Вы находитесь на странице: 1из 16

Tugas Leadership and Systems Thinking

Visi Bersama dan Pembelajaran Tim

dalam Lingkungan Organisasi

Disusun Oleh

Andi Pramesti Ningsih

K012181003

Kelas B

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018
Daftar Isi

Daftar Isi .................................................................................................... 1

Bab I Pendahuluan .................................................................................... 2

A. Pendahuluan ................................................................................... 2

B. Tujuan Penulisan ............................................................................ 3

Bab II Telaah Pustaka ................................................................................ 4

A. Visi Bersama ................................................................................... 4

B. Pembelajaran Tim ........................................................................... 6

Bab III Hasil dan Pembahasan................................................................ 10

Bab IV Kesimpulan dan Saran ................................................................. 14

A. Kesimpulan ................................................................................... 14

B. Saran............................................................................................. 14

Daftar Pustaka ......................................................................................... 15

1
Bab I
Pendahuluan
A. Pendahuluan
Tim kerja adalah strategi penting yang bisa meningkatkan
keuntungan, meningkatkan kualitas, inovasi dan kepuasan konsumen.
Dalam pengembangan pengetahuan ekonomi, pengetahuan diakui
sebagai sumber daya yang paling penting untuk meningkatkan atau
mempertahankan keunggulan kompetisi. Ini juga merupakan faktor
kunci untuk mempertahankan keberhasilan jangka panjang organisasi.
Awal dan tahap penting dari manajemen pengetahuan adalah berbagi
pengetahuan yang merupakan kunci untuk penciptaan organisasi,
kemampuan belajar dan kinerja dari suatu tim (Chan, Pearson &
Entrekin, 2003).

Jika pembelajaran tim dibandingkan dengan kepemimpinan


vertikal yang dibentuk oleh kepemimpinan individu atau formal,
kepemimpinan bersama memberi bobot pada kepemimpinan yang
tersebar pada anggota tim. Selain itu, pentingnya kepemimpinan
bersama dengan keterlibatan kolektif anggota telah disorot dalam
tugas-tugas berbasis tim, khususnya dalam kepemimpinan tim di mana
terdapat keterlibatan anggota yang lebih banyak pada tim visi, tujuan
dan proses interaksi (Pearce & Manz, 2005).

Dalam lingkungan yang sangat kompetitif saat ini, pekerja


dituntut untuk bekerja sama dalam menangani berbagai tugas untuk
berbagai situasi. Oleh karena itu, tim kerja merupakan hal yang
penting dalam sebuah organisasi. Selain itu, mengikuti tren dan
pengembangan tim kerja yang banyak digunakan oleh organisasi pada
isu-isu penting, masalah kepemimpinan menarik perhatian lebih dan
dilihat sebagai faktor penting pada kemajuan kinerja tim (Zaccaro,
Rittman, & Marks, 2001).

2
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Huang, 2013)
menyatakan bahwa kepemimpinan bersama secara signifikan dan
positif mempengaruhi pembelajaran tim. Kelompok dengan anggota
yang memiliki pengaruh kepemimpinan yang lebih tinggi akan memiliki
kinerja yang tinggi juga. Namun, dibutuhkan berbagai pengetahuan
dalam memediasi kepemimpinan bersama dan pembelajaran tim.

Berdasarkan paparan diatas mengenai pentingnya


pembelajaran tim dan hubungannya dengan kepemimpinan, maka
penulis akan membahas secara lebih lanjut mengenai permasalahan-
permasalahan dan solusi terkait pembelajaran tim dalam sebuah
organisasi.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Menggambarkan contoh permasalahan yang terjadi dalam
suatu organisasi
2. Menggambarkan perubahan yang mungkin dilakukan
dengan menggunakan pendekatan leadership organization

