitu di Asia dan Afrika. Partai
politik di negara-negara jajahan sering berperan sebagai pemersatu aspirasi rakyat dan
penggerak ke arah persatuan nasional yang bertujuan mencapai kemerdekaan. Hal ini
terjadi di Indonesia (waktu itu masih Hindia Belanda) serta India. Dan dalam
perkembanganya akhir-akhir ini partai politik umumnya diterima sebagai suatu lembaga
penting terutama di negara-negara yang berdasarkan demokrasi konstitusional, yaitu
sebagai kelengkapan sistem demokrasi suatu negara.
Dalam perkembangannya selanjutnya di dunia barattimbul pula partai yang lahir
di luar parlemen. Partai-partai ini kebanyakan bersandar pada suatu asas atu ideologi atau
weltanschauung tertentu seperti sosialisme, fasisme, komunisme, kristen demokrat, dan
sebagainya. Dalam partai semacam ini disiplin partai lebih ketat. Di barat, ada konsensus
di antara para intelektual tentang masalah politik, yaitu : diterimanya negara
kesejahteraan (welfare state); diidamkannya desentralisasi kekuasaan; sebuah sistem
ekonomi campuran (mixed ekonomy) dan dan pluralisme politik (political pluralism).
Sejarah partai politik di Indonesia Parpol yang pertama ada di Indonesia adalah
De Indische Partij yang pada 25 Desember 1912 dibentuk Douwes Dekker, Tjipto
Mangunkoesoemo dan Ki Hadjar Dewantara ketika Indonesia masih dalam penjajahan
Belanda. Tujuan parpol itu adalah mencapai kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.
Sekalipun paham Indonesia baru ditegaskan pada 28 Oktober 1928 dalam Sumpah
Pemuda, namun para pendiri parpol ini sudah dilandasi oleh pikiran bahwa seluruh rakyat
Hindia Belanda merupakan kesatuan.
Pada tahun 1911 Haji Samanhudi membentuk Sarikat Dagang Islam (SDI)
sebagai organisasi untuk mengejar perbaikan nasib rakyat Indonesia dalam daerah jajahan
Hindia Belanda. Pada tahun 1912 Haji Oemar Said Tjokroaminoto memberikan kepada
SDI nama baru, yaitu Sarikat Islam (SI), karena hendak meluaskan perjuangannya tidak
terbatas pada bidang ekonomi saja. Dengan begitu SI juga melakukan perjuangan politik.
4
Meskipun tidak secara resmi dinamakan partai politik, tetapi melihat sifat perjuangannya
SI adalah satu parpol. Maka boleh dikatakan bahwa sejarah parpol di Indonesia bermula
pada tahun 1912. Setelah itu telah berkembang berbagai parpol di Indonesia, baik yang
berorientasi nasionalisme, agama maupun sosialisme. Di masa penjajahan Belanda jelas
sekali bahwa mayoritas parpol bertujuan mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia,
kecuali beberapa parpol yang dibentuk orang-orang Belanda atau orang-orang yang dekat
dengan kepentingan penjajahan Belanda. Yang menonjol adalah Partai Nasional
Indonesia (PNI) yang mulanya bernama Perserikatan Nasional Indonesia, dibentuk pada
4 Juli 1927 oleh Dr. Tjipto Mangunkusumo, Mr. Sartono, Mr. Iskak Tjokrohadisuryo dan
Mr. Sunaryo . Kemudian pada tahun 1928 berganti nama menjadi Partai Nasional
Indonesia dan dipimpin Ir Sukarno atau Bung Karno yang pada 17 Agustus 1945 bersama
Drs Mohamad Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia atas nama
rakyat Indonesia. Pada 1 Juni 1945 Bung Karno menyampaikan pandangannya depan
Panitya Persiapan Kemerdekaan tentang Pandangan Hidup Bangsa (Weltanschauung).
Uraian yang beliau beri nama Pancasila kemudian diterima sidang dan kemudian dengan
beberapa perubahan redaksional ditetapkan sebagai Dasar Negara Republik Indonesia.
Sejak permulaan berdirinya Republik Indonesia ada partai politik. Semula hendak
dibentuk parpol tunggal, tapi kemudian dimungkinkan berdirinya banyak parpol. Itu
berarti bahwa parpol oleh para Pendiri Negara tidak dinilai bertentangan dengan
pandangan hidup Pancasila, sekalipun asal mulanya di masyarakat Barat yang dasarnya
individualisme dan liberalisme. Namun karena berada dalam masyarakat dengan dasar
Pancasila, parpol itu menyesuaikan eksistensi dan perilakunya dengan nilai dasar
Pancasila, yaitu Perbedaan dalam Kesatuan dan Kesatuan dalam Perbedaan.
