Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Estimasi Biaya

Estimasi biaya merupakan hal pentingkan dalam industri kontruksi.


Ketidak akuratan dalam estimasi dapat memberikan efek negatif dalam proses
kontruksi dan semua pihak yang terlibat. Defensi estimasi biaya menurut
National Estimating Society – USA adalah seni memperkirakan (the art of
approximating) kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan
yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada waktu itu.

Estimasi biaya erat kaitannya dengan analisis biaya , yaitu perkerjaan yang
menyangkut pengkajian biaya kegiatan-kegiatan terdahulu yang akan dipakai
sebagi bahan untuk menyusun perkiraan biaya. Dengan kata lain, menyusun
estimasi biaya berarti melihat masa depan, memperhitungkan dan mengadakan
perkirakan atas hal-hal yang mungkin akan terjadi. Sedangkan analis biaya
menitik neratkan pada pekajian dan pembahasan biaya kegiatan masa lalu akan di
pakai sebagai biaya masukan.

Dalam usuaha mencari pengertian lebih lanjut mengenai estimasi biaya ,


maka perlu diperhitungkan hubunggan dengan cost engineering. Coat engineering
menurut AACE ( The American Association Of Coat Engineer) adalah area dari
kegiatan engineering dimana pengalaman dan pertimbangan engineering dipakai
pada aplikasi prinsip-prinsip teknik dan ilmu pengetahuan didalam masalah
perkiraan biaya dan pengendalian biaya ( Soeharto,1995).

Estimasi analisis ini merupakan metode yang secara tradisional dipakai


oleh estimator untuk menentukan setiap tarif komponen perkerjaan di analisa
kedalam komponen-komponen utama tenaga kerja , material , peralatan ,
pekerja,dan lain-lain. Penengkanan utamanya diberikan faktor-faktor seperti
jenis, ukuran, lokasi, bentuk, dan tingginya merupakan faktor penting yang
memengaruhi biaya kontruksi(Ashworth ,1994).
Menurut pratt(1995)”fungsi dari estimasi biaya dalam industri kontruksi
adalah:

a. Untuk melihat apakah perkiraan biaya kontruksi dapat terpengaruh biaya yang
ada
b. Untuk mengatur aliran dana ketika pelaksana kontruksi sedang berjalan
c. Untuk kompetisi pada saat penawaran

Menurut Soeharto (1995) “salah satu pemikiran biaya yang sering dipakai
adalah metode yang menganalisa unsur-unsurnya”. Pada metode elemental
analysis cost estimating, lingkup proyek di uraikan menjadi unsur-unsur menurut
fungsinya. Struktur yang diperoleh menjadi sedemikian rupa sehingga perbaikan
secara bertahap dapat dilakukan sesuai dengan kemajuan proyek,dalam arti
masukan yang berupa data dan informasi yang baru diperoleh, dapat ditampung
dalam rangka meningkatkan kualitas perkiraan biaya. Klarifikasi fungsi dari
unsur-unsurnya menghasilkan bagian atau komponen lingkup proyek yang
berfungsi sama. Agar penggunanya dalam biaya menjadi efektif, maka pemilihan
fungsi hendaknya didasarkan atas:

a. Menujukan hubunggan antara kompenen-kompenen proyek,dan bila telah


diberi beban biaya, berarti menunjukan kompenen biaya proyek lain yang
sejenis.
b. Dapat di bandingkan dengan komponen biaya proyek lain yang sejenis.
c. Mudah di ukur atau diperhitungkan dan di nilai perbandingannya (rasio)
terhadap dan standar.

2.1.1 Proyek Konstruksi

Proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang
dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang tersedia. Proyek konstruksi adalah
suatu upaya untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan/infrastruktur.
Unsur utama dari sebuah struktur beton bertulang adalah beton dimana Mc
Cormac (2004) menyebutkan bahwa salah satu ciri khas beton adalah
kemampuanya untuk dicetak menjadi bentuk yang beragam, mulai dari pelat,
balok, kolom yang sederhana sampai atap kubah dan cangkang besar. Biaya
adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam pembuatan atau pembangunan
suatu property (Tumorang, 2006).

