Вы находитесь на странице: 1из 12

CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY’S ASSIGNMENTS

Dosen:
Dr. Soemarsono SE., MH., Ak., CA.

Disusun oleh:
Febryanti Wahyuningrum 123011711023

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
0
2018
IMPLEMENTASI CREATING SHARED VALUE DALAM
PENGELOLAAN EKONOMI

Perseroan mendefinisikan pemasok sebagai mitra kerja yang mendukung


upaya Perseroan dalam menjalankan kegiatannya. Perseroan didukung oleh
pemasok barang material konstruksi maupun jasa-jasa lainnya. Perseroan terus
memastikan dan menjamin setiap pemasok diberlakukan secara adil dan transparan.
Pada tahun 2017, Waskita bekerjasama dengan 1.406 pemasok barang, dan 509
pemasok jasa. Namun, Hingga akhir tahun 2017, tidak terdapat perubahan yang
signifikan sehubungan dengan lokasi dan struktur modal saham.

Analisis: Dalam pengimplementasian Creating Share Value dalam pengelolaan


ekonomi, PT Waskita Karya belum dapat memenuhi. Menurut analisis, PT Waskita
Karya Tbk belum berfokus pada supplier maupun customer nya untuk
meningkatkan profit. Berdasarkan hasil analisa, Perseroan masih berfokus kepada
tanggung jawab sosial nya terhadap masyarakat dan pegawai. Dikarenakan
Perseroan bergerak di bidang jasa konstruksi yang lebih berfokus kepada
keselamatan pegawai dan kesejahteraan masyarakat sekitar, hal ini dapat menjadi
masuk akal apabila Perseroan belum berfokus kepada mensejahterakan supplier
atau pelanggan-nya.

IMPLEMENTASI CREATING SHARED VALUE DALAM


PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

Perseroan meyakini bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) adalah salah satu
pemangku kepentingan yang memiliki peran vital dalam memastikan keberhasilan
dan kesinambungan usaha, yang oleh karenanya dapat dipenuhi harapannya dengan
kemampuan Perseroan. Dalam rangka memastikan pemenuhan harapan tersebut,
Perseroan menjalankan berbagai program dan kegiatan yang mencakup
pelaksanaan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi, pelaksanaan penilaian
kinerja dan penerapan manajemen kinerja, serta pemberian kesejahteraan sesuai
dengan kontribusi, pasar tenaga kerja dan kemampuan Perseroan.

1
Mengingat peningkatan kompetensi menjadi salah satu kunci keberhasilan usaha,
Perseroan merancang program pelatihan secara komprehensif, yang dimulai sejak
proses rekrutmen, diikuti pelaksanaan pelatihan pada tiap-tiap jenjang operasional
hingga jenjang manajemen dan penetapan jenjang karir sesuai kompetensi.
Perseroan juga memfasilitasi kegiatan Serikat Pekerja, sebagai wadah para
karyawan dalam menyalurkan dan mengekspresikan harapannya, sekaligus sebagai
mitra bagi Perseroan dalam menyelesaikan persoalan terkait hubungan kerja dan
masalah ketenagakerjaan lainnya. Perseroan menyadari bahwa hubungan kerja yang
baik antara Perseroan dengan pegawai merupakan prasyarat utama dalam mencapai visi,
misi, dan tujuan Perseroan. Kegiatan bisnis dapat berjalan dengan lancar, dan Perseroan
meraih laba serta tumbuh dan berkembang sesuai dengan target yang ditetapkan apabila
lingkungan kerja sehat serta saling bersinergi.

