Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1. Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB) mempunyai tugas melaksanakan urusan teknis
tertentu untuk mendukung tugas pokok dan fungsi badan.
2. Untuk melaksanakan tugas, Unit Pelaksana Teknis Badan mempunyai fungsi:
Menyiapkan program kerja UPT;
Menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan; dan
Melaksanakan kegiatan yang telah diprogramkan oleh masing-masing bidang.
3. Unit pelaksana teknis dipimpin oleh seorang Kepala Unit yang berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Badan.
Nomor
37
Tahun
2009
Tentang
SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA
TEKNIS BADAN PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Daerah
Provinsi Aceh
Download
Jenis Peraturan
Peraturan Gubernur
Keterangan
Alhamdulillah,akhirnya disetujui juga RUU-IG ini, berita ini tentu menjadi kabar baik bagi
praktisi atau orang – orang yang bergelut di bidang informasi geospasial khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Sudah kenyang sepertinya saya pribadi sebagai orang geodesi,
salah satu bidang yang cukup mendalami bidang geospasial dengan permasalahan –
permasalahan yang ada saatini.Dan besar harapannya UU ini dapat menjadi salah satu
jalan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang kerap terjadi. OK, rencana sudah
ada dan bagus, tinggal realisasinya nih. Semangat buat bapak-bapak yang berwenang,
soalnya saya belum ada kemampuan buat bantu banyak nih ^_^ . Mau tahu gambaran
umum dari UU yang sudah diajukan pemerintah kepada DPR-RI sejak tanggal 16 Februari
2010 ini dan urgensinya?
Bagi segenap Warga Negara Indonesia (WNI), hadirnya UU-IG merupakan satu jaminan yang
melengkapi hak dalam memperoleh informasi untuk meningkatkan kualitas pribadi dan
kualitas lingkungan sosial sebagaimana dituangkan pada Pasal 28F, UUD 1945. Lahirnya UU-
IG juga didedikasikan untuk mendukung pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya di negeri ini bagi kemakmuran seluruh rakyat Indonesia, di masa kini dan masa
yang akan datang, sebagaimana diamanatkan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945.
UU-IG memuat prinsip penting, bahwa informasi geospasial dasar (IGD) dan secara umum
informasi geospasial tematik (IGT) yang diselenggarakan instansi pemerintah dan
pemerintah daerah bersifat terbuka. Semangat UU ini sejalan dengan Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Artinya segenap WNI dapat
mengakses dan memperoleh IGD dan sebagian besar IGT untuk dipergunakan dan
dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan. Masyarakat pun dapat berkontribusi aktif
dalam pelaksanaan penyelenggaraan IG, sehingga diharapkan industri IG dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Sementara itu segenap penyelenggaraan pemerintahan baik di
pusat maupun di daerah yang terkait dengan geospasial (ruang-kebumian) wajib
menggunakan IG yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Perlu pula disampaikan prinsip lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu bahwa IGT wajib
mengacu kepada IGD. Prinsip atau aturan ini diberlakukan untuk menjamin adanya
kesatupaduan (single referency) seluruh IG yang ada. Sehingga tidak ada lagi kejadian
tumpang tindih IG dan perbedaan referensi geometri pada IG. Sebagaimana dimaklumi,
tumpang tindihnya pembuatan berbagai IG, atau lebih dikenal secara umum dengan kata
“peta”, saat ini masih sering terjadi, hal ini mengakibatkan borosnya anggaran
pembangunan. Sementara itu perbedaan referensi geometris sering berakibat pada
ketidakpastian hukum. Ketika dua atau lebih kawasan digambarkan secara tidak akurat di
lapangan, misalnya terjadi pada ketidaksepahaman masalah batas wilayah administratif
hingga masalah batas wilayah negara, atau antara kawasan tertentu kehutanan dengan
kawasan pengelolaan pertambangan.
IGD secara definisi di dalam UU-IG terdiri atas jaring kontrol geodesi dan peta dasar.
Jaring kontrol geodesi menjadi acuan referensi posisi horizontal dan vertikal serta acuan
gayaberat. Peta dasar merepresentasikan berbagai unsur penting di muka bumi yang dapat
menjadi acuan geometris (titik, garis dan poligon atau luasan) di darat, pesisir dan laut,
seperti garis pantai, hipsografi (garis kontur dan/atau garis batimetri), jaringan
transportasi dan utilitas, hidrologi (perairan), batas wilayah, nama geografis (atau nama
rupabumi), bangunan dan fasilitas umum, dan penutup lahan.
IGT adalah informasi geospasial yang memuat satu atau lebih tema tertentu. IGT sangat
beragam, baik pada pemerintahan ataupun pada masyarakat. Instansi pemerintah
bertanggung jawab menyelenggarakan IG terkait dengan tugas, fungsi dan kewenangan
masing-masing. Contoh IGT yang diselenggarakan dalam rangka pemerintahan antara lain
IG: pertanahan, kehutanan, pertanian, perkebunan, kelautan, pertambangan,
perhubungan, komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, penataan ruang, pariwisata,
cagar alam, dan penanggulangan bencana. Sementara masyarakat dan badan usaha dapat
menyelenggarakan IGT, seperti informasi perkotaan, perhotelan, restoran, panduan
navigasi elektronik, perumahan/real estate, dan lain-lain. Mereka dapat membuat IG untuk
kepentingan sendiri atau sebagai komoditas komersial dalam jasa IG.
Kami berharap dengan lahirnya UU-IG ini dapat menjamin kemudahan akses untuk
memperoleh IG yang sistematis, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga
kebijakan dan pelayanan publik, khususnya yang terkait dengan kebijakan ruang-kebumian,
akan lebih akurat dan terpercaya. Selain itu industri IG dapat tumbuh, hingga pemanfaatan
IG dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat di tanah air.