Вы находитесь на странице: 1из 25

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian Keluarga
Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera dalam Suprajitno (2004: 1), keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami isteri, atau suami isteri dan anaknya,
atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004: 1), bahwa keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan
emosional, dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga.
Menurut Sayekti (1994) dalam Suprajitno (2004: 1), keluarga adalah suatu ikatan
atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis
yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah
sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam
sebuah rumah tangga.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga
adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdapat ikatan perkawinan dan
hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah) dengan peran masing-
masing serta keterikatan emosional.
2. Tipe Keluarga
Menurut Suprajitno (2004: 2), secara tradisional keluarga dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu.
1. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu,
dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi atau keduanya.
2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga
lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).

4
5

Dengan perkembangan peran individu dan meningkatnya rasa individualisme,


pengelompokkan tipe keluarga berkembang menjadi.
2.1.2.1 Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk
dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
2.1.2.2 Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah
satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
2.1.2.3 Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
2.1.2.4 Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (the single adult living alone).
2.1.2.5 Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non-marital
heterosexual cohabiting family).
2.1.2.6 Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and
lesbian family).
3. Tahap Perkembangan
Menurut Suprajitno (2004: 4), tugas perkembangan keluarga sesuai dengan tahap
perkembangan.
1. Keluarga baru menikah
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Membina hubungan dengan kelompok lain, teman, dan kelompok sosial.
3) Mendisukusikan rencana memiliki anak.
2. Keluarga dengan anak baru lahir
1) Mempersiapkan menjadi orang tua.
2) Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga,
hubungan seksual, dan kegiatan.
3) Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya.
3. Keluarga dengan anak usia pra-sekolah
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misalnya kebutuhan tempat tinggal,
privasi, dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementaa kebutuhan anak yang lain
juga harus terpenuhi.
6

4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam atau luar keluarga (keluarga
lain dan lingkungan sekitar).
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak (biasanya keluarga
mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi).
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak.
4. Keluarga dengan anak usia sekolah
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan
lingkungan yang luas (yang tidak atau kurang diperoleh dari sekolah atau
masyarakat).
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan
anggota keluarga.
5. Keluarga dengan anak remaja
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja
adalah seorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi.
2) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindarkan
terjadinya perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan.
4) Mempersiapkan perubahan sistem dan peraturan (anggota) keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
6. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa
1) Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
4) Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah.
7. Keluarga usia pertengahan
1) Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan.
2) Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya
dan sebaya.
7

3) Meningkatkan keakraban pasangan.


8. Keluarga usia tua
1) Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan
pasangannya.
2) Adaptasi dengan perubahan yang terjadi: kehilangan pasangan, kekuatan fisik,
dan penghasilan keluarga.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Melakukan life review masa lalu.
4. Struktur Keluarga
Menurut Suprajitno (2004: 6), struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana
keluarga melakukan fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya. Parad dan Caplan (1965)
yang diadopsi oleh Friedman mengatakan ada 4 elemen struktur keluarga.
1. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota keluaga
dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran fomal
dan informal.
2. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan
diyakini oleh keluarga khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
3. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi
orang tua, orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga yang
lain dengan keluarga inti.
4. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk
mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga
yang mendukung kesehatan.
Di Indonesia, keluarga di kelompokkan menjadi 5 tahap keluarga sejahtera yaitu.
1.1.4.1 Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan
dasar secara minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang,
papan, dan kesehatan. Atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau
lebih indikator keluarga sejahtera tahap I.
1.1.4.2 Keluarga sejahtera tahap I (KS I) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan
8

kebutuhan sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, KB, interaksi dalam


keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
1.1.4.3 Keluarga sejahtera tahap II (KS II) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan sosial
psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan yaitu
kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
1.1.4.4 Keluarga sejahtera tahap III (KS III) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, dan kebutuhaan
pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang maksimal
terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk material
dan keuangan untuk sosial kemasyarakatan juga berperan serta secara aktif
dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial,
keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan, dan sebagainya.
1.1.4.5 Keluarga sejahtera tahap III Plus, adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun
pengembangan, serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan
berkelanjutan bagi masyarakat.
5. Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut (Suprajipno, 2004: 13).
1. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga dalam berhubungan dengan orang
lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota
keluarga.
2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan
tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah
untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahanka generasi dan menjaga
kelangsungan hubungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi adalah fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
9