3
Bab II
Telaah Pustaka
A. Visi Bersama
Selama hampir tiga dekade, para ahli berpendapat bahwa visi
itu penting bagi kepemimpinan, implementasi strategi, dan perubahan.
Pembangunan visi dimaksudkan untuk menciptakan fundamental,
ambisius rasa tujuan, yang harus dikejar selama bertahun-tahun. Visi
bisnis yang kuat memiliki semuanya tujuh karakteristik - keringkasan,
kejelasan, abstrak, tantangan, orientasi masa depan, stabilitas, dan
keinginan atau inspirasi. Karakteristik visi ini sangat terkait dengan
usaha pertumbuhan melalui pengaruhnya pada komunikasi visi.
Kesungguhan sebuah visi ditunjukkan oleh apakah pernyataan visi itu
singkat; visi efektif mengandung antara 11-22 kata, membuatnya
mudah dikomunikasikan dan diingat. Visi yang jelas langsung
mengarah pada tujuan utama. Mereka dapat dipahami tanpa
diperpanjang presentasi dan diskusi, seringkali dalam lima menit
(Kantabutra & Avery, 2010).

Satu hal yang sangat perlu dipahami dari suatu organisasi yang
telah mempertahankan keberhasilannya dalam kondisi tidak adanya
sasaran, nilai-nilai, dan misi yang menjadi begitu tersebar di seluruh
organisasi. Bila terdapat suatu visi yang bertentangan dengan seluruh
pernyataan visi yang umum, orang mengatasinya dan belajar, bukan
karena mereka diindroktinasi tetapi karena mereka ingin melakukan.
Suatu visi bersama dalam organisasi terjadi karena karisma dari
seorang pemimpin atau karena krisis yang melengkapi setiap orang
sementara waktu (Senge, 1996)

Visi memberikan orientasi dan makna bagi para pemimpin dan


anggotanya. Hal ini membantu dalam memfokuskan energy dan
keterlibatan dalam transformasi praktik. Namun, sangat penting bagi
para pemimpin untuk memantau secara dekat kerja tim dan organisasi,

4
menjaga keseimbangan antara inovasi / transformasi dan relaksasi /
pemulihan (Martin, McCormack, Fitzsimons, & Spirig, 2014).

Visi sesungguhnya tidak dapat dipahami secara terpisah dari


tujuan. Tujuan merupakan kesadaran individual akan mengapa ia
hidup. Tidak seorangpun dapat atau tidak, membuktikan pernyataan
bahwa manusia memiliki tujuan. Dalam sebuah organisasi, tujuan
tersebut memiliki kekuatan yang besar. Satu implikasinya adalah
kebahagiaan paling mungkin langsung berasal dari hasil kehidupan
yang konsisten dengan tujuan anda (Senge, 1996).

Visi bersama melibatkan keterampilan menggali mengenai


gambaran masa depan bersama yang saling dibagikan yang
membantu komitmen sejati dan keikutsertaan disbanding hanya
sekedar pemenuhan. Ketika orang dalam organisasi memfokuskan
hanya pada posisi mereka, mereka hanya sedikit peduli pada
tanggungjawabhasil yang diproduksi ketika seluruh posisi berinteraksi.
Ketika hasil mengecewakan, sulit untuk mengidentifikasi penyebabnya
(Senge, 1996)

Anggota tim yang terlibat dalam visi bersama tidak hanya


merupakan komponen kunci dari kepemimpinan transformasional
tetapi juga penting dalam kegiatan pengembangan praktik dalam
rangka memberikan arahan dan kejelasan tujuan. Oleh karena itu, visi
bersama adalah alat yang sangat kuat untuk transformasi praktik yang
berhasil, karena visi melepaskan empat kekuatan utama dalam suatu
organisasi: menarik komitmen dan memberi energi kepada orang-
orang, menciptakan makna untuk pekerjaan orang, membangun
standar keunggulan, dan menjembatani masa kini dan masa depan
(Martin, McCormack, Fitzsimons, & Spirig, 2014).

Visi tersebar karena suatu proses yang menguatkan, yang


meningkatkan kejelasan, antusiasme, komunikasi dan komitmen.