Sementara itu, upaya yang dilakukan Perseroan untuk mewujudkan


kesejahteraan pemangku kepentingan interrnal, terutama Pegawai, dilakukan dengan
memenuhi hak-haknya sebagai pekerja. Selain memberikan remunerasi yang sesuai,
menyelenggarakan berbagai pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan, Waskita juga
sangat peduli terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk menuju
kecelakaan kerja nihil.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memiliki makna strategis bagi keberlanjutan
bisnis Waskita. Sebab itu, aspek keselamatan dan kesehatan kerja ditempatkan sebagai
prioritas utama dari awal pengerjaan proyek sampai dengan akhir pelaksanaan
pekerjaan. Penerapan dan pemeliharaan perilaku yang dapat mewujudkan keselamatan
dan kesehatan kerja merupakan suatu keharusan. Dengan komitmen seperti itulah,
harapan terciptanya kecelekaan kerja nihil akan bisa diwujudkan.
Pada tahun 2017, realisasi biaya pengembangan dan pelatihan SDM sebesar
Rp8,5 miliar meningkat dibandingkan tahun 2016 sebesar Rp5,5miliar. Realisasi
jumlah jam pelatihan per orang per tahun pada tahun 2017 mencapai 53,98 jam/
orang/tahun. Sementara itu, untuk K3, kami terus melakukan berbagai langkah untuk
mewujudkan kecelakaan kerja nihil.

2
Analisis: Dalam hal pengimplementasian CSV di bidang Pengelolaan Sumber
Daya Manusia, upaya yang dilakukan oleh perseroan adalah meningkatkan biaya
pengembangan dan pelatihan SDM dimana tahun ini tercatat meningkat sebesar 3
Milliar. Hal ini bertujuan dengan memahami pekerjaan dengan memberikan jam
training yang cukuup memadai dan dengan membuka tempat untuk berdiskusi antar
pegawai yaitu melalui serikat pekerja, PT Waskita Karya secara tidak langsung juga
membantu menekan beban maupun santunan yang harus dikeluarkan untuk
kecelakaan kerja yang dialami oleh para pegawai baik dari kecelakaan kerja kecil
hingga meninggal dunia.

Selama tahun 2017, program K3 yang dijalankan Waskita adalah sebagai berikut:
1. Audit internal & eksternal
a. Upaya agar tidak terjadi kecelakaan fatal
b. Sharing knowledge K3L
c. bimbingan fungsional sistim k3L
d. Site visit project terkait K3L
e. Monthly Safety Awareness
2. Upaya agar tidak terjadi kegagalan konstruksi
a. Sharing knowledge mutu
b. bimbingan fungsional sistim mutu
c. Pengumpulan metode dan instruksi kerja
d. Site visit project terkait mutu

3
3. Upaya agar tidak ada kasus pencemaran lingkungan dengan skala besar
(nasional)
a. Pengukuran lingkungan
b. Pencatatan dan pelaporan kejadian tumpahan
4. Menyediakan fasilitas Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang
disediakan di kantor dan di site:
a. Fasilitas kesehatan di kantor
• Klinik Waskita yang dipimpin oleh Kepala Klinik yang
bersertifikat Hiperkes
b. Fasilitas kesehatan di site
Fasilitas P3K sesuai dengan Permenakertrans No. Per-
15/MeN/Viii/2008 yaitu;
• Ruang P3K
• Kotak P3K dan isi
• Alat evakuasi dan transportasi
• Fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau
peralatan khusus di tempat kerja yang memiliki potensi bahaya
yang bersifat khusus

IMPLEMENTASI CREATING SHARED VALUE UNTUK


KESEJAHTERAAN KOMUNITAS SEKITAR

Perseroan berkomitmen untuk menjalin hubungan yang harmonis dan


berkualitas dengan masyarakat sekitar sebagai salah satu pemangku kepentingan
dan berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai sumber daya yang
tersedia. Untuk itu, Perseroan menjalankan program-program kegiatan pada kelima
pilar inisiatif strategis CSR, dengan mengalokasikan sejumlah dana yang memadai
untuk memastikan keberhasilan pencapaian target-target dalam program dimaksud.
Perseroan berupaya keras agar dana yang dialokasikan tersebut memberi dampak
optimal terhadap kondisi lingkungan dan pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat sebagai penerima manfaat pada pelaksanaan program yang berkaitan

4
dengan upaya penjagaan dan perbaikan kondisi lingkungan, Perseroan melibatkan
pihak ketiga yang kompeten dalam memeriksa dan memastikan pemenuhan
ketentuan baku mutu lingkungan yang berlaku.