5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehataan yaitu fungsi untuk mempertahankan


keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
6. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Menurut Suprajitno (2004: 17), keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan
yang meliputi.
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitar bagi keluarga.
B. Konsep Dasar Lansia
1. Definisi Lansia
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap individu. Pada
tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental,
khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimilikinya.
Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuan normal, seperti rambut
yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca
indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang
usia lanjut. Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran
diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai.Semua hal
tersebut menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi
secara bijak (Soejono, 2000).
2. Batasan Lansia
Ada beberapa pendapat mengenai batasan umur lanjut usia yaitu:
1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
Lanjut usia meliputi : usia pertengahan yakni kelompok usia 46 sampai 59 tahun.
Lanjut usia (Elderly) yakni antara usia 60-74 tahun. Usia lanjut tua (Old) yaitu
antara 75 sampai 90 tahun dan usia sangat tua (Very Old) yaitu usia diatas 90
tahun.
10

2. Menurut Undang-undang nomor 13 tahun 1998


Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
3. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro pengelompokkan lanjut usia
sebagai berikut:
Usia dewasa muda (Elderly adulthood) : 18 atau 20-25 tahun. Usia dewasa
penuh (Middle year) atau maturitas : 25-60 atau 65 tahun. Lanjut usia (Geriatric
Age) lebih dari 65 atau 70 tahun. Terbagi untuk umur 75-80 tahun (Old) dan
lebih dari 80 tahun (Very Old).
3. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia menurut Nugroho (2000) yaitu:
1. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia diakibatkan oleh terjadinya
proses degeneratif yang meliputi :
1) Sel terjadi perubahan menjadi lebih sedikit jumlahnya dan lebih besar
ukurannya, serta berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya
intraseluler.
2) Sistem persyarafan terjadi perubahan berat otak 10-20, lambat dalam respon
dan waktu untuk bereaksi dan mengecilnya syaraf panca indera yang
menyebabkan berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,
menurunnya sensasi perasa dan penciuman sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya masalah kesehatan misalnya glukoma dan sebagainya.
3) Sistem pendengaran terjadi perubahan hilangnya daya pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas
umur 65 tahun dan pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan jiwa atau stress. Hilangnya kemampuan pendengaran
meningkat sesuai dengan proses penuaan dan hal yang seringkali merupakan
keadaan potensial yang dapat disembuhkan dan berkaitan dengan efek-efek
kolateral seperti komunikasi yang buruk dengan pemberi perawatan, isolasi,
paranoia dan penyimpangan fungsional.
4) Sistem penglihatan terjadi perubahan hilangnya respon terhadap sinar, kornea
lebih terbentuk spesies, lensa lebih suram sehingga menjadi katarak yang
11

menyebabkan gangguan penglihatan, hilangnya daya akomodasi,


meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap, menurunnya lapang
pandang sehingga luas pandangnya berkurang luas.
5) Sistem kardiovaskuler terjadi perubahan elastisitas dinding aorta menurun,
katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa
darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume kehilangan elastisitas
pembuluh darah karena kurangnya efektivitas pembuluh darah feriver untuk
oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, duduk keberdiri bisa
mengakibatkan tekanan darah menurun menjadi mmHg yang mengakibatkan
pusing mendadak, tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya
resitensi dari pembuluh darah perifer.
2. Perubahan mental
Meliputi perubahan dalam memori secara umum. Gejala-gejala memori cocok
dengan keadaan yang disebut pikun tua, akhir-akhir ini lebih cenderung disebut
kerusakan memori berkenaan dengan usia atau penurunan kognitif berkenaan
dengan proses menua. Pelupa merupakan keluhan yang sering dikemukakan oleh
manula, keluhan ini di anggap lumrah dan biasa oleh lansia, keluhan ini didasari
oleh fakta dari peneliti cross sectional dan logitudional didapat bahwa
kebanyakan, namun tidak semua lansia mengalami gangguan memori, terutama
setelah usia 70 tahun, serta perubahan IQ (intelegentia quotient) tidak berubah
dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan,
persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan daya membayangkan
karena tekanan-tekanan dari factor waktu.
3. Perubahan-perubahan psikososial
Meliputi pensiun, nilai seseoarang sering di ukur oleh produktivitasnya dan
identitas di kaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seorang pension
(purna tugas) ia akan mengalami kehilangan financial, status, teman dan
pekerjaan. Merasakan sadar akan kematian, semakin lanjut usia biasanya mereka
menjadi semakin kurang tertarik terhadap kehidupan akhirat dan lebih
12

