Вы находитесь на странице: 1из 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang yang bahagia tetapi
keinginan tidaklah selalu menjadi nyata. Pada kehidupan nyata banyak sekali
lansia-lansia yang menjadi depresi,stress dan berpenyakitan. Banyak kita temukan
lansia yang dikirim ke panti jompo dan tidak terurus oleh keluarga ada lansia yang
diasingkan dari kehidupan anak cucunyameskipun dalam hidup dan lingkungan
yang sama,ada lansia yang masih bekerja keras meskipun sudah tua dan masih
banyak hal yang menjadi penyebab.

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai


kesempatan yang besar untuk memberikan asuhan keperawatan yang
komperhensif dengan memenuhi kebutuhan dasar yang holistik. Perawat
memandang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang bereson secara
holistik terhadap perubahan atau keadaan krisis lansia.

Kebutuhan psikososial juga merupakan kebutuhan dasar bagi lansia.


Perawat mempunyai peranan penting mengadakan edukatif pada klien lanjut usia,
perawat dapat berperan sebagai supporter,interpreter terhadap segala sesuatu yang
asing,sebagai penampung rahasia pribadi,sebagai sahabat yang akrab. Perawat
hendaknya memiliki kesabaran dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus
memegang prinsip sabar,simpatik,serve.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja kebutuhan psikososial pada lansia?


2. Apa perubahan psikososial yang terjadi pada lansia?
3. Bagaimana cara memenuhi kebutuhan psikososial pada lansia?
C. Tujuan

1. Mengetahui kebutuhan psikososial pada lansia


2. Mengetahui perubahan psikososial pada lansia
3. Mengetahui pemenuhan kebutuhan psikosial pada lansia
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Psikososial dalam perkembangan manusia diartikan sebagai
tahapan kehidupan manusia dari lahir sampai mati, yang dibentuk oleh
berbagai pengaruh sosial yang berinteraksi dengan individu yang menjadi
matang secara fisik dan psikologis. (Desmita, 2005)
Kebutuhan psikososial adalah kebutuhan untuk mendekatkan diri
atau bekerjasama dengan orang lain, afeksi atau kasih sayang, dan empati
yang dimanifestasikan dalam sikap bersahabat atau sosial. Kebutuhan
sosial erat hubungannya dengan sikap sosial yaitu suatu kebutuhan untuk
berinteraksi kepada orang lain dan menjaga loyalitas terhadap keluarga.
(Desmita, 2005)

B. Kebutuhan Psikososial Lansia


Adapun unsur dari kebutuhan psikososial lansia menurut Santrock
(2002) adalah:
a. Kerjasama, dalam hal ini kesanggupan menolong tugas orang lain,
membantu meringankan orang lain.
b. Empati, kemampuan untuk menempatkan diri kita pada posisi orang
lain. Empati ini ditunjukkan melalui berseda mendengarkan keluhan,
ikut merasakan, mengerti atau memahami keluhan teman,
memperhatikan dan mengasihani teman.
c. Loyalitas, hal ini terceminkan dalam keinginan untuk selalu bersahabat
dan membuat persahabatan tidak cepat bosan, mempercayai teman
dalam hal pribadi.
d. Afeksi, keinginan untuk selalu mendapatkan afeksi yaitu berupa
berbagai keinginan untuk selalu dekat bersama teman, ingin diterima
dan disukai teman ataupun rekan.
C. Tipe Kepribadian Lansia
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Dengan adanya penurunan
kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubaha aspek psikososial
yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan
tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai
berikut:
1) Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy)
Biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang
dan mantap sampai sangat tua.
2) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality)
Pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power
sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan
yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
3) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy)
Pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga,
apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia
tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka
pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak
segera bangkit dari kedukaannya.
4) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality),
Pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak
puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang
tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-marit.
5) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy)
Pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena
perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung
membuat susah dirinya.