2.1.2 Biaya Pekerjaan Struktur Beton Bertulang

Perkiraan biaya konstruksi beton bertulang, dibagi dalam lima bagian,


yaitu bekisting, tulangan beton, betonnya sendiri, penyelesaian permukaan beton
jika diperlukan, dan curing. Dalam penelitian ini, yang akan dibahas hanya tiga
bagian pertama yang disebutkan sebelumnya, yaitu bekisting, tulangan dan beton
(Sastraatmadja, 1994).

2.1.3 Biaya Beton (Cor)

Biaya beton dalam suatu struktur beton bertulang umumnya terdiri dari
biaya bahan, tenaga kerja dan peralatan yang meliputi biaya bahan dari agregat,
semen, air, alat-alat dalam mengecor, dan tenaga kerja dalam mencampur,
mengangkut, dan menuang beton. Penggunaan beton ini dapat diperoleh dengan
dua cara, yaitu dengan mencampur sendiri atau memesan ready mix. Tenaga kerja
diperlukan untuk mencampur beton, mengangkut, dan menaruhnya di cetakan-
cetakan yang sudah ada. Sedangkan alat-alat yang diperlukan ialah alat untuk
menimbang, mengaduk beton, mengangkut dan mengecor beton, untuk pekerjaan
penyelesaian, dan pemeliharaan (Sastraatmadja, 1994).

2.1.4 Biaya Pembesian

Biaya pembesian terdiri dari harga dasar, biaya sisa pemotongan, dan
termasuk pula biaya untuk kait, bantalan tulangan dan overlapping (Peurifoy &
Oberlender, 1989).

2.1.5 Biaya Bekisting

Biaya bekisting meliputi biaya material, biaya tenaga kerja dalam


membuat, memasang, dan melepas bekisting, serta biaya peralatan, seperti gergaji,
bor, atau berbagai peralatan tangan lainnya. Item yang mempengaruhi biaya
bekisting dari lantai beton, meliputi tinggi dari lantai ke lantai, kemampuan
bekisting untuk digunakan berulang, lamanya waktu yang dibutuhkan bekisting
sebelum dibuka, tipe alat untuk menopang bekisting dan perletakan yang
digunakan, dan jumlah drop beam yang dibutuhkan (Hardie, 1987).

2.1.6 Biaya Pekerjaan Dinding

Biaya pekerjaan dinding meliputi material, biaya tenaga kerja dalam


pembuatan, serta biaya peralatan, seperti sendok semen. Item yang mepengarui
biaya dinding meliputi material dinding (batu bata, batako, bata ringan, kayu
maupun beton bertulang), ketebalan dinding dan fungsi dinding (struktural atau
non struktural). (Apeldoorn, 1967).

2.1.7 Biaya Pekerjaan Plesteran

Biaya pekerjaan plesteran meliputi material, biaya tenaga kerja dalam


pembuatan, serta biaya peralatan, seperti sendok semen, ember cor dan peralatan
tangan lainnya. Aspek biaya yang mempengaruhi yaitu rasio perbandingan
campuran bahan plesteran sendiri dan juga ketebalan dari plesteran yang akan
dilakukan. (Apeldoorn, 1967).

2.2 Kuantitas Perkiraan Biaya

Menurut Soeharto (1995)”kualitas suatu perkiraan biaya yang berkaitan


dengan akurasi dan kelengkapan unsur-unsurnya tergantung pada hal-hal
berikut:

a. Tersedianya data dan informasi


b. Teknik atau metode yang digunakan
c. Kecakapan dan pengalaman estimator
d. Tujuan pemakaian biaya proyek”

Untuk menghitung biaya total proyek, harus dilakukan pertama kali


adalah mengidentifkasi lingkup kegiatan yang akan dikerjakan, kemudian
mengkalikannya dengan biaya masing-masing lingkup yang dimaksud. Hal ini
memerlukan kecakapan, pengalaman serta judgament dari estimator.

