Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB I

Pendahuluan

I.1 Latar belakang

Setiap individu atau organisasi tidak akan terlepas dari masalah. Masalah pada dasarnya
adalah penyimpangan atau ketidaksesuaian dari apa yang semestinya terjadi atau tercapai.
Kesalahan dalam melakukan identifikasi masalah akan menyebabkan kesalahan dalam
penyelesaiannya. Ada sebuah frase menyatakan bahwa, jika kita gagal dalam melakukan
identifikasi masalah, maka sesungguhnya kita akan gagal dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Kesalahan identifikasi tersebut bisa disebabkan kita salah dalam menafsirkan gejala yang
merupakan akibat dari masalah yang terjadi. Untuk dapat menyelesaikan masalah, maka perlu
dilakukan proses penyelesaian masalah dari mulai mengumpulkan informasi yang terkait dengan
gejala dan masalah yang dihadapi, hingga kepada penyelesaian masalah yang mungkin dapat
dilakukan. Proses tersebut sering kali dinamakan sebagai proses penyelesaian masalah (problem
solving).

Penyelesaian masalah sering kali tidak mudah karena berbagai faktor yang terkait dengan
masalah sering kali tidak berpola tunggal, baik yang terkait dengan faktor penyebab maupun
alternatif penyelesaiannya. Tidak berpola tunggal artinya faktor penyebab dan alternatif
penyelesaiannya bisa saja tidak satu. Pertanyaannya adalah alternatif mana yang akan dipilih.
Jawaban atas pertanyaan terakhir membawa kita kepada sebuah teori dalam penyelesaian
masalah yang sering kali dinamakan sebagai teori pengambilan keputusan. Alternatif yang mana
yang akan kita pilih pada dasarnya mendorong kita untuk mengambil keputusan, karena
keputusan harus diambil agar proses dapat terus berjalan.

Boleh dikatakan bahwa setiap organisasi yang sukses harus mampu dan mau membuat
keputusan yang memungkinkan organisasi mencapai sasaran dan mencapai kebutuhan utama
anggota organisasi. Bagaimana pun seluruh aktivitas dan fungsi manajemen pada pokoknya
memiliki esensi pengambilan keputusan. Sebab proses perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan semuanya mengandung konsep dan perilaku pengambilan
keputusan. Dijelaskan oleh Adair dalam Susmaini dan Rifa’i, bahwa: the essence of management
is decision making”. Artinya esensi yang sesungguhnya dari manajemen adalah pengambilan
keputusan. Karena itu teori pengambilan keputusan perlu dipelajari dan dipahami oleh para
manajer yang ingin berhasil dalam mengelola organisasi.

Keputusan pada dasarnya merupakan proses memilih satu penyelesaian dari beberapa
alternatif yang ada. Keputusan yang akan kita ambil tentunya perlu didukung berbagai faktor
yang akan memberikan keyakinan kepada kita sebagai pengambil keputusan bahwa keputusan
tersebut adalah tepat. Keputusan yang tepat pada dasarnya adalah keputusan yang bersifat
rasional, sesuai dengan nurani, dan didukung oleh fakta-fakta yang akurat, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan. Kadangkala keputusan dapat tidak bersifat rasional karena faktor-faktor
yang terkait dengan emosi, hubungan antarmanusia, faktor tradisi, lingkungan, dan lain
sebagainya. Sejauh keputusan tersebut dapat dipertanggungjawabkan, biasanya keputusan tetap
akan diambil.