1.1 PENGELOLAAN BAHAN BAKU


Perseroan juga berupaya memastikan terjadinya penurunan emisi gas
CO2 per volume produksi, konsumsi air per volume produksi dan besaran
konsumsi energi per volume produksi sebagai bentuk kontribusi PT Waskita
Karya Tbk dalam mendukung pencapaian pembangunan berkelanjutan. Sesuai
konsep green construction yang dipegang Perseroan, maka Waskita berupaya
untuk menggunakan bahan material yang ramah lingkungan, termasuk dalam
material penyusun konstruksi berupa beton. Menurut The Institution of Structural
Engineers/ise (1999), material penyusun beton yang ramah lingkungan
mengandung manfaat berupa: (1). pengurangan emisi gas rumah kaca (terbesar
adalah Co2), (2) efisiensi energi dan material dasar, (3) penggunaan material
buangan/waste, dan dan (4) pengurangan efek yang mengganggu kesehatan/
keselamatan pada pengguna konstruksi, baik yang timbul selama proses
konstruksi ataupun yang timbul selama operasi bangunan, dengan menggunakan
Konsep 4R (Reduce, Refurbish, Reuse and Recycle).
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang instrastruktur, terutama
pembuatan jalan, Waskita banyak menggunaan bahan material utama dari
alam, seperti pasir, semen, kerikil, air, bijih besi untuk tiang pancang dan plat
besi, dan sebagainya. Dengan penggunaan sumber material tersebut, termasuk
dari pemasok, maka Perseroan turut serta mengubah bentang alam sehingga
berdampak pada lingkungan. oleh karena itu, Waskita berkomitmen untuk
menggunakan bahan material tersebut secara bijaksana agar tidak banyak yang
terbuang sebagai limbah.
Jika memungkinkan, Perseroan akan menggunakan ulang bahan material
yang ada. Dalam pembuatan beton pracetak misalnya, Waskita tidak langsung
membuang air bekas dari pembersihan alat beton yang mengandung semen, tapi

5
mengumpulkannya dalam bak tampung agar sisa semennya mengendap. Setelah
limbah semen mengendap, maka airnya bisa dimanfaatkan kembali untuk
membuat atau memproduksi beton pracetak kembali.
Kebijakan untuk menggunakan air dari hasil daur ulang ini otomatis akan
mengurangi penggunaan air, sekaligus tidak mencemari lingkungan. Selain itu,
limbah semen yang mengendap tersebut kemudian disaring dan bisa
dimanfaatkan untuk pengerasan jalan kerja, bukan untuk pembangunan konstruksi.
Kebijakan lain, untuk mengurangi limbah besi yang digunakan dalam
proyek, Waskita akan memesan besi sesuai dengan panjang yang dibutuhkan,
tidak harus dengan panjang 12 meter sesuai standar dari pabrik. Hal ini
dimungkinkan dengan syarat pesanan besi dengan ukuran tertentu tersebut
minimal 200 ton. Selain mengurangi limbah, kebijakan ini juga akan memangkas
waktu kerja dan biaya. Manfaat lain, kebijakan ini sekaligus bisa mengurangi
risiko kecelakaan kerja karena pekerja tidak harus memotong besi-besi sesuai
ukuran yang dibutuhkan di proyek, sebaliknya mereka tinggal merangkai.

Analisis: PT Waskita Karya berkomitmen untuk menggunakan bahan material


tersebut secara bijaksana agar tidak banyak yang terbuang sebagai limbah dan
jika memungkinkan Perseroan akan menggunakan ulang bahan material yang ada.
Creating Shared Value yang dibangun oleh Perseroan dalam program Social
Responsibility juga berdampak kepada penekanan beban yang dikeluarkan oleh
Perseroan dalam pembelian bahan baku seperti yang tabel beban bahan baku
Perseroan tahun 2017 berikut ini:

6
Tertera untuk Produk Beton, Beban Bahan Baku turun 67% atau sekitar
Rp 399,479,897,000 dibandingkan dengan tahun lalu dikarenakan perseroan
berhasil mengelola bahan baku yang digunakan untuk tetap memaksimalkan
limbah bekas produksi atau material yang terbuat dari alam.

