Вы находитесь на странице: 1из 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Fibroadenoma mammae (FAM) merupakan tumor jinak pada
payudara yang paling umum ditemukan. Fibroadenoma ini terbentuk dari sel-
sel epitel glandula dan jaringan ikat fibrosa. Diasumsikan sebagai
penyimpangan normal proses hiperplastik, bukan neoplasma yang
sebenarnya.1,2
Penyebab pasti fibroadenoma tidak diketahui. Namun, terdapat
beberapa faktor yang dikaitkan dengan penyakit ini, antara lain peningkatan
mutlak aktivitas estrogen, yang diperkirakan berperan dalam
pembentukannya. Selain itu, diperkirakan terdapat prekursor embrional yang
dormant di kelenjar mammaria yang dapat memicu pembentukan
fibroadenoma yang akan berkembang mengikuti aktivitas ovarium.2
Berdasarkan laporan dari NSW Breats Cancer Institute, fibroadenoma
umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5%
terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi
wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast
Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15
dan 25 tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%) wanita mengalami
fibroadenoma dalam hidupnya. Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi
pula wanita dengan usia yanglebih tua atau bahkan setelah menopause,
tentunya dengan jumlah kejadian yang lebih kecil dibanding pada usia muda.
Insidensinya tidak diketahui pasti, sekitar 50% hasil biopsi payudara adalah
FAM, berapapun usianya.3
Tumor ini dapat tumbuh di seluruh bagian payudara, namun tersering
pada quadran atas lateral. Penyakit ini bersifat asimptomatik atau hanya
menunjukkan gejala ringan berupa benjolan pada payudara yang dapat
digerakkan, sehingga pada beberapa kasus, penyakit ini terdeteksi secara
tidak sengaja pada saat pemeriksaan fisik. Fibroadenoma biasanya ditemukan
sebagai benjolan tunggal, tetapi sekitar 10%-15% wanita yang menderita
fibroadenoma memiliki beberapa benjolan pada kedua payudara.4
Terapi dari fibroadenoma mammae dapat dilakukan dengan operasi
pengangkatan tumor tersebut. Operasi ini tidak akan merubah bentuk dari
payudara, tetapi hanya akan meninggalkan luka atau jaringan parut yang nanti
akan diganti oleh jaringan normal secara perlahan.4

1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui definisi, etiologi,
penegakan diagnosis dan tatalaksana fibroadenoma mammae.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling
umum ditemukan. Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan
suatu proses hiperplasia dan proliferasi pada satu duktus terminal,
perkembangannya dihubungkan dengan suatu proses aberasi perkembangan
normal. 3

Gambar 1. Fibroadenoma mammae 3

2.2. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, fibroadenoma merupakan lesi payudara yang
paling umum, yang terjadi pada wanita dengan usia di bawah 40 tahun.
Fibroadenoma dapat terjadi pada wanita segala usia, selama masa reproduksi
aktif dan mengecil setelah menopause. Fibroadenoma jarang terjadi pada
wanita postmenopause. Prevalensi fibroadenoma pada wanita usia di atas 40
tahun kira-kira hanya 8 – 10 %. Sekitar 10 – 15 % kasus fibroadenoma
merupakan multipel.3

2.3. Etiologi dan Patofisiologi


Penyebab pasti fibroadenoma tidak diketahui. Namun, terdapat
beberapa faktor yang dikaitkan dengan penyakit ini, antara lain peningkatan
mutlak aktivitas estrogen, yang diperkirakan berperan dalam
pembentukannya. Peningkatan aktivitas estrogen absolut atau relatif dapat
memberikan kontribusi terhadap perkembangan fibroadenoma, dan
sesungguhya lesi serupa dapat muncul dengan perubahan fibrokistik
(perubahan fibroadenomatoid). Selain itu, diperkirakan terdapat prekursor
embrional yang dormant di kelenjar mammaria yang dapat memicu
pembentukan fibroadenoma yang akan berkembang mengikuti aktivitas
ovarium.5
Fibroadenoma berkembang dari unit lobular duktus terminal karena
proliferasi tak terkendali dari komponen epitel dan stroma (mungkin karena
stimulasi estrogen) yang melibatkan bagian dari jaringan sekitarnya.
Pertumbuhan jaringan ini sebagian dikompresi, sehingga menciptakan
semacam pseudokapsul. Fibroadenoma memiliki struktur internal yang terdiri
dari stroma dan elemen epitel. Unsur stroma mungkin mengalami degenerasi
myxoid, seperti sklerosis, hialinisasi dan kalsifikasi, sedangkan elemen epitel
dapat menimbulkan semua aspek proliferasi dan non-proliferasi yang
mungkin dari parenkim payudara, seperti metaplasia apokrin, hiperplasia
duktus, sklerosing adenosis dan kemerahan. Fibroadenoma yang ditandai
dengan apokrin metaplasia, hiperplasia duktus, sclerosing adenosis atau kista
yang didefinisikan sebagai "kompleks". 5
Fibroadenoma jarang ditemukan pada perempuan yang telah
mengalami postmenopause dan dapat terbentuk gambaran kalsifikasi kasar.
Sebaliknya, fibroadenoma dapat berkembang dengan cepat selama proses
kehamilan, pada terapi sulih hormon, dan pada orang–orang yang mengalami
penurunan kekebalan imunitas, bahkan pada beberapa kasus, dapat
menyebabkan keganasan.6