mementingkan kematian itu sendiri serta kematian dirinya, kondisi seperti ini
benar khususnya bagi orang yang kondisi fisik dan mentalnya semakin
memburuk, pada waktu kesehatannya memburuk mereka cenderung untuk
berkonsentrasi pada masalah kematian dan mulai dipengaruhi oleh perasaan
seperti itu, hal ini secara langsung bertentangan dengan pendapat orang lebih
muda, dimana kematian mereka tampaknya masih jauh dank arena itu mereka
kurang memikirkan kematian.
4. Perubahan psikologis
Masalah psikologis yang dialami oleh lansia ini pertama kali mengenai sikap
mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara lain
penurunan badaniah atau dalam kebingungan untuk memikirkannya. Dalam hal
ini di kenal apa yang di sebut disengagement theory, yang berarti ada penarikan
diri dari masyarakat dan diri pribadinya satu sama lain. Pemisahan diri hanya
dilakukan baru dilaksanakan hanya pada masa-masa akhir kehidupan lansia
saja.Pada lansia yang realistik dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan
baru. Karena telah lanjut usia mereka sering dianggap terlalu lamban, dengan
gaya reaksi yang lamban dan kesiapan dan kecepatan bertindak dan berfikir yang
menurun. Daya ingat mereka memang banyak yang menurun dari lupa sampai
pikun dan demensia, biasanya mereka masih ingat betul peristiwa-peristiwa yang
telah lama terjadi, malahan lupa mengenal hal-hal yang baru terjadi.
13

C. Konsep Dasar Hipertensi


1. Definisi
Menurut Smeltzer (2001: 896), hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Sedangkan pada populasi manula dapat
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
Menurut Muttaqin (2009: 262), hipertensi adalah suatu keadaan dimana
tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastol lebih dari 80
mmHg. Menurut Robinson (2014: 39), hipertensi merupakan peningkatan tekanan
darah baik diastolik maupun sistolik secara hilang timbul atau menetap.
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Selain itu,
dapat pula didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
hipertensi merupakan suatu keadaan peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri.
2. Etiologi
Menurut Muttaqin (2009: 262), sekitar 90% penyebab hipertensi belum
diketahui dengan pasti yang disebut dengan hipertensi primer atau esensial.
Sedangkan 7% disebabkan oleh kelainan ginjal atau hipertensi renalis dan 3%
disebabkan oleh kelainan hormonal atu penyebab lainnya.
Menurut Robinson (2014: 39) dan Smeltzer (2001: 897), ada beberapa
faktor resiko yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah yaitu seperti
obesitas, stres, gaya hidup santai, merokok, gangguan emosi, konsumsi alkohol
yang berlebihan, konsumsi makanan tinggi natrium dan rendah kalium juga dapat
meningkatkan resiko hipertensi, dan dipengaruhi pula oleh faktor keturunan.
14

3. Klasifikasi
Menurut Udjianti (2010: 108), berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat
dogolongkan menjadi 2 yaitu.
1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial
yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui
penyebabnya (idiopatik).Beberapa faktor diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial yaitu.
(1) Genetik individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
berisiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
(2) Jenis kelamin dan usialaki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca-
menopause berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
(3) Diet konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
(4) Berat badan obesitas (> 25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
(5) Gaya hidup  merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan
tekanan darah, bila gaya hidup menetap.
2) Hipertensi sekunder
Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi
sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu
kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau penyakit tiroid.
Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain penggunaan
kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis,
gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan volume intravaskular, luka bakar,
dan stres.
15

Menurut Kusuma (2013: 213), hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas.
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan/atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik > 160 mmHg dan < 90
mmHg.
Penyebab hipertensi pada lansia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada.
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, karena kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

4. Manifestasi Klinis
Menurut Kusuma (2013: 214) dan Udjianti (2010: 114), tanda dan gejala
pada hipertensi dibedakan menjadi.
1) Mengeluh sakit kepala, pusing.
2) Lemas, kelelahan.
3) Epistaksis.
4) Mual, muntah.
5) Rasa berat di tengkuk.
6) Palpitasi.
7) Keringat berlebihan.
8) Nyeri dada.
9) Pandangan kabur atau ganda.
10) Tinnitus (telinga berdenging).
11) Kesulitan tidur.
16

