Вы находитесь на странице: 1из 13

Jurnal Biologi Indonesia 7 (1): 67-79 (2011)

Bentuk Sel Epidermis, Tipe dan Indeks Stomata 5 Genotipe Kedelai pada
Tingkat Naungan Berbeda

Titik Sundari1) & Rahmat Priya Atmaja2)


1) Staf Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
Jl. Raya Kendalpayak Malang, Km 8 Kotak Pos 66 Malang 65101
2) Mahasiswa Fak. MIPA-Biologi Universitas Negeri Malang

ABSTRACT

Shape of Epidermal Cells, Type and Stomata Index of 5 Soybean Genotypes at Different Levels
of Shading. This study aimed to determine the shape of epidermal cells, type of stomata and
the stomatal index of five soybean genotypes at different levels of shading. Research conducted
at the Screen House of Indonesian Legumes and Tuber Crops Research Institute in March
until July 2007. Split plot design with repeated three times was used in this research. The main
plots were four levels of shading (0%, 25%, 50% and 75%) and subplot is the five soybean
genotypes (Pangrango, Tanggamus, Wilis, Lokon and IAC-100). Shading is used black screen.
Plants fertilized with the 50 kg Urea + 100 kg SP36 75 + 75 kg KCl / ha. Fertilizing done at
planting time. The results showed that shade does not change shape of epidermal cell and
stomata types of five soybean genotypes. Differences in stomatal index was not determined
by interaction of genotypes with levels of shading, but by the differences in shade and
genotype. Shading treatment increased stomatal index of soybean abaxial leaf surface. Highest
Somatal index of soybean abaxial leaf surface is achieved by IAC 100 and the lowest is achieved
by Wilis. Wilis is a genotype that can be adapted to the shaded environment, by maintaining
leaf area, number of epidermial cells and stomata, stomatal index, and seed weight.

Key words : soybean, shading, epidermis and stoma

PENDAHULUAN Perubahan jumlah stomata dan epider-


mis dapat dilihat melalui indeks stomata.
Stomata adalah lubang pada Indeks stomata merupakan perbandingan
permukaan adaksial/abaksial daun yang antara jumlah stomata dengan jumlah to-
dikelilingi oleh dua sel penutup (Esau tal epidermis ditambah stomata, dimana
1980). Sedangkan menurut Willmer tiap satu stoma dihitung sebagai satu sel.
(1983), stomata terdiri dari sel penutup Indeks stomata menunjukkan tingkat
dan sel tetangga. Frekuensi stomata tiap- kerapatan stomata (Wallis 1965).
tiap tumbuhan beragam. Stomata Tingkat kerapatan stomata dipenga-
merupakan salah satu derivat epidermis, ruhi oleh faktor lingkungan seperti:
sehingga perubahan intensitas cahaya ketersediaan air, intensitas cahaya,
yang berpengaruh terhadap epidermis temperatur, dan konsentrasi CO2
juga akan berpengaruh terhadap stomata. (Kimball 2006). Semakin tinggi intensitas

67
Sundari & Atmaja

cahaya, frekuensi stomata di kedua Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-


