Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
WARISAN
ARTIKEL
OLEH
Wulandari
Aprilia Sani Septiasih
Atika Nurul Iftitah
Bimo Bramantyo
Wahyu Nurcahyo
Surel: dariw7141@gmail.com
Universitas Negeri Malang Jalan Semarang Nomor 5
Abstrak
Pada artikel ilmiah ini disajikan informasi mengenai aktualisasi
hukum islam di bidang perkawinan dan warisan. Dimana
hukum Islam disini mencerminkan seperangkat norma Ilahi
yang mengatur tata hubungan manusia dengan Allah, hubungan
manusia dengan manusia lainnya dalam kehidupan sosial
hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan
hidupnya. Ciri khas hukum Islam, yakni mempunyai hubungan
yang erat dan tidak dapat dipisahkan dari iman atau kaidah dan
kesusilaan atau ahlak islam, berlaku abadi dan tidak terbatas
pada umat Islam di suatu tempat atau negara pada suatu masa,
menghormati harkat dan martabat manusia sebagai kesatuan
jiwa dan raga, jasmani dan rohani, serta memuliakan manusia
dan kemanusiaan secara keseluruhan.
Kata Kunci: perkawinan, warisan, hukum islam.
Kemudian juga ada yang akan menikah namun wali nikah tidak mau
menjadi wali. Misalnya, ada calon laki-laki sudah berusia 25 tahun dan yang
perempuan 21 tahun, namun tidak ada wali atau walinya tidak mau menikahkan.
Maka KUA juga tidak mau menikahkan apabila tidak ada walinya. Karena rukun
syarat hukumnya harus dipenuhi yaitu dengan adanya wali, maka calon harus
mengajukannya ke pengadilan agama. Namanya wali adhol, yaitu wali yang
enggan. Pengadilan agama itu akan memanggil, memeriksa wali dan diproses
apabila memang wali tidak memenuhi syarat-syaratnya, kemudian wali memang
nyata-nyata beretikat untuk tidak melaksanakan perkawinan itu, maka pengadilan
dengan berbagai pertimbangan akan memberikan atau mengabulkan wali itu akan
dilimpahkan pada wali hakim yaitu KUA dimana tempatnya.
Dalam aktualisasi yang lain dalam perkawinan misalnya salah satu pihak
rumah tangganya tidak harmonis, mereka merasa sudah tidak nyaman rumah
tangganya, ada persoalan yang banyak dan sudah tidak tahan, maka apabila yang
tidak terima atau merasa dirugikan adalah seorang suami, maka suami akan
mengajukan kepada pengadilan agama untuk bercerai, maka yang laki akan
mengajukan permohonan untuk ijin ikrar talak. Dilakukan dengan berbagai alasan
yang diterangkan oleh UU sesuai dengan Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9
Tahun 1975, termasuk dalam kompilasi hukum Islam pasal 116 atau Impres
Nomor 1 tahun 1991. Apabila yang tidak terima atau merasa dirugikan seorang
istri, dan istri mengajukan gugatan kepada pengadilan agama namanya gugatan
perceraian. Dengan alasan-alasan yang ada, merasa rumah tangganya sudah
hancur kemudian dengan bercerai mengajukan gugatan cerai ke pengadilan
agama. Diproses oleh majlis hakim kalau sudah terpenuhi dilakukan kalau belum
terpenuhi juga ditolak.
Kemudian tujuan dan hikmah dari perkawinan menurut pandangan hukum islam,
kompilasi hukum islam merumuskan bahwa tujuan pernikahan adalah untuk
mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah yaitu
rumah tangga yang tentram, penuh kasih sayang serta bahagia lahir dan batin. Hal
tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Ar-ruum ayat 21 yang
artinya:
ت للققققوومم ق لقككوم لمون أقونفكلسككوم أقوزقواةجاَ للتقوسكككنوا إللقويقهاَ قوقجقعقققل بقوينقككقوم قمقققوندةة قوقروحقمققةة إلنن لفقيِ قذللق ق
ك لقيقاَ م قولمون آقياَتلله أقون قخلق ق
يقتقفقنككروقن
Artinya: dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.
Tujuan pernikahan tidak hanya terbatas pada hal-hal yang bersifat biologis
yang menghalalkan hubungan seksual antara kedua belah pihak, tetapi lebih luas
meliputi segala aspek kehidupan rumah tangga, baik lahiriah maupun batiniah.
