Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
NH2 NH2
Sebuah turunan asetil lebih mudah diperoleh dengan mereaksikan asam asetat anhidrida dengan
anilina. Secara teori, asetanilida sederhana adalah dengan mereaksikan aniline dengan asam
asetat anhidrid. Anilin merupakan amina aromatis primer. Reaksi substitusi terhadap amina
aromatis dapat berupa substitusi pada cincin benzene atau substitusi pada gugus amina. Asetilasi
amina aromatis primer atau sekunder banyak dilakukan dengan asam klorida dalam suasana basa
atau dengan cara mereaksikan amina dengan asetat anhidrida. Aniline primer bereaksi dengan
asetat anhidrida panas menghasilkan turunan mono asetat (amida). Persamaan reaksi antara
aniline dan asetat anhidrida membentuk N-carboxyanilinium dan ion asetat, kemudian ion asetat
ini menyerang atom hidrogen pada gugus amida menghasilkan asetanilida dan asam asetat
(Alfina, 2013).
II.
H
O
Aniline NH2 Acetic anhydride
O O Acetalinide
N CH3 Acetic acid
+ H3C
+ H3C OH
O CH3 O
III.
Gambar 2. Reaksi asetilasi amina aromatis dengan asetat anhidrida (Alfina, 2013).
Reaksi asetat anhidrida dengan anilin membutuhkan proses refluks untuk dapat
menghasilkan anhidrida asetanilida. Refluks adalah salah satu metode dalam ilmu kimia untuk
men-sintesis suatu senyawa, baik organik maupun anorganik. Cara ini umumnya digunakan
untuk mensistesis senyawa-senyawa yang mudah menguap atau volatil. Pelarut jika dipanaskan
biasa pada keadaan ini maka pelarut tersebut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai
selesai. Prinsip dari refluks ini adalah penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan pelarut lalu dipanaskan, uap-
uap cairan pelarut terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan pelarut
yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, kemudian pelarut akan kembali pada sampel
yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan
sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam.
Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. Campuran reaksi disaring, kemudian kristal
dipisahkan dari air panasnya dengan pendinginan, sedangkan filtratnya di recycle kembali.
Pemakaian asam asetat anhidrad dapat diganti dengan asetil klorida (Sudjadi, 1986).
Rekristalisasi merupakan metode yang sangat penting untuk pemurnian komponen
larutan organik. Ada tujuh metode dalam rekristalisasi yaitu: memilih pelarut, melarutkan zat
terlarut, menghilangkan warna larutan, memindahkan zat padat, mengkristalkan larutan,
mengumpul dan mencuci kristal, serta mengeringkan produknya (hasil) (Williamson, 1999).
Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung pada dua faktor penting yaitu laju
pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Laju pembentukan inti tinggi, banyak
sekali kristal akan terbentuk, tetapi tak satupun dari ini akan tumbuh menjadi terlalu besar, jadi
terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan inti tergantung
pada derajat lewat jenuh dari larutan. Semakin tinggi derajat lewat jenuh, makin besarlah
kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin besarlah laju pembentukan inti. Laju
pertumbuhan kristal merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk
selama pengendapan berlangsung. Kristal-kristal yang besar akan terbentuk yang dipengaruhi
oleh derajat lewat jenuh apabila laju tinggi (Svehla, 1979).
Proses rekristalisasi pada dasarnya adalah melarutkan senyawa yang akan dimurnikan
kedalam pelarut yang sesuai pada atau dekat titik didihnya, menyaring larutan panas dari
molekul atau partikel tidak larut, biarkan larutan panas menjadi dingin hingga terbentuk kristal,
dan memisahkan kristal dari larutan berair. Kristal yang terbentuk dikeringkan dan ditentukan
kemurniannya dengan penentuan titik lebur, kromatografi dan metode spektroskopi. Pelarut
dalam rekristalisasi merupakan penentu keberhasilan pemisahan, jika senyawa larut dalam
keadaan panas maka penyaringan harus dilakukan dalam keadaan panas. Senyawa organik sering
mengandung senyawa berwarna. Senyawa tersebut dapat dimurnikan dengan penambahan
karbon aktif penghilang warna seperti norit (Damtith, 1994).