Menurut Sastraatmadja(1984)”seorang estimator harus mempunyai


kualifikasi sebagai berikut:

a. Mempunyai pengetahuan/pegalaman yang cukup detail dari cara pelaksanaan


b. Pengalaman dalam bidang kontruksi
c. Mempunyai sumber-sumber informasi untuk mengetahui harga bahan dan
dimana dapat diperoleh , jam kerja buruh yang diperlukan, ongkos-
ongkos,overhead,dan segala biaya tambahan.
d. Pengambilan kesimpulan yang tepat mengenai harga, untuk berbagai daerah
yang berlainan, jenis pekerjaan, dan buruh yang berlainan.
e. Metode yang menaksir biaya.
f. Mampu menghitung secara teliti, berhati-hati dan menaksir biaya mendekati
biaya sebenarnya.
g. Mampu menghimpun, memisahkan dan memilah data yang berhubunggan
dengan pekerjaan .
h. Mampu memikirkan segala langkah untuk setiap jenis pekerjaan.

Lima hal pokok yang perlu diperhatikan dalam menghitung biaya antar lain:

1. Bahan

Menghitung biaya yang dipakai dan harganya,. Biasanya dibuat daftar bahan
yang menjelaskan mengenai banyaknya, ukuran,berat, dan ukura lain yang
diperlukan .

2. Buruh

Menghitung jam kerja yang diperlukan dan jumlah biayanya. Biaya


buruhsangat dipengaruhi oleh bermacam-macam hal seperti durasi dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan, keadaan lokasi, keterampilan dan keahlian
yang bersangkutan.
3. Peralatan

Menghitung biaya-biaya jenis dan banyaknya peralatan yang dipakai serta


biayanya.

4. Overhead

Menghitung biaya-biaya tak terduga yang perlu diadakan. Biaya tak terduga
yang terdapat didalam proyek misalnya sewa kantor, peralatan kantor dan alat
tulis, biaya air, listrk, asuransi, pajak, biaya notaris, dan lain sebagainya.

5. Profit

Menghitung presentase keuntungan dari waktu,tempat dan jenis pekrjaan.


Besarnya keuntungan tidak lebih dari 50 %.

2.2.1 Analisa Harga Satuan Bahan

jenis bahan yang disebut disini bergantung pada item pekerjaannya (material
pokok) dan metodenya (material penunjang). Bahan bangunan dapat berupa bahan
dasar (raw material) yang harus di proses proyek. Atau berupa bahan
jasi/setengah jadi yang tinggal dipasang saja pada saaat pekerjaan dilapangan saja.

Dalam melakikan pekerjaan pada suatu proyek, faktor waste bahan adalah
sejumlah bahan yang dipergunakan/telah dibeli, tetapi tidak menambah nilai jual
dari produknya.

Adanya beberapa waste, antar lain :

1. Penolakan oleh owner karena tidak memenuhi syarat.


2. Kerusakan karena kelemahan dan handling atau penyimpanan.
3. Kehilangan karena kelemahan pengawasan keamanan.
4. Pemborosan pemakain dilapangan.

Analisa bahan satuan pekerjaan ialah menghitung banyaknya/volume


masing-masing bahan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan bahan/material ialah
besarnya bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam
satu kesatuan pekerjaan. Kebutuhan bahan dapat dicari dengan rumus sebagai
berikut :

∑ Bahan = Volume Pekerjaan x Koefesien analisa bahan.........................(2.6)

Indeks bahan merupakan indeks kuantum yang menunjukan kebutuhan


bahan bangunan un,1tuk setiap jenis satuan pekerjaan. Analisa dari suatu
pekerjaan merupakan kegiatan menghitung banyaknya volume masing-masing
bahan,serta besarnya biaya yang dibutuhkan, sedangkan indeks satuan bahan
menunjukan banyaknya bahan yang akan diperlukan untuk menghasilkan suatu
volume pekerjaan yang akan dikerjakan, baik dalam volume 1 m3, 1 m2.