5
Semakin orang berbicara, visinya menjadi tumbuh lebih jelas. Semakin
visi menjadi lebih jelas, tumbuhlah antusiasme akan keuntungan-
keuntungannya. Visi tersebut kemudian akan mulai menyebar dalam
suatu spiral yang menguatkan dari komunikasi dan kegairahan.
Antusiasme dapat juga diperkuat oleh sukses awal dalam mengejar
visinya (Senge, 1996).

B. Pembelajaran Tim
Pembelajaran tim merupakan proses dari menyarahkan dan
pengembangan kapasitas sebuah tim untuk menciptakan hasil yang
mana para anggotanya benar-benar inginkan. Hal tersebut dibangun di
atas disiplin dari mengembangkan visi bersama. Hal itu juga dibangun
diatas penguasaan pribadi, karena tim berbakat terbentuk dari individu
yang berbakat (Senge, 1996).

Suatu pembelajaran dikatakan pembelajaran tim apabila tim


mampu menciptakan inovasi pengetahuan dan meningkatkan
pengetahuan atau kemampuan tim melalui berbagai informasi, diskusi
pertanyaan dan pencarian tampilan baru diantara angota tim. Selain
itu, pembelajaran tim dapat meningkatkan kemampuan dalam
memantau perubahan lingkungan, memahami kebutuhan pelanggan
dan meningkatkan kesadaran anggota tim tentang situasi (Huang,
2013).

Banyak tim manajemen dalam organisasi pecah dikarenakan


tekanan. Tim mungkin berfungsi sangat baik dengan hal-hal yang
bersifat rutin. Tetapi ketika mereka berhadapan dengan isu kompleks
yang mungkin membuat malu atau mengancam, kebersamaan tim
mulai rusak. Disinilah pentingnya pembelajaran tim agar organisasi
dapat dipertahankan (Senge, 1996).

Dalam tim, perilaku anggota dapat dikategorikan baik dari segi


tugas dan proses kerja tim. Tugas dalam sebuah organisasi mewakili

6
apa yang sedang dilakukan oleh tim, sementara kerja tim
menggambarkan bagaimana mereka melakukannya. Kerja tim
mengacu pada pembelajaran berbagai proses perilaku interaktif dan
interdependen diantara anggota tim yang mengubah input ke dalam
hasil (Hildebrand & Marsick, 2015).

Dalam organisasi, pembelajaran tim memiliki tiga dimensi yang


kritis. Pertama, ada kebutuhan untuk berpikir dengan penuh wawasan
masalah kompleks. Kedua, ada kebutuhan akan tindakan inovatif dan
terkoordinasi. Ketiga, ada peranan dari anggota tim pada tim lainnya.
Jadi, suatu tim belajar secara terus menerus memupuk tim belajar
lainnya melalui penanaman praktek dan keterampilan dari
pembelajaran tim secara lebih luas (Senge, 1996).

Bidang pembelajaran tim dimulai dengan dialog, kapasitas


anggota suatu tim menyingkirkan anggapan dan masuk dalam suatu
bentuk pemikiran bersama. Bidang dialog juga melibatkan bagaimana
mengenali pola interaksi dalam tim yang mengganggu pembelajaran.
Pembelajaran tim penting karena tim bukan individual melainkan dasar
pembelajaran unit dalam organisasi (Senge, 1996).

Bohm mendefinisikan tiga kondisi-kondisi dasar yang diperlukan


bagi dialog:

1. Semua partisipan harus menunda asumsi mereka, secara


harfiah seolah-olah ditunda dihadapan kita;
2. Semua partisipan harus menganggap satu sama lainnya
sebagai kolega;
3. Harus ada fasilitator yang menguasai konteks dari dialog

Kondisi-kondisi ini berperan terhadap arus bebas dari arti untuk


beredar dalam suatu kelompok, dengan cara menghilangkan
hambatan terhadap arus (Senge, 1996)

7
Sesi-sesi dialog memungkinkan suatu tim bersatu untuk melatih
dialog dan mengembangkan keterampilan yang dituntut. Kondisi dasar
dalam sesi dialog adalah sebagai berikut:

