Вы находитесь на странице: 1из 25

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN

SC ( SECTIO CAESAREA )

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
IKA PUTRI AGUSTINA SRI WAHYUNI
KARINDA AYU N. DARYANTO
JUMARNO AGUNG ADI H.
SUDARTIK HRNDRO MULYANTO
SUSI SEKARNINGSIH DWIPUJI ERNAWATI
SUCI SUSMIATI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus
melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 2012).
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalamkeadaan utuh serta
berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2011).
Nasib janin yang ditolong secara sectio caesaria sangat tergantung dari keadaan janin
sebelum dilakukan operasi. Menurut data di Indonesia dengan pengawasan antenatal yang baik
dari fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar 4 – 7 % (Rustam
mochtar, 2012).
Menurut data dari rumah sakit putri hijau dalam satu tahun terakhir dari 200 ibu hamil
hampir 70% melahirkan melalui pembedahan atau section caesarea dengan indikasi masalah
dalam persalinan mulai dari masalah ibu seperti panggul sempit sampai masalah pada bayi
seperti letak lintang.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkangambaran
umum tentang “ asuhan keperawatan pada klien dengan post sectio caesarea“ di RUMKIT
PUTRI HIJAU TK II
2. Tujuan Khusus
a Mampu mengidentifikasi pasien post sactio caesarea
b Mampu melaksanakan pengkajian terhadap pasien dengan post sactio caesarea,kemudian
dianalisa dan ditentukan masalah keperawatan
c Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
d Mampu menerapakan rencana keperawatan yang nyata
e Mampu menilai dan mengevaluasi dari hasil keperawatan yang telah dilakukan pada pasien
post sectio caesarea.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep dasar medik

1. Pengertian
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus
melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).

2. Etiologi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan
resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses
persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia ).
a Pada Ibu :
· disproporsi kepala panggul
· Disfungsi uterus
· Distosia jaringan lunak
· Plasenta previa
· His lemah / melemah
b Pada Anak :
· Janin besar
· Gawat janin
· Letak lintang
· Hydrocephalus

3. Jenis- jenis sectio caesarea


1. Abdomen ( Sectio Caesarea Abdominalis )
a) Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio Caesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada corpus uteri.
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada corpus uteri kira – kira 10 cm.
Kelebihan:
− Mengeluarkan janin lebih cepat
− Tidak menyebabkan komplikasi tertariknya vesica urinaria
− Sayatan bisa diperpanjang proximal atau distal.
Kekurangan :
− Mudah terjadi penyebaran infeksi intra abdominal karena tidak ada retroperitonealisasi yang
baik.
− Sering terjadi rupture uteri pada persalinan berikutnya.
b) Sectio Caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah
rahim.
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang ( konkaf ) pada segmen bawah rahim, kira –
kira 10 cm.
Kelebihan:
- Penutupan luka lebih mudah.
- Penutupan luka dengan retroperitonealisasi yang baik.
- Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga
peritoneum.
- Perdarahan kurang.
- Kemungkinan terjadi rupture uteri spontan kurang / lebih kecil dari pada cara klasik.
Kekurangan:
- Luka dapat melebar ke kiri , ke kanan dan ke bawah sehingga dapat menyebabkan arteri
Uterina putus sehingga terjadi pendarahan hebat.
- Keluhan pada vesica urinaria post operatif tinggi.
c) Sectio Caesarea Extraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian
tidak membuka cavum abdomen.

2. Vagina ( Sectio Caesarea Vaginalis )


Menurut arah sayatan rahim, section caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:
− Sayatan memanjang ( longitudinal )
− Sayatan melintang ( transversal )
− Sayatan huruf T ( T incision )
4. Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-halyang perlu
tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia )
− Fetal distress
− His lemah / melemah
− Janin dalam posisi sungsang atau melintang
− Bayi besar ( BBL≥4,2 kg )
− Plasenta previa
− Kalainan letak
− Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul)
− Rupture uteri mengancam
− Hydrocephalus
− Primi muda atau tua
− Partus dengan komplikasi
− Panggul sempit
5. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
1.Infeksi puerperal ( Nifas )
-Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
-Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
-Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2.Perdarahan
-Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
-Perdarahan pada plasenta bed
3.Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu
tinggi
6. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
- Pemantauan EKG
- Elektrolit
- Hemoglobin/Hematokrit
- Golongan darah
- Urinalisis
- Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
- Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.
- Ultrasound sesuai pesanan