Hemat pemakalah, pengambilan keputusan akan sangat menentukan keberhasilan suatu


oragnisasi, karena keputusan apa pun yang akan diambil akan mengarahkan organisasi tersebut
mengarah kepada keberhasilan, kurang berhasil, atau mungkin gagal. Oleh karena pentingnya
pengambilan keputusan, maka perlu diberlakukan suatu pembahasan secara mendalam mengenai
pengambilan keputusan yang akan kita ikuti dalam mata kuliah pengambilan keputusan, agar kita
dapat memahami esensi dari pengambilan keputusan itu sendiri. Selain sebagai kewajiban tugas
kelompok, makalah ini diperbuat bertujuan untuk memberi pemahaman kepada pembaca, agar
mampu memahami konsep dasar pengambilan keputusan secara sederhana dan jelas.
BAB II

Pembahasan

II.1. Kerangka Dasar Pengambilan Keputusan


II.1.1. Pengertian Pengambilan Keputusan
Setiap pemimpin pasti bertanggungjawab terhadap masa depan organisasinya. Untuk itu
tujuan yang telah ditetapkan harus dapat tercapai dengan berbagai aktivitas dan kebijakan. Salah
satu yang harus dilakukan pemimpin dalam rangka pencapaian tujuan organisasi adalah
pengambilan keputusan.

Untuk memberikan pemahaman tentang pengambilan keputusan, terlebih dahulu


dikemukakan pengertian pengambilan keputusan. Menurut Robins dalam Mesiono pengambilan
keputusan adalah : “decision making is a process in which one choose between two or more
alternatives”. Pendapat ini menegaskan bahwa pengambilan keputusan sebagai proses memilih
satu pilihan di antara dua atau lebih alternatif. Pengambilan keputusan adalah menetapkan
pilihan atau alternatif secara nalar dan menghindari diri dari pilihan yang tidak rasional, tanpa
alasan atau data yang kurang akurat. Davis dalam buku yang sama, mengemukakan suatu
keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat
menjawab pertanyaan: tentang apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang dibicarakan dalam
hubungannya dengan perencanaan.

Menurut Mc. Farland decision : “a decision is anact of choice where in an executive froms a
conclusion about what must or must not be done in a given situation”. (Keputusan adalah suatu
tindakan pemilihan di mana pimpinan menentukan suatu kesimpulan tentang apa yang harus atau
tidak harus dilakukan dalam situasi yang tertentu). Selain itu juga dapat dipahami bahwa
pengambilan keputusan itu tidak terlepas dari upaya memilih alternatif-alternatif yang tepat
untuk situasi tertentu dengan langkah-langkah tertentu pula.

II.1.2. Tipe Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan ( Decision making) : adalah tindakan manajemen dalam


pemilihan alternative utk mencapai sasaran. Keputusan dibagi dlm 3 tipe :
1. Keputusan terprogram / Keputusan terstruktur :
keputusan yg berulang-ulang dan rutin, sehingga dpt deprogram. Keputusan terstruktur
terjadi dan dilakukan terutamapd manajemen tkt bwh. Contoh : keputusan pemesanan
brg, keputusan penagihan piutang, dll.
2. Keputusan setengah terprogram / setengah terstruktur :
keputusan yg sebagian dapat deprogram, sebagian berulang2 dan rutin dan sebagian tdk
terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan2 serta
analisis yg terperinci. Contoh : keputusan membeli system computer yg lebih canggih,
keputusan alokasi dana promosi.
3. Keputusan tidak terprogram / tidak terstruktur :
keputusan yg tidak terjadi berulang2 dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di
manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan tidak terstruktur tdk
mudah untuk didapatkan dan tidak mudah tersedia dan biasanya berasal dr lingkungan
luar. Pengalaman manajer merupakan hal yg sangat penting didalam pengambilan
keputusan tdk terstruktur. Keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain adalah
contoh keputusan tdk terstruktur yg jarang terjadi.

Teknik pengambilan keputusan

Herbert A Simon mengemukakan teknik tradisional dan modern dalam pembuatan keputusan
yang diprogram dan tidak diprogram. Lihat tabel 1.1

Tabel 1.1 Teknik-teknik pembuatan keputusan tradisional dan modern

Tipe-tipe keputusan Teknik-teknik pembuatan keputusan


Tradisional Modern
Diprogram: 1. Kebiasaan 1. Teknik riset operasi

Keputusan rutin dan berulang- 2. Kegiatan rutin: Analisis matematik


ulang.Organisasi mengenbangkan
proses khusus bagi penanganannya Prosedur Model-model

pengoperasiaan 2. Pengolahan data

standar. elektronik.