1. Membuat semua anggota dari tim untuk bertindak bersama-


sama;
2. Menjelaskan aturan-aturan dasar dari dialog;
3. Memperkuat aturan-aturan dasar tersebut sehingga bila
seseorang mendapatkan dirinya tak mampu menunda
asumsinya, tim memberi tahu bahwa sekarang adalah diskusi
bukannya dialog;
4. Membuat mungkin, bahkan mendorong anggota-anggota tim
untuk mengemukan isu-isu yang paling sulit, peka dan
bersifat konfliktual yang mana penting terhadap karya tim.
Kita menganggap sesi diskusi sebagai praktek karena dirancang untuk
memupuk ketermapilan-keterampilan tim.
Pendekatan yang diambil oleh tim pembelajar terjadap rutinitas
defensive secara intrinsic sistemik. Daripada melihat kedefensifan
dalam acuan tingkah laku ornag lain, pengungkit berada dalam
mengenai rutinitas defensif sebagai ciptaan bersama dan untuk
menemukan peranan kita sendiri dalam menciptakan dan
mempertahankannya. Alat berpikir sistem juga penting karena pada
akhirnya semua tugas utama dari tim manajemen mengembangkan
strategi, membentuk visi, merancang kebijaksanaan, dan struktur
organisasional melibatkan pertarungan dengan kerumitan yang besar
(Senge, 1996).
Masalah-masalah yang bersifat majemuk dalam suatu tim
silang-fungsional yang berbeda seperti suatu tim manajemen. Tiap
anggota tim membawa model mentalnya sendiri yang secara lebih
banyak linear. Tiap model mental seseorang memfokuskan pada
bagian yang berbeda dari sistem. Masing-masing memberikan

8
penekanan yang berbeda pada rantai sebab-akibat. Pada akhirnya
menjadi tak mungkin untuk suatu gambaran sistem sebagai suatu
keseluruhan yang muncul dalam pembicaraan normal.
Permasalahan ini membutuhkan suatu pembahasan tim. Jika
pembahasan tim tidak dapat dilaksanakan, maka pembelajaran tim
akan terbatas. Seorang anggota dari suatu tim melihat suatu masalah
secara lebih sistematis daripada yang lainnya, wawasan orang
tersebut akan terputus kalua bukan lagi karena alasan bias intrinsic
terhadap pandangan linear dalam bahasa normal sehari-hari kita.
Pembelajaran Bahasa ini akan mempermudah tim dalam
berkomunikasi dan mengungkapkan pendapatnya masing-masing
(Senge, 1996).

9
Bab III
Hasil dan Pembahasan
Suatu visi dalam organisasi dikatakan benar apabila setiap anggota
memiliki gambaran yang sama dan mempunyai komitmen satu sama lain
untuk memilikinya, tidak hanya diri kita amsing-masing atau secara
individual memilikinya. Pada tingkat yang paling sederhana, visi bersama
adalah jawaban terhadap apa yang ingin dicapai dalam sebuah
organisasi. Visi dalam sebuah organisasi sangat penting dikarenakan visi
memberikan fokus dan energy untuk belajar bagi setiap anggota (Senge,
1996).

Bila proses dalam mencapai visi tidak terganggu, hal itu akan
mengarah pada berlanjutnya pertumbuhan dalam kejelasan dan komitmen
bersama kea rah visi, diantara sejumlah orang yang semakin meningkat.
Tetapi berbagai ragam dari factor penghambat dapat ikut berperan untuk
memperlambat siklus ini. Visi yang muncul juga dapat mati karena orang
menjadi terlalu sibuk dengan tuntutan dari realitas saat ini dan kehilangan
fokus mereka terhadap visi (Senge, 1996).

Tim diibaratkan sebagai kendaraan untuk belajar organisasi, dan


kepemimpinan adalah factor yang mempengaruhi proses pembelajaran
tersebut. Kepemimpinan bersama dan perannya dalam pembelajaran tim
dikonseptualisasikan sebagai refleksi dan tindakan. Kepemimpinan
bersama secara khusus dikaitkan dengan tugas, hubungan dan
perubahan saling melengkapi satu sama lain dan meningkatkan refleksi
dan tindakan dengan cara yang berbeda (Hildebrand & Marsick, 2015).

