Вы находитесь на странице: 1из 2

Kabayan Menyamar Jadi Haji

Berikut ini cerita rakyat Jawa Barat Si Kabayan menyamar jadi haji. Di suatu pagi Si Kabayan
merasa perutnya lapar, tapi ia merasa bosan dengan masakan si Iteung istrinya. Si Kabayan
ingin makan enak. Karena sudah lama tidak makan enak, ia khawatir akan lupa bagaimana
rasanya makan makanan enak itu. Kemudian muncul ide gilanya untuk menikmati makanan
enak di rumah mertuanya.

Di desa Malakeudeu tampat tinggalnya, seorang haji dianggap sebagai orang yang sangat
terhormat, karena disamping dianggap sebagai orang saleh, seorang haji juga dianggap sebagai
orang kaya yang mampu membayar ongkos kapal laut menuju tanah suci untuk beribadah haji.
Si Kabayan tahu persis bahwa mertuanya sangat menghormati seorang haji. Jika seorang haji
bertandang ke rumah mertuanya, maka mertuanya itu akan menyajikan makanan yang enak
untuk menjamu tamu kehormatannya.

Tanpa buang waktu lagi Si Kabayan segera mengenakan jubah dan sorban dikepalanya, lalu
dengan langkah gaya seperti seorang haji, dia menuju ke rumah mertuanya. Setelah mengetuk-
ngetuk pintu dan mengucapkan salam, pintu rumah mertuanya terbuka. Ternyata mertuanya
sendiri yang membuka pintu.

"Alhamdulillah Pak Haji, mari masuk, Aduh, gembira sekali Tuan Haji berkenan berkunjung
ke gubug tempat kediaman kami yang sederhana ini." Lalu dia menyuruh istrinya cepat-cepat
menyediakan makanan yang enak-enak untuk menjamu tamu terhormat itu.

Mata Si Kabayan berbinar melihat ibu mertuanya menyediakan daging ayam dan makanan
enak lainnya. Dengan lahap Si Kabayan menyantap apa saja yang ada di meja makan
mertuanya. Setelah perutnya kenyang, Si Kabayan segera pamit pulang. Kembali di rumah
dengan perut kenyang Si Kabayan cepat-cepat menyembunyikan jubah dan sorbannya.
Sementara mertuanya merasa ada yang aneh dengan tamunya. Ia merasa tidak kenal dengan
Pak Haji yang barusan ia jamu. Dan mertuanya merasa sangat mengenali gerak-gerik tamunya
itu. Akhirnya mertuanya sadar bahwa Si Kabayan telah menipunya dengan menyamar menjadi
seorang haji.

Merasa geram dan dongkol dengan kelakuan menantunya, dia mau membalas. Keesokan
harinya dia menyamar sebagai seorang haji juga. Dengan mengenakan jubah dan sorban di
kepalanya dia melangkah menuju rumah Si Kabayan. Setelah mengucapkan salam dan
mengetuk-ngetuk pintu, Si Kabayan kemudian membuka pintu. Terbelalak mata Si Kabayan
yang langsung mengenali hidung pesek dan gigi ompong mertuanya. Dia pun mempunyai akal
bulus untuk mengerjai mertuanya.

"Iteung ! Iteung! Ini ada tamu agung, Tuan Haji yang masih keluarga dekat dari kamu. Kita
harus hormati beliau. Cepat masak makanan yang enak. Potong kambing!" teriak Kabayan pada
istrinya.

"Aduh si Kang Kabayan teh gimana? Kita mah tidak punya kambing.” kata Nyi Iteung.

"Hus! Jangan berteriak-teriak begitu, Iteung. Nanti kedengaran tetangga bikin malu saja. Sudah
biar akang sembelih saja kambing ayahmu yang diikat pada pohon jambu di belakang rumah
kita itu!” kata Si Kabayan.

Mendengar Si Kabayan akan memotong kambing miliknya, Pak haji gadungan segera
berteriak, "Jangan, Iteung! Jangan ! Itu kambing bapak satu-satunya."

“Eh...jadi ini teh Abah? Kenapa menyamar jadi haji atuh Abah?” teriak Nyi Iteung.

Tanpa menjawab, mertua Kabayan segera keluar dan lari pulang ke rumahnya. Dia merasa
sangat dongkol dengan kelakuan menantunya itu dan bersumpah suatu saat nanti ia akan
membalas.
Referensi:
1. Mihardja, Achdiat K. 1997. Si Kabayan, Manusia Lucu, Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.

Вам также может понравиться