B. Konsep dasar keperawatan


1. Pengkajian
a Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau stasis
vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus).
b Integritas ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress multiple seperti financial,
hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan,
stimulasi simpatis.
c Makanan/cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi insufisiensi Pancreas/
DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis.
d Pernafasan
Adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok.
e Keamanan
- Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan.
- Adanya defisiensi imun
- Munculnya kanker/adanya terapi kanker
- Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/reaksi anestesi
- Riwayat penyakit hepatic
- Riwayat tranfusi darah
- Tanda munculnya proses infeksi.
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul\
a) Perubahan Perfusi Jaringan b.d perdarahan
b) Devisit Volume Cairan b.d perdarahan
c) Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d luka post operasi
d) Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
e) Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan.
f) Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, luka post operasi
3. Rencana Asuhan Keperawatan
a) DX 1 : Perubahan Perfusi Jaringan b.d perdarahan
Tujuan : diharapkan suplai/ kebutuhan darah ke jaringan terpenuhi
Kriteria Hasil :
• Conjunctiva tidak anemis
• Acral hangat
• Hb normal
• Muka tidak pucat
• Tidak lemas
• TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg, RR :18-20x/menit, Nadi :
80-100 x/menit
Intervensi :
1) Jelaskan penyebab terjadi perdarahan
R/ Pasien paham tentang kondisi yang dialami
2) Monitor tanda-tanda vital
R/ Tensi, nadi yang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi menunjukkan gangguan
sirkulasi darah
3) Kaji tingkat perdarahan setiap 15 – 30 menit
R/ Mengantisipasi terjadinya syok
4) Kolaborasi pemberian cairan infus isotonik
R/ Cairan infus isotonik dapat mengganti volume darah yang hilang akiba perdarahan.
5) Kolaborasi pemberian tranfusi darah bila Hb rendah
R/ Tranfusi darah mengganti komponen darah yang hilang akibat perdarahan.
b) DX 2 : Devisit Volume Cairan b.d perdarahan
Tujuan: Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah
maupun kualitas.
Kriteria Hasil :
• Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
• Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
Intervensi:
1) Kaji kondisi status hemodinamika.
R/ Pengeluaran cairan akibat operasi yang berlebih merupakan faktor utama masalah
2) Ukur pengeluaran harian
R/ Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang
hilang selama masa post operasi dan harian
3) Berikan sejumlah cairan pengganti harian
R/Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif
4) Evaluasi status hemodinamika
R/ Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.
5) Pantau intake dan output
R/ dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak adekuat untuk
membersihkan sisa metabolisme.
c) DX 3 : Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d luka post operasi
Tujuan : Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Kriteria Hasil :
• Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang
• Skala nyeri 0-1 ( dari 0 – 10 )
• Dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri
• Kooperatif dengan tindakan yang dilakukan
• TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg, RR :18-20x/menit, Nadi :
80-100 x/menit
Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring selama masa akut
R/ Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi
2) Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.
R/ Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
3) Ajarkan teknik distraksi
R/ Pengurangan persepsi nyeri
4) Kolaborasi pemberian analgetika
R/ Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral
maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
5) Kaji intensitas, karakteristik, dan derajat nyeri
R/ Pengkajian yang spesifik membantu memilih intervensi yang tepat
d) DX 4 : Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan : Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Kriteria Hasil : klien mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri
Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
R/ Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai
untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
2) Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh umum
R/ Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi, tetapi dapat
mempengaruhi kondisi luka post operasi dan berkurangnya energi
3) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
R/ Mengistiratkan klilen secara optimal.
4) Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan /kondisi klien
R/ Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan
5) Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
R/ Menilai kondisi umum klien.
e) DX 5 : Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan
Tujuan : Memperbaiki integritas kulit dan proteksi jaringan
Kriteria Hasil :
• Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Intervensi :
1) Berikan perhatian dan perawatan pada kulit
R/ Jaringan kulit yang mengalami kerusakan dapat mengganggu suplai nutrien dan sangat rentan
terhadap tekanan serta trauma.
2) Lakukan latihan gerak secara pasif
R/ Meningkatkan mobilisasi
3) Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi
R/ maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit
4) jaga kelembaban kulit
R/ untuk tetap menjaga kulit yang sehat agar tetap lembab

f) DX 6 : Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, luka post operasi