Partai Politik di Indonesia masa kini Setelah terjadi Reformasi di Indonesia pada
tahun 1998 kehidupan bangsa sangat berbelok ke sifat-sifat yang mengarah ke pandangan
hidup Barat, yaitu individualisme dan liberalisme. Politik luar negeri AS yang sejak
berakhirnya Perang Dingin sangat kuat mengusahakan agar bangsa-bangsa di dunia
mengikuti pandangan hidupnya, besar dampaknya di Indonesia. Hal itu juga
dimungkinkan oleh dukungan sementara pihak di Indonesia yang mempunyai pandangan
dan kepentingan yang sama dengan AS. Usaha itu antara lain berhasil melakukan
amandemen 4 kali terhadap UUD 1945 sehingga isinya sudah amat mengarah kepada
kehidupan berdasarkan individualisme dan liberalisme. Sebagai akibat dari perubahan itu
makin menguat pandangan tentang kebebasan individu yang mutlak seperti yang ada di
Barat, serta makin lemahnya sikap Perbedaan dalam Kesatuan, Kesatuan dalam
Perbedaan. Perubahan itu juga berdampak pada parpol di Indonesia. Parpol berperilaku
sebagai individu yang bebas dan kuasa penuh tanpa konsiderasi terhadap Kesatuan, yaitu
kepentingan masyarakat dan bangsa. Parpol secara terus terang mengejar pencapaian
kekuasaan untuk mewujudkan kepentingan yang tidak peduli kepada kepentingan umum.
Anggota parpol yang duduk dalam Pemerintah dan Legislatif bukan berfungsi
sebagai wakil Rakyat, melainkan sebagai wakil parpol. Sikap dan perilaku parpol yang
5
sudah amat menyeleweng dari kaidah yang berlaku dalam Pancasila diperparah lagi oleh
sikap dan perilaku banyak anggotanya. Anggota parpol menunjukkan sikap dan perilaku
sesuai dasar kebebasan penuh-mutlak seperti dalam pandangan Barat dan tidak
menghiraukan harmoni dan keselarasan sebagaimana ditetapkan Pancasila. Kaum politik
yang juga makin kuat dipengaruhi cara berpikir Barat mengejar kepentingannya dengan
membentuk parpol tanpa menghiraukan apakah parpol itu memperjuangkan platform
tertentu. Akibatnya adalah tumbuhnya jumlah parpol yang tidak terkendali tanpa ada
identitas politik tertentu bagi masing-masing parpol. Yang membedakannya adalah hanya
nama orang yang memimpin parpol itu. Keadaan demikian menimbulkan kehidupan
politik yang jauh dari mendukung terwujudnya kesejahteraan bangsa. Untuk membangun
kondisi parpol yang sesuai dengan kepentingan masyarakat dan bangsa diperlukan syarat
utama kembalinya Pancasila sebagaiDasar Negara RI secara nyata. Untuk itu haruslah
pertama-tama UUD 1945 dikembalikan kepada keadaanya yang asli sebelum ada
amandemen. Kalau toh dinilai perlu ada perbaikan pada isi UUD1945, hal itu dilakukan
setelah kembali ke keadaan semula dengan mengadakan perbaikan yang sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila. Pebaikan tidak dalam bentuk amandemen, melainkan sebagai
addendum. Kalau ada orang mengatakan bahwa Pancasila adalah satu ideologi terbuka,
itu tidak berarti bahwa Pancasila dapat diubah dengan nilai-nilai yang bertentangan dan
berbeda dengan Pancasila. Sebab Pancasila adalah Isi Jiwa bangsa Indonesia, maka
mengubah Pancasila berarti menghasilkan Jati Diri lain yang bukan bangsa Indonesia.
Berdasarkan UUD 1945 yang asli dibuat UU Partai Politik yang sesuai dan tidak
bertentangan dengan UUD 1945 dan Pancasila. Hal ini merupakan landasan bagi tempat
dan peran Partai Politik dalam sistem Pancasila yang tidak mungkin sama dengan tempat
dan peran parpol dalam sistem Barat. Hal ini pasti mendapat perlawanan dari mereka
yang sudah memperoleh keuntungan dari penyelewengan yang terjadi di Indonesia.
Mereka membanggakan Indonesia sekarang sebagai Negara Demokrasi Ketiga Terbesar
di dunia, setelah India dan AS.
Buat mereka demokrasi hanyalah demokrasi Barat, demokrasi liberal. Kalau tidak
itu maka itu bukan demokrasi. Atas dasar itu mereka mengatakan bahwa merupakan
kesalahan besar mengubah keadaan sekarang, sebab mereka tidak peduli bahwa itu
menimbulkan kondisi yang merugikan secara mendasar kepentingan masyarakat dan
bangsa. Mereka menjustifikasi berbagai keadaan yang buruk sekarang sebagai hal yang
lumrah dalam pertumbuhan demokrasi di Indonesia. Sesuai dengan perkembangan
internasional, mereka akan mendapat dukungan terbuka atau terselubung dari negara-
negara yang berorientasi Barat dan mempunyai kepentingan di Indonesia. Sebab itu
seluruh Rakyat Indonesia yang dirugikan oleh perkembangan sekarang yang
menyeleweng dari Dasar Negara RI harus menyatukan barisan dan memperjuangkan
dengan tekad dan komitmen kuat agar UUD 1945 yang asli berlaku kembali di NKRI.