2.2.2 Analisa Harga Satuan Peralatan

Banyaknya pekerjaan yang memerlukan peranan alat dalam proses


pelaksanaannya. Oleh karena itu dalam pelaksanaan suatu item pekerjaan tertentu
memerlukan alat-alat kontruksi, terutana alat-alat berat, maka sub harga satuan ini
sama dengan sub harga satuan upah, yaitu mempertimbangkan tingkat
produktivitas alat tersebut. Bila alat yang digunakan adalah sewa,maka harga alat
sewa tersebut dipakai sebagai dasar perhitungan sub harga satuan alat. Namun alat
yang digunakan adalah milik sendiri, maka harus dipakai”konsep biaya alat”yang
terdiri dari :

a. Biaya penyusunan (depresiasi) alat, yaitu biaya yang disisihkan untuk


pengembalian investasi alat yang bersangkutan.
b. Biaya perbaikan, yaitu meliputi biaya yang perlukan untuk penggantian suku
cadang dan upah mekanik.
c. Biaya operasi, yaitu meliputi biaya-biaya yang diperlukan untuk keperluan
bahan bakar, pelumas, minyak hidrolis, greasi, dan upah operator.
2.2.3 Analisa SNI (Standar Nasional Indonesia)

Analisa SNI adalah satu-satunya analisa standar yang berlaku secara


nasional di indonesia. SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh
Badan Standardisasi Nasional (BSN). Perumusan SNI berlandaskan hukum pada
PP Tahun 2002 tentang Standardisasi Nasional.

Standar dapat membawa manfaat teknlogi, eknomi dan sosial. Standar


membantu untuk menyelaraskan spesifikasi teknis produk dan jasa yang membuat
industri lebih efesien dan meningkatkan daya saingnya untuk perdagangan
internasional. Kesesuian dengan standar membantu meyakinkan konsumen bahwa
produk tersebut aman, efesien dan baik untuk lingkungan. Standardisasi
merupakan salah satu instrumen regulasi teknis yang dapat melindungi
kepentingan konsumen nasional dan sekaligus produsen dalam negri.

Melalui regulasi teknis yang berbasiskan standardisasi dapat dicegah


beredarnya barang-barang yang tidak bermutu dipasar domestik khususnya yang
terkait dengan kesehatan, keamanan, keselamatan, dan pelestarian fungsi
lingkungan hidup . melalui instrumen yang sama, dapat dicegah masuknya
barang-barang impor bermutu rendah yang mendistorsi pasar dalam negri karena
berharga rendah.

Undang-Undang pendustrian yang di sahkan Dewan Perwakilan Rakyat


(DPR) pada 19 Desember 2013 menyebutkan bahwa penyelenggaraan di bidang
perindustrian akan terkena sanksi hukum. Pelanggaran menyangkut SNI (Stndar
Nasional Indonesia) dapat dikena (sanksi) pidana.

2.2.4 Analisa K ( Analisa Kabupaten/Kota)

Analisa K adalah harga satuan bahan dan upah yang diperoleh dari harga
satuan Kabupaten/Kota lokasi pekerjaan itu sendiri. Dalam menghitung dan
menyusun anggaran biaya dari suatu bangunan atau proyek, harus berpedoman
pada harga satuan bahan atau tenaga kerja di pasaran dan lokasi pekerjaan. Harga
satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah tenga kerja berdasarkan
perhitungan analisis.

Harga dapat diperoleh di pasaran yang dalam suatu daftar yang dinamakan
daftar harga satuan bahan dan upah. Harga bahan dan upah tenaga kerja disetiap
daerah berbeda-beda jadi, dalam menghitung dan menyusun anggaran biaya suatu
proyek, harus berpedoman pada harga satuan dan upah tenaga kerja dilokasi
pekerjaan atau dipasaran.

2.3 Produktivitas
2.3.1 Pengertian Produktivitas

Produktivitas merupakan perbandingan hasil yang dapat di capai dengan


keseluruhan sumber daya yang dipergunakan persatuan waktu
(Simanjuntak,1985).

Slamet Sakson dalam bukunya dalam kepegawaian merumuskan bahwa,


produktivitas adalah suatu sikap mental yang berpandangan bahwa kualitas hidup
hari ini harus lebih baik dari kualitas har yang lalu, hari esok harus lebih baik dari
hariini.