3. Stuktur organisasi

tersusun baik.
Tidak diprogram: 1. Kebijakan dan 1. Teknik opemecahan
masalah yang
Keputusan sekali dipakai, disusun Kreatifitas. diterapkan pada :
tidak sehat dan
kebijaksanaan.Ditangani dengan 2. Coba-coba 1. Latihan membuat
proses pemecahan masalah umum
3. Selektif dan latihan keputusan.

para pelaksana. 2.penyusunan


Heurictic

Tipe Informasi
Sistem informasi sekarang peranannya tidak hanya sebagai pengumpul data dan
mengolahnya menjadi informasi berupa laporan2 keuangan saja, tetapi mempunyai peranan yg
lebih penting di dalam menyediakan informasi bagi manajemen untuk fungsi2 perencanaan,
alokasi2 sumber daya, pengukuran dan pengendalian. LAporan2 dr system informasi
memberikan informasikepada manajemen mengenai permasalhan2 yg terjadi di dalam organisasi
untuk menjadi bukti yang berguna didalam menentukan tindakan yg diambikl. Sistem informasi
menyediakan 3 macam tipe informasi:
1. Informasi pengumpulan data (Scorekeeping information)
Informasi yg berupa akumulasi dan pengumpulan data utk menjawab pertanyaan.
Berguna bagi manajer bawah untuk mengevaluasi kinerja personil2nya.
2. Informasi pengarahan perhatian (Attention Directing Information)
membantu manajemen memusatkan perhatian pd masalah2 yg menimpang,
ketidakberesan. Informasi ini membantu manajemenmenengah untuk melihat
penyimpangan2 yg terjadi.

3. Informasi pemecahan masalagh (Problem Solving Information)


Informasi untuk membantupara manager atas mengambil keputusan memecahkan
permasalahan yg dihadapinya. Problem solving biasanya dihubungkan dgn keputusan yg
tidak berulang-ulang serta situasi yg membutuhkan analisis yg dilakukan oelh manajemen
tingkat atas.