D. Perubahan Psikososial Pada Lansia


Perubahan psikososial menyebabkan rasa tidak aman, takut,
merasa penyakit selalu mengancam, sering bingung, panik dan depresif.
Hali ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosial
ekonomi. Ketergantungan sosial finansial pada waktu pensiun membawa
serta kehilangan prestis, hubungan sosial, kewibawaan dan sebagainya
(Hutaea, 2005) google
Perubahan psikososial tersebut menurut Potter &Perry (2005) adalah:
a. Pensiun
Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan Pada umumnya
perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal
pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau
jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan
sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan
penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga
diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung
dari model kepribadiannya (Kuntjoro, 2007)
Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada
yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang
seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah).
Dalam kenyataannya, pensiun adalah kehidupan yang dicirikan
oleh adanya transmisi dan perubahan peran, yang dapat menyebabkan
sters psikososial. Stres ini meliputi perubaanperan pada pasangan atau
keluarga dan masalah isolasi sosial.
b. Banyak lansia yang mengalami isolasi sosial. Tipe isolasi sosial yaitu
isolasi sosial sikap, penampilan dan perilaku (Potter &Perry, 2005)
1) Isolasi sikap
Terjadi karena nilai pribadi atau budaya. Isolasi ini terjadi
ketika lansia tidak secara mudah diterima dalam interaksi
sosial sehingga membuat persepsibahwa harga diri pun
berkurang, sosialisasi berkurang.
2) Isolasi penampilan
Berkaitan dengan citra tubuh , hygiene, tanda penyakit yang
terlihat atau kehilangan fungsi (Potter &Perry (2005).
Seseorang diisolasikan karena penolakan darirang lain atau
karena sedikit interaksi yang dapat dilakukan akibat kesadaran
diri.

3) Isolasi perilaku
Diakibatkan oleh perilaku yang tidak dapat diterima pada
semua kelompok usia terutama lansia, perilaku yang tidak
dapat diterima secara sosial menyebabkan seseorang
menarik diri. Perilaku yang biasanya terjadi pada lansia
meliputi konfusi, demendia, eksentrisitas dan inkontinensia.
Perawat dapat memodifikasi perilaku untuk membantu
frekuensi perilaku tersebut pada lansia (Potter &Perry
(2005)..
E. Cara memenuhi kebutuhan lansia
1. Mengikuti kegiatan keagamaan, olahraga, arisan dll (Setiti, 2009)
2. Menjelang pensiun
Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada
yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang
seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah).
Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak
persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan
untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk
kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh. Persiapan tersebut
dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-
masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment
untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan
yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun
dan memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang
sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing.
Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri
yang sangat banyak jenis dan macamnya. Model pelatihan hendaknya
bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnya sehingga menumbuhkan
keyakinan pada lansia bahwa disamping pekerjaan yang selama ini
ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup menjanjikan dalam
menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak membayangkan bahwa
setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna, menganggur,
penghasilan berkurang dan sebagainya.
3. Perubahan peran sosial di masyarakat
Perubahan dalam peran sosial di masyarakat. Akibat berkurangnya
fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya
maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada
lansia.Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat
berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering
menimbulkan keterasingan.
Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka
melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup,
agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi
dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi
seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-
barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila
ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
(Kuntjoro, 2007)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebutuhan psikososial adalah kebutuhan untuk mendekatkan diri atau


bekerjasama dengan orang lain, afeksi atau kasih sayang, dan empati yang
dimanifestasikan dalam sikap bersahabat atau sosial. Kebutuhan sosial erat
hubungannya dengan sikap sosial yaitu suatu kebutuhan untuk berinteraksi kepada
orang lain dan menjaga loyalitas terhadap keluarga. (Desmita, 2005)

Adapun unsur dari kebutuhan psikososial lansia menurut Santrock (2002)


meliputi kerjasama, empati, loyalitas dan afeksi.

B. Saran

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan


paling besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang
komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik,
salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan psikososial lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Santrock, J. W. Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup, Jilid 2,


Penerjemah: Chusairi dan Damanik). Jakarta: Erlangga

Potter&Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan konsep, proses &


praktik volume 1. Jakarta:EGC
Setiti G S. 2009. Pelayanan lanjut usia berbasis kekerabatan Studi kasus pada
lima wilayah di Indonesia.
Kuntjoro, Zainuddin (2007), Masalah Kesehatan Jiwa Lansia.
(www.epsikologi.com /epsi/lanjutusia_detail.asp, diakes pada 16 Oktober
2018)

Вам также может понравиться