2.4. Manifestasi Klinis


Fibroadenoma pada sebagian besar penderita tidak menunjukkan
gejala dan terdeteksi setelah dilakukan pemeriksaan fisik. Pertumbuhan
fibroadenoma relatif lambat dan hanya menunjukkan sedikit perubahan
ukuran dan tekstur dalam beberapa bulan, perubahan massa tidak
mempengaruhi putting dan kulit payudara. Biasanya, fibroadenoma muncul
sebagai massa yang tidak nyeri, halus, mobile, dan kenyal dengan batas yang
berbeda biasanya berkisar dari 1 cm hingga 3 cm pada kuadran lateral
superior payudara. Massa juga dapat cukup kecil yang hanya terlihat pada
pemeriksaan mikroskopis atau bisa lebih besar dari 10 cm dan menyebabkan
asimetri payudara dan deformasi estetik yang signifikan dari payudara.
Ukuran fibroadenoma dapat menyusut atau meluas secara spontan, atau bisa
responsif secara hormonal dan bervariasi dalam ukuran bersamaan dengan
siklus menstruasi dan selama kehamilan. Setelah menopause, fibroadenoma
mengalami regresi dan kalsifikasi. Lebih dari 70% fibroadenoma hadir
sebagai satu massa tunggal, dan 10% -25% dari fibroadenoma hadir sebagai
masa multipel.1,7

2.5. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan inspeksi dilakukan dalam posisi duduk berhadapan
dengan pemeriksa, pakaian atas dan bra terbuka dengan posisi lengan
disamping, diatas kepala dan posisi lengan kacak pinggang. Inspeksi dimulai
dengan membandingkan kedua payudara baik ukuran, bentuk dan
simetrisasinya. Kemudian perhatikan kelainan pada kulit payudara
(penebalan, kemerahan, seperti kulit jeruk, venektasis, dimpling, ulkus dan
tonjolan tumor), kelainan nipple/areola (eksem, discharge, retraksi), kelainan
di aksila (kelenjar getah bening, mammary aberran), dan kelainan di leher.
Perlekatan kulit, skin dimplingdan retraksi puting yang merupakan salah satu
tanda keganasan.6
Selanjutnya pemeriksaan palpasi yang dilakukan pada posisi supine
(tidur telentang), lengan ipsilateral diatas kepala dengan bahu ganjal bantal
kecil terutama pada payudara yang besar. Pemeriksaan ini adalah sitematis
dan overlaping, dengan menggunakan jari 2,3 dan 4 phalank distal dan media
dilakukan secara radier atau sirkuler. Pemeriksaan diperluas keatas sampai
klavikula, kebawah sampai sangkar iga bawah (lower rib cage), medial
sampai tepi sternum dan lateral sampai garis mid-aksilaris. Palpasi aksila dan
supraklavikula juga penting dilakukan pada semua kelainan payudara namun
jarang memberikan memberikan informasi diagnostik pada kelainan jinak.6
Pada pemeriksan fisik dapat dijumpai massa soliter, diskret, dan
mudah digerakkan, selama tidak terbentuk jaringan fibroblast di sekitar
jaringan payudara, dengan diameter kira-kira 1–3 cm, tetapi ukurannya dapat
bertambah sehingga membentuk nodul dan lobus. Fibroadenoma dapat
ditemukan di seluruh bagian payudara, tetapi lokasi tersering adalah pada
kuadran lateral atas payudara. Tidak terlihat adanya perubahan kontur
payudara yang berarti.1,5

2.6. Pemeriksaan Histopatologi


Secara makroskopis, semua tumor teraba padat dengan warna cokelat-
putih pada irisan, dengan bercak – bercak kuning – merah muda yang
mencerminkan daerah kelenjar.7

Gambar 2. Makroskopik mammae 2

Secara histologis, tumor terdiri atas jaringan ikat dan kelenjar dengan
berbagai proporsi dan variasi. Tampak storma fibroblastik longgar yang
mengandung rongga mirip duktus berlapis sel epitel dengan ukuran dan
bentuk yang beragam. Rongga yang mirip duktus atau kelenjar ini dilapisi
oleh satu atau lebih lapisan sel yang reguler dengan membran basal jelas dan
utuh. Meskipun di sebagian lesi duktus terbuka, bulat hingga oval dan cukup
teratur (fibroadenoma perikanalikularis), sebagian lainnya tertekan oleh
proliferasi ekstensif stroma sehingga pada potongan melintang rongga
tersebut tampak sebagi celah atau struktur ireguler mirip – bintang
(fibroadenoma intrakanalikularis).(1,7,8)