6
2.3 Perkembangan Partai Politik di Indonesia
Pemilu 1997 diselenggarakan pada 29 Mei 1997 untuk memilih anggota DPR dan
DPRD tingkat I dan II. Pemilu ini dimenangkan oleh Golongan Karya. Pemilu ini
merupakan pemilu terakhir pada masa Orde Baru.
Keberadaan partai politik di Indonesia membawa pengaruh besar terhadap
masyarakat Indonesia untuk melihat kogruensi janji politiknya yang memberikan
penyalur aspirasi kepada masyarakat. Adapun yang menjadi fungsi dan tujuan partai
politik antara lain menurut Putra, (2003:15)
1. Pendidikan Politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga Negara
Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara;
2. Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
untuk kesejahteraan masyarakat;
3. Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam
merumuskan dan menetapkan kebijakan Negara;
4. Partisipasi politik warga Negara Indonesia ; dan
5. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme
demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.
7
Dengan demikian dapat diketahui, bahwa partai politik memiliki beberapa fungsi
yaitu sebagai sarana pendidikan politik, artikulasi politik, komunikasi politik,
sosialisasi politik, agregasi politik, dan rekrutmen. sehingga partai politik
mempengaruhi sistem politik untuk pencapaian Negara yang demokratis dan warga
Negara masyarakat Indonesia akan memiliki kesadaran dalam kehidupan berpolitik.
Jadi dapat dikatakan bahwa peranan partai politik adalah sebagai sarana untuk
menghimpun aspirasi, artikulasi dan agregasi kepentingan yang dilakukan kepada
masyarakat untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu untuk mempengaruhi
pembuatan kebijakan publik. Selain memiliki fungsi, partai politik juga mempunyai
tujuan, dimana tujuan partai politik adalah mewujudkan cita-cita bangsa,
mengembangkan kehidupan demokrasi bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dengan
adanya partai politik ini masyarakat Indonesia semakin mengenal pendidikan politik
yang diberikan partai politik kepada masyarakat.
Adapun tujuan dari partai politik seperti yang tercantum dalam Undang-undang
Nomor. 2 Tahun 2008 pasal 10 Ayat 1-3 tentang Partai Politik yang menunjukkan
tujuan dari partai politik yakni tujuan partai politik tersebut dibagi dua yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus.
Jadi fungsi dan tujuan partai politik dapat disimpulkan sebagai organisasi resmi
penyalur aspirasi masyarakat yang memiliki kekuatan politik, ikut menentukan
proses pembentukan kekuasaan pemerintah secara legal (diakui berkekuatan hukum)
mempunyai hak beraktifitas merebut dan mempertahankan kekuasaan politik.
8
Kasus I : Setya Novanto
Setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus korupsi pengadaan e-KTP oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Ketua DPR Setya Novanto membantah dirinya terlibat.
Menurutnya tuduhan tersebut tidak beralasan.
"Saya percaya bahwa Allah SWT Maha Tahu apa yang saya lakukan, dan Insya Allah apa
yang dituduhkan itu tidak benar," kata Novanto dalam konferensi pers di Gedung DPR,
Selasa (18/7) seperti dilansir Kompas.
Menurut KPK, Setya Novanto "memainkan peran baik dalam proses perencanaan dan
pembahasan anggaran di DPR, serta proses pengadaan barang/jasa dalam proyek e-KTP."
Skandal korupsi e-KTP bukan perkara pertama yang membelit anak didik pengusaha kakap
Sudwikatmono itu. Sejak aktif menjadi pengusaha dan lalu politisi, Setnov berulangkali
berada dalam bidikan aparat hukum. Sejauh ini ia berhasil lolos.
9
Berikut dosa-dosa dalam pembangunan nasional yang membelit Setya Novanto.
10
5. Kasus Dugaan Korupsi Pengadaan E-KTP – 2013
Kesaksian lain Nazaruddin menyebut Setya Novanto dan mantan Ketua Umum
Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, sebagai pengendali utama proyek pengadaan e-
KTP. Saat itu Setnov disebut meminta uang jasa sebesar 10 persen kepada Paulus
Tannos, pemilik PT Sandipala Arthaputra yang memenangkan tender E-KTP.