(Saksono,1998) Muchdarsyah (1995) “mengemukakan bahwa produktivitas


adalahperbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil, dan juga bagi
perbandinga antara jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam
satuan-satuan (unit) umum”

Produktivitas tenaga kerja adalah salah satu ukuran permasalahan dalam


mencapai tujuannya. Sumber daya oleh manusia merupakan elemen yang paling
strategis dan organisasi, harus diakui dan di terima oleh manajemen. Tenaga kerja
merupakan faktir penting dalam pengukuran produktivitas. Hal ini disebabkan
oleh dua hal, yaitu pertama, karena besarnya biaya yang dikorbankan untuk tenaga
kerja sebagai bagian biaya yang terbesar untuk pengadaan produk dan jasa, kedua,
masukan faktor-faktor lain seperti modal.
2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas

Menurut penguji dala Teknik Sipil dengan judul “Pengukuran Produktivitas


Pekerja Sebagai Dasar Perhitungan Upah Kerja Pada Anggaran Biaya”, faktor-
faktor yang memengaruhi produktivitas pekerjaan antara lain :

1. Tingkat upah

Dengan pemberian upah yang setimpal akan mendorong pekerja untukl


berkerja lebih giat lagi karena mereka merasa partisipasinya dalam proses
produksi di proyek dihargai oleh pihak perusahaan (kntraktor). Produktvitas
tinggi memungkinkan untuk meningkatkan upah tenaga kerja yang tinggi pula.
Tingkat upah merupakan juga salah satu faktor yang memengaruhi keputusan
para pekerja untuk memilih tempat kerjanya.
2. Pengalaman Dan Keterampilan Pekerja
Pengalaman dan keterampilan berkerja akan semakin bertambah apabila
pekerja tersebut makin sering melakukan pekerjaan yang sama dan dilakukan
secara berulang-ulang sehingga produktivitas pekerjaan tersebut dapat
meningkatkan dalam melakukan pekerjaan yang sama.
3. Usia Pekerja
Para pekerja yang usianya masih muda relatif mempuyai produktivitas yang
lebih tinggi bila dibandingkan dengan pekerja yang usianya lebih tua (lanjut)
karena pekerja yang usianya lebih muda mempunyai tenaga yang lebih besar
yang sangat diperlukan dalam pekerjaan kontruksi.
4. Pengadaan Barang
Pada saat material (semen,tulangan, dan yang lainnya) datang ke lokasi maka
perkerjaan para pekerja akan terhenti sesaat karena pekerja harus mengakut dan
memindahkan barang material tersebut ke tempat yang sudah disediakan
(seperti gudang). Atau apabila saat pekerjaan sedang berlangsung dan material
yang dibutuhkan tidak ada di lokasi proyek, maka produktivitas pekerjaan
tersebut akan terhenti karena akan menunggu suplai barang dan material
tersebut.
5. Pendidikan Dan Keahlian
Para pekerja yang pernah mengikuti pelatihan khusus (training) atau pernah
mengikuti suatu pendidikan khusus (STM) akan mempunyai kemampuan yang
dapat dipakai secara langgsung sehingga dapat bekerja lebih efektif bila
dibandingkan dengan pekerja yang tidak mengikuti pendidikan khusus.
6. Cuaca
Pada musm kemarau suhu udara akan meningkat (lebih panas) yang
menyebabkan produktivitas akan menurun, sedangkan pada musim hujan
pekerjaan yang menyangkut dengan pondasi dan galian tanah akan terlambat
karena kondisi hujan karena kondisi tanah sehingga tidak dapat dilakukan
pengecoran pada saat kondisi hujan karena akan menyebabkan mutu beton
hasil pengecoran berkurang.
7. Jarak Material
Adanya jarak material yang jauh akan mengurangi prduktivitas pekerjaan,
karena jarak yang jauh antara material dan tempat dilakukannya pekerjaan
memerlukan tenaga ekstra (tambahan) untuk mengangkut material.
8. Hubungan Kerja Sama Antar Pekerja
Adanya hubunggan yang baik da selaras antara sesama pekereja dan mandor
dan akan memudahkan komunikasi sehingga tujuan yang di inginkan akan
mudah dicapai.
9. Faktor Material
Faktor material berpengaruh pada semangat dan gairah para pekerja melalui
gaya kepemimpinan, bijaksana, dan peraturan pengushaan (kontraktor). Karena
adanya mutu manajemen sebagai motor penggerak dalam berproduksi
diharapkan akan tercapai tinggkat produktivitas, laju prestasi maupun kinerja
operasi seperti yang di inginkan.

