Вы находитесь на странице: 1из 17

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)

DERMATITIS

I. PENGERTIAN
Dermatitis adalah peradangan bewarna merah pada kulit yang terasa gatal. Meski
gejala setiap keluhan sama, tapi penyebabnya berbeda, dan dermatitis sering
ditemukan. Meski terasa tidak nyaman sebagian besar dermatitis bersifat sementara,
tidak berbahaya dan tidak menular.
Sininim
Senonim dermatitis ialah ekzem. Ada yang membedakan antara dermatitis dan
ekzem, tetapi pada umumnya dianggap sama.
Dermatitis terbagi atas :
 DERMATITIS KONTAK
Dermatitis kontak merupakan penyait ulit yang sering ditemukan dikalangan
masyarakat yang dimana terjadi proses inflamasi pada kulit yang terjadi karena
kulit telah terpapar oleh bahan yang mengiritasi kulit atau menyebabkan reaksi
alergi. Dermatitis kontak akan menyebabkan ruam yang besar, gatal dan rasa
terbakar dan hal ini akan bertahan sampai berminggu-minggu. Gejala dermatitis
kontak akan menghilang bila kulit sudah tidak terpapar oleh bahan yang
mengiritasi kulit tersebut.
Tergantung dari penyebabnya, dermatitis kontak dibagi 2, yaitu:
 Dermatitis kontak iritan:
Dermatitis kontak iritan (DKI) dapat diderita oleh semua orang dari
berbagai golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Jumlah penderita DKI
diperkirakan cukup banyak, terutama yang berhubungan dengan pekerjaan.
Namun angkanya secara tepat sangat sulit diketahui. Penyebab munculnya
dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan seperti; detergen, minyak
pelumas, asam dan serbuk kayu.
Selain itu juga dipengaruhi faktor lain yaitu; lama kontak atau paparan
ulang akan menyebabkan proses menjadi kronik dan kulit menebal yang
disebut skin hardering, demikian pula dengan tekanan atau gesekan, suhu dan
kelembapan juga ikut berperan. Tidak hanya itu faktor individu juga ikut
berpengaruh pada DKI, misalnya; perbedaan ketebalan kulit diberbagai
tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas, usia (anak dibawah 8 tahun
dan usia lanjut lebih mudah teriritasi), ras (kulit hitam lebih tahan dari pada
kulit putih), jenis kelamin (insidens DKI lebih banyak pada wanita).
Jika pada anak-anak, bahan iritan yang paling sering menyebabkan DKI
adalah popok bayi. Hal ini akan menyebabkan keadaan yang dinamakan
reaksi kulit di daerah yang terpapar popok bayi yang disebabkan kontak
terlalu lama dengan bahan kimia alami terdapat di air seni dan tinja. Selain itu
dapat pula DKI terjadi di sekitar mulut karena kulit terpapar dengan makanan
bayi ataupun air liur. Sedang pada orang dewasa, DKI terjadi seringkali
karena paparan sabun dan deterjen.

 Dermatitis kontak alergik :


Dermatitis kontak alergi adalah reaksi kekebalan tubuh yang terjadi pada
seseorang yang terlalu sensitif terhadap bahan kimia tertentu. Pada DKA,
peradangan mungkin belum terjadi sampai 24 – 36 jam jam setelah kontak
dengan bahan kimia tersebut. Bentuk alergi berbeda dari satu orang ke orang
lain. Alergen (bahan yang menyebabkan alergi) yang biasa menjadi penyebab
DKA adalah bahan kimia yang mengandung nikel yang banyak terdapat di
jam tangan, perhiasan logam, resleting dan objek logam lainnya; neomisin
pada antibiotik salep kulit; , bahan kimia yang sering terdapat pada sepatu
kulit dan baju; latex pada sarung tangan dan pakaian karet
DKA juga sering kali disebabkan oleh reaksi alergi terhadap serbuk sari
atau dermatitis tanaman. Yang dimana menyebabkan suatu reaksi alergi yang
ditandai eritema, vesikulasi, dan pruritus berat. Erupsi kulit sering kali
berbentuk linear yang sesuai dengan daerah kulit yang bersentuhan dengan
tanaman. Dermatitis kontak biasanya hanya terjadi di tempat yang berkontak
langsung dengan alergen, walaupun beberapa kasus yang berat dapat
mengenai daerah di luar yang berkontak langsung atau meluas ke seluruh
tubuh. Terkadang alergen berpindah dari jari tangan, sehingga daerah yang
tidak terpikirkan akan terkena seperti daerah kelopak mata atau kemaluan.