Tujuan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan dan luka operasi.\
Kriteria Hasil :
• Tidak ada tanda – tanda infeksi, seperti : merah, panas, bengkak, fungsio laesa
Intervensi :
1) Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau dari luka operasi.
R/Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih
gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi.
2) Terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post operasi.
R/ Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan luka.
3) Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.
R/ Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.
4) Lakukan perawatan luka
R/ Inkubasi kuman pada area luka dapat menyebabkan infeksi.
5) Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi
R/ Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan
rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi.
BAB III
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. T DENGAN POST SC DI RUANG KEBIDANAN
RSUD DR. SOETIDJONO BLORA

1. BIODATA
a. Identitas passion
Nama : Ny. T
Jenis kelaminn : perempuan
Umur : 24 tahun
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pendidikan : SMU
Nama suami : Tn. D
Umur : 28 tahun
Alamat : jln samanhudi komplek asim kodim no 22 binjai
Pekerjaan : TNI AD
Pendidikan : SMU
b. Keluhan utama
Nyeri pada luka SC
c. Riwayat kehamilan dan persalinan
1. Gravida :G 1 P0A1
2. HPHT : 08-02-2018
3. HPL : 05-11-2018
4. Umur kehamilan : 32 mgg
5. Jenis persalinan : sectio caesaria
6. Plasenta lahir : lahir
7. Penolong : dokter
d. Riwayat menstruasi
Haid bulan sebelumnya bulan Februari
Lamanya : 7 hari
Siklus : 30 hari
e. Riwayat kesehatan ibu
1. Riwayat masuk rumah sakit : Ny. T telah dilakukan operasi sectio caesaria sito pada hari
jumat, 05 oktober 2018. Ny. T post operasi SC jam 13:00 WIB. Pasien terbaring, tiduran terus
dan mengalami nyeri. Nyerinya dirasakan setelah 4 jam operasi dan hilang timbul. Ny.T
merasakan nyeri pada saat bergerak dengan skala 6. Nyeri dirasakan ketika
Ny.T bergerak, Nyerinya seperti ditusuk tusuk selama 10 menitan, nyeri berada di sekitar
abdomen.
2. Riwayat kesehatan yang lalu: klien mengatakan belum pernah hamil dan ini pertama kali klien
hamil dan melahirkan.
3. Riwayat kesehatan keluarga: Di keluarga Ny. T dan Tn. D tidak mempunyai penyakit menular,
seperti TBC, penyakit menurun seperti DM dan hipertensi.
f. Riwayat kontrasepsi
Klien mengatakan belum ada rencana dalam penggunaan alat KB.
g. Data kebiasaan sehari-hari
1. Pola nutrisi
Sebelum masuk RS : pasien makan 3 kali sehari, dengan lauk pauk dan sayuran, minum 4-6
gelas/hari
Saat dikaji : pasien baru makan ½ porsi dan minum 2 gelassetelah operasi pada jam
13.00 WIB
2. Pola eliminasi
Sebelum masuk RS : pasien mengatakan BAB 1 x/hari dan BAK 4-6x/hari
Saat dikaji : Ny. T BAK melalui selang kateter dan belumBAB
3. Pola aktivitas
Sebelum masuk RS : pasien mengatakan saat dirumah dia bisamengerjakan aktivitasnya
sebagai ibu rumah tangga tanpa bantuan
Saat dikaji : pasien dapat beraktivitas dengan bantuankeluarga terbaring di tempat
tidur belum ada mobilisasi
4. Pola istirahat
Sebelum masuk RS : pasien biasanya tidur selama 7-8 jam/hari tanpagangguan Saat