II.1.3. Proses Pengambilan Keputusan


Tahap 1 : pemahaman dan perumusan masalah
para menejer sering menghadapi kenyataan bahwa masalah yang sebenarnya sulit
dikemukakan atau bahkan sering hanya mengidentifikasi gejala masalah, bukan penyebab
yang mendasar. Bila menejer akan memperbaiki situasi, menejer pertama-tama harus
menemukan apa masalah sebenarnya, kemudian menentukan bagian masalah yang
mereka harus pecahkan serat bagian mana yang seharusnya dipecahkan. Para menejer
dapat mempermudah identifikasi masalah dengan beberapa cara. Pertama, menejer secara
sistematis menguji hubungan sebab akibat. Kedua, menejer mencari penyimpangan atau
perubahan dari yang normal. Yang barang kali paling penting adalah menejer
berkonsultasi dengan pihak lain yang mampu memberi pandangan dan wawasan yang
berbeda tentang masalah atau kesempatan.
Tahap 2: pengumpulan dan analisis data yang relevan
Setelah menejer menemukan dan merumuskan masalah, menejer harus mulai
memutuskan langkah-langkah selanjutnya. Menejer pertama kali harus menentukan data-
data apa yang akan dibutuhkan untuk membuat keputusan yang tepat dan kemudian
mendapatkan informasi tersebut. Para menejer akan jarang memperoleh seluruh data
yang dibutuhkan, padahal menejer harus mempunyai informasi cukup untuk dapat
erumuskan berbagai penyelesaian.
Tahap 3: pengembangan alternatif-alternatif.
Kecendungan utnuk menerima alternaif keputusan pertama yang sering menghindarkan
menejer dari pencapaian penyelesaian yang terbaik untuk masalah menejer.
Pengembangan sejumlah alternatif memungkinkan menejer menolak kecenderungan
untuk membuat keputusan terlalu cepat dan membuat lebih mungkin pencapaian
keputusan yang efektif. Menejer tidak selalu mempunyai informasi yang lengkap dan
pandangan sempurna, walaupun banyak buku dan laihan pembuatan keputusan masih
menyarankan kepasa pembuat keputusan untuk mendapatkan semua data sebelum
mempertimbangkan alternatif keputusan.
Tahap 4: evaluasi alternatif-alternatif
Setelah menejer mengembangkan sekumpulan alternatif, menejer harus mengevaluasinya
untuk menilai efektivitas setiap alternatif. Efektivitas dapat diukur dengan dua kriteria :
apakah alternatif realistik bila dihubungkan dengan tujuan sumbur daya organisasi dan
seberapa baik alternatif akan membantu pemecahan masalah.
Tahap 5 : pemilihan alternatif terbaik
Tahap kelima pembuatan keputusan merupakan hasil evaluasi berbagai alternatif.
Alternatif terpilih akan didasarkan pada jumlah informasi yang tersedia bagi manajer dan
ketidaksempurnaan kebijakan manajer. Pilihan alternatif terbaik juga sering merupakan
suatu kompromi diantara berbagai faktor yang telah dipertimbangkan.
Tahap 6 : implementasi keputusan
Setelah alternatif terbaik terpilih, para manajer harus membuat rencana untuk mengatasi
berbagai persyaratan dan masalah yang mungkin dijumpai dalam penerapan keputusan.
Implementasi keputusan menyangkut lebih dari sekedar pemberian perintah. Manajer
harus menetapkan anggaran atau skedul kegiatan, mengadakan dan mengalokasikan
sumber daya yang diperlukan, serta menugaskan tanggung jawab dan wewenang
pelaksaan tugas tertentu. Dalam hal ini, manejer perlu memperhatikan berbagai resiko
dan ketidakpastian sebagai konsekuensi dibuatnya suatu keputusan. Dengan mengambil
langkah tersebut, manajer dapat menentukan kegiatan yang diperlukan untuk
menanggulangi hambatan dan tantangan yang akan terjadi. Disamping itu, pada tahap
implementasi keputusan manajer juga perlu menetapkan prosedur laporan kemajuan
periodik dan mempersiapkan tindakan korektif bila masalah baru muncul dalam
pelaksanaan keputusan, serta merancang sistem peringatan dini (early warning system)
untuk menghadapi berbagai kemungkinan.
Tahap 7 : evaluasi hasil-hasil keputusan
Implementasi keputusan harus dimonitor terus menerus. Manajer harus mengevaluasi
apakah implementasi dilakukan dengan lancar dan keputusan memberikan hasil yang
diinginkan. Pembuatan keputusan adalah suatu proses yang bersifat kontinu bagi manajer
dan merupakan tantangan yang harus selalu dihadapinya.

II.1.4. Kriteria Pengambilan Keputusan

Kriteria untuk memilih alternatif dalam model normative adalah pemaksimalan (laba,
kegunaan, nilai yang diharapkan dan sebagainya(. Tujuan ini apabila dinyatakan dalam bentuk
kwantitatif disebut fungsi objektif untuk suau keputusan. Dalam model ekonomi klasik, manusia
rasional dianggap memaksimakan kegunaan. Kegunaan ini dirumuskan sebagai sifat hasil yang
memberikan kesenangan atau menghindarkan kesusahan. Bagi suatu perusahaan, kegunaan
biasanya dipandang sebagai laba, tetapi hal ini dapat juga berupa penjualan, bagi pasar, dan lai
sebagainya.