 DERMATITIS ATOPIK
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kronis dan resedif, disertai
gatal, yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopik pada
keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian
mengalami ekskoriasidan likenifikasi, kata atopic’ pertama kali diperkenalkan
oleh coca’ yaitu istila yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu
yang mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya.
Dermatitis atopik juga merupakan ekspresi keadaan atopik pada kutan, dan
hingga 70 persen pasien mempunyai riwayat keluarga dengan asma, demam, atau
dermatitis. Para individu yang atopik sering memiliki kulit yang kering dan gatal,
kelainan respon vaskuler kulit, serta pada beberapa keadaan peningkatan IgE
serum. Dermatitis atopik merupakan keadaan yang umum, dengan prevalensi 2
sampai 3 persen pada anak-anak dan sedikit kurang dari 1 persen pada orang
dewasa. Presentasi klinisnya dibagi menjadi 3 pola menurut umur :
 Bentuk infantil (umur 2 bulan sampai 2 tahun)
Bentuk infantil ditandai dengan patches peradangan dan berair, plak
berkrusta pada wajah, leher, permukaan ekstensor, dan selangkangan. Pruritus
tampak menonjol, dan banyak temuan kulit yang terjadi (sekunder) akibat
penggosokan dan penggarukan.
 Bentuk masa anak-anak (umur 4 sampai 10 tahun)
Dermatitis pada daerah fleksural ditandai dengan bentuk masa anak-anak,
terutama pada daerah ante kubiti dan fosa poplitea. Lesi-lesi pada pergelangan
tangan, leher dan wajah umum terjadi. Stigmata kulit lainnya yang dapat
terlihat pada stadium ini ada kepucatan perioral, adanya lipatan kulit ekstra
dikelopak mata bawah dan bertambahnya garis-garis tangan.
 Dan bentuk dewasa muda serta dewasa.
Bentuk dewasa biasanya terlokalisasi dari pada bentuk penyakit yang
infantil dan masa kanak-kanak. Dermatitis atopik sering sembuh secara
spontan saat anak memasuki masa dewasa, tetapi varien yang parsisten
cenderung berlokasi ditangan, leher, wajah, genetalia, atau kaki dan dapat
menyerupai akzema numuler atau liken simplek kronik.

 DERMATITIS SEBOROIK
Dermatitis seboroik merupakan suatu penyakit kronik yang biasa yang lasim
dan biasa menyerang tengah wajah dan kulit kepala dan kaang-kadang,
selangkangan, ketiak, lipatan bawah payudara dan celah bokong. Penyakit ini
jarang menyebabkan dermatitis yang menyebar luas keseluruh tubuh. Pada
umumnya pasien mengeluhkan rasa gatal atau rasa terbakar. Dermatitis seboroik
ditandai dengan sisik-sisik yang berminyak diatas patches atau plak yang
eritematosa. Bila timbul dikulit kepala biasa dikenal sebagai ketombe yang berat.
Sedangkan pada daerah wajah penyakit ini mengenai alis, kelopak mata, dan
telinga.sisik yang berada pada daerah bagian luar telinga sering salah didiagnosis
sebagai infeksi jamur yang kronik.dermatitis seboroik juga dapat dijumpai pada
anak-anak yaitu dikulit kepala, wajah atau selangkangan. Penyakit ini tidak
terlihat pada anak-anak yang diatas golongan anak, tetapi dapat muncul lagi
selama masa kehidupan dewasa.

