Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Selama ini banyak keluhan masyarakat akan dampak buruk dari kegiatan usaha
peternakan karena sebagian besar peternak mengabaikan penanganan limbah dari
usahanya, bahkan ada yang membuang limbah usahanya ke sungai, sehingga terjadi
pencemaran lingkungan. Limbah peternakan yang dihasilkan oleh aktivitas
peternakan seperti feces, urin, sisa pakan, serta air dari pembersihan ternak dan
kandang menimbulkan pencemaran yang memicu protes dari warga sekitar. Baik
berupa bau tidak enak yang menyengat, sampai keluhan gatal-gatal ketika mandi di
sungai yang tercemar limbah peternakan.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka upaya mengatasi limbah ternak yang
selama ini dianggap mengganggu karena menjadi sumber pencemaran lingkungan
perlu ditangani dengan cara yang tepat sehingga dapat memberi manfaat lain berupa
keuntungan ekonomis dari penanganan tersebut. Penanganan limbah ini diperlukan
bukan saja karena tuntutan akan lingkungan yang nyaman tetapi juga karena
pengembangan peternakan mutlak memperhatikan kualitas lingkungan, sehingga
keberadaannya tidak menjadi masalah bagi masyarakat di sekitarnya.

1.2.Rumusan Masalah

Menangani pencemaran limbah yang dihasilkan dari kegiatan peternakan dan


usaha peternakan dapat dilakuakan dengan memanfaatkan limbah.

1.3.Tujuan Penulisan

Mengetahui berbagai pemanfaatan limbah dari kegiatan usaha peternakan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, apalagi


limbah tersebut dapat diperbaharui (renewable) selama ada ternak. Limbah ternak
masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan.
Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan
ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat
yang lain (unidentified subtances). Limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk bahan
makanan ternak, pupuk organik, energi dan media pelbagai tujuan

2.1.Pemanfaatan Untuk Pakan dan Media Cacing Tanah

Sebagai pakan ternak, limbah ternak kaya akan nutrien seperti protein,
lemak BETN, vitamin, mineral, mikroba dan zat lainnya. Ternak membutuhkan
sekitar 46 zat makanan esensial agar dapat hidup sehat. Limbah feses mengandung
77 zat atau senyawa, namun didalamnya terdapat senyawa toksik untuk ternak.
Untuk itu pemanfaatan limbah ternak sebagai makanan ternak memerlukan
pengolahan lebih lanjut. Tinja ruminansia juga telah banyak diteliti sebagai bahan
pakan termasuk penelitian limbah ternak yang difermentasi secara anaerob.
Penggunaan feses sapi untuk media hidupnya cacing tanah, telah diteliti
menghasilkan biomassa tertinggi dibandingkan campuran feces yang ditambah
bahan organik lain, seperti feses 50% + jerami padi 50%, feses 50% + limbah
organik pasar 50%, maupun feses 50% + isi rumen 50% (Farida, 2000).

2.2.Pemanfaatan Sebagai Pupuk Organik

Pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak sebagai


pupuk organik dapat dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut sebagai
pupuk organik.
Pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak sebagai
pupuk organik dapat dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut sebagai

2
pupuk organik. Penggunaan pupuk kandang (manure) selain dapat meningkatkan
unsur hara pada tanah juga dapat meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah dan
memperbaiki struktur tanah tersebut.
Kandungan Nitrogen, Posphat, dan Kalium sebagai unsur makro yang
diperlukan tanaman, tersaji dalam tabel berikut.

Tabel 2.1 Tabel Kadar N, P dan K dalam Pupuk Kandang dari Beberapa Jenis
Ternak.

Kandungan (%)
Jenis Pupuk Kandang
N P2O5 K2O
Kotoran Sapi 0.6 0.3 0.1
Kotoran Kuda 0.4 0.3 0.3
Kotoran Kambing 0.5 0.3 0.2
Kotoran Ayam 1.6 0.5 0.2
Kotoran Itik 1.0 1.4 0.6

Kotoran ternak dapat juga dicampur dengan bahan organik lain untuk
mempercepat proses pengomposan serta untuk meningkatkan kualitas kompos
tersebut .
Manfaat penggunaan kompos terhadap tanah menambah kesuburan
tanah,memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah dan gembur, memperbaiki
sifat kimiawi tanah sehingga unsur hara yang tersedia dalam tanah lebih mudah
diserap oleh tanaman, memperbaiki tata air dan udara di dalam tanah sehingga suhu
tanah akan lebih stabil, mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara sehingga
tidak mudah larut oleh air hujan atau air pengairan dan memperbaikikehidupan jasat
renik yang hidup di dalam tanah
Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses
dekomposisi atau penguraian yang merubah limbah organik menjadi pupuk organik
melalui aktifitasbiologis pada kondisi yang terkontrol.