5. Patofisiologi
Menurut Udjianti (2010: 109), tekanan arteri sistemik adalah hasil dari
perkalian cardiac output (curah jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac
output (curah jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart
rate (denyut jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf
otonom dan sirkulasi hormon. Menurut Muttaqin (2009: 263), tahanan perifer
ditentukan oleh diameter arteriol. Bila diameternya menurun (vasokonstriksi),
tahanan perifer meningkat. Bila diameternya meningkat (vasodilatasi), tahanan
perifer akan menurun.
Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan
darah antara lain.
1) Sistem baroreseptor
Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus karotid, tapi juga dalam
aorta dan dinding ventrikel kiri.Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan
arteri.Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui
mekanisme perlambatan jantung oleh respon vagal (stimulasi parasimpatis) dan
vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis. Oleh karena itu, refleks control
sirkulasi menigkatkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor turun
dan menurunkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor meningkat.
2) Pengaturan volume cairan tubuh
Perubahan volume dan cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik.Bila
tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui
mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena ke jantung
dan mengakibatkan peningkatan curah jantung.Bila ginjal berfungsi secara
adekuat, peningkatan tekanan arteri mengakibatkan diuresis dan penurunan
tekanan darah. Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal
dalam mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri
sistemik.
3) Sistem renin dan angiotensin
Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan
darah.Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang bertindak pada
17

substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin I, yang kemudian


diubah oleh converting enzym dalam paru menjadi bentuk angiotensin II
kemudian menjadi angiostenin III.Angiostenin II dan III mempunyai aksi
vasokonstriktor yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme
kontrol terhadap pelepasan aldosteron, sehingga terjadi retensi natrium dan air
dalam ginjal serta menstimulasi perasaan haus.Pengaruh ginjal lainnya adalah
pelepasan eritropoietin yang menyebabkan peningkatan produksi sel darah
merah.Melalui peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, angiotensin II dan
III juga mempunyai efek inhibiting atau penghambatan pada ekskresi garam
(natrium) dengan akibat peningkatan tekanan darah.
Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada klien hipertensi esensial
akan mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah pada organ-organ vital.
Hipertensi esensial mengakibatkan hyperplasia medial (penebalan) arteriole-
arteriole.Karena pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan menurun dan
mengakibatkan kerusakan organ tubuh.Pada hal ini menyebabkan infark
miokard, stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal.
4) Autoregulasi vaskular
Autoregulasi vaskular merupakan mekanisme lain yang terlibat dalam
hipertensi. Autoregulasi vaskular adalah suatu proses yang mempertahankan
perfusi jaringan dalma tubuh relatif konstan. Jika aliran berubah, proses-proses
autoregulasi akan menurunkan tahanan vaskular dan mengakibatkan
pengurangan aliran, sebaliknya akan meningkatkan tahanan vaskular sebagai
akibat dari peningkatan aliran. Autoregulasi vascular nampak menjadi
mekanisme penting dalam menimbulkan hipertensi berkaitan dengan overload
garam dan air.
18

Pathway
19

6. Komplikasi
Menurut Robinson (2014: 40), hipertensi yang tidak diterapi atau tidak
terkontrol dengan baik dapat merusak organ-organ seperti.
1) Otak yang dapat menyebabkan stroke
Stroke yang disebabkan karena sumbatan bekuan darah di pembuluh darah
yang menyempit atau perdarahan di pembuluh darah yang lemah (aneurisma)
dapat mengakibatkan kecacatan atau berakibat fatal.
2) Mata yang dapat menimbulkan retinopati hipertensif
Pada penderita hipertensi, pembuluh darah pada retina dapat pecah dan
menyebabkan perdarahan, keluarnya eksudat keras, dan pembengkakan diskus
optikus yang dapat mengakibatkan kebutaan
3) Ginjal yang dapat menimbulkan nefrosklerosis
Pengerasan arteriol pada ginjal membatasi oksigenasi glomerulus,
menyebabkan pembentukan jaringan parut dan gagal ginjal.
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Udjianti (2010: 115), pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada hipertensi yaitu.
1. Hitung darah lengkap, meliputi pemeriksaan Hb, Hct untuk menilai viskositas
dan indikator faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2. Kimia darah
(1) BUN, kreatinin  peningkatan kadar menandakan penurunan perfusi atau
faal renal.
(2) Serum glukosa  hiperglisemia (DM adalah presipitator hipertensi) akibat
dari peningkatan kadar katekolamin.
(3) Kadar kolesterol atau trigliserida  peningkatan kadar mengindikasikan
predisposisi pembentukan plaque atheromatus.
(4) Kadar serum aldosteron  menilai adanya aldosteronisme primer.
(5) Studi tiroid (T3 dan T4)  menilai adanya hipertiroidisme yang berkontribusi
terhadap vasokonstriksi dan hipertensi.
(6) Asam urat  hiperuricemia merupakan implikasi faktor resiko hipertensi.
20