II. ETIOLOGI
Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak diketahui. Sebagian besar merupakan
respon klit terhadap agen-agen yang berasal dari luar, misalnya bahan kimia (contoh:
detergen, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu.) mikro-organisme (contoh: bakteri,
jamur.) dapat pula dari dalam (endogen). Respon tersebut dapat berhubungan dengan
alergi . dimana alergi ialah perubahan kemampuan tubuh yang dapat dan spesifik
untuk bereaksi.
Reaksi alergi terjadi atas dasar interaksi antara antigen dan antibodi. Karena
banyaknya agen penyebab, maka ada yang beranggapan bahwa nama dermatitis’
digunakan sebagai nama ‘tong smpah’. Dan juga banyak penyakit alergi yang disertai
dengan tanda-tanda polimorfi disebut dermatitis.

III. PATOFISILOGI
Dermatitis Kontak Iritan
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang
disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan
merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan
iritan tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria
dan komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit
maka fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan
membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi
pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system
kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang
akan membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi
platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan
merangsang ekspresi gen dan sintesis protein. Pada dermatitis kontak iritan terjadi
kerusakan keratisonit dan keluarnya mediator- mediator. Sehingga perbedaan
mekanismenya dengan dermatis kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak
iritan tidak melalui fase sensitisasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan
menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang,
sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak
berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan
dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.
Dermatitis Kontak Alergi
Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV yang
menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :
a. Fase Sensitisasi
Fase senitasi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit
mengenal dan memberi respons, memerlukan waktu 2-3 minggu. Pada fase senitasi,
hapten (protein tak lengkap) berpenetrasi kedalam kulit dan berikatan protein karier
membentuk antigen yang lengkap. Antigen ini ditangkap dan diproses lebih dahuli
oleh magrofag dan sel langerhans. Kemudian memacu reaksi limfosit T yang belum
tersenitasi dikulit, sehingga terjadi senitasi limfosit T, melalui saluran limfe,
limfosit yang telah tersenitasi berimigrasi ke darah parakortikalkelenjar getah
bening regional untuk berdiferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T efektor
yang tersenitasi secara spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk
kedalam sirkulasi, sebagian kembali kekulit dan system limfoid, tersebar diseluruh
tubuh, menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama diseluruh kulit tubuh.
b. Fase elisitasi
Fase elisitasi ialah saat terjadi pajanan ulang dengan allergen yang sama atau
serupa sampai timbul gejala klinis. Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan
hapten (protein tak lengkap) yang sama atau erupa. Sel efektor yang telah tersenitasi
mengeluarkan limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang sehinga terjadi
gejala klinis.