dikaji : pasien mengalami gangguan karena nyeri pada luka operasi dan
lingkungan yang ramai serta panas.
5. Pola seksual
Sebelum sakit : pasien mengatakan biasanya pola seksual 2 hari sekali
Saat dikaji : pasien mengalami gangguan seksual karena nyeri pada luka operasi.
h. Adaptasi psikologis masa nifas
1) Pola interaksi klien dengan orang (tenaga kesehatan) menggunakan teknik wawancara
2) Ibu merasa senang bayinya lahir dengan selamat
3) Suasana hati klien gelisah, klien mengatakan selalu memikirkan bayinya dan selalu bertanya
tentang keadaan luka operasinya.
4) Klien berharap cepat sembuh dan ingin berkumpul kembali lagi dengan bayi dan keluarganya
i. Riwayat social budaya
Hubungan klien :
a. Hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat baik.
b. Selama di RS, interaksi klien dengan petugas kesehatan baik.
c. Yang paling berarti adalah suami, anak, dan keluarga.
j. Data spiritual
Klien seorang muslim, taat menjalankan sholat 5 waktu
k. Pengetahuan ibu tentang masa nifas
1.perawatan masa nifas: memberikan penjelasan agar mengetahui perawatan pada saat masa
nifas dengan melakukan personal hygiene.
2.perawatan payudara
Dilakukan sambil memperagakan/memberikan penjelasan agar perawatan buah dada dilakukan
setiap hari dengan cara masase dan puting susu ditarik keluar dan berikan HE setiap mandi harus
membersihkan mamae.
3. Perawatan perineum
Setiap kali BAB / BAk perineum ibu harus dibersihkan untuk mencegah terjadinya infeksi,
apabila pakaian dalam basah perlu diganti dengan pakaian dalam yang kering.
l. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : TD 120/80 mmHg, Nadi 89 x/menit, RR 24 x/menit, Suhu 37,8 oC
4. Pemeriksaan fisik
5. Kepala : rambut lurus, hitam, panjang sebahu, tidak beruban, tidak ada luka
6. Muka : simetris, tampak menahan nyeri
7. Mata : bentuk simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva tidakanemis, tidak ada
gangguan dan alat Penglihatan
8. Hidung : lubang simetris, tidak ada sekret
9. Mulut : gigi masih utuh, lidah masih bersih, nafas tidak bau, bibir tidak kering,
mukosa lembab
10. Telinga : letak simetris, tidak ada serumen, masih berfungsi dengan baik, tidak ada
gangguan pendengaran
11. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjaran tyroid
12. Dada : bentuk simetris, tidak ada retraksi dada, payudara menonjol besar, terapa
hangat dan kencang, aerola hitam, puttingmenonjol, ASI belum keluar
13. Abdomen : terdapat luka jahitan SC ± 12 cm secara horizontal, masih dibalut (hari
pertama)
14. ektremitas : tidak ada edema, pada ektremitas atas terpasang IVFD RL 20 gtt/i, bentuk
simetris, tidak ada luka
15. kulit : turgor elastic
16. genetalia : terpasang DC 18
m. pemeriksaan laboratorium
tanggal 04-10-2018
No Hasil Nilai normal
1 HB =11,2 gr % Pria 14-15. Wanita 12-16 gr%
2 HT = 34,0% 40-50%
3 Leukosit = 20.800/mm3 4000-10800/mm3
4 Trombosit= 321.000 150000-450000/ microliter darah

n. therapy
No Nama obat Dosis
1 IVFD RL 20 gtt/I
2 Inj ketorolac 1 amp/ 12 jam
3 Inj gentamycin 1 amp/12 jam
4 Inj ceftriaxone 1 amp/12 jam
5 Inj vit c 1 amp/12 jam
6 Inj transamin 1 amp/12 jam
7 Inj alinamin 1 amp/12 jam

