Вы находитесь на странице: 1из 3

CAMPAK

Nomor Dokumen : No. Revisi Halaman :


1202/TU.K/79/I/2011 :
No. Dokumen Unit : 1/3
PSN.PPP.SPO.18 02
Disiapkan Oleh : Disetujui Oleh : Ditetapkan oleh :
Direktur Utama
Sulastin, S.Sos, Dr.dr.Nina Kemala Sari,Sp. PD K-
Nama
MSi Ger
Kepala Bagian Direktur Pengembangan &
Jabatan
Pemasaran Pemasaran

Tanda
Tangan Dr.dr.C.H. Soejono, Sp.PD, K.Ger
NIP. 196006121985121001
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Unit Kerja :
OPERASIONAL 3 Februari 2017 BAGIAN PEMASARAN

Pengertian:
Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit
ini sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah
munculnya ruam. Penyebaran infeksi terjadi dengan perantara droplet.
Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih tinggi sekitar 3000-4000 per
tahun demikian juga frekuensi terjadinya kejadian luar biasa tampak meningkat dari 23 kali per tahun
menjadi 174. Namun case fatality rate telah dapat diturunkan dari 5,5% menjadi 1,2%. Umur terbanyak
menderita campak adalah <12 bulan, diikuti kelompok umur 1-4 dan 5-14 tahun.

Diagnosis :
1. Anamnesis
a. Adanya demam tinggi terus menerus 38,5 - 0C atau lebih disertai batuk, pilek, nyeri menelan,
mata merah dan silau bila terkena cahaya (fotofobia), seringkali diikuti diare.
b. Pada hari ke 4-5 demam timbul ruam kulit, didahului oleh suhu yang meningkat lebih tinggi
dari semula. Pada saat ini anak dapat mengalami kejang demam.
c. Saat ruam timbul, batuk dan diare dapat bertambah parah sehingga anak mengalami sesak
napas atau dehidrasi. Adanya kulit kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi) dapat
merupakan tanda penyembuhan.
2. Pemeriksaan fisis
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari tiga stadium:
a. Stadium prodromal: berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam yang diikuti dengan batuk,
pilek, faring merah, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda patognomonik
timbulnya enantema mukosa pipi di depan molar tiga disebut bercak Koplik.
b. Stadium erupsi: ditandai dengan timbulnya ruam makulopapular yang bertahan selama 5-6
hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke
wajah, leher, dan akhirnya ke ekstremitas.
c. Stadium penyembuhan (konvalesens): setelah 3 hari ruam berangsur-angsur menghilang
sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan
menghilang setelah 1-2 minggu.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Darah tepi: jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri
b. Pemeriksaan untuk komplikasi
 Ensefalopati dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar elektrolit darah, dan
analisis gas darah
CAMPAK
Nomor Dokumen : No. Revisi : Halaman :
1202/TU.K/79/I/2011
No. Dokumen Unit : 02 2/3
PSN.PPP.SPO.18
 Enteritis: feses lengkap
 Bronkopneumonia: dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah
Tata laksana
1. Medikamentosa
a. Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik
diberikan apabila terjadi infeksi sekunder, antikonvulsi apabila terjadi kejang, dan pemberian
vitamin A
b. Tanpa komplikasi:
 Tirah baring di tempat tidur
 Vitamin A 100.000 IU, apabila disertai malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari
 Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan disesuaikan dengan
tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya komplikasi
c. Pengobatan dengan komplikasi:
 Ensefalopati
o Kloramfenikol dosis 75 mg/kgbb/hari dan ampisilin 100 mg/kgbb/hari selama 7-10
hari
o Kortikosteroid: deksametason 1 mg/kgbb/hari sebagai dosis awal dilanjutkan 0,5
g/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik (bila pemberian lebih
dari 5 hari dilakukan tappering off)
o Kebutuhan jumlah cairan dikurangi ¾ kebutuhan serta koreksi terhadap gangguan
elektrolit
 Bronkopneumonia
o Kloramfenikol 75 mg/kgbb/hari dan ampisilin 100 mg/kgbb/hari selama 7-10 hari
o Oksigen 2 liter/menit
2. Indikasi rawat
Pasien dirawat (di ruang isolasi) bila:
a. hiperpireksia (suhu>39.0 - 0C)
b. dehidrasi
c. kejang
d. asupan oral sulit
e. adanya komplikasi
3. Pemantauan dan konsultasi
a. Pada kasus campak dengan komplikasi bronkopneumonia dan gizi kurang perlu dipantau
terhadap adanya infeksi tuberkulosis (TB) laten. Pantau gejala klinis serta lakukan uji tuberkulin
setelah 1-3 bulan penyembuhan.
b. Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang/buruk, konsultasi pada Divisi Nutrisi & Metabolik.
4. Faktor risiko terjadinya komplikasi
Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih kecil.
a. Diare dapat diikuti dehidrasi
b. Otitis media
c. Laringotrakeobronkitis (croup)
d. Bronkopneumonia
e. Ensefalitis akut, terjadi pada 2-10/10.000 kasus dengan angka kematian 10-15 %
CAMPAK
Nomor Dokumen : No. Revisi : Halaman :
1202/TU.K/79/I/2011
No. Dokumen Unit : 02 3/3
PSN.PPP.SPO.18
f. Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE): suatu proses degeneratif susunan saraf pusat
dengan gejala karakteristik terjadi deteriorisasi tingkah laku dan intelektual yang diikuti dengan
kejang. Disebabkan oleh infeksi virus yang menetap, timbul beberapa tahun setelah infeksi dan
merupakan salah satu komplikasi campak awitan lambat. Terjadi pada 1/25.000 kasus,
menyebabkan kerusakan otak progresif dan fatal.

Вам также может понравиться