Gambar 3. Gambaran mikroskopik fibroadenoma mammae8

2.7. Pemeriksaan Radiologi


a. Mammografi
Pada pemeriksaan mamografi, fibroadenoma digambarkan sebagai
massa berbentuk bulat atau oval dengan batas yang halus dan berukuran
sekitas 4 – 100 mm. Pada pemeriksaan mamografi, fibroadenoma
digambarkan sebagai massa berbentuk bulat atau oval dengan batas tegas.
Terkadang pada lesi dapat ditemukan gambaran kalsifikasi kasar yang
menyerupai pop corn dan gambaran kalsifikasi kasar yang heterogen.
Fibrodenoma biasanya memiliki densitas yang sama dengan jaringan
kelenjar sekitarnya, tetapi pada fibroadenoma yang besar, dapat
menunjukkan densitas yang lebih tinggi. Gambaran kalsifikasi pada
fibroadenoma biasanya di tepi atau di tengah berbentuk bulat, oval atau
berlobus – lobus. Pada wanita postmenopause, komponen fibroglandular
dari fibroadenoma akan berkurang dan hanya meninggalkan gambaran
kalsifikasi dengan sedikit atau tanpa komponen jaringan ikat.9
Gambar 4. Gambaran mamografi fibroadenoma. Tampak massa yang berbentuk

bulat dan berbatas tegas.9

Gambar 5. Gambaran Mamografi Fibroadenoma. Tampak gambaran kalsifikasi


fibroadenoma yang yang kasar dan membentuk gambaran Pop-corn Appearence9

Gambaran 6. Gambaran Mamografi Fibroadenoma. Tampak gambaran kalsifikasi


Pop Corn Appe9

b. Ultrasonografi

Dalam pemeriksaan USG, fibroadenoma terlihat rata, berbatas


tegas, berbentuk bulat, oval atau berupa nodul dan lebarnya lebih besar
dibandingkan dengan diameter anteroposteriornya. Internal echogenicnya
homogen dan ditemukan gambaran dari isoechoic sampai hypoechoic.
Gambaran echogenic kapsul yang tipis, merupakan gambaran khas dari
fibroadenoma dan mengindikasikan lesi tersebut jinak. Fibroadenoma
tidak memiliki kapsul, gambaran kapsul yang terlihat pada pemeriksaan
USG merupakan pseudocapsule yang disebabkan oleh penekanan dari
jaringan di sekitarnya.9

Gambar 7. Gambaran USG Fibroadenoma. Tampak massa hipoechoic yang


rata, batas tegas pada sebagian lobus merupakan khas dari fibroadenoma9

c. Magnetic resonances imaging (MRI)

Dalam pemeriksaan MRI, fibroadenoma tampak sebagai massa


bulat atau oval yang rata dan dibandingkan dengan menggunakan kontras
gadolinium-based. Fibroadenoma digambarkan sebagai lesi yang
hypointense atau isointense, jika dibandingkan dengan jaringan sekitarnya
dalam gambaran T1-weighted dan hypointense and hyperintense dalam
gambaran T2-weighted.9
Gambar 10. Pemeriksaan dengan MRI post-contras, memperlihatkan
penyerapan yang cepat tanpa pembersihan, yang merupakan ciri khas dari
fibroadenoma9

2.8. Penatalaksanaan
Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk
fibroadenoma. Proses untuk menghilangkan fibroadenoma ini disebut dengan
lumpektomi. Prosedur ini bisa menggunakan anastesi lokal atau umum.
Kemudian ahli bedah akan membuat sayatan kecil di payudara untuk
mengangkat benjolan fibroadenoma beserta jaringan payudara yang
menempel pada benjolan. Operasi dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan
untuk memelihara fungsi payudara dan untuk menghindari bekas luka.
Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan ukuran dan lokasi dari lesi di
payudara.2,6
Tipe circumareolar, hanya meninggalkan sedikit bekas luka dan
deformitas, tetapi hanya memberikan pembukaan yang terbatas. Tipe ini
digunakan hanya untuk fibroadenoma yang tunggal dan kecil dan lokasinya
sekitar 2 cm di sekitar batas areola. Semicircular incision biasanya digunakan
untuk mengangkat tumor yang besar dan berada di daerah lateral payudara.
Bila lokasi tumor cukup jauh dari areola (>4 cm), maka insisi dikerjakan di
atas tumor sesuai dengan garis Langer atau diletakkan pada daerah-daerah
yang tersembunyi.6
Walau demikian, tindakan bedah tidak selalu menjadi jalan keluar
untuk mengatasi fibroadenoma. Terutama pada wanita yang masih tergolong
usia muda (20 hingga 30 tahun). Alasannya, tindakan bedah bisa merusak
bentuk payudara dan meninggalkan bekas sayatan. Bekas luka dan bentuk
abnormal ini dikhawatirkan malah menjadi masalah di kemudian hari.
Apalagi benjolan ini cenderung mengecil dan hilang ketika wanita menginjak
usia diatas 30 tahun. Jika hendak membiarkan benjolan tersebut, sebaiknya
terus dipantau.6