2.3.3. Pekerjaaan Pasangan Batu Bata


Yang dimaksud dengan bata/batu bata atau batu merah adalah suatu
unsur bahan bangunan yang dibuat dari tanah liat dengan atau tanpa campuran
bahan lainnya, yang dibakar pada suhu yang cukup tinggi sehingga tidak hancur
lagi bila direndam dalam air.
2.3.4 Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja
Selama berlangsungnya pekerjaan harus diukur hasil-hasil yang dicapai
untuk dibandingkan dengan rencana semula. Objek pengawasan ditujukan pada
pemenuhan persyarat minimal segenap sumber daya yang dkerahkan agar proses
kontruksi secara teknis dapat berlangsung dengan baik. Upaya mengevaluas
pekerjaan untuk mengetahui penyebab penyimpanan terhadap etimassi semula.
Pemantauan (monitoring) berarti melakukan observasi dan pengujian terhadap
interval tertentu untuk memeriksa kinerja maupun dampak sampingan yang tidak
diharapkan (Istimawan,1996).

Produktivitas tenaga kerja merupakan kemampuan tenaga kerja untuk


menyelesaikan suatu pekerjaan dengan volume tertentu dalam batas waktu
tertentu dalam kondisi standar dandiukur dalam satuan volume/hari-orang.
Pengertian produktivitas bila dituliskan dalam bentuk persamaan 2.7sebagai
berikut .

Prokduktivitas = Satuan Hasil Kerja/Satuan Waktu.........................................(2.7)

Keterangan :

Hasil kerja adalah sejumlah hasil, tugas, atau proses yang bisa
dilaksanakan dalam 1 (satu) priode tertentu (dapat berupa hari atau jam). Satuan
hasil kerja dapat berupa m3/jam,m2/jam,m’/jam.

Waktu kerja atau jam kerja adalah sejumlah waktu yang digunakan secara
efektif dalam melaksanakan tugas dalam 1 (satu) priode. Satu priode yang
dimaksud disini adalah waktu (jam) kerja normal dalam satu hari kerja yaitu 8 jam
(Susanto,1984). Orang hari standar atau satu hari orang bekerja adalah 8 jam
,terdiri atas 7 jam kerja efektif dan 1 jam istirahat.
2.4 Waktu Efektif
Jam kerja yang dipakai secara optimal akan menghabiskan produktivitas
yang optimal juga sehingga perlu juga diperhatikan efektivitas jam kerja, sepert
ketetapan jam mulai dan akhir kerja serta jam istirahat yang tepat.

Dalam proses produksi terdapat dua jenis waktu yaitu, waktu produktif
(productive time) dan waktu nonproduktif (nonproductive time). Idealnya tenaga
kerja hanya dibayar hanya untuk waktu produktifnya saja, akan tetapi tidak dapat
dipungkiri adanya waktu nonprodiktif dalam suatu proses produksi, sehingga
tenaga kerja tersebut juga dibayarkan waktu nonproduktifnya. Waktu efektif
kemudian menjadi salah satu cara untuk memperhitungkan waktu nonprduktif
dalam satu hari atau satu jam. Waktu efektif merupakan indeks waktu produktif
yang digunakan leh tenaga kerja dalam satu jam atau hari. Oleh karena itu, secara
teknis tidak perlu ditentukan terlebih dahulu yang mana waktu produktif dan
mana waktu nonproduktifnya.