DATA FOKUS
DS : - Pasien mengatakan nyeri pada luka SC
- Klien mengatakan panas pada luka post SC
- Klien mengatakan susah mengangkat kedua tungkai bawahnya
DO : - ekspresi wajah meringis
P : Nyeri post operasi SC
Q : Cekot-cekot
R : Perut
S : 4-5
T : Sering
- Terdapat luka insisi operasi pada daerah abdomen 12 cm
- KU lemah
- pada luka post SC tampak merah, bengkak
-T: 37,8ºC RR: 24x/I TD: 120/80 mmHg HR: 89 x/i
-HB =11,2 gr %
-HT = 34,0%
-Leukosit = 20.800/mm3
- Trombosit= 321.000
- kekuatan otot +3 dapat melawan gravitasi tapi tidak mampu melawan tahanan

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS: SC Nyeri
Pasien mengatakan nyeri pada
luka SC Insisi pada
DO: bagian depan dinding perut
- P : Nyeri post operasi SC
Q : Cekot-cekot
Terputuenya kontuinitas jaringan
R : Perut
S : 4-5
Nyeri
T : Sering
- Post op hari ke-1
- ekspresi wajah meringis
- Terdapat luka insisi operasi
pada daerah abdomen
- KU lemah
2 DS : Klien mengatakan susah SC Gangguan mobilitas
mengangkat kedua tungkai fisik
bawahnya Insisi pada bagian
DO : depan perut
- Post op hari ke-1
- KU lemah Luka post operasi
- Nampak luka insisi operasi SC
pada daerah abdomen 12 cm.
-kekuatan otot +3 dapat Kelemahan penurunan sirkulasi
melawan gravitasi tetapi
lemah Gangguan mobilitas fisik

3 DS : Klien mengatakan panas SC Resiko infeksi


pada luka post SC
DO : Pembedahan
- Ku lemah pada bagian depan perut
- Terdapat luka insisi pada
daerah abdomen 12 cm
Luka post operasi SC
- pada luka post SC tampak
merah, bengkak
Resiko infeksi
T: 37,8ºC RR: 24x/I TD:
120/80 mmHg HR: 89 x/i
HB =11,2 gr %
HT = 34,0%
Leukosit = 20.800/mm3
Trombosit= 321.000
o. Diagnosa Keperawatan
1. nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi ditandai
dengan Pasien mengatakan nyeri pada luka SC, Skala nyeri 4-5 nyeri sedang, Post op hari ke-1,
ekspresi wajah meringis, Terdapat luka insisi operasi pada daerah abdomen, KU lemah.
2. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi SCditandai dengan Klien
mengatakan panas pada luka post SC, Ku lemah, Terdapat luka insisi pada daerah abdomen 12
cm, pada luka post SC tampak merah dan bengkak, T : 37,8ºC RR: 24x/I TD : 120/80 mmHg
HR: 89 x/I, HB =11,2 gr % HT = 34,0%, Leukosit = 20.800/mm3, Trombosit= 321.000
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya luka operasi ditandai dengan Klien
mengatakan susah mengangkat kedua tungkai bawah, Post op hari ke-1, KU lemah, Nampak luka
insisi operasi pada daerah abdomen 12 cm. kekuatan otot +3.