1.2 PENGEMBANGAN DALAM BIDANG USAHA, PRODUK, DAN JASA


LAYANAN
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, Waskita menjalankan
kegiatan usaha dalam industri konstruksi, industri pabrikasi, jasa penyewaan, jasa
keagenan, investasi, agro industri, perdagangan, pengelolaan kawasan, layanan jasa
peningkatan kemampuan di bidang jasa konstruksi, teknologi informasi serta
kepariwisataan dan pengembang dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan
Terbatas. Kegiatan usaha Perseroan yang saat ini telah dijalankan adalah
kegiatan pelaksanaan konstruksi dan pekerjaan terintegrasi Enginering,
Procurement and Construction (EPC).
Menggeliatnya pembangunan infrastruktur tak lepas dari komitmen
Presiden Joko Widodo yang menjadikan sektor infrastruktur sebagai prioritas.
Dalam rentang waktu 2015-2019, pemerintah menargetkan bisa mengebut
pembangunan infrastruktur, antara lain, 1.000 kilo meter (km) pembangunan
jalan tol, 2.650 km pembangunan jalan baru, 30 km pembangunan jembatan
baru, dan 65 pembangunan bendungan. Sementara itu, pada periode 2014-2019,

7
pembangunan infrastruktur berupa bandara ditargetkan bisa rampung sebanyak
15 bandara. Untuk menopang pembangunan infrastruktur tersebut, dalam
ABPN-P 2017, pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp401,1 triliun.
Tekad dan komitmen pemerintah dalam membangun infrastruktur telah
membuahkan hasil yang signifikan. Sekadar gambaran, selama tiga tahun
terakhir, pemerintah telah membangun 332,6 kilometer jalan tol dengan rincian
sepanjang 132 kilometer dibangun pada 2015, 44 kilometer pada 2016, dan
156,6 kilometer dibangun pada 2017. Sementara itu, selama tahun 2017,
pembangunan jalan baru mencapai 778 km. Dengan demikian, total jalan baru
yang sudah rampung dibangun selama tahun 2015-2017 mencapai 2.623 km.

Analisis: Pada tahun 2017, Anak perusahaan Perseroan yang berfokus pada
pengembangan jalan tol yaitu, PT Waskita Toll Road telah memiliki hak
konsensi sebanyak 18 ruas dengan total panjang 997 km yang terletak di pulau
Jawa. Kemudian, Pada tahun 2017 juga Perseroan berhasil memenangkan 132
lelang jasa konstruksi dengan perolehan nilai kontrak sebesar Rp 55,83 Triliun.
Tekad pemerintah menjadikan pembangunan infrastruktur sebagai
prioritas bukan tanpa alasan. Selain sebagai bentuk pemenuhan hak masyarakat,
pembangunan infrastruktur diyakni merupakan modal penting bagi Indonesia
agar dapat berdiri di atas kaki sendiri atau berdikari. Dengan banyak
membangun infrastruktur, isolasi wilayah bisa ditembus, ekonomi di daerah
akan bisa tumbuh, dan distribusi aset di Tanah Air akan semakin baik. Hal yang
tak kalah penting, pemerataan pembangunan infrastruktur merupakan sarana
untuk menjaga persatuan Indonesia.
Pada hal ini, selain berfokus kepada Corporate Social Responsibility
kepada masyarakat sekitar, PT Waskita Karya juga membangun Shared Value
yang secara tidak langsung juga meningkatkan profit perusahaan yang dapat
ditunjukkan secara signifikan pada tabel dibawah ini:

8
Dimana terdapat kenaikan yang signifikan sebesar 90% atau sebesar Rp
21.42 Trilliun karena banyaknya projek yang berhasil dimenangkan oleh
Perseroan dengan tetap mementingkan kesejateraan masyarakat.