Dermatitis Atopik
Pada dermatitis atopik ini belum diketahui pasti patogenesisnya. Histamin
dianggap sebagai zat penting yang memberi reaksi dan menyebabkan pruritus.
Histamine menghambat kemotaksis dan menekan produksi sel T.
Sel mast meningkat pada lesi dermatitis atopik kronis. Sel ini mempunyai
kemampuan melepaskan histamin . histamine sendiri tidak dapat menyebabkan lesi
ekzematosa. Kemungkinan zat tersebut menyebabkan pruritus dan eritema,
mungkin karena garukan akibat gatal menimbulkan lesi eksematosa.
Pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE secara
berlebihan diturunkan secara genetik. Demikian pula defisiensi sel T penekan.
Defisiensi sel ini menyebabkan produksi berlebih IgE.
IV. MNIFESTASI KLINIK
Pada umumnya penderita dermatitis mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung
pada stadium penyakit, batasnya sirkumskrip. Dapat pula difus (menyebar luas).
Penyebarannya dapat setempat, generalisata, dan unuversalis. Pada stadium akut
kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi sehingga
tampak basah.
Pada stadium subakut, ertitema dan edema berkurang, eksudat mongering menjadi
krusta. Sedangkan pada stadium kronis lesi tampak kering skuama, hiperpigmentasi,
papul dan likenifikasi, mungkin juga terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan bisa saja satu dermatitis sejak awal memberi
gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis. Demikian pula jenis efloresensi
tidak selalu harus polomorfik mungkin hanya oligomorfik.
 Fase akut
Pada fase akut kelainan kulit pada umumnya muncul 24-48 jam pada
tempat terjadi kontak dengan bahan penyebab. Derajat kelainan kulit yang
timbul berfariasi ada yang ringan ada pula yang berat. Pada yang ringan
mungkin hanya berupa eritema dan edema, sedang pada yang berat selain
eritema dan edema yang lebih berat disertai pula vesikel atau bula yang bila
pecah akan terjadi erosi dan eksudasi. Lesi cenderung menyebar dan batasnya
kurang jelas. Keluhan subjektif berupa gatal.
 Fase sub akut
Pada fase sub akut jika diberi pengobatan dan kontak dengan allergen
sudah tidak ada maka proses akut akan menjadi subakut atau kronis. Pada fase
ini akan terlihat eritema, edema ringan, vesikula, krusta dan pembentkan
papul-papul.
 Fase kronis
Pada fase kronis dermatitis jenis ini dapat primer atau merupakan
kelanutan dari fase akut yang hilang timbul karena kontak yang berulang-lang.
papula, skuama, terlihat pula bekas garukan berupa erosi ato ekskroriasi,
krusta serta eritema ringan. Walaupun bahan yang dicurigai telah dapat
dihindari, bentuk kronis ini sulit sembuh spontan oleh karena umumnya
terjadi kontak dengan bahan lain yang tidak dikenal.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Alergi kontak dapat dibuktikan dengan tes in vivo dan tes in vitro. Tes in vivo
dapat dilakukan dengan uji tempel. Berdasarkan tehnik pelaksanaannya dibagi tiga
jenis tes tempel yaitu :
1.Tes Tempel Terbuka
Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang telinga
karena daerah tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca dan dievaluasi
hasilnya. Indikasi uji tempel terbuka adalah alergen yang menguap.
2.Tes Tempel Tertutup
Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam plester yang
pada bagian tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut diletakkan. Bahan yang
dicurigai ditempelkan dipunggung atau lengan atas penderita selama 48 jam setelah
itu hasilnya dievaluasi.
3.Tes tempel dengan Sinar
Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir
yaitu bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan yang dengan sinar
ultra violet baru akan bersifat sebagai alergen. Tehnik sama dengan uji tempel
tertutup, hanya dilakukan secara duplo. Dua baris dimana satu baris bersifat sebagai
kontrol. Setelah 24 jam ditempelkan pada kulit salah satu baris dibuka dan disinari
dengan sinar ultraviolet dan 24 jam berikutnya dievaluasi hasilnya. Untuk
menghindari efek daripada sinar, maka punggung atau bahan test tersebut dilindungi
dengan secarik kain hitam atau plester hitam agar sinar tidak bisa menembus bahan
tersebut.
Untuk dapat melaksanakan uji tempel ini sebaiknya penderita sudah dalam keadaan
tenang penyakitnya, karena bila masih dalam keadaan akut kemungkinan salah satu
bahan uji tempel merupakan penyebab dermatitis sehingga akan menjadi lebih berat.
Tidak perlu sembuh tapi dalam keadaan tenang. Disamping itu berbagai macam obat
dapat mempengaruhi uji tempel sebaiknya juga dihindari paling tidak 24 jam sebelum
melakukan uji tempel misalnya obat antihistamin dan kortikosteroid.
Dalam melaksanakan uji tempel diperlukan bahan standar yang umumnya telah
disediakan oleh International Contact dermatitis risert group, unit uji tempel dan
penderita maka dengan mudah dilihat perubahan pada kulit penderita. Untuk
mengambil kesimpulan dari hasil yang didapat dari penderita diperlukan keterampilan
khusus karena bila gegabah mungkin akan merugikan penderita sendiri. Kadang-
kadang hasil ini merupakan vonis penderita dimana misalnya hasilnya positif maka
penderita diminta untuk menghindari bahan itu. Penderita harus hidup dengan
menghindari ini itu, tidak boleh ini dan itu sehingga berdampak negatif dan penderita
dapat jatuh ke dalam neurosis misalnya. Karenanya dalam mengevaluasi hasil uji
tempel dilakukan oleh seorang yang sudah mendapat latihan dan berpengalaman di
bidang itu.
Tes in vitro menggunakan transformasi limfosit atau inhibisi migrasi makrofag untuk
pengukuran dermatitis kontak alergik pada manusia dan hewan. Namun hal tersebut
belum standar dan secara klinis belum bernilai diagnosis.