MekanismeReaksi
Tahap 1:
O O
+ CH3
H3C
+CH3
: NH2 NH O CH3
H
-
O O
Tahap 2:
CH2
+ O
-
+ CH3
+CH3 H2N OH
NH O CH3
H
- O
O O
Tahap 3:
CH2 O
H + O
-
+ HO
+ CH3 CH3
N OH HN CH3
H
O O
5. Batang Pengaduk I
7. Pipet Tetes I
2. Bahan
No. Nama Bahan Kategori Sifat Fisik Sifat Kimia
E. Prosedur Kerja
Aniline
Asetanilida
kasar
F. Hasil Pengamatan
G. Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu sintesis asetanilida yang bertujuan untuk mempelajari reaksi
asetilasi senyawa amina aromatis dan pemurniannya menggunakan teknik rekristalisasi.
Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida
primer. Amina aromatis yang digunakan dalam percobaan ini adalah anilin. Satu atom hidrogen
pada anilin digantikan dengan satu gugus asetil.. Anilin, asetat anhidrat dan asam asetat glasial
berfungsi sebagai reaktan. Reaksi antara anilin dengan asetat anhidrida merupakan reaksi
eksoterm, karena reaksi ini menghasilkan panas yang dilepas ke lingkungan, sehingga
pencampuran kedua larutan tersebut harus dilakukan dengan hati-hati. Campuran antar reaktan
diatas berwarna kecoklatan yang berasal dari anilin. Penambahan asam asetat glasial ke dalam
labu alas bulat berfungsi sebagai pelarut yang bersifat asam (melepas ion H +/H3O+) dan sangat
mempengaruhi reaksi untuk membentuk suatu garam amina, selain itu asam asetat glasial
berfungsi sebagai katalis serta untuk menetralkan muatan oksida dari asetat anhidrida sehingga
asetanilida yang terbentuk tidak terhidrolisis kembali, karena adanya pengaruh air
Reaksi pencampuran di atas berjalan lambat sehingga dilakukan proses refluks. Proses
refluks memiliki dua fungsi, yaitu untuk mempercepat reaksi karena adanya proses pemanasan.
Pemanasan akan meningkatkan suhu dalam sistem sehingga tumbukan antar molekul akan lebih
banyak dan cepat sehingga akan mempercepat reaksi atau mengontrol reaksi secara kinetik.
Fungsi kedua adalah untuk menyempurnakan reaksi melalui proses pencampuran senyawa-
senyawa yang dilakukan dengan pemanasan dalam suatu labu alas bulat. Tabung refluks
dilengkapi dengan pendingin. Pendinginan tersebut menyebabkan uap yang terbentuk akan
mengsssembun kembali dan mengalir ke labu alas bulat tanpa mengurangi konsentrasi atau
volume larutan yang menghilang akibat pemanasan. Proses refluks dilakukan selama 30 menit,
kemudian dituangkan sambil diaduk secara cepat ke dalam gelas piala yang berisi air dingin 500
mL. Campuran tersebut membentuk minyak berwarna kuning kecoklatan yang tidak bercampur
dengan air. Campuran tersebut kemudian dipindahkan kedalam Erlenmeyer untuk didinginkan
hingga terbentuk kristal.