permukaan daun kedelai juga semakin umbian (Balitkabi), Malang pada bulan
meningkat, meskipun peningkatan Maret hingga Juli 2007. Rancangan yang
frekuensi tersebut tidak signifikan digunakan dalam penelitian ini adalah
(Willmer 1983). Pada tanaman Quercus rancangan petak terbagi (Split Plot),
kellogi, peningkatan intensitas cahaya diulang tiga kali. Petak utama adalah
diikuti dengan peningkatan indeks stomata empat tingkat naungan (0%, 25%, 50%
secara signifikan. Namun tidak demikian dan 75%). Sedangkan anak petak adalah
dengan indeks stomata daun Quercus lima genotype kedelai. Naungan yang
petraea. Indeks stomata daun Quercus digunakan adalah paranet berwarna
petraea yang ternaungi lebih rendah jika hitam. Setiap unit perlakuan ditanam
dibandingkan dengan daun yang tidak sebanyak tiga pot, dengan dua tanaman
ternaungi (Kouwenberg 2006). Demikian per pot. Untuk mendapatkan pertumbuhan
juga pada daun Gingko biloba (Chen et. tanaman yang baik, tanaman dipupuk
al. 2001), dan daun Vigna sinensis dengan takaran setara 50 kg Urea + 100
(Willmer 1987). kg SP36 + 75 kg KCl 75 /ha. Pemupukan
Perubahan indeks stomata akibat dilakukan pada saat tanam.
naungan perlu dikaji, karena stomata Pengamatan dilakukan terhadap :
berperan penting dalam proses bentuk sel epidermis, tipe stoma, jumlah
fotosintesis dan transpirasi (Edhi 1996), sel epidermis dan stomata dihitung pada
terutama dalam pertukaran gas CO2 dan setiap potongan daun, dan jumlah sel epi-
O2 dalam fotosintesis serta proses dermis dan stomata dihitung dalam satu
hilangnya air melalui transpirasi (Kimbal bidang pandang mikroskop. Penghitungan
2006). Selain itu, stomata juga berperan jumlah stomata dan sel epidermis
sebagai jalan masuk patogen ke jaringan dilakukan sebanyak lima kali untuk setiap
daun (Sastrahidayat 1990). Fotosintesis potongan daun. Jumlah sel per mm2
dan respirasi inilah yang pada akhirnya dihitung dengan cara membagi rata-rata
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan jumlah sel epidermis dan stomata dengan
produksi tanaman. luas bidang pandang mikroskop.
Oleh karena itu, dilakukan penelitian Selanjutnya indeks stomata dihitung
dengan tujuan mengetahui bentuk sel epi- dengan rumus Wallis (1965) :
dermis, tipe dan indeks stomata lima   S
genotipe kedelai pada tingkat naungan IS = x100
berbeda. S+E

BAHAN DAN CARA KERJA Keterangan: IS = indeks stomata, S = jumlah


stomata, dan E = jumlah sel epidermis
Bahan yang digunakan adalah lima
genotipe kedelai (Pangrango, Tanggamus, Penghitungan indeks stomata hanya
Wilis, Lokon dan IAC-100). Penelitian dilakukan pada permukaan abaksial daun,
dilakukan di Rumah Kasa Balai Penelitian karena tanaman yang tumbuh di bawah
naungan hanya memiliki stomata di

68
Bentuk Sel Epidermis, Tipe dan Indeks Stomata

permukaan abaksial daun saja (Gardner memiliki bentuk lonjong dengan dinding
1985). Contoh daun diambil pada daun yang berlekuk. Jumlah lekukan dinding sel
yang sudah membuka sempurna dengan epidermis, pada perlakuan naungan 0%,
ukuran yang sudah maksimal (daun ke 25%, 50% da 75% mencapai 4-7 lekukan.
empat dari atas). Berdasarkan jumlah dan letak sel
Selain pengamatan terhadap tetangga tipe stoma genotipe Tanggamus
karakter di atas, juga diamati jumlah daun, adalah parasitik. Selain itu juga dijumpai
luas daun dan bobot biji per tanaman. tipe stoma anomositik pada naungan 0%,
Data yang terkumpul selanjutnya 25%, 50%, dan 75%. Letak stoma satu
dianalisis dengan menggunakan analisis dengan stoma lain yang berada di
varian berbasis rancangan petak terbagi naungan 0%-75% tidak dibatasi atau
(RPT) dengan taraf uji 5%, jika berbeda dipisahkan oleh 1 sampai 4 sel epidermis.
nyata maka dilanjutkan dengan uji beda Naungan 25%-75% menyebabkan
nyata terkecil (BNT) pada taraf ketelitian ukuran sel epidermis dan sel tetangga
5%. stoma bertambah besar (Gambar 1b).
Bentuk sel epidermis dan tipe stoma
HASIL kedelai Wilis tidak mengalami perubahan
dengan adanya naungan. Sel epidermis
Hasil penelitian dapat diketahui kedelai Wilis berbentuk lonjong dengan
bahwa naungan tidak mengubah bentuk dinding yang berlekuk. Jumlah lekukan
sel epidermis dan tipe stomata genotipe dinding sel epidermis, pada perlakuan
Pangrango. Sel epidermis genotipe naungan 0%, 25%, 50% da 75%
Pangrango mempunyai bentuk lonjong mencapai 4-8 lekukan. Berdasarkan
dengan dinding yang berlekuk. Jumlah jumlah dan letak sel tetangga, tipe stoma
lekukan dinding sel epidermis pada kedelai Wilis adalah parasitik. Selain itu,
perlakuan naungan 0%, 25%, 50% dan juga dijumpai tipe stoma anomositik pada
75% mencapai 3-6 lekukan. Berdasarkan naungan 0%, 50%, dan 75%. Letak
jumlah dan letak sel tetangga, tipe sto- stoma satu dengan stoma lain pada
mata genotipe Pangrango adalah naungan 0% -75% tidak dibatasi atau
parasitik. Namun demikian, pada naungan dibatasi oleh 1 sampai 6 sel epidermis.
25% dan 75% juga dijumpai tipe stoma Naungan 25%-75% menyebabkan
anomositik. Letak stoma satu dengan ukuran sel epidermis dan sel tetangga
stoma lain yang berada di naungan 0%- stoma bertambah besar (Gambar 1c).
75% tidak dibatasi atau dipisahkan oleh Perlakuan naungan tidak mengubah
1 sampai 3 sel epidermis. Naungan 25%- bentuk sel epidermis dan tipe stomata
75% menyebabkan ukuran sel epidermis genotipe IAC-100. Sel epidermis bentuk
dan sel tetangga stoma bertambah besar lonjong dengan dinding yang berlekuk.
(Gamabr 1a) Jumlah lekukan dinding sel epidermis
Perlakuan naungan tidak mengubah pada naungan 0% - 75% berjumlah 4-6
tipe stomata dan bentuk sel epidermis lekukan. Berdasarkan jumlah dan letak
varietas Tanggamus. Sel epidermis sel tetangga, tipe stoma IAC 100 adalah