P. Intervensi Keperawatan
No diagnosa Tujuan / kriteria Intervensi Rasionalisasi
1 Dx 1 Tujuan : Klien dapat- Kaji intensitas,-Pengkajian yang spesifik
beradaptasi dengankarakteristik, danmembantu memilih
nyeri yang dialami derajat nyeri intervensi yang tepat
Kriteria Hasil : -Meminimalkan stimulasi
-Mengungkapkan - Pertahankan tirahatau meningkatkan
nyeri dan tegang dibaring selama masarelaksasi
perutnya berkurang akut.
-Dapat melakukan -Meningkatkan koping
tindakan untuk-Terangkan nyeri yangklien dalam melakukan
mengurangi nyeri diderita klien danguidance mengatasi nyeri
-Kooperatif denganpenyebabnya. - Pengurangan persepsi
tindakan yang nyeri
dilakukan -Ajarkan teknik- Mengurangi onset
-TTV dalam batasdistraksi terjadinya nyeri dapat
normal ; Suhu : 36-37-Kolaborasi pemberiandilakukan dengan
0 C, TD : 120/80analgetika pemberian analgetika oral
mmHg, RR :18- maupun sistemik dalam
20x/menit, Nadi : 80- spectrum luas/spesifik
100 x/menit
2 Dx 2 Tujuan: Tidak terjadi-Kaji kondisi-Perubahan yang terjadi
infeksi selamakeluaran/dischart yangpada dishart dikaji setiap
perawatan perdarahankeluar ; jumlah, warna,saat dischart keluar.
dan luka operasi.\ dan bau dari lukaAdanya warna yang lebih
Kriteria Hasil : operasi. gelap disertai bau tidak
• Tidak ada enak mungkin merupakan
tanda – tanda infeksi, tanda infeksi.
seperti : merah, -Infeksi dapat timbul
panas, bengkak,-Terangkan pada klienakibat kurangnya
fungsio laesa pentingnya perawatankebersihan luka.
luka selama masa post
operasi.
-Lakukan pemeriksaan-Berbagai kuman dapat
biakan pada dischart. teridentifikasi melalui
-Lakukan perawatandischart.
luka -Inkubasi kuman pada
. area luka dapat
-Terangkan pada klienmenyebabkan infeksi.
cara mengidentifikasi-Berbagai manivestasi
tanda inveksiobat klinik dapat menjadi
tanda nonspesifik infeksi;
demam dan peningkatan
rasa nyeri mungkin
-kolaborasi denganmerupakan gejala infeksi.
dokter dalam-mengurangi resiko
pemberian therapy infeksi pada klien

3 DX3 Tujuan : Kllien dapat- Kaji tingkat- Mungkin klien tidak


melakukan aktivitaskemampuan klienmengalami perubahan
tanpa adanyauntuk beraktivitas berarti, tetapi perdarahan
komplikasi masif perlu diwaspadai
Kriteria Hasil : klien untuk menccegah kondisi
mampu melakukan klien lebih buruk
aktivitasnya secara
mandiri Aktivitas merangsang
- Kaji pengaruhpeningkatan vaskularisasi
aktivitas terhadapdan pulsasi organ
kondisi luka danreproduksi, tetapi dapat
kondisi tubuh umum mempengaruhi kondisi
luka post operasi dan
berkurangnya energi
- Mengistiratkan klilen
secara optimal.
- Bantu klien untuk
memenuhi kebutuhan
aktivitas sehari-hari.. - Mengoptimalkan kondisi
- Bantu klien untukklien, pada abortus
melakukan tindakanimminens, istirahat
sesuai denganmutlak sangat diperlukan
kemampuan /kondisi- Menilai kondisi umum
klien klien.
- Evaluasi
perkembangan
kemampuan klien
melakukan aktivitas -membantu mempercepat
mobilitas fisik klien
- kolaborasidengan
dokter dalam
pemberian therapy obat