+ + HO
H3C CH3 CH3
HN CH3
: NH2 Asam Asetat
Asetat Anhidrida O
Anilin Asetanilida
Sintesis asetanilida sebagai suatu amida adalah merupakan suatu reaksi substitusi
nukleofilik (SN) asil (addition/elimination) diantara anilin. Amina bersifat sebagai nukleofil dan
gugus asil dari asetat anhidrida bersifat sebagai elektofil. Asetat anhidrida mengalami
delokalisasi/resonansi memutuskan ikatan rangkap, dengan atom O memiliki muatan negatif dan
atom C memiliki muatan positif akibat dari ion H+ dari pelarutnya (asam asetat glasial).
O O O O O O
C C C C
Karbokation sekunder ini lebih stabil dari pada karbokation primer karena lebih
tersubtitusi, sehingga pada stuktur ini tidak mengalami penataan ulang (rearrangement).
Pasangan elektron bebas dari atom nitrogen dari suatu amida tidak suka melakukan
delokalisasi/resonansi disekitar cincin aromatis. Suatu amida distabilkan oleh resonansi yang
menyertakan pasangan elektron non bonding dari atom nitrogen. Pasangan elektron bebas dari
atom N sebagai nukleofil yang menyerang karbokation pada asam asetat anhidrida membentuk
N-carboxyanilinium dan ion asetat, kemudian ion asetat ini menyerang atom hidrogen pada pada
gugus amida N-carboxyanilinium sehingga terbentuk asetanilida dan asam asetat
-
O O
+ CH3
H3C
+CH3
: NH2 NH O CH3
Asetat Anhidrida H
-
Anilin O O
CH2
+ O
-
+ CH3
+CH3 H2N OH
NH O CH3
H
- O
O O
CH2 O
H + O
-
+ HO
+ CH3 CH3
N OH HN CH3
H
O O Asam Asetat
Asetanilida
Protonasi dari suatu amida terjadi pada atom oksigen dibanding atom nitrogen. Amida ini
tersubstitusi pada orto-para. Elektron bebas nitrogen dari anilin sebagai nukleofil, lebih memilih
menyerang karbokation sekunder dari asetat anhidrida yang bersifat sebagai elektrofil, serta
menyebabkan perpindahan muatan dari atom C ke atom N yang kemudian N memiliki muatan
positif. Elektron bebas dari O membentuk ikatan rangkap dua dengan C bersamaan ketika atom
C melepas sepasang elektron ke atom O untuk membentuk struktur yang paling stabil yaitu
dengan terbentuklah asetanilida dan ion asetat. Ion asetat tersebut mengambil atom H dari N-
carboxyanilinium sehingga menghasilkan asetanilida dan asam asetat.
H. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Pembuatan
Asetanilida adalah bereaksinya asam asetat yang bereaksi dengan menggunakan katalis asam
sehingga memungkinkan untuk masuknya gugus amina pada atom C sehingga menghasilkan
asetanilida seperti mekanisme reaksi diatas.
DAFTAR PSTAKA
Alfina, B.T., Lailatus S., Muthia N.R., Lalu H., dan Yoang E. 2013. Sintesis Asetanilida. Malang:
Universitas Brawijaya.
Damtith, J. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: Erlangga.
Delvira. 2011. Pra-prancangan Pabrik Pembuatan asetanilida dari anilin dan Asam asetat
dengan Kapasitas Produksi 2500 ton/tahun. Sumatra: USU Respirator.
Fessenden, R.J. dan Fessenden J. S. 1999. Kimia Organik Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
Groggins P.H. 1958. Unit Process in Organic Syntetic 5th edition. Tokyo: McGraw-Hill, Ltd.
Kirk, R.E. dan Othmer, D.F. 1981. Encyclopedia of Chemical Engineering Technology. New
York: John Wiley and Sons Inc.
Morrison, R.T. and Boyd, R.N. 1992. Organik Chemistry 5th Edition. London: Brook cole.
Svehla. 1979. Buku Ajar Vogel : Analisi Anorganik Kuntitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT
Kalman Media Pusaka.
Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan, Fakultas Farmasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Williamson. 1999. Macroscale and Microscale Organic Experiment. USA: Houghton Mifflin
Company.