69
Sundari & Atmaja

parasitik. Namun demikian, juga Stomata parasitik ditandai dengan jumlah


ditemukan tipe stoma anomositik pada sel tetangga sebanyak 2 buah yang
naungan 0%, 50%, dan 75%. Letak terletak sejajar dengan sumbu sel penutup
stoma satu dengan stoma lain yang berada stoma dan porus. Sel tetangga tipe
di bawah naungan 0%-75% tidak dibatasi parasitik dapat dibedakan dengan sel epi-
atau dibatasi oleh 1 sampai 6 sel epider- dermis daun, karena memiliki jumlah,
mis. Naungan 25%-75% menyebabkan letak, dan tingkat lekukan yang berbeda.
ukuran sel epidermis dan sel tetangga Sel tetangga parasitik yang diamati
stoma bertambah besar (Gambar 1d). memiliki jumlah lekukan 2-4. Letak
Naungan tidak mengubah bentuk sel lekukan sel tetangga hanya terdapat pada
epidermis dan tipe stomata kedelai Lokon. sisi yang berbatasan dengan sel epider-
Sel epidermis memiliki bentuk lonjong mis, sisi yang berbatasan dengan sel
dengan dinding yang berlekuk. Jumlah penutup tidak berlekuk. Tingkat lekukan
lekukan dinding sel epidermis pada sel tetangga parasitik lebih dangkal jika
naungan 0%-75% berjumlah 3-6 dibandingkan dengan lekukan sel epider-
lekukan. Tipe stoma berdasarkan jumlah mis. Stomata anomositik ditandai dengan
dan letak sel tetangga disebut parasitik. adanya 3-4 buah sel tetangga yang
Selain itu, juga ditemukan tipe stoma memiliki bentuk morfologi sama dengan
anomositik pada naungan 75%. Letak sel epidermis.
stoma satu dengan stoma lain yang berada Naungan memperbesar ukuran sel
di naungan 0%-75% tidak dibatasi atau epidermis dan sel tetangga stoma. Ukuran
dibatasi oleh 1 sampai 3 sel epidermis. sel epidermis yang bertambah
Naungan 25%-50% menyebabkan menyebabkan stoma satu dengan yang
ukuran sel epidermis dan sel tetangga lain tampak berjauhan, sehingga pada
stoma lebih besar (Gambar 2). perlakuan naungan stomata terlihat
Naungan tidak mempengaruhi renggang. Pertambahan ukuran sel epi-
bentuk morfologi sel epidermis. Sel epi- dermis dan sel tetangga stoma
dermis memiliki bentuk memanjang dan menyebabkan jumlah sel epidermis dan
berlekuk. Naungan juga tidak mengubah stomata dalam satu bidang pandang
jumlah lekukan sel epidermis. Perbedaan mikroskop berkurang. Peningkatan
hanya terjadi pada jumlah lekukan sel naungan hingga 75%, mengakibatkan
epidermis dari lima genotipe yang diuji. pengurangan jumlah sel epidermis lima
Di antara genotipe yang diuji, Wilis genotipe kedelai yang diuji, dengan kisaran
memiliki jumlah lekukan paling banyak (8 antara 20,81% hingga 48,12%. Dari hasil
lekukan/sel). Naungan juga tidak analisis regresi diketahui bahwa bentuk
mengubah tipe stomata lima genotipe hubungan antara tingkat naungan dengan
kedelai yang diuji. Tipe stoma yang jumlah sel epidemis per satuan luas adalah
teramati dalam semua preparat leaf clear- linier negatif (Gambar 3). Hal ini
ing adalah parasitik dan anomositik. menunjukkan bahwa semakin besar
Jumlah stomata tipe parasitik lebih tingkat naungan, jumlah sel epidermis
banyak ditemukan daripada anomositik. yang terbentuk per satuan luas semakin