Menurut Nazaruddin, uang tersebut dibagi-bagikan kepada anggota DPR untuk
memuluskan proyek e-KTP. Kepada Tempo, Setya Novanto membantah semua tudingan
yang diarahkan kepadanya. Kerugian negara ditaksir sebesar 2,3 triliun Rupiah.
Hingga kini kasus tersebut masih ditangani oleh KPK. Saat Setnov terpilih
sebagai ketua DPR, mantan Ketua KPK Abraham Samad mengungkapkan
"penyesalannya, karena yang bersangkutan punya potensi mempunyai masalah hukum
dan bisa merusak citra DPR."
6. Skandal Perpanjangan Kontrak Freeport – 2015
Pada akhir 2015 Setya Novanto kembali mencetak skandal setelah mencatut nama
Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla. Dalam rekaman pembicaraan yang
diajukan ke pengadilan, Ia menjanjikan perpanjangan kontrak Freeport dengan syarat
diberikan jatah saham.
Namun Setnov kemudian mengajukan uji materi atas Undang-Undang Informasi
dan Transaksi Elektronik ke Mahkamah Konstitusi. MK menyatakan bahwa rekaman
tersebut tidak bisa menjadi bukti karena dianggap ilegal. Oleh Mahkamah Kehormatan
Dewan, Setnov hanya dijatuhkan sanksi pelanggaran sedang dan pada April 2016
Kejaksaan Agung menyatakan bahwa kasus tersebut diendapkan. rzn/as (dari berbagai
sumber)
11
bermuatan politis. Fenomena gaya berpolitik oposisi ini menjadi penanda buruk untuk
menjadikan Pilpres 2019 sebagai medan pertarungan mencari pemimpin yang baik.
Namun ini sudah menjadi bahan politik yang menjadi pokok pembicaraan tanpa ada
penjelasan langsung dari Ratna Sarumpaet, termasuk konferensi pers yang dilakukan oleh
Prabowo.
Politikus Partai Golkar Nusron Wahid menyebut kebohongan Ratna Sarumpaet
merupakan tragedi demokrasi. Bukan hanya melibatkan Ratna pribadi namun juga elite
politik yang berseberangan dengan pemerintah.
Nusron mengaku merekam semua jejak digital di media daring maupun cetak terkait
kasus dugaan penganiayaan Ratna. Di awal Oktober, hampir semua elite politik oposisi
menyudutkan aparat keamanan yang dituding tak mampu melindungi warga negaranya.
Jejak digital menunjukkan ada sekitar 453 berita dan artikel tentang dugaan penganiayaan
Ratna dan reaksi dari elite oposan. Namun sehari kemudian elite oposan seakan cuci
tangan. Tak cuma elite politik, Nusron bahkan tak habis pikir dengan pernyataan calon
presiden Prabowo Subianto yang begitu tendensius membela namun kemudian mengaku
merasa dibohongi setelah Ratna memberi klarifikasi.
Sebagai salah satu tokoh nasional, kata Nusron, semestinya Prabowo tak
terkecuali para oposan mengeluarkan pernyataan berbasis data yang berintegritas dan
kredibel. Elite politik kontra pemerintah menurut Nusron seharusnya malu menggunakan
Ratna sebagai alat untuk menyerang pemerintah bahkan menyudutkan kepolisian apalagi
menggunakan data dan informasi tidak valid.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demi menjaga keadilan dan kesejahteraan warga negara Indonesia marilah kita
mematuhi semua aturan yang telah dibuat dan disahkan bersama. Agar dapat mengurangi
rasa iri, dicurangi maupun kecewa karena telah mempercayakan kepemimpinan politik
kepada orang yang salah. Semua orang harus menerima konsekuensi dari apa yang telah
diperbuatnya.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini semoga masyarakat dapat menambah wawasannya tentang
keadaan nyata pertai politik saat ini yang ada di Indonesia. Semoga untuk tahun-tahun
berikutnya masyarakat dapat lebih teliti untuk memilih pemimpin Indonesia yang
bertujuan sama dengan visi misi diawal pemilu.
14
DAFTAR PUSTAKA
Thomas Meyer, Peran Partai Politik dalam Sebuah Demokrasi: Sembilan Tesis. Jakarta:
Friederich-Ebert-Stiftung, 2012
Dirk Tomsa, Party, Politics and Democratization in Indonesia: Golkar in the Post-Suharto Era,
New York: Routledge, 2008
Syamsuddin Haris, Partai, Pemilu dan Parlementer Era Reformasi. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor, 2014
https://maratussyolikha.wordpress.com/2017/10/27/makalah-pkn-tentang-demokrasi-di-
indonesia-dan-contoh-kasus-demokrasi/
http://eprints.umm.ac.id/27531/1/jiptummpp-gdl-sariningti-33948-2-babi.pdf
https://www.gurugeografi.id/2017/11/perkembangan-partai-politik-di.html
15
16