3. Elektrolit
(1) Serum potasium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan adanya
aldosteronisme atau efek samping terapi diuretik).
(2) Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi.
4. Urine
(1) Analisis urine adanya darah, glukosa dalam urine mengindikasikan disfungsi
renal atau diabetes.
(2) Urine VMA (catecholamine metabolite)  peningkatan kadar
mengindikasikan adanya pheochromacytoma.
(3) Steroid urine  peningkatan kadar mengindikasikan hiperadrenalisme,
pheochromacytoma, atau disfungsi pituitari, sindrom Cushing’s; kadar renin
juga meningkat.
5. Radiologi
(1) IVP (Intra Venous Pyelografi)  mengidentifikasi penyebab hipertensi
seperti renal pharenchymal disease, urolithiasis, BPH (benign prostate
hyperplasia).
(2) Rontgen toraks  menilai adanya kalsifikasi obstruktif katup jantung, deposit
kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung.
8. Penatalaksanaan
a. Terapi non-farmakologis
Menurut Muttaqin (2009: 267), beberapa pendekatan non-farmakologis
dalam penatalaksanaan hipertensi yaitu.
1) Teknik-teknik mengurangi stres
2) Penurunan berat badan dan mempertahankan berat badan ideal.
3) Pembatasan alkohol, natrium, dan tembakau.
4) Olahraga/latihan (meningkatkan lipoprotein berdensitas tinggi).
5) Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap
terapi antihipertensi.
21

Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi


untuk menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar
kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak
mengalami stroke atau infark jantung.
Penderita hipertensi juga dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi buah
dan sayur, terutama buah dan sayur yang mengandung kalium.Kalium atau
potassium 2 sampai 4 gram per hari dapat membantu penurunan tekanan
darah.Kadar kalium atau potassium umumnya banyak didapati pada beberapa
buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan
baik untuk dikonsumsi antara lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu
siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan
bawang putih.
Bahan makanan yang mengandung kalium atau potasium baik dikonsumsi
karena berfungsi sebagai diuretik sehingga pengeluaran natrium cairan dapat
meningkat sehingga dapat membantu menurunkan tekanan darah.
b. Penatalaksanaan Diet Hipertensi
Menurut Sanusingawi (2012), dalam merencanakan menu makanan untuk
penderita hipertensi ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu keadaan
berat badan, derajat hipertensi, aktivitas dan ada tidaknya komplikasi. Sebelum
pemberian nutrisi pada penderita hipertensi,diperlukan pengetahuan tentang
jumlah kandungan natrium dalam bahan makanan. Makanan biasa (untuk orang
sehat rata-rata mengandung 2800–6000 mg/hari ). Sebagian besar natrium
berasal dari garam dapur.
Untuk mengatasi tekanan darah tinggi harus selalu memonitor kadaan
tekanan darah serta cara pengaturan makanan sehari-hari. Secara garis besar ada 3
macam diit untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan tekanan darah
yaitu.
1) Diet rendah garam
Diet rendah garam pada hakekatnya merupakan diet dengan
mengkonsumsi makanan tanpa garam. Garam dapur mempunyai kandungan
40% natrium.Sumber sodium lainnya antara lain makanan yang mengandung
22

soda kue, baking powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet makanan
atau natrium benzoat biasanya terdapat dalam saos,kecap,selai,jelli,makanan
yang terbuat dari mentega.
Penderita tekanan darah tinggi yang sedang menjalankan diet pantang
garam memperhatikan hal sebagai berikut.
(1) Jangan menggunakan garam dapur
(2) Hindari makanan awetan seperti kecap, margarin, mentega, keju, terasi,
petis, biskuit, ikan asin, sarden, sosis, dan lain-lain.
(3) Hindari bahan makanan yang diolah dengan menggunakan bahan makanan
tambahan atau penyedap rasa seperti saos.
(4) Hindari penggunaan soda atau obat-obatan yang mengandung sodium.
(5) Batasi minuman yang bersoda seperti coca-cola, fanta, sprite.