70
Bentuk Sel Epidermis, Tipe dan Indeks Stomata

a) b)
 


SA 

SP  SP 

ST  ST  SA 

5µm  25% 
0%  5µm 

SP 

ST  ST 
SA 
SP 


SA 

50%  5µm  75% 5µm 


5µm  5µm 

c) d)
 

Gambar 1. Fotomikrograf Permukaan Abaksial Daun Kedelai Varietas Pangrango (a), Tanggamus
(b), Wilis (c), dan Genotipe IAC-100 (d) pada Empat Tingkat Naungan. SP: Stoma Parasitik.
SA: Stoma Anomositik ST: Sel Tetangga. E: Epidermis.

71
Sundari & Atmaja

sedikit. Pengurangan terendah terjadi jumlah sel epidermis lebih banyak jika
pada genotipe IAC 100 (20,81%) dan dibandingkan dengan stomata (Tabel 1
tertinggi pada Wilis (48,12%) (Tabel 1). dan 2). Pengurangan jumlah stomata
Demikian juga halnya pada jumlah sto- berkisar antara 14,77% hingga 41,51%
mata. Namun demikian, pengurangan (Tabel 2). Pengurangan jumlah stomata

Gambar 2. Fotomikrograf permukaan abaksial daun kedelai varietas Lokon pada empat tingkat
naungan. SP: Stoma Parasitik. SA: Stoma Anomositik ST: Sel Tetangga. E: Epidermis.
 
8

7
Jumlah sel epidermis/mm2

y = -0.714x + 8.001
4
R2 = 0.89*

0
0% 25% 50% 75%

Tingkat naungan

Gambar 3. Bentuk Hubungan antara Tingkat Naungan dengan Jumlah Sel Epidermis Daun
Kedelai.

72
Bentuk Sel Epidermis, Tipe dan Indeks Stomata

terendah terjadi pada genotipe Lokon Peningkatan indeks stomata


(14,77%) dan tertinggi pada Wilis ditentukan oleh peningkatan tingkat
(4,51%). Hal ini mengakibatkan indeks naungan (Tabel 3). Berdasarkan hasil
stomata meningkat (Tabel 3). analisis regresi diketahui bahwa hubungan
Pengurangan jumlah sel epidermis antara tingkat naungan dengan indeks
yang lebih besar dibandingkan dengan stomata berbentuk linier positif. Artinya,
pengurangan jumlah stomata per satuan bahwa setiap peningkatan tingkat
luas akan berpengaruh terhadap indeks naungan diikuti dengan peningkatan
stomata, dimana Indeks stomata semakin indeks stomata (Gambar 4).
meningkat (Tabel 3). Berdasarkan hasil analisis ragam

Tabel 1. Jumlah, Pengurangan dan Persentase Pengurangan Sel Epidermis Lima Genotipe
Kedelai pada Empat Tingkat Naungan

Genotipe Jumlah Sel Eidermis per mm2 pada Jumlah Pengurangan


Tingkat Naungan pengurangan (%)
0% 25% 50% 75% (0%-75%) (0%-75%)
Pangrango 8,30 5,81 5,88 5,66 2,64 31,81
Tanggamus 6,88 6,28 5,07 4,73 2,15 31,25
Wilis 9,06 6,14 6,37 4,70 4,36 48,12
IAC-100 6,20 6,26 5,31 4,91 1,29 20,81
Lokon 7,53 6,00 5,81 5,92 1,61 21,38
Rata-rata 7,59 6,10 5,69 5,18 2,41 30,67

Tabel 2. Jumlah, Pengurangan dan Persentase Pengurangan Stomata Lima Genotipe Kedelai
pada Empat Tingkat Naungan.