Suatu pandangan alternative mengenai criteria untuk pengambilann keputusaan adalah


pemuasan. Pandangan ini berasal dari model perilaku deskriptif yang menyatakan penyelidikan
untuk mendapatkannya. Mereka tidak senuhnya rasional atau cermat dalam penyelidikan aytau
penelitiaannya. Mereka menyederhanakan factor-faktor ayang harus dipertimbangkan.

II.2. Skala Pengukuran Pengambilan Keputusan

Pada hakekatnya pembuatan keputusan dipandang sebagai suatu proses dalam usaha mencari
jalan keluar dari suatu masalah atau problem. Istilah proses menyiratkan adanya suatu rangkaian
atau tahap-ytahap yang teratur menuju suatu tujuan yang telah ditetapkan , yaitu penyelesaian
suatu persoalan. Tolak ukur kuantitatif mengenai manfaat dan biaya bertujuan mempermudah
perbandingan antara keefektifan beraneka alternatif cara penggarapan dalam situasi keputusan.
Disini jelas nilai-nilai dan tingkat ukurannya dalam bentuk angka-angka atau kuantitatif. Skala
pengukuran ini disusun menurut urutan bertambah banyaknya batasan yang diadakannya. Skala
pengukuran yang dimaksud dapat dirinci dan dijelaskan dibawah ini.

II.2.1. Skala Nominal


Skala Nominal aadalah pengukuran dengan taraf yang peling rendah. Disini suatu objek
digolong-glongkan dengan simbol-simbol atau angka-angka yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif. Simbol-simbol atau angka-angka ini dipakai untuk member identitas suatu kelompok
tertentu. Misalkan plat nomor kendaraan bermotor juga merupakan skala nominal karena nomor
dan huruf pada kendaraan tersebut menerangkan tempat kendaraan yang bersangkutan terdaftar.
Pengambilan keputusan dengan skala nominal agak sulit dilakukan karena skala ini tidak
memperlihatkan suatu jenjang nilai dari sejumlah alterntif keputusan. Skala ini hanya
memperlihatkan perbedaan antargolongan.

Skala nominal digunakan untuk memilih hasil alternative yang hubungannya paling dekat atau
paling berarti bagi sasaran yang dituju atau memilih alternative dengan biaya terendah bila
terdaat alternative hasil yang relative sama atau tidak berbeda nilainya dalam hubungannya
dengan sasaran yang dituju.

II.2.2.Skala Ordinal

Skala ordinal adalah suatu skala pengukuran yang sifatnya kualitatif yang menunjukan
adanya suatu jenjang urutan prefensi yang dikaitkan pada suatu tujuan atau kondisi yang
ditentukan atau dapat dikatakan bahwa skala ordinal adalah objek-objek dalam suatu kategori
yang mingkin tidak berbeda deangan objek lainnya. Akan tetapi. Masing-masing objek tersebut
tergabung dalam suatu hubungan yang bertsifat yang satu lebih dari yang lainseperti lebih suka,
lebih tinggi, lebih besar dan lain sebagainya.

Untuk mempermudah pengambilan keputusan dalam kasus ini biasanya setiap kemungkinan
hasil dari al;ternatif diberi score nilai sehubungan dengan jenjang nilai atau keartiaannya
terhadap sasaran atau tujuan yang ingin dicapai.

II.2.3Skala Interval

Skala interval adalah suatu skala yang mempunyai cirri-ciri skala ordinal, yang selisih dari
tiap-tiap angka atau jenjang prefensi dalam skala tersebut diketahui besarnya dan kemudian
pengukurannya. Pengukuran dengan skala interval untuk pembuatan keputusan dilakukan dengan
membuat suatu hubungan yang linear diantara komponen-komponen atau variabel-variabel yang
diukur. Dalam suatu perusahaan industri, hal ini biasanya menyangkut kombinasi pemakaian
bahan baku untuk membuat suatu barang atau produk.