Sesungguhnya pernikahan itu ikatan yang mulia dan penuh barakah. Allah SWT
mensyari’atkan untuk keselamatan hambanya dan kemanfaatan bagi manusia agar
tercapai maksud dan tujuan yang baik.
Zakiyah Darajat, mengemukakan lima tujuan dalam pernikahan yaitu:
1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan
2. Memenuhi hajat manusia menyalurkan syhwatnya dan menumpahkan
kasih sayangnya.
3. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan
kerusakan;
4. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab,
5. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentram
atas dasar cinta dan kasih sayang.
Pernikahan juga bertujuan untuk menata keluarga sebagai subjek untuk
membiasakan pengalaman-pengalaman ajaran agama. Fungsi keluarga adalah
menjadi pelaksana pendidikan yang paling menentukan. Sebab keluarga
merupakan salah satu diantara lembaga pendidikan informal, ibu bapak yang
dikenal pertama oleh putra putrinya dengan segala perlakuan yang diterima dan
yang dirasakannya, dapat menjadi dasar pertumbuhan pribadi/kepribadian putra
putri itu sendiri.
PENUTUP
Kesimpulan
Aktualisasi artinya membuat sesuatu menjadi benar-benar ada. Hukum islam
merupakan seperangkat atau serangkaian norma yang bersumber dari Allah SWT
dan Rosulloh S.A.W yang berfungsi untuk mengatur segala kehidupan umat
manusia yang beragama Islam. Perkawinan atau nikah ialah melakukan suatu akad
atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan wanita untuk
menghalalkan hubungan keduanya dengan cara yang diridhai oleh Allah SWT.
Jadi, aktualisasi hukum islam di bidang perkawinan merupakan proses nyata
penerapan hukum islam dalam bidang perkawinan di lingkungan masyarakat yang
beragama islam yang menggunakan norma-norma atau aturan hukum islam atau
syariat islam dalam kehidupan masyarakat khusnya yang beragama islam. UU
perkawinan sesuai dengan UU Nomor 7 Tahun 1989 itu merupakan kewenangan
pengadilan agama, termasuk didalamnya adalah masalah perkawinan dan warisan.
Sedangkan UU perkawinan itu secara khusus diundangkan sesuai dengan UU
Nomor 1 Tahun 1974, mulai tata cara, batasan umur, halangan, dan sebagainya
dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1974.
Tujuan pernikahan adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang
sakinah mawadah warahmah yaitu rumah tangga yang tentram, penuh kasih
sayang serta bahagia lahir dan batin serta untuk menata keluarga sebagai subjek
untuk membiasakan pengalaman-pengalaman ajaran agama.
Harta warisan, yaitu harta dan pemilikan yang timbul sebagai akibat dari suatu
kematian. Harta yang ditinggalkan oleh seseorang yang telah meninggal
memerlukan pengaturan yang berhak menerimanya, berapa jumlahnya dan
bagaimana cara mendapatkannya.
Saran
Apabila kita sudah siap untuk menikah, maka kita harus siap untuk membina
rumah tangga dalam keadaan senang maupun susah. Menikahlah untuk beribadah
hanya kepada Allah SWT. Dalam menikah hendaknya jangan melihat dari segi
fisiknya saja, akan tetapi perhatikanlah tingkat keimanan dan ketaqwaannya.
Dalam hal pewarisan, sebaiknya para hakim Peradilan Agama dapat menegakkan
sistem hukum kewarisan menurut syariat hukum Islam, sebab kewarisan hukum
Islam lebih logis, proporsional, dan lebih adil dibandingkan dibanding dengan
system hukum kewarisan menurut KUH Perdata, oleh karena itu seharusnya
lembaga yang berwenang juga harus membuat unifikasi hukum yang melindungi
dan mengayomi kesadaran hukum kewarisn Islam, sebab Negara Indonesia adalah
Negara yang mayoritas penduduk muslim.
DAFTAR RUJUKAN
Mahmudah, R. 2017. Perkawinan dalam Islam. (Online).
(http://digilib.uinsby.ac.id/18892/5/Bab%202.pdf). Diakses tanggal 15
September 2018.
Marzuki. 2011. Pengantar Studi Hukum Islam Prinsip Dasar Memahami
Berbagai Konsep dan Permasalahan Hukum Islam di Indonesia. Yogyakata:
Penerbit Ombak.
Syarifuddin, Amir. 2004. Hukum Kewarisan Islam. Jakarta: Prenada Media
Group.