3
Dekomposisi pada prinsipnya adalah menurunkan karbon dan nitrogen
(C/N) ratio dari limbah organiksehingga pupuk organik dapat segera dimanfaatkan
oleh tanaman. Pada proses dekomposisi akan terjadi peningkatan temperatur yang
dapat berfungsi untuk membunuh biji tanaman liar (gulma), bakteri-bakteri patogen
dan membentuk suatu produk perombakan yang seragam berupa pupuk organik.
Beberapa unsur penting yang diperlukan agar proses penguraian dapat
berjalan dengan baik yaitu;
1) Karbon (C) sebagai sumber energi bagi mikroba pengurai dan. akan diurai
melalui proses oksidasi yang menghasilkan panas;
2) Nitrogen (N) sebagai sumber protein bagi bakteri untuk bertumbuh dan
memperbanyak diri;
3) Oksigen (O) sebagai bahan untuk mengoksidasi unsur karbon melalui proses
dekomposisi dan air (H2O) untuk menjamin proses dekomposisi berlangsung baik
dan tidak menyebabkaN suasana anaerob.

Cara mengelola Limbah ayam menjadi Pupuk Organik

Gambar 2.1 kotoran ayam yang sudah dijemur

Biasanya kadar air kotoran ayam terlalu tinggi bila langsung digunakan
untuk pengomposan, maka sedikit dibiarkan akan mengurangi kadar airnya. Namun
bila campuran bahan kompos lainnya dalam keadaan kering, maka kotoran ayam
bisa langsung digunakan. Cara mengukur kadar air dari kotoran ayam sudah
memenuhi untuk pengomposan adalah dengan mencampur dua timba kotoran ayam

4
dan satu timba limbah pertanian, bila diperas tidak keluar air atau hanya setetes air
yang keluar, maka kotoran ayam ini sudah bisa digunakan untuk pengomposan.

Intinya dilihat hasil percampuran dari prosentase kotoran ayam dan limbah
pertanian, bila kadar airnya cukup, maka sudah bisa digunakan untuk
pengomposan. Memang bahan dari limbah pertanian bisa dalam keadaan basah atau
kering, namun melihatnya dengan melihat percampuran dari bahan tersebut.
Pengetesan bisa dilakukan dengan cara sederhana, tanpa harus menggunakan
peralatan yang modern.Menyiapkan campuran limbah pertanian

Gambar 2.2 libah pertanian gabah padi

Apapun jenis limbah pertanian yang akan digunakan untuk pengomposan,


harus dalam keadaan terpotong kecil. Ini untuk mempercepat proses pengomposan,
namun bila komponen waktu bukan menjadi halangan, maka limbah pertanian apa
adanya bisa langsung digunakan. Biasanya proses pengomposan akan menjadi lebih
lama bila limbah untuk campuran pengomposan tidak diolah dulu.

Bila kompos ini nantinya untuk dipakai sendiri, pengolahan campuran


limbah pertanian hanya memposisikan tidak terlalu basah. Ini bisa disesuaikan
dengan kadar air dari kotoran ayam, jangan sampai campuran ini nantinya terlalu
basah atau terlalu kering.Mencampur kotoran ayam dengan limbah pertanian

5
Gambar 2.3 kompos
Untuk menemukan percampuran yang tepat antara kotoran ayam dan limbah
pertanian, maka dua timba kotoran ayam dan satu timba limbah pertanian bisa
dicampur dan dicek kadar airnya. Bila diperas hanya mengeluarkan air sedikit, ini
adalah takaran kadar air yang tepat. Namun bila kondisi limbah pertanian cukup
kering, prosentasenya bisa dinaikan sebagai faktor penyeimbang kadar air yang
tepat tadi.

Campuran ini harus diaduk sampai rata, sehingga konturnya akan berbeda
dari bentuk asalnya. Campuran antara kotoran ayam dan limbah pertanian ini sudah
siap untuk dikomposting, dan harus ditutup dengan plastik atau terpal. Ini untuk
proses composting dan menghindari percampuran dengan air hujan atu sinar
matahari.Mengaduk campuran kompos dari kotoran ayam

Gambar 2.4 limbah kotoran ayam yang sudah menjadi pupuk kompos

Campuran tadi diaduk selang tiga sampai 7 hari untuk oksigenasi dan
meratakan proses pengomposan. Lalu tutup lagi dengan terpal atau plastik untuk
melanjutkan proses pengomposan. Biasanya bau kotoran ayam akan perlahan
menghilang seiring berjalannya proses pengomposan.Setelah tiga sampai empat

6
minggu proses pengomposan sudah mulai terlihat. Ada perubahan kontur dan warna
pada campuran kotoran ayam tadi. Baunya akan menghilang, biasanya penyaringan
sudah bisa dilakukan, bila kompos tersebut dikemas dalam plastik atau karung.
Namun bisa juga langsung digunakan untuk menyuburkan tanah pertanian.