Genotipe Jumlah Stomata per mm2 pada Jumlah Persentase


Tingkat Naungan Pengurangan Pengurangan
0% 25% 50% 75% (0%-75%) (0%-75%)
Pangrango 4,25 3,02 3,20 3,13 1,12 26,35
Tanggamus 3,33 3,21 2,75 2,65 0,68 20,42
Wilis 4,36 3,04 3,18 2,55 1,81 41,51
IAC-100 3,28 3,57 2,94 2,63 0,65 19,82
Lokon 3,86 2,30 3,01 3,29 0,57 14,77
Rata-rata 3,82 3,03 3,02 2,85 0,97 24,57

73
Sundari & Atmaja

 
36

35.5 y = 0.0257x + 33.478


R2 = 0.996**
Indeks stomata (%)
35

34.5

34

33.5

33
0 25 50 75
Tingkat naungan (%)

Gambar 4. Bentuk Hubungan antara Tingkat Naungan dengan Indeks Stomata Kedelai.

Tabel 3. Indeks Stomata Kedelai pada Tingkat Naungan Berbeda

Naungan (%) Indeks stomata (%)


0 33,49 c
25 34,14 b
50 34,69 b
75 35,45 a
BNT 5% 0,28
Keterangan: Angka pada kolom sama diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata BNT:
Beda Nyata Terkecil

diketahui bahwa, perbedaan indeks sto- (Tabel 5). Jumlah daun terbanyak dicapai
mata terjadi sebagai akibat perbedaan genotipe Pangrango, demikian juga
genotipe dan naungan secara terpisah. dengan luas daun. Pencapaian luas daun
Indeks stomata tertinggi (35,45%) dicapai per tanaman akan mempengaruhi jumlah
pada perlakuan naungan 75% (Tabel 3). sel epidermis dan stomata per tanaman.
Di antara lima genotipe kedelai yang diuji, Hasil analisis korelasi menunjukkan
IAC 100 menunjukkan nilai indeks sto- jumlah daun berkorelasi nyata positif
mata tertinggi, yaitu 35,36%, sedangkan dengan luas daun, dengan nilai koefisien
Wilis memiliki indeks stomata terkecil korelasi (r) 0,88**, luas daun berkorelasi
(Tabel 4). nyata positif dengan jumlah sel epider-
Perbedaan jumlah dan luas daun mis (r = 0,58) dan stomata (0,65). Dengan
ditentukan oleh perbedaan genotipe demikian, dapat dikatakan bahwa

74
Bentuk Sel Epidermis, Tipe dan Indeks Stomata

Tabel 4. Indeks Stomata Lima Genotipe Kedelai

Genotipe Indeks stomata (%)


Pangrango 34,74 b
Tanggamus 34,36 b
Wilis 33,50 c
IAC 100 35,36 a
Lokon 34,26 b
BNT 5% 0,48
Keterangan: Angka pada kolom sama diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata BNT:
Beda Nyata Terkecil

Tabel 5. Jumlah dan Luas daun Lima Genotipe Kedelai


Genotipe Jumlah daun/tanaman Luas daun (Cm2/tanaman)
Pangrango 56 a 2143 a
Tanggamus 46 bc 1321 c
Wilis 49 b 1483 bc
IAC 100 25 d 676 d
Lokon 41 c 1700 b
BNT 5% 5,27 297,30

peningkatan jumlah daun berhubungan di tingkat naungan 25% yang dicapai


erat dengan luas daun, peningkatan luas genotipe Tanggamus.
daun berhubungan erat dengan peningka- Berdasarkan hasil analisis korelasi
tan jumlah sel epidermis dan stomata, diketahui bahwa bobot biji berkorelasi
tetapi tidak demikian dengan indeks sto- nyata positif dengan jumlah daun, luas
mata. Peningkatan indeks stomata daun, jumlah sel epidermis dan stomata
berbanding terbalik dengan jumlah sel (r = 0,78; 0,67, 0,69 dan 0,62), tetapi
epidermis, jumlah stomata, dan luas daun. berkorelasi negatif dengan indeks stomata
Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien (r = -0,46).
korelasi nyata negatif, berturut-turut -0,51;
-0,46 dan -0,45. PEMBAHASAN
Bobot biji per tanaman dipengaruhi
oleh interaksi antara genotipe dengan Naungan tidak mengubah bentuk
tingkat naungan (Tabel 6). Hal ini morfologi sel epidermis maupun tipe
menunjukkan bahwa respon masing- stoma. Bentuk sel epidermis pada daun
masing genotipe berbeda di setiap tingkat kedelai adalah memanjang dengan tepi
naungan. Wilis merupakan genotipe yang yang berlekuk. Bentuk sel epidermis yang
menghasilkan bobot biji per tanaman ditemukan sesuai dengan pendapat Rudal
tertinggi di semua tingkat naungan, kecuali (2007) dan Fahn (1990) yang