II.2.4 Skala Ratio

Skala ratio adalah suatu skala interval yang mempunyai titik nol yang nyata. Dalam slkala
ini perbandingan setiap titik pada init pengukuran adalah bebas. Pada skala ini, perbandingan
dari setiap titik pada unit pengukuran biasanya banyak ditemui dalam ilmu alam fisika, yaitu
benda-benda atau simbol-simbol tertentu seperti =, >, Y=Kx. X/Y, dan lain-lain.

Pengukuran dengan skala ratio untuk pembuatan keputusan paling mudah dilakan karena
langsung diketahu perbedaan dan perbandingan jenjang nilai dari setiap hasil alternatif.
II.2.5 Skala Absolut

Skala absolut merupakan ukuran kuantitatif yang jelas dan nyata dan dapat dibandingkan
secara langsung. Situasi atau kondisi keputusan yang terstuktur secara sempurna biasanya
banyak ditemukan dalam jenis keputusan yang bersifat korekif, dengan skala pengukuran ratio
aatau absolute karena dalam hai ini setiap alternative yang akan dipilih jelas ukuran manfaat dan
biayanya dalam angka-angka yang mudah dibandingkan. Selanjutnya, situasi atau kondisi
keputusan yang tidak terstruktur banyak dijumpai dalam masalah-masalah yang bersifat kreatif
dengan skala pengukuran nominal, ordinal, dan interval.

II.3 Metode Kuantitatif dalam Pembuatan Keputusan

Operasi berbagai organisai telah semakin kompleks dan mahal. Karena itu, menjadi semakin
sulit dan penting bagi para manajer untuk membuat rencana dan keputusan yang efektif.
Berbagai teknik dan peralatan kuantitatif dalam pembuatan keputusan telah dikembangkan lebih
dari 40 tahun dan dikenal sebagai teknikmanagement science dan operations research. Pada
umumnya, kedua istilah tersebut digunakan berrgantian dengan pengertian yang sama yaitu riset
operasi(operations research)

II.3.1 Konsep Riset Operasi

Ada tujuh ciri utama riset operasi dalam proses pengambilan keputusan yang dapat
dirinci sebagai berikut :

1. Terpusat pada pembutan keputusan

Hasil akhir riset operasi harus berupa informasi yang secara langsung membantu
manajer mencapai suatu keputusan.lebih dari itu , usulan riset operasi harus dapat
diimplementasikan

2. Penggunaan metode ilmiah

Riset operasi menggunakan pendekatan ilmiah untuk pemecahan masalah. Ini meliputi
perumusan masalah, pemahaman perilaku sistem masalah , dan pengembangan berbagai
penyelesaian yang mungkin .

3. Penggunaan mdel matematik

Suatu model menurut defenisi adalah suatu penyajian dari kenyataan. Riset operasi
menyederhanakan unsur masalah kompleks menjadi berbagai persamaan matematik
yang digunakan untuk menyusun suatu model.

4. Efektifitas ekonomis

Kegiatan yang disarankan oleh riset operasi harus memberi hasil keuangan yang lebih
besar di bandingkan biayanya, dalam bentuk penghematan atau penghasilan.
5. Bergantung pada computer

Komputer biasanya diperlukan untuk memproses model, bila perhitungan yang harus
dilakukan terlalu kompleks atau membosankan bagi manusia untuk menanganinya
secara efisien.

6. Pendekatan tim

Masalah yang dialamatkan kepada riset operasi sering terlalu kompleks bagi seseorang
untuk memecahkannya sendiri. Berbagai keterampilan dan pengetahuan dari sejumlah
spesialias berbagai disiplin ilmu seperti ahli ekonomi, statistik, dan psikologi industri
diperlukan sebagai suatu tim.

7. Orientasi system

Riset operasi mempertimbangkan apa yang paling baik bagi organisasi sebagai
keseluruhan, bukan bagi suatu departemen atau divisi. Proses riset operasi sering
ditandai dengan kesulitan menghadapi perbedaan kepentingan tidak hanya antara bagian
dan keseluruhan , tetapi juga diantara bagian-bagian sendiri.