Gambar 2.5 Proses Pembuatan limbah kotoran ayam menjadi pupuk kompos

2.3.Pemanfaatan Untuk Gasbio

Gasbio adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yang
merupakan hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gas
yang dominan adalah gas metan (CH4) dan gas karbondioksida (CO2) (Simamora,
1989). Gasbio memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu kisaran 4800-6700
kkal/m3, untuk gas metan murni (100 %) mempunyai nilai kalor 8900 kkal/m3.
Produksi gasbio sebanyak 1275-4318 I dapat digunakan untuk memasak,

7
penerangan, menyeterika dan mejalankan lemari es untuk keluarga yang berjumlah
lima orang per hari.

Pembentukan gasbio dilakukan oleh mikroba pada situasi anaerob, yang


meliputi tiga tahap, yaitu tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap
metanogenik. Pada tahap hidrolisis terjadi pelarutan bahan-bahan organik mudah
larut dan pencernaan bahan organik yang komplek menjadi sederhana, perubahan
struktur bentuk primer menjadi bentuk monomer. Pada tahap pengasaman
komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan
menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari gula-gula
sederhana pada tahap ini akan dihasilkan asam asetat, propionat, format, laktat,
alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan amoniak.
Model pemroses gas bio yang banyak digunakan adalah model yang dikenal
sebagai fixed-dome. Model ini banyak digunakan karena usia pakainya yang lama
dan daya tampungnya yang cukup besar. Meskipun biaya pembuatannya
memerlukan biaya yang cukup besar.
Untuk mengatasi mahalnya pembangunan pemroses biogas dengan model
feixed-dome, tersebut sebuah perusahaan di Jawa Tengah bekerja sama dengan
Balai Pengkajian dan Penerapan Teknolgi Ungaran mengembangkan model yang
lebih kecil untuk 4-5 ekor ternak, yang siap pakai, dan lebih murah karena berbahan
plastic yang dipendam di dalam tanah.
Di perdesaan, gasbio dapat digunakan untuk keperluan penerangan dan
memasak sehingga dapat mengurangi ketergantungan kepada minyak tanah
ataupun listrik dan kayu bakar. Bahkan jika dimodifikasi dengan peralatan yang
memadai, biogas juga dapat untuk menggerakkan mesin.
Untuk memanfaatkan kotoran ternak menjadi biogas, diperlukan beberapa
syarat yang terkait dengan aspek teknis, infrastruktur, manajemen dan sumber
daya manusia. Bila faktor tersebut dapat dipenuhi, maka pemanfaatan kotoran
ternak menjadi biogas sebagai penyedia energi di pedesaan dapat berjalan dengan
optimal.
Terdapat sepuluh faktor yang dapat mempengaruhi optimasi pemanfaatan
kotoran ternak menjadi biogas yaitu:

8
2.3.1. Ketersediaan ternak

Jenis, jumlah dan sebaran ternak di suatu daerah dapat menjadi potensi bagi
pengembangan biogas. Hal ini karena biogas dijalankan dengan
memanfaatkan kotoran ternak. Untuk menjalankan biogas skala individual atau
rumah tangga diperlukan kotoran ternak dari 2 – 4 ekor sapi dewasa.

2.3.2. Kepemilikan ternak

Jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak menjadidasar pemilihan jenis dan
kapasitas biogas yang dapat digunakan. Bila ternak sapi dewasa yang dimiliki
lebih dari 4 ekor , maka dapat dipilih biogas dengan kapasitas yang lebih besar
(berbahan fiber atau semen) atau beberapa biogas skala rumah tangga.

2.3.3. Pola pemeliharaan ternak

Ketersediaan kotoran ternak perlu dijaga agar biogas dapat berfungsi


optimal. Kotoran ternak lebih mudah didapatkan bila ternak dipelihara dengan
cara dikandangkan dibandingkan dengan cara digembalakan.

2.3.4. Ketersediaan lahan

Untuk membangun biogas diperlukan lahan di sekitar kandang yang


luasannya bergantung pada jenis dan kapasitas biogas. Lahan yang dibutuhkan
untuk membangun reaktor biogas skala terkecil (skala rumah tangga) adalah 14 m2
(7m x 2m).