75
Sundari & Atmaja

Tabel 6. Bobot Biji per Tanaman Lima Genotipe Kedelai pada Tingkat Naungan Berbeda

Genotipe Bobot biji (g/tanaman) pada Tingkat naungan:


0% 25% 50% 75%
Pangrango 6,60 a 3,07 gh 4,55 def 2,62 h
Tanggamus 6,08 ab 5,57 bc 4,60 cdef 3,01 gh
Wilis 6,76 a 5,55 bcd 4,79 cde 3,95 efg
IAC 100 6,07 ab 3,75 fg 3,27 gh 1,42 i
Lokon 3,82 efg 2,63 h 2,66 h 2,54 h
BNT 5% 1,001

menyatakan bahwa sel epidermis adalah sel tetangga stomata parasitik.


memiliki bentuk: memanjang, isodiame- Hidayat (1995) menyatakan bahwa
trik, tubuler, dengan dinding yang lurus, perkembangan stomata dimulai saat
berombak atau berlekuk. pembelahan sel epidermis daun selesai,
Tipe stomata menurut jumlah dan selanjutnya perkembangan akan terus
letak sel tetangga pada lima genotipe berlanjut hingga daun memanjang dan
kedelai disebut parasitik. Tipe parasitik melebar karena pembesaran sel. Sel epi-
memiliki ciri sel penutup stoma dikelilingi dermis daun ketiga dari atas yang diambil
oleh dua buah sel tetangga yang terletak sebagai sampel kemungkinan belum
sejajar dengan sumbu sel penutup dan memanjang dan melebar secara
porus. Tipe stoma yang diamati sesuai sempurna sehingga menyebabkan letak
dengan hasil penelitian Tyas (2007) yang dua sel tetangga stoma parasitik belum
menyatakan bahwa tipe stoma daun menunjukkan posisi sejajar dengan sumbu
kedelai termasuk parasitik. Tipe stomata porus dan sel penutup stoma.
anomositik juga ditemukan pada penelitian Naungan menyebabkan perubahan
ini. Jumlah stomata tipe parasitik lebih ukuran stoma dan sel epidermis. Ukuran
banyak dibandingkan dengan anomositik. sel epidermis dan sel tetangga stoma
Dua tipe stomata yang ditemukan terlihat lebih besar pada tingkat naungan
dalam satu helai daun disebabkan oleh yang semakin tinggi. Perubahan ukuran
sampel daun yang diamati belum dewasa. stomata dan sel epidermis yang teramati
Daun yang belum dewasa memiliki sesuai dengan laporan Sugito (1999) dan
tingkat perkembangan sel epidermis dan Cookson (2005) yang menyatakan bahwa
stomata belum sempurna. Salah satu dari pada intensitas cahaya rendah ukuran
3 atau 4 buah sel yang mengelilingi stoma stoma dan sel epidermis bertambah besar.
yang diduga memiliki tipe anomositik Genotipe kedelai yang diuji memiliki
kemungkinan sel epidermis yang belum sifat genetik berbeda sehingga masing-
sempurna sedangkan dua sel yang lain masing memiliki tingkat inisiasi stomata