1.3 LOKASI
Pada tahun 2017 tercatat Perseroan memiliki 11 pabrik beton precast yang
letaknya adalah di Cibitung, Sidoarjo Karawang, Kalijati, Sadang, Palembang
dan yang terbaru di bojanegara, subang, klaten, Legundi, dan Gasing dengan
kapasitas pabrik beton precast adalah sebesar 3.250.000 M/T ton pada 2017.
Beberapa plant yang memproduksi ready mix antara lain pabrik sadang,
Palembang, dan beberapa batching plant di proyek-proyek besar. Menelusuri
dari laporan keuangan PT Waskita Karya Tbk pada bagian piutang atas proyek
yang sedang berjalan adalah antara lain:
1. Proyek PT Jasamarga Semarang Batang – Proyek Jalan Tol Batang
Semarang
2. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN) – Proyek Transmisi
Sumatera 500 KVA
3. PT Hutama Karya (Persero) – Proyek Pematang Panggang – Kayu Agung
4. PT Hutama Karya (Persero) – Proyek Pembangunan Jalan Tol Terbanggi
Besar – Kayu Agung
5. PT Solo Ngawi Jaya – Proyek Jalan Tol Solo – Ngawi
6. PT Ngawi Kertosono Jaya – Proyek Jalan Tol Solo – Kertosono

9
7. PT Angkasa Pura II (Persero) – Proyek Pembangunan Gardu Induk
Bandara Soekarno Hatta
8. PT Jasamarga Kualanamu Tol – Proyek Jalan Tol Medan - Kualanamu
- Tebing tinggi
9. PT Prima Multi Terminal – Proyek Terminal Serbaguna dan Fasilitas
Pendukung di Pelabuhan Kuala Tanjung
10. PT PAL Indonesia (Persero) – Proyek Pembangunan Bangunan Fasilitas
Kapal Selam
11. PT PAL Indonesia (Persero) – Proyek Pembangunan Bangunan Fasilitas
Kapal Selam
12. Kementerian Perhubungan –Proyek Pembangunan Pelabuhan Belawan
13. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat – Proyek
Pembangunan Wisma Atlet Kemayoran Blok C2-2 dan D10-2
14. Pemerintah Demokrasi Timor Leste – Proyek Pengembangan Existing
Bandara Suai

Analisis: Lokasi pabrik yang didirikan oleh PT Waskita Karya Tbk yang
mendekati proyek-proyek yang sedang diselesaikan oleh Perseroan adalah salah
satu Creating Shared Value yang dapat menekan biaya angkut bahan baku
antara lokasi proyek dengan lokasi pabrik yang berjauhan, hal ini juga dapat
mengrangi emisi karbon yang akan timbul dari truk pengiriman bahan baku.

10
Kesimpulan:

Sebagai Perusahaan yang bergerak di bidang Jasa Konstruksi yang banyak


berkaitan dengan People dan Planet, yang juga dianggap dapat banyak memberikan
kontribusi serta manfaat untuk People dan Planet, PT Waskita Karya Tbk sudah
menjalankan program Corporate Social Responsibility yang baik yang secara tidak
disadari sudah mengaplikasikan juga Creating Shared Value pada bagian
pengimplementasiannya dengan masyarakat dan juga dengan pegawai perseroan.
Namun, dikarenakan Perseroan banyak berkaitan dengan People dan Planet, hal ini
membuat Perseroan masih belum bisa menggabungkan value yang dapat tercipta
dari pengimplementasian nya di bidang ekonomi yang dapat timbul dari hubungan
dengan Supplier maupun Pelanggan. Sehingga pada hasil analisa secara
keseluruhan, Creating Shared Value yang dibangun oleh PT Waskita Karya belum
sepenuhnya maksimal.

11

Вам также может понравиться