Sedangkan pendekatan riset operasi untuk pemecahan masalah sebagai alternatif didlam
proses pengambilan keputusan mempunyai 5 tahap , yaitu :

1. Diagnosa masalah

Sebelum pemecahan masalah dapat dimulai, unsur pokok masalah harus diidentifikasi

2. Perumusan masalah

Setelah unsur pokok masalah diketahui, tim riset operasi harus mulai merumuskan
masalah dalam bentuk tertentu dengan menentukan kriteria apa yang harus dipenuhi
penyelesaian yang diusulkan dan aspek apa yang diluar kendali manajer (uncontrollable
variable) maupun yang dapat dikendalikan manajer (controllable variable).

3. Pembuatan model

Penyelesaian terbaik dapat ditentukan melalui pengujian berbagai kemungkinan. Karena


kondisidalam dunia nyata tidak dapat di manipulasi dengan berbagai percobaan dalam
periode tertentu atau dengan biaya tertentu, tim riset operasi menyusun suatu model
matematik yang secara simbolik menggabungkan unsur masalah. Rumusan matematik
ini menggambarkan antar hubungan diantara unsur masalah.

4. Analisis model

Setelah model dasar tersusun , harus dicari penyelesaian masalah.


5. Implementasi penemuan

Staf riset operasi hanya menyarankan, manajer harus nenerapkan penemuan karena
biasanya manajer adalah orang yang prakmatis , manajer mungkin mengabaikan
rekomendasi riset operasi dan mengangap sebagai proses “teoritisasi manara gading”.
Pemecahannya adalah dengan melibatkan manajer sepenuhnya dalam tim sejak proyek
riset operasi dimulai.

II.3.2 Model Riset Operasi

Sebagian besar proyek riset operasi sangat berstandar pada model matematika. Ada sejumlah
cara pengelompokan model yang digunakan dalanm riset operasi, yaitu model normative dan
deskriptif. Model normatif menggambarkan apa yang seharusnya dilakukan. Model deskriptif
menggambarkan segala sesuatu bagaimana adanya. Beberapa model dan teknik operasianal
sebagai berikut :

Progmasi linear adalah suatu peralatan riset yang digunakan untuk memecahkan masalah
optimasiatau masalah satu jawaban paling baikdari serangkaian alternative. Model progmasi
linear termasuk model normative karena memcari penyelesaian optimum.

Teori antrian. Karena hamper semua ekonomi dan bisnis beroperasi dengan sejumlah sumber
daya yany relative terbatas, maka sering dijumpai orang-orang, produk, komponen produk, atau
kertas kerja sedang menunggu dilayani. Teori antrian atau sering disebut model garis tunggu
dikembangkan untuk membantu para manajer memutuskan berapa panjang suatu garis
tungguyang paling dapat diterima.

Analisis network adalah peralatan yang dikembangkan untuk membantu manajeman dalam
perencanaan, pengawasan, dan proyek yang relative kompleks dan tudak rutin. Model ini yang
terkenal adalah PERT(Program Evaluation and Review Technique) dan CPM (Critical Path
Method). PERT banyak digunakan untuk merencanakan dan mengawasi program penelitian dan
pengembangan, sedangkan CPM digunakan dalam proyek konstruksi.

Teori permainan adalah suatu pendekatan matematik untuk pembuatan model persaingan atau
pertentangan antara pihak yang berkempentingan. Teori ini dikembangkan untuk menganalisis
proses pembuatan keputusan pada berbagai macam situasi persaingan yang melibatkan konfliks.

Model rantai Markov adalah suatu teknik matematik yang berguna untuk pemmbuatan model
berbagai macam system dan proes yang bisnis. Model ini digunakan untuk memperkirakan
perubahan di waktu yang akan dating dalam berbagai variabel dinamik berdasarkan perubahan di
waktu yang lalu dalam variabel tersebut.