76
Bentuk Sel Epidermis, Tipe dan Indeks Stomata

yang tidak sama. Tingkat inisiasi stomata stomata melalui pengaruh langsung
yang tidak sama menyebabkan indeks cahaya terhadap stomata. Pengaruh tidak
stomata lima genotipe kedelai berbeda. langsung pengurangan cahaya adalah
Hal yang sama juga dikemukakan oleh peningkatan konsentrasi CO2 interseluler
Willmer (1983) bahwa inisiasi stomata akibat meningkatnya tahanan mesofil.
dipengaruhi oleh hormon dan sifat genetik. Konsentrasi CO2 yang tinggi akan
Menurut Salisbury (1995), tiap sel meningkatkan laju fotosintesis dan
tumbuhan memiliki kepekaan yang tidak menurunkan aktifitas Ribulose biphospha-
sama. Kepekaan sel yang tidak sama te carboxyliase-oxigenase (Rubisco).
menyebabkan perbedaan respons, Pengurangan aktivitas Rubisco berdam-
meskipun intensitas cahaya yang pak pada efisiensi karboksilasi berkurang.
diberikan sama. Penelitian memperlihat- Namun penurunan Rubisco hanya terjadi
kan bahwa Pangrango, Tanggamus, dan pada fase perkembangan biji (Osborne
Lokon memiliki respons yang berbeda 1997)
dengan IAC-100 dan Wilis. Kemampuan setiap genotipe untuk
Naungan menyebabkan penurunan dapat berproduksi menghasilkan biji di
bobot biji dari masing-masing genotipe. bawah naungan berbeda. Wilis merupa-
Penurunan hasil biji disebabkan karena kan genotipe yang mampu berpro-duksi
semakin berkurangnya intensitas cahaya tinggi hampir di semua tingkat naungan,
yang diterima oleh tanaman. Di mana kecuali pada tingkat naungan 25%. Hal
cahaya terserap merupakan faktor ini didukung pula dengan karakter jumlah
penting dalam proses fotosintesis, daun dan luas daun yang tinggi pula.
pertumbuhan dan hasil tanaman (Board Jumlah daun yang banyak dan luas daun
& Harville 1996; Zhao & Oosterhius yang lebar pada Wilis diikuti pula dengan
1998). Pengurangan cahaya terserap jumlah sel epidermis dan stomata yang
mengakibatkan pengurangan aktifitas banyak. Peningkatan jumlah stomata
fotosintesis, sehingga alokasi fotosintat ke berdampak pada peningkatan laju
organ reproduksi berkurang (Osumi et. pertukaran gas CO2 dan O2, serta
al. 1998). transpirasi. Pernyataan di atas, mendu-
Cahaya matahari yang terbatas kung pendapat Gardner (1985) yang
berpengaruh terhadap laju aktifitas ATP menyatakan bahwa peningkatan laju
dan NADPH2 pada reaksi fotokimia dari transpirasi dapat dilakukan dengan
fotosintesis. Laju reaksi pada siklus memperbesar porus atau jumlah stomata.
reduksi karbon fotosintesis, termasuk Dengan transpirasi, laju unsur hara tetap
RuBPc-o (Ribulose 1,5-biphosphat car- berlangsung dan turgor yang berlebih
boxylase-oxygenase) terhambat bersa- dapat dicegah. Transpirasi dapat
maan dengan berkurangnya laju sintesis menurunkan potensial air di dalam sel
kofaktor dari ATP dan NADPH2 (Raven sehingga turgor menjadi tidak terlalu
& Glidewell 1981). Terbatasnya cahaya tinggi. Turgor yang terlalu tinggi
matahari selain meningkatkan tahanan menyebabkan kerusakan sel (Sugito
mesofil, juga dapat meningkatkan tahanan 1999). Selain itu, dengan luas daun yang