2.9. Komplikasi
Jenis tertentu dari fibroadenoma bisa meningkatkan risiko kanker
payudara. Meski demikian, kebanyakan kasus fibroadenoma tidak
menyebabkan kanker payudara. Kalaupun ditemukan penderita kanker
payudara yang memiliki fibroadenoma, biasanya ada komplikasi lainnya.
Atau bisa jadi orang tersebut memiliki risiko kanker payudara yang tinggi
baik dari keluarga ataupun lingkungannya.5

2.10. Prognosis
Prognosis dari penyakit ini biasanya baik, dimana sebagian besar
kasus tidak berlanjut ganas, walaupun penderita mempunyai risiko yang
tinggi untuk menderita kanker payudara di kemudian hari. Dalam beberapa
kasus fibroadenoma bisa muncul berulang kali, meski sudah menjalani
pengangkatan. Tumor baru ini bisa dihilangkan dengan jalan pembedahan,
sama seperti benjolan lama. Tapi tidak menjamin jika benjolan tidak akan
tumbuh kembali. Pemeriksan berkala payudara meningkatkan kemungkinan
prognosis yang lebih baik.5
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling
umum ditemukan.
2. Fibroadenoma ini terbentuk dari sel-sel epitel glandula dan
jaringan ikat fibrosa.
3. Penyebab pasti fibroadenoma tidak diketahui. Namun,
peningkatan aktivitas estrogen diperkirakan berperan dalam
pembentukannya.
4. Fibroadenoma pada sebagian besar penderita tidak menunjukkan
gejala dan terdeteksi setelah dilakukan pemeriksaan fisik.
5. Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk
fibroadenoma.

3.2. Saran
Dalam penegakkan diagnosis yang baik sangat penting
melakukan pemeriksaan fisik dan biopsi sebagai modal dasar untuk
menegakkan diagnosis fibroadenoma. Selain itu, sebaiknya pasien
yang memeliki kecendrungan mengembangkan tumor ini untuk
mengecek secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA

1. Crum Christoper P., Lester Susan C., Cotran Ramzi S. Sistem Genitalia
Perempuan dan Payudara. Dalam : Robbins, Stanley L., Kumar Vinay.,
Cotran Ramzi S. Robbins Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2009.
2. Putri NPY. Diagnosis dan penatalaksanaan fibroadenoma payudara. J
Kedokt Meditek Vol. 20 No. 53. 2014. Tersedia :
download.portalgaruda.org
3. Shirley S.E., Mitchell D.I.G., Soares D.P., James M., Escoffery C.T.,
Rhodrn A.M., Wolff C., Choy L., Wilks R.J. Clinicopathologic
Features of Breast Disease in Jamaica : Findings of the Jamaican Breast
Disease Study. 2013. Available from : lib.bioinfo.pl
4. Suyatno. Peran pembedahan pada tumor jinak payudara. Kedokteran
Andalas, Vol. 38, No. Supl. 1. 2015. Tersedia :
jurnalmka.fk.unand.ac.id
5. Lee M. Sooltanian HT. Breast fibroadenomas in adolescents: current
perspectives. J NCBI 6: 159–163. 2015. Available from:
ncbi.nlm.nih.gov
6. Cerrato F. Labow BI. Diagnosis and management of fibroadenomas in
the adolescent breast. J NCBI 27(1): 23–25. Available from:
ncbi.nlm.nih.gov
7. Hillegas Kathleen Branson. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan.
Dalam : Anderson, Sylvia Price., Wilson Lorraine McCarty.
Patofisiologi, Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Volume 2. Edisi
6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2012
8. Desen Wan. Dalam : Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta. 2008.
9. Ryan Stephanie. McNicholas Michelle. Eustace Stephen. In : anatomy
for diagnostic imaging. saunders, elsevier health. Philadephia. 2010.
Bagian Obstetri dan Ginekologi REFERAT

“FIBROADENOMA MAMMAE”

Disusun Oleh :
DIAN NOVIANDINI MUHARRAM
N 111 17 011

Pembimbing Klinik:
dr. MELDA MM SINOLUNGAN, Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN

KLINIK BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
NOVEMBER
2018

Вам также может понравиться