Progamasi dinamik adalah sekumpulan teknik progmasi yang digunakan untuk pembuatan
keputusan yang bertingkat-tingkat. Tujuan model ini adalah mengoptimumkan(memaksimalkan
atau meminimalkan) seluruh keputusan berurutan yang saling berhubungan sepanjang periode
waktu tertentu.
Simulasi adalah kegiatan percobaan-percobaan dengan suatu model (bukan kehidupan nyata)
dalam berbagai cara teratur dan direncanakan. Model ini menciba meniru suatu bagian operasio
organisasi guna mengamati perkembangannya dari waktu ke waktu untuk melekukan percobaan
dengan bagian tersebut melalui pengubahan variabel-variabel tertentu. Kerena adanya computer,
model-model simulasi pada umumnya adalah model matematik yang paling komprehensif.

II.3.3 Aplikasi Riset Operasinal

Masalah-masalah yang dapat menggunakan teknik-teknik operasinal adalah sebagai berikut :

Masalah persediaan, masalah ini merupakan salah satu masalah yang paling baik
dipecahkahkan dengan teknik-teknik riset operasional karena menyangkut penyeimbangan
tujuan-tujuan yang saling bertentangan Pertentangan tersebut terjadi antara biaya pemesanan dan
biaya penyimpangan produk. Biaya pemesanan setiap satuan produk cenderung turun bila
kuantitas pemesanan naik. Penyelesaian optimal dapat diperoleh melaluimpenggunaan teknik-
teknik riset operasional yang menyeinbangkan kedua biaya tersebut.

1. Masalah alokasi

Pemecahan masalah alokasi dapat dicontohkan dengan mencari kombinasi optimal antara
karyawan dan mesin yang akan meminimumkan biaya.

2. Masalah antrian

Masalah antrian menyamgkut perancangan bernagai fasilitas untuk memenuhi


permintaan akan pelayanan.Masalah antrianbiasanya dipusatkan dengan teori antrian,
tetapi masalah kompleks memerlukan teknik-teknik simulasi

3. Masalah pengurutan

Masalah ini timbul apabila manajer harus memutuskan dalam urutan bagaimana bagian-
bagian suatu pekerjaan akan dilaksanakan. Penyelesaian masalah ini biasanya dicari
melalui simulasi yang memungkinkan pengujian efisiensi berbagai urutan yang berbeda.

4. Masalah routing.

Masalah routing timbul bila manajer harus memutuskan kapan bagian suatu pekerjaan
dilaksanakan. Masalah ini dapat ditangani dngan progmasi linear, model antrian, atau
kombinasi keduanya.

5. Masalah penggantian.

Banyak peralatan mahal organisasi akan using atau tidak terpakai, misalya mesin dan
truk sehingga bila dipertahankan untuk periode waktu yang terlalu lama menjadi tidak
efisien dan meningkatkan biaya operasi, misalnya biaya pemeliharaan.Masalah ini
biasanya menggunakan programasi linear.
6. Masalah persaingan

Masalah ini berkembang bila dua atau lebih organisasi berusaha mencapai tujuan yang
saling bertentangan seperti organisasi berusaha untuk meningkatkan bagian pasarnya
yang berarti kenaikan bagi organisasi yang satu merupakan penurunan bagi organisasi
yang lain. Teori permainan dapat digunakan dalam penyelesaian masalah ini.

7. Masalah pencarian

Kesalahan atau ketidaklengkapan informasi dapat mengakibatkan keputusan yang salah


dan selanjutnya memerlukan waktu dan biaya untuk memperbaikinya. Sebaiknya
pengumpulan informasi juga memerlukan biaya dan waktu. Peralatan statistic
dikombinasikan dengan menggunakan model progmasi linear merupakan teknik yang
banyak digunakan bagi masalah pencarian.

Вам также может понравиться