VI. PENATALAKSANAAN
Pengobatan yang tepat pada penderita penyakit dermatitis yang tepat didasarkan
kausa yaitu; menyingkirkan penyebabnya. Tetapi seperti diketahui penyebab
dermatitis multi faktor, kadang juga tidak diketahui dengan pasti. Jadi pengobatan
bersifat simtomatis, yaitu dengan menghilangkan/ mengurangi keluhan dan gejala,
dan menekan peradangan.

Pencegahan:
Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis kontak iritan
dan kontak alergik. Dilingkungan rumah, beberapa hal dapat dilaksanakan misalnya
penggunaan sarung tangan karet diganti dengan sarung tangan plastik, menggunakan
mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan detergen.
Pengobatan :
Pengobatan yang dapat diberikan antara lain :
 Sistematik
pada kasus rinagan dapat diberikan antihistamin. Pada kasus akut dan berat
dapat diberikan kortikosteroid.

 Topikal
Prinsip umum terapi topikal sebagai berikut :
 Dermatitis akut/basah (madidans) diobati secara basah (kompres terbuka), bila
dermatitis subakut/kering (sika) diberi lusio (bedak kocok), krim, pasta, atau
linimentum (pasta pendinginan). Krim diberikan pada daerah berambut,
sedang pasta diberikan pada daerah yang tidak berambut. Bila kronik derberi
salep, presentase salep lebih besar dari pada krim.
 Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat spesifik.
ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)

A. Pengkajian
Untuk menetapkan bahan alergen penyebab dermatitis kontak alergik diperlukan
anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji
tempel.
Anamnesis ditujukan selain untuk menegakkan diagnosis juga untuk mencari
kausanya. Karena hal ini penting dalam menentukan terapi dan tindak lanjutnya, yaitu
mencegah kekambuhan. Diperlukan kesabaran, ketelitian, pengertian dan kerjasama
yang baik dengan pasien. Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi,
perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah
diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri, obyek personal meliputi pertanyaan
tentang pakaian baru, sepatu lama, kosmetika, kaca mata, dan jam tangan serta
kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan mungkin faktor psikologik.
Pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema dan papula disusul dengan
pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang membasah.
Lesi pada umumnya timbul pada tempat kontak, tidak berbatas tegas dan dapat
meluas ke daerah sekitarnya. Karena beberapa bagian tubuh sangat mudah
tersensitisasi dibandingkan bagian tubuh yang lain maka predileksi regional diagnosis
regional akan sangat membantu penegakan diagnosis.
Kriteria diagnosis dermatitis kontak alergik adalah :
1. Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama, beberapa kali
atau satu kali tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak dengan bahan serupa.
2. Terdapat tanda-tanda dermatitis terutama pada tempat kontak.
3. Terdapat tanda-tanda dermatitis disekitar tempat kontak dan lain tempat yang
serupa dengan tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat,
yang tumbuhnya setelah pada tempat kontak.
4. Rasa gatal.
5. Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif.
Berbagai jenis kelainan kulit yang harus dipertimbangkan dalam diagnosis
banding adalah :
1. Dermatitis atopik : erupsi kulit yang bersifat kronik residif, pada tempat-
tempat tertentu seperti lipat siku, lipat lutut dise rtai riwayat atopi pada
penderita atau keluarganya. Penderita dermatitis atopik mengalami efek
pada sisitem imunitas seluler, dimana sel TH2 akan memsekresi IL-4 yang
akan merangsang sel Buntuk memproduksi IgE, dan IL-5 yang merangsang
pembentukan eosinofil. Sebaliknya jumlah sel T dalam sirkulasi menurun
dan kepekaan terhadap alergen kontak menurun.
2. Dermatitis seboroik : bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit
dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar alae nasi, alis mata dan di
belakang
3. Liken simplek kronikus : bersifat kronis dan redisif, sering mengalami iritasi
atau sensitisasi. Harus dibedakan dengan dermatitis kontak alergik bentuk
kronik.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang umumnya muncul pada klien penderita kelainan kulit
seperti dermatitis kontak adalah sebagai berikut :
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit
2. Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar allergen.
3. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa :Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit
Tujuan : Kulit klien dapat kembali normal.
Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya
peradangan, ditandai dengan mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit,
berkurangnya derajat pengelupasan kulit, berkurangnya kemerahan, berkurangnya
lecet karena garukan, penyembuhan area kulit yang telah rusak
Intervensi:
1. Anjurkan pasien mandi 2 kali sehari. Segera oleskan salep atau krim yang telah
diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat.
R/ : dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit. Pengolesan krim
pelembab selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk mencegah penguapan air dari
kulit.
2. Anjurkan pasien untuk menggunakan air hangat untuk mandi.
R/ : air panas menyebabkan vasodilatasi yang akan meningkatkan pruritus.
3. Anjurkan pasien menggunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun
untuk kulit sensitive. Hindari mandi busa.
R/ : sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak
membuat kulit kering, sabun kering dapat meningkatkan keluhan.
4. Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari.
Rasional : salep atau krim akan melembabkan kulit.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi selanjutnya
Rasional : pemberian obat sesuai resep dokter membantu pasien dalam proses
penyembuhan