77
Sundari & Atmaja

lebar, tanaman mampu meningkatkan periode affect yield of narrow-row,


penyerapan photosynthetically active ra- late planted soybean. Agron. J.
diation (PAR) (Anonym 1981). 88:567-572.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, Chen, AQ, CS. Li, WG. Chaloner, DJ.
maka dapat dikatakan bahwa Wilis Beerling, QD. Sun, ME. Collinson
merupakan genotipe yang mampu & PL. Mitchell. 2001. Assesing
beradaptasi terhadap naungan, dengan The Potential for Stomatal Char-
tetap mempertahankan luas daun, jumlah acter of Extant and Fossil Ginkgo
sel episermis dan stomata, indeks stomata, biloba to Signal of Atmosperic CO2
serta bobot biji. Change. Beijing: Institute of Botany
Chinese Academy of Science. http/
KESIMPULAN /www.amjbot.org/cgi/content/full/
88/7/1309.
Naungan tidak mengubah bentuk sel Cookson, SH. & C. Granier. 2005. A
epidermis dan tipe stomata lima genotipe Dynamic Analysis of the Shade-in-
kedelai, tetapi naungan berperan dalam duced Plasticity in Arabidopsis
menentukan indeks stomata. thaliana Rosette Leaf Development
Naungan meningkatkan indeks sto- Reveals New Components of the
mata permukaan abaksial daun kedelai. Shade-adaptive Response. Oxford:
Selain ditentukan oleh naungan, Oxford University Press. journal.
perbedaan indeks stomata juga ditentukan permissions@oxfordjournals.org.
oleh perbedaan genotipe. Edhi, AS. 1996. Indeks Stomata pada
Indeks stomata tertinggi dicapai Tanaman Widelia biflora dan Portu-
IAC -100 dan terendah dicapai Wilis. laca grandiflora. Malang: Laporan.
Wilis merupakan genotipe yang Penelitian Tidak Diterbitkan FMIPA
dapat beradaptasi pada kondisi IKIP MALANG.
lingkungan ternaungi, dengan memper- Esau, K. 1980. Plant Anatomy. New
tahankan luas daun, jumlah sel episermis York, London, Sydney, and Toronto:
dan stomata, indeks stomata, serta bobot John Wiley and Sons, Inc.
biji. Fahn, A. 1990. Plant Anatomy. Third Edi-
tion. Oxford, New York, Toronto,
DAFTAR PUSTAKA Sydney, Paris, Frankfurt: Pergamon
Press.
Anonym. 1981. Sunday Nnochiri ogbuehi Gardner, FP., RB. Pearce & RL. Mitchell.
"Influence of windbreak-shelter on 1985. Physiology of Crop Plant.
soybean (Glycine max (L). Merrill. Iowa: The Iowa State University
ETD collection for University of Press.
Nebraska - Lincoln. Paper Hidayat, EB. 1995. Anatomi Tumbuhan
AAI8111681. Berbiji. Bandung: Penerbit ITB.
Board, JE. & BG. Harville. 1996. Growth Kimball, J. 2006. Gas Exchange in Plants.
dynamic during the vegetatif www.Jkimball.ultranet.

78
Bentuk Sel Epidermis, Tipe dan Indeks Stomata

Kouwenberg, LLR. & CME. Jennifer. Madrid, Cape Town, Singapore,


2006. The Effect of Light Intensity Sao Paulo: Cambridge University
and Temperature Changes on The Press.
Stomatal and Epidermal Morphol- Salisbury, FB. & CW. Ross. 1995.
ogy of Quercus kelloggi: Implica- Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan:
tions for Paleoelevation Recon- Lukman, DR. & Sumaryono.
struction. Chicago: Departement of Bandung: Penerbit ITB.
Geology. www.Kouwenberg Sastrahidayat. 1990. Ilmu Penyakit
fmnh.org. Tumbuhan. Surabaya: Fakultas
Osborne, CP. 1997. Effect of Rising CO2 Pertanian Universitas Brawijaya
Concentration on Photosynthesis in Bekerja Sama Dengan Usaha
the Shade. University of Essex Nasional Surabaya
(united of Kingdom). [Disertation] Sugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman.
Abstracts. Malang. Penerbit Fakultas Perta-
Osumi, K., K. Katayama, LU. de la Cruz, nian Universitas Brawijaya.
& AC. Luna. 1998. Fruit bearing Tyas, RMN. 2007. Pengaruh Naungan
behavior of 4 legumes cultivated Terhadap Perubahan Struktur
under shaded conditions. JARQ. Anatomi Daun Pada Lima
32:145-151. Varietas Kedelai [Glycine max (L.)
Raven, JA., & SM. Glidewell. 1981. Pro- Merill]. Malang: [Skripsi]. FMIPA
cess limiting photosynthetic conduc- Universitas Negeri Malang.
tance. Di dalam C.B.Johnson (ed.) Wallis, TE. 1965. Analytical Mycros-
Physiological Processes Limiting copy. Boston. Little Brown and
Plant Productivity. Butterrr- Company.
worths. London. Boston. Sydney. Willmer, CM. 1983. Stomata. London-
Wellington. Durban. Toronto. 109- New York: Longman Inc.
136. Zhao, D. & D. Oosterhius. 1998. Cotton
Rudal, PJ. 2007. Anatomy of Flower- response to shade at different
ing Plants An Introduction to growth stages: Nonstructural car-
Structure and Development. Cam- bohydrate composition. Crop Sci.
bridge, New York, Melbourne, 38:1196-1203.

Memasukkan: September 2010


Diterima: Januari 2011

79

Вам также может понравиться