Waktu nonproduktif terdiri dari kerugian standar (standard loses) waktu


istirahat pada jam (scheduled strees breaks) dan kerugian keterampilan akibat
kurangnya perlindungan tenaga kerja (dexterity looses due to personal protection)
dimana faktor-faktor tersebut tergantung dari kondisi tempat kerja. Waktu
nonproduktif dapat dibagi dalam beberapa hal berikut:

a. Kerugian standar
Kerugian standar terdiri dari waktu yang digunakan untuk beberapa item yang
kegiatan yang mendukung proses produksi tetapi tidak termasuk proses
produksi. Misalnya, safety meeting,intruksi, pekerjaan persiapan, dan
pembersihan.
b. Waktu istirahat pada jam kerja
Waktu istirahat pada jam kerja di luar jam istirahat dimasukan dalam waktu
nonproduktif karena ini merupakan suatu yang tidak dapat dipungkiri
terjadinya.
c. Kerugian keterampilan
Setiap pekerjaan kontruksi diperhitungkan perlindungan tenaga kerja. Dalam
kondisi tertentu tenaga kerja harus mengenakan pakaian khusus alat
pelindungdiri(APD) untuk melindung keselamatannya. Penggunaan APD dapat
memengaruhi keterampilan tenaga kerja, dalam hal ini jika tidak digunakan
dapat mengganggu sehingga menyebabkan produktivitas tenaga kerja dibawah
kondisi normal. Waktu produktif diperleh denganmenggunakan waktu
nnproduktif terhadap total waktu dalam proses prduksi yang
dibayarkan,misalnya 8 jam kerja perhari. Akan tetapi, dari 8 jam tersebut hanya
7 jam yang dihitung sebagai proses produksisisanya 1 jam diasumsikan sebagai
waktu penundaan untuk persiapan. Terdiri dari 10 menit untuk safety meeting
dan intruksi , 10 menit untuk pembersihan dan 40 menit untuk istirahat. Waktu
kerja efektif dapat dihitung dengan persamaan berikut
Waktu Kerja Efektif = Waktu Kerja Rill x100%...................2.8
Waktu Kerja Teoritis
2.5 Kelompok Tenaga Kerja

Kelompok adalah kumpulan dari beberapa individu baik benda ataupun


orang-orang yang mempunyai tujuan yang sama. Jadi kelompok kerja adalah
kumpulan beberapa individu yang sama-sama mempunyai tujuan untuk
melakukan sesuatu yang menghasilkan, baik benda atau jasa. Tujuan utama dari
kelompok kerja ini adalah untuk individu masing-masing dan nantinya hasil dari
kelompok kerja ini juga membantu orang lain.

Chasin (1986), “menjelaskan bahwa tenaga kerja adalah usaha dari fisik
atau mental yang dipakai untuk memproduksi suatu produk”. Dan Musanef (1986)
menjelaskan “ tenaga kerja dalah orang-orang yang berkerjapada suatu organisasi
baik pada instansi pemerintah maupun pada perusahaan suwasta atau usaha-usaha
sosial dia memperoleh balas jasa tertentu”.

Djojohadikusumo (1981) Semua orang bersedia dan sanggup berkerja,


golongan ini meliputi mereka yang berkerja untukdir sendiri, anggota keluarga
yang tidak menerima gaji dan upah. Golongan kerja meliputi mereka yang
menganggur, tetapi mereka sesugguhnya rela bersedia bekerja,dalam arti mereka
menggangur dengan terpaksa karena tidak dapat ada kesempatan”.

Di dalam suatu kelompok kerja khususnya bangunan terdapat beberapa


tenaga kerja disana, diantaranya adalah kuli bangunan, tukang yang terdiri dari
berbagai macam tukang di bidang mereka masing-masing, dan mandor yang
bertugas untuk mengawasi para pekerja baik kuli maupun tukang.