IMPLEMENTASI

Nama : Ny. T umur : 24 tahun


No RM : 29 24 34 diagnosa : post section caesaria
No Tgl/hr/ dx Implementasi Evaluasi
1 Tgl 05-10--mengkaji intensitas, karakteristik, danS= klien mengatakan nyeri sudah tidak
2018 08:00derajat nyeri ada
wib - mempertahankan tirah baring selamaO= klien tampak tenang
DX 1 masa akut. A= masalah nyeri teratasi
-menerangkan nyeri yang diderita klienP= intervensi dihentikan
dan penyebabnya.
-mengajarkan teknik distraksi
-berkolaborasi pemberian therapy obat
H:
Inj ketorolac 1 amp / 8 jam
Tgl 05-10--mengkaji kondisi keluaran/dischartS= klien mengatakan masih panas pada
2018 yang keluar ; jumlah, warna, dan bauluka post SC
10:00 wib dari luka operasi. O=pada luka post SC masih tampak
DX 2 H: warna luka masih merah , bengkakmerah
dan panas A=masalah resiko infeksi teratasi
-menerangkan pada klien pentingnyasebagian
perawatan luka selama masa postP=
operasi. -Kaji pengeluaran pada luka
-melakukan pemeriksaan biakan pada-kolaborasi dengan dokter dalam
dischart. pemberian therapy obat
-melakukan perawatan luka I=
H: perawatan luka dengan mengganti-mengkaji pengeluaran pada luka
perban -berkolaborasi dengan dokter dalam
-menerangkan pada klien carapemberian therapy obat
mengidentifikasi tanda infeksi obat E=masalah resiko infeksi teratasi
H: klien mengerti tanda – tanda infeksisebagian
dengan obat seperti merah, bengkak,R= kaji kembali luka post SC
bintik-bintik merah
-berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapy
H:
Inj gentamycin 1 amp/ 8jam
Inj ceftriaxone 1gr/12 jam
Tgl 06-10--mengkaji tingkat kemampuan klienS= klien mengatakan sudah bisa
2018 untuk beraktivitas mengankat tungkai bawahnya
12: 00 wib H: klien dapat melawan garvitasi tetapiO=klien tampak tenang, tingkat
DX 3 lemah . kekuatan otot ROM +4 kekuatan otot ROM : +5
-mengkaji pengaruh aktivitas terhadapA=masalah gangguan mobilisasi fisik
kondisi luka dan kondisi tubuh umum sudah teratasi
- membantu klien untuk memenuhiP=intervensi dihentikan
kebutuhan aktivitas sehari-hari.
-membantu klien untuk melakukan
tindakan sesuai dengan kemampuan
/kondisi klien
H: klien mampu melakukan aktivitas
dengan bantuan
-mengevaluasi perkembangan
kemampuan klien melakukan aktivitas
H: tingkat kekuatan otot klien dapat
melawan gravitasi tetapi lemah
-berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapy obat
H:
IVFD RL 20 gtt/i
Tgl 06-10--mengkaji kondisi keluaran/dischartS= klien mengatakan tidak panas pada
2018 yang keluar ; jumlah, warna, dan bauluka post SC
08:00 wib dari luka operasi. O=pada luka post SC sudah tidak ada
DX 2 H: warna luka post operasi SC tidakmerah dan bengkak T : 36,8ºC TD ;
merah dan tidak bengkak panas 120/80 mmHg HR: 80 x/I RR: 20 x/i
-menerangkan pada klien pentingnyaA=masalah resiko infeksi teratasi
perawatan luka selama masa postP= intervensi dihentikan
operasi.
H: klien mengikuti apa yang
diterangkan perawat
-melakukan pemeriksaan biakan pada
dischart.
H: hasil pemeriksaan biakan tidak
terdapat tanda adanya infeksi
-melakukan perawatan luka
H: perawatan luka dengan mengganti
perban
-menerangkan pada klien cara
mengidentifikasi tanda infeksi obat
H : klien mengerti tentang tanda infeksi
obat seperti merah, panas, dah bintik-
bintik merah
-berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapy
H:
Inj gentamycin 1 amp/ 8jam
Inj ceftriaxone 1gr/12 jam

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 2012).
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu
tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia ).
Seperti disproporsi kepala panggul, Disfungsi uterus, Distosia jaringan lunak, Plasenta previa,
His lemah / melemah dan pada anak seperti Janin besar. Gawat janin, Letak lintang dan
Hydrocephalus.
Jenis- jenis sectio caesarea
1. Abdomen ( Sectio Caesarea Abdominalis )
a. Sectio Caesarea Transperitonealis
b. Sectio Caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah
rahim.
c. Sectio Caesarea Extraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan
demikian tidak membuka cavum abdomen.
2. Vagina ( Sectio Caesarea Vaginalis )
Menurut arah sayatan rahim, section caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:
− Sayatan memanjang ( longitudinal )
− Sayatan melintang ( transversal )
− Sayatan huruf T ( T incision )
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan
resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-halyang perlu tindakan SC proses
persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia )
− Fetal distress
− His lemah / melemah
− Janin dalam posisi sungsang atau melintang
− Bayi besar ( BBL≥4,2 kg )
− Plasenta previa
− Kalainan letak
− Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul)
− Rupture uteri mengancam
− Hydrocephalus
− Primi muda atau tua
− Partus dengan komplikasi
− Panggul sempit
Masalah keperawatan yang muncul yaitu nyeri, gangguan mobilitas fisik, dan resiko
infeksi.

Вам также может понравиться