2.3.5. Tenaga kerja

Untuk mengoperasikan biogas diperlukan tenaga kerja yang berasal dari


peternak/pengelola itu sendiri. Hal ini penting mengingat biogas dapat berfungsi

9
optimal bila pengisian kotoran ke dalam reaktor dilakukan dengan baik serta
dilakukan perawatan peralatannya. Banyak kasus mengenai tidak beroperasinya
atau tidak optimalnya biogas disebabkan karena: pertama, tidak adanya tenaga kerja
yang menangani unit tersebut; kedua, peternak/pengelola tidak memiliki waktu
untuk melakukan pengisian kotoran karena memiliki pekerjaan lain selain
memelihara ternak.

2.3.6. Manajemen limbah/kotoran

Manajemen limbah/kotoran terkait dengan penentuan komposisi padat-cair


kotoran ternak yang sesuai untuk menghasilkan biogas, frekuensi pemasukan
kotoran, dan pengangkutan atau pengaliran kotoran ternak ke dalam reaktor. Bahan
baku reaktor biogas adalah kotoran ternak dan air dengan perbandingan 1:3.
Frekuensi pemasukan kotoran dilakukan setiap satu atau dua hari sekali. Pemasukan
kotoran ini dapat dilakukan dengan cara diangkut atau melalui saluran.

2.3.7. Kebutuhan energi

Sumber energi dari biogas dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan jika


ketersediaan sumber energi lain terbatas. Bila sumber energi lain tersedia maka
peternak dapat diarahkan untuk mengolah kotoran ternaknya menjadi kompos.

2.3.8. Jarak (antara kandang reaktor dan rumah)

Agar pemanfaatan energi biogas dapat optimal sebaiknya antara kandang,


reaktor dan rumah tidak telampau jauh.

2.3.9. Pengelolaan hasil samping biogas

Pengelolaan hasil samping biogas ditujukan untuk memanfaatkannya


menjadi pupuk cair dan pupuk padat (kompos).

10
2.3.10. Sarana Pendukung

Sarana pendukung berupa peralatan kerja digunakan untuk


mempermudah/meringankan pekerjaan/perawatan instalasi biogas. Selain sepuluh
faktor di atas, kemauan peternak/pelaku untuk, menjalankan instalasi biogas dan
merawatnya serta memanfaatkan energi biogas menjadi modal utama dalam
pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas.

2.4.Pemanfaatan Lainnya

Selain dimanfaatkan untuk pupuk, bahan pakan, atau gasbio, kotoran ternak
juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dengan mengubahnya menjadi briket
dan kemudian dijemur/dikeringkan. Briket ini telah dipraktekkan di India dan dapat
mengurangi kebutuhan akan kayu bakar.
Pemanfaatan lain adalah penggunaan urin dari ternak untuk campuran
dalam pembuatan pupuk cair maupun penggunaan lainnya.

2.4.1. Pemanfaatan pupuk kandang dari kotoran sapi

Pupuk kandang yang dimaksudkan adalah kotoran ternak yang sudah


terfermentasi dengan baik. Kotoran sapi perah segar yang baru saja disiram dari
kandang, masih harus diperam dulu hingga siap untuk menyuburkan lahan
pertanian. Kalau kotoran sapi yang baru saja diambil dari kandang itu langsung
diaplikasikan ke lahan, tanaman akan mati. Sebab N dalam kotoran ternak tersebut
masih sangat tinggi hingga akan melayukan tanaman. Selain itu, kotoran tersebut
dalam proses fermentasinya akan mengeluarkan gas methan dan amonia yang juga
bisa meracuni akar tanaman. Panas dari proses fermentasi itu pun juga akan
menimbulkan panas yang langsung berdampak ke rusaknya parakaran.
Karenanya, kotoran sapi yang disiram dari kandang idealnya ditampung
terlebih dahulu dalam sebuah bak penampungan. Apabila bak tersebut dibuat
tertutup, maka gas methan (biogas) yang dihasilkannya masih bisa dimanfaatkan
sebagai bahan bakar. Namun dibanding dengan nilai investasinya, nilai ekonomis

11
dari gas tersebut relatif tidak sebanding. Hingga bak penampungan tersebut bisa
dibangun secara terbuka.
Untuk mempercepat proses fermentasi serta guna menghindarkan polusi
bau, maka ke dalam bak penampungan tersebut perlu ditambahkan biang bakteri.
Misalnya EM4 atau merk lain. Tanpa bantuan bakteri, proses pemasakan pupuk
akan berlangsung selama lebih dari sebulan dengan polusi bau yang luarbiasa.
Dengan bantuan bakteri, proses tersebut bisa dipersingkat menjadi paling lama 1
minggu dan tanpa adanya polusi bau.