2) Diet rendah kolesterol/lemak.


Didalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol, trigliserida,
dan pospolipid. Sekitar 25–50% kolesterol berasal dari makanan dapat
diabsorpsi oleh tubuh sisanya akan dibuang lewat feses. Beberapa makanan
yang mengandung kolesterol tinggi yaitu daging, jeroan, keju keras, susu,
kuning telur, ginjal, kepiting, hati dan kaviar. Tujuan diet rendah kolesterol
adalah menurunkan kadar kolesterol serta menurunkan berat badan bila gemuk.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengatur nutrisi pada hipertensi adalah.
(1) Hindari penggunaan minyak kelapa, lemak, margarin dan mentega.
(2) Batasi konsumsi daging, hati, limpa dan jenis jeroan.
(3) Gunakan susu full cream/atau gunakan yang low fat.
(4) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir per minggu.
(5) Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan jenis kacang-kacang lainnya.
(6) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-manis seperti sirup,
dodol.
(7) Lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah–buahan.
23

3) Diet kalori
Hipertensi tidak mengenal usia dan bentuk tubuh seseorang. Meski
demikian orang yang kelebihan berat badan akan beresiko tinggi terkena
hipertensi. Salah satu cara untuk menanggulanginya dengan melakukan diet
rendah kalori, agar berat badannya menurun hingga normal. Dalam pengaturan
nutrisi perlu diperhatikan hal berikut.
(1) Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori
untuk penurunan 0,5 kg berat badan per minggu.
(2) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
(3) Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
A. Manajemen Keperawatan Hipertensi
a. Pengkajian
Menurut Dongoes (2000:39) pengkajian klien hipertensi adalah
sebagai berikut :
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,takipnea
2. Sirkulasi
Gejala :riwayat TD, hipotensi postural, takikardi, perubahan warna
kulit,suhu dingin.
3. Integritas Ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, faktor
Stress multipel
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, peyempitan kontineu perhatian,
tangisan yangmeledak, otot muka tegang, pernapasan menghela,
peningkatan pola bicara
24

4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5. Makanan/Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema.
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,
berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda : Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan
retinal optik
7. Nyeri/ Ketidaknyamanan
Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital
berat, nyeri abdomen
9. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,
dispnea nocyural proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok
Tanda : distress respirasi / penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi
napas tambahan, sianosis
10. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural
b. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
b. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi inadekuat
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
25

c. Perencanaan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
Tujuan : Menghilangkan rasa nyeri
Kriteria hasil :
a) Melaporkan ketidanyamanan hilang atau terkontrol.
b) Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.

Intervensi Rasional
1. Pertahankan tirah baring selama fase 1. Meminimalkan stimulasi dan
akut meningkatkan relaksasi.
2. Berikan tindakan nonfarmakologi 2. Tindakan yang menurunkan tekanan
untuk menghilangkan sakit kepala, vaskuler serebral, efektif dalam
misalnya kompres dingin pada dahi, menghilangkan sakit kepala dan
pijat punggung dan leher. komplikasinya.
3. Hilangkan/minimalkan aktifitas 3. Aktifitas yang meningkatkan
vasokontraksi yang dapat vasokontraksi menyebabkan sakit
meningkatkan sakit kepala, kepala pada adanya peningkatan
misalnya batuk panjang, mengejan vaskuler serebral.
saat BAB. 4. Meminimalkan penggunaan oksigen
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai dan aktivitas yang berlebihan yang
kebutuhan. memperberat kondisi klien.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam 5. Analgetik menurunkan nyeri dan
pemberian obat analgetik, anti menurunkan rangsangan saraf
ansietas, diazepam dll. simpatis.

2. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


nutrisi inadekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
a) Klien menunjukkan peningkatan berat badan.
b) Menunjukkan perilaku meningkatkan atau mempertahankan berat badan idea.
26