Dalam tahun-tahun belakangan, banyak pemimpin dengan


bergairahnya mengikuti pergerakan visi. Mereka telah membentuk visi dan
pernyataan misi. Mereka telah bekerja untuk mengerahkan setiap orang
dalam visi. Namun, peningkatan yang diharapkan dalam produktivitas dan
persaingan seringkali gagal untuk muncul. Ini telah mengarahkan banyak

10
orang menjadi tidak terpengaruh dengan visi dan memvisi. Masalahnya
terletak tidak didalam visi bersama itu sendiri, masalahnya terletak
didalam orientasi reaktif kita terhadap realita ini (Senge, 1996).

Kondisi organisasi yang mendukung tim akan memberikan dampak


psikologis yang positif terhadap anggotanya, sehingga mereka dapat
berpikir bebas dan secara terbuka memperdebatkan ide dan pendapat
mereka. Hal inilah yang akan menuntun organisasi menuju visi bersama.
Sebaliknya, kondisi organisasi yang mengekang anggota tidak akan
mampu mengarahkan anggota menuju visi bersama. Dampak ini tentu
saja tidak terlepas dari peranan seorang pemimpin (Hildebrand & Marsick,
2015).

Organisasi pembelajar menuntur pandangan baru kepemimpinan.


Pandangan baru atas kepemimpinan dalam organisasi pembelajar
berpusat pada tugas yang lebih penting dan tajam. Dalam organisasi
pembelajar, pemmpin adalah pembuat rancang bangun, pembantu dan
guru. Tingkat kepedulian dalam suatu organisasi dimulai dari bagaimana
pemimpin mampu meningkatkan kepedulian anggotanya mengenai tujuan
bersama.

Organisasi yang didalamnya terdapat orang-orang yang memiliki


kepedulian yang tulus akan mejadi tempat dimana orang merasa nyaman
untuk menyampaikan tujuan pribadi. Bila orang-orang benar peduli secara
tulus, mereka tentu saja akan memiliki komitmen. Mereka melakukan apa
yang benar-benar mereka ingin lakukan. Mereka penuh dengan energy
dan antusiasme. Mereka bertahan, bahkan dihadapan frustasi dan
kemuduran, karena apa yang mereka lakukan adalah apa yang harus
mereka lakukan (Senge, 1996)

Pendekatan yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan kinerja


tim dan manajemen pemeliharaan tim dimulai dari pendekatan yang paling
dasar sampai dengan bagaimana kerja tim dapat dijaga. Pendekatan

11
pertama adalah melatih dan mengembangkan kerja tim dengan
pemberian pendidikan kepada anggota tim dalam pengaturan kelas
seperti memberi kuliah tentang pentingnya memberikan dukungan social
dalam tim atau mempromosikan cara-cara untuk mengelola konflik
interpersonal diantara rekan tim. Pendekatan kedua adalah dengan
pelatihan tim dengan metode lokakarya yang lebih interaktif, dimana
anggota tim mengambil bagian dalam berbagai kegiatan kelompok seperti
berdiskusi tentang tujuan dan sasaran tim. Pendekatan ketiga adalah
dengan simulasi, dimana tim secara eksperimental melakukan berbagai
keterampilan kerja tim, seperti komunikasi dan koordinasi interpersonal
dalam lingkungan yang meniru tugas tim yang akan dating. Pendekatan
yang terakhir adalah dengan memungkinkan tim untuk memantau atau
meninjau kualitas kerja tim mereka secara berkelanjutan (Hildebrand &
Marsick, 2015).

Tindakan lain yang dapat dilakukan dalam pembelajaran tim adalah


dengan menerapkan berpikir sistem. Hal ini memungkinkan aspek yang
bisa dipelajari dari organisasi pembelajar, cara baru individu merasa diri
mereka dan dunia mereka. Inti dari organisasi pembelajar adalah
peralihan berpikir, dari melihat diri mereka sebagai bagian terpisah dari
dunia ke bentuk keterkaitan dunia, dari melihat masalah disebabkan oleh
seseorang atau sesuatu di luar sana menjadi melihat bagaimana tindakan
kita sendiri menciptakan masalah seperti yang kita alami. Organisasi
pembelajar merupakan suatu tempat dimana orang secara
berkesinambungan menemukan cara bagaimana mereka menciptakan
realitas mereka dan bagaimana mereka bisa mengubahnya (Senge,
1996).