2.5.1 Klarifikasi Tenaga Kerja


Kementrian pekerjaan umum, melalui Badan Pembina Kontruksi dan
Sumber Daya Manusia, Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Kontruksi
(BPKSDM-KPK) telah menerbitkan SKKNI,yang berisi uraian kemampuan yang
mencangkup kompetensi minimal yang harus dimiliki seseorang untuk menduduki
jabatan yang berlaku secara nasional. Sementara Badan Penelitian dan
Pengembangan, pusat litbang Pemukiman (Balitbang-Puslitbangkim) menerbitkan
SNI Analisa Biaya Kontruksi (SNI ABK) yang menetapkan angka koefesien
bahan dan tenaga kerja untuk yang dibutuhkan untuk setiap perhitungan harga
satuan pekerjaan.
Berdasarkan ketentuan yang dituangkan di dalam SKKNI, seperti terlihat
dari gambar klarifikasi tenaga kerja yang terlibat dalam proyek kontruksi
dibedakan berdasarkan kemampuan seseorang yang dilandasi atas pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kerja untuk melaksanakan satu pekerjaan, meliputi (1)
tenaga ahli dan (2) tenaga terampilan.

Manajer Proyek

Mandor A Mandor B Mandor C

Juru Ukur
Gambar 2.1 Klasifikasi Tenaga Kerja Menurut SNI

2.6 Penelitian Terdahulu

Pada tahun-tahun sebelumnya, penelitian tentang koefesien analisa


harga satuan pekerjaan telah banyak dilakukan di kota lain di Indonesia. Analisis
Perbandingan Koefesien Harga Satuan Pekerjaan Berdasarkan Kondisi Aktual,
SNI, AHSP, dan Analisa K ini dilakukan dengan acuan penelitian-penelitian
sebelumnya. Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki perbedaan dengan
penelitian terdahulu dalam hal objek, metode, karakteristik lokasi, dan temuan
hasil. Spesifikasi penelitian sebelumnya dapat dilihat pada table 2.1
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya Tentang Koefesien Harga Satuan Pekerjaan
No Nama Judul Penelitian Tujuan Penelitian Lokasi Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
1 Rani Analisa Perbandingan a.Membandingkan Jl. H.R Metode Time Produktivitas Aktual
Rahardani,Yusronia Produktivitas Tenaga Produktivitas Study Tenaga Kerja 3 kali Lebih
Eka Putri,Cahyono Kerja Pada pekerjaan Tenaga Kerja antar Besar Dibandingkan
Bintang Beton Menurut SNI SNI 7394:2008 Produktivitas Menurut SNI
Nurcahyo,dkk 7394:2008 dengan dengan AHSP 2012 7394:2008
(2012) Analisa Harga Satuan
Pekerjaan (AHSP) b.membandingkan Muhammad,Surabay
2012 data-data
produktivitas
tenaga kerja
dilapangan dengan
SNI 7394:2008
dengan AHSP 2012
2 Yunita A. Analisa Indeks Biaya Mengetahui indeks Kupang 1.Observasi Besarnya Indeks Tenaga
untuk Pekerjaan Biaya Tenaga Kerja langsung di Kerja Lapangan adalah
Beton Bertulang di kota Kupang lapangan 2. 0.0208 mandor, 0,0377
Dengan Menggunkan dengan mengambil Menghitung time kepala tukang, dan 0,2502
Messah Dantje
Metode SNI 7394- studi kasus pada factor untuk setiap pekerja untuk memasang 1
A.T.Sina, Cristiani
2008 dan Lapangan proyek pekerjaan 3. m2 bekisting, 0,0044
C. Manuhulu (2013)
(Studi Khasus Proyek Pembanguunan Menentukan mandor,0,0268tukang, dan
Pembangunan Asrama Asrama STIKES koefesien man 0,0796 pekerja.
STIKES CHMK Tahap III. hour dan man day
2.7 Rencana Hasil

Berdasarkan pengamatan di lapangan didapatkan besarnya koefesien


harga satuan pekerjaan untuk pekerjaan beton, perbandingan besarnya koefiesien
harga satuan pekerjaan untuk tenaga kerja mandor, tukang, dan pembantu tukang
berdasarkan kondisi lapangan (aktual) dengan SNI, AHSP, dan Analisa K,
berdasarkan hasil perhitungan, urutan koefesien harga satuan pekerjaan yang
paling optimal antara lapangan, SNI, AHSP dan Analisa K pada masing-masing
tenaga kerja, Rasio perbandingan harga satuan pekerjaan antara kondisi di
lapangan dengan SNI, AHSP, dan analisa K.

Вам также может понравиться