2.4.2. Pemanfaatan pupuk kandang dari kotoran ayam

Kotoran / Feses ayam, merupakan salah satu hasil dari peternakan ayam
yang terkadang masih dikesampingkan, jika dicermati dan dimaknai bahwa sktor
peternakan merupakan mata rantai dari program integrited farming. Maka
pemanfaatan limbah peternakan seharusnya menjadi sorotan bagi para peternak
untuk mewujudkan integrated farming secara luas, selain itu pengolahan kotoran
ayam untuk menjadi pupuk kandang pun memiliki nilai ekonomis yang tidak dapat
dipandang sebelah mata melihat kebutuhan dari petani akan pupuk.
Umumnya pembuatan pupuk kandang dilakukan dengan cara menyimpan
atau menimbun kotoran hewan selama selama sekitar 3 bulan. Namun pembuatan
pupuk kandang ini sebenarnya dapat dipercepat proses pengurainnya dengan
penambahan bio-aktivator sebagai bahan pemacu mikroorganisme.

2.5.Cara Mengatasi Polusi Bau Limbah Kotoran Ayam

Satu dari sekian banyaknya cara bagi atau bisa juga dikatakan untuk
menghilangkan bau kotoran ternak yang praktis merupakan yang dengannya
mempercepat proses fermentasi kotoran agar cepat rusak.
1. Andai diharapkan mampu mempergunakan formula penghilang bau sangkar
sintetis. Cara ini terkadang efektif, namun didasari pengalaman peternak puyuh
yng mempergunakan produk penghilang bau sangkar memicu puyuh stress serta

12
produksi telur menurun.Mempergunakan ramuan penghilang bau sangkar dari
bahan-bahan jamu alami. Cara yng satu ini memanglah efektif namun tak hemat
waktu serta tenaga, apa lagi biaya yng dikeluarkan pun banyak sekali andai
daerah Kamu tak tersedia bahan bakunya.
2. Mempergunakan Pakan Fermentasi. Pakan yng difermentasi akan mengalami
pemasakan sempurna tanpa menghilangkan nutrisi yng dikandung selain
menjadikan bahan makanan lebih awet dibanding menyimpan yang dengannya
resiko rusak dimakan serangga, jamur ataupun terkontaminasi bahan rawan.
Belum lagi andai perangkat lunak pemberian pakan yang dengannya cara
mencampurkan bahan satu persatu. Yang dengannya proses fermentasi bahan
makanan lebih gampang diserap menjadikan disaat keluar telah menjadi limbah
akhir yang dengannya proses fermentasi menjadi kompos lebih cepat.
3. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk Sangkar Sapi Potong maupun Sapi Perah,
Perhatikan kemiringan sangkar yng ideal serta pun pembuatan selokan air
disekitar sangkar agar air kencing sapi langsung mengalir keselokan. Andai
memungkinkan dibuatkan saluran penampungan air kencing sapi menjadikan
mampu dimanfaatkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk pembuatan pupuk
cair.
4. Ventilasi sangkar yng baik. Peredaran udara yng bebas serta baik akan Amat
mengurangi konsentrasi bau kotoran di dalam sangkar. Peredaran udara segar
yng bebas keluar masuk sangkar pun akan lebih menyehatkan ternak yng
dipelihara.

13
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, karena


limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk
dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein,
lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota,
dan zat-zat yang lain (unidentified subtances)
Pemanfatan limbah ternak dapat mengurangi pencemaran yang diakibatklan
oleh kegiatan usaha peternakan.
Limbah ternak dapat dimanfaatkan menjadi pakan atau media cacing tanah,
pupuk organic, gasbio, pupuk kandang dan pemanfaatn lainnya.

3.2.Saran

Mohon maaf apabila penyusunan makalah ini masih terdapat banyak


kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
dalam penyusunan makalah-makalah selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. http://cakpriyo87.blogspot.com/2012/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html
2. http://gumiraputradesign.blogspot.com/2013/02/contoh-makalah-
pencemaran-akibat-limbah.html
3. http://sapimania.hostzi.com/manfaat_kotoran.php
4. http://shodiqfarm.blogspot.com/2012/11/pemanfaatan-limbah-ternak-
sebagai-bahan.html
5. http://Universitas Abulyatama Aceh Pemanfaatan limbah ternak ayam
menjadi pupuk kandang.htm

15

Вам также может понравиться