Diagnosa : Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen


Tujuan : Tidak terjadi kerusakan pada kulit klien
Kriteria hasil : Klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai dengan
menghindari allergen.
Intervensi :
1. Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah
diketahui.
R/ : menghindari alergen akan menurunkan respon alergi
2. Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan makan yang mengandung
allergen. Hindari binatang peliharaan.
R/ : jika alergi terhadap bulu binatang sebaiknya hindari memelihara binatang
atau batasi keberadaan binatang di sekitar area rumah
3. Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila
memungkinkan.
R/ : AC membantu menurunkan paparan terhadap beberapa alergen yang ada di
lingkungan.

Diagnosa : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus


Tujuan : Rasa nyaman klien terpenuhi
Kriteria hasil :
Klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan berkurangnya lecet
akibat garukan, klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal, klien
mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman
Intervensi :
1. Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya
kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-
garuk.
R/ : dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip gatal
serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif.
2. Anjurkan pasien mencuci semua pakaian sebelum digunakan untuk
menghilangkan formaldehid dan bahan kimia lain serta hindari
menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik.
R/ : pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau allergen dari bahan
kimia atau komponen pelembut pakaian.
3. Anjurkan pasien untuk mrenggunakan deterjen ringan dan bilas pakaian
untuk memastikan sudah tidak ada sabun yang tertinggal.
R/ : bahan yang tertinggal (deterjen) pada pencucian pakaian dapat
menyebabkan iritasi

Diagnosa :
Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.
Tujuan :
Klien bisa beristirahat tanpa adanya pruritus.
Kriteria Hasil :
- Mencapai tidur yang nyenyak.
- Melaporkan gatal mereda.
- Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
- Menghindari konsumsi kafein.
- Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
- Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan.
Intervensi :
1. Anjurkan klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan
kelembaban yang baik.
R/ : Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman
meningkatkan relaksasi.
2. Anjurkan pasien agar Menjaga agar kulit selalu lembab.
R/ : Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya
tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.
3. Hindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.
R/ : kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.
4. Anjurkan untuk berolahraga ringan/gerak badan secara teratur.
R/ : memberikan perasaan lebih segar bila dilaksanakan di sore hari.
5. Anjurkan pasien Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.
Rasional: Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tertidur.
Diagnosa :
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
Tujuan :
Pengembangan peningkatan penerimaan diri pada klien tercapai
Kriteria Hasil :
1. Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
2. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
3. Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.
4. Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
5. Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
6. Tampak tidak meprihatinkan kondisi.
7. Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik untuk
meningkatkan penampilan
Intervensi :
1. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan
diri sendiri).
R/ : Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang tampak
nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri.
2. Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
R/ : klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.
3. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas
mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.
R/: Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan kecemasan yang
tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi, ketakutan merusak adaptasi
klien .
4. Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.
R/ : membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
5. Dorong pasien untuk sosialisasi dengan orang lain.
R/ : membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Isselbacher, J. Kurt at all; Editor Edisi Bahasa Indonesia Ahmad H. Asbie.


2000. Harrison. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Jakarta: EGC.
2. Mansjoer, Aris. Dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi13. Jilid 1.
Jakarta: Media Aesculapius.
3. Djuanda, Adhi. Dkk. 2005. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi 4. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran.
4. Mansjoer, Aris. Dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1.
Jakarta: Media Aesculapius.

Вам также может понравиться