Efektivitas kinerja tim dapat ditentukan dengan berbagai kriteria,


termasuk perilaku berbasis tim dan individu, kgnisi dan status afektif.
Efektivitas tim dapat ditentukan dengan memeriksa sejauh mana tim telah
mencapai tujuan a priori. Dasar dari pembentukan tim adalah

12
menghasilkan sesuatu yang bernilai, sehingga kriteria efektivitas tim yang
paling banyak diuji adalah kinerja tim. Selain itu, dilakukan juga penilaian
terhadap pengaruh dari pelatihan kerja tim yang dilakukan. Apakah
penelitian mampu meningkatkan kinerja atau tidak ?. Kriteria evaluasi dari
penilaian pelatihana dalah dengan menggunakan laporan diri angota
organisasi (kuisioner tentang dukungan social yang dirasakan antara
anggota tim) dan penilaian pihak ketiga (penilaian ahli perilaku tim)
(Hildebrand & Marsick, 2015).

13
Bab IV
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Pembelajaran tim merupakan proses dari menyarahkan dan
pengembangan kapasitas sebuah tim untuk menciptakan hasil yang
mana para anggotanya benar-benar inginkan. Hal tersebut dibangun
di atas disiplin dari mengembangkan visi bersama. Hal itu juga
dibangun diatas penguasaan pribadi, karena tim berbakat terbentuk
dari individu yang berbakat (Senge, 1996).

Tim diibaratkan sebagai kendaraan untuk belajar organisasi,


dan kepemimpinan adalah factor yang mempengaruhi proses
pembelajaran tersebut. Kondisi organisasi yang mendukung tim akan
memberikan dampak psikologis yang positif terhadap anggotanya,
sehingga mereka dapat berpikir bebas dan secara terbuka
memperdebatkan ide dan pendapat mereka.

B. Saran
Adapun hal-hal yang dapat dilakukan dalam mempertahankan
visi bersama dan pembelajaran dalam sebuah tim adalah :

1. Organisasi mengadakan pelatihan mengenai pembelajaran


tim mulai dari tahap dasar sampai dengan evaluasi
2. Organisasi mengajarkan bagaimana caranya berpikir
dengan sistem dan melihat masalah dalam suatu sistem
sehingga penyelesaiannya juga menggunakan
penyelesaian sistem.

14
Daftar Pustaka

Carson, J. B., Tesluk, P. E., & Marrone, J. A. (2007). Shared leadership in


teams: An investigation of antecedent conditions and performance.
The Academy of Management Journal, 50(5), 1217-1234.

Hildebrand, D., & Marsick, V. (2015). SHARED LEADERSHIP AND ITS


ROLE IN TEAM LEARNING. ResearchGate.

Huang, C.-H. (2013). Shared Leadership and Team Learning: Roles of


Knowledge Sharing and Team Characteristics. The Journal of
International Management Studies, 8(1).

Kantabutra, S., & Avery, G. C. (2010). The power of vision: statements


that resonate. Journal of Business Strategy, 31(1).

Martin, J., McCormack, B., Fitzsimons, D., & Spirig, R. (2014). The
importance of inspiring a shared vision. International Practice
Development Journal.

Pearce, C. L., & Manz, C. C. (2005). The new silver bullets of leadership:
The importance of self and shared leadership in knowledge work.
Organizational Dynamics, 34(2), 130-140

Senge, P. M. (1996). DIsiplin Kelima. (N. Adiarni, Trans.) Jakarta:


Binarupa Aksara.

Zaccaro, S. J., Rittman, A. L., & Marks, M. A. (2001). Team leadership.


Leadership Quarterly, 12, 451-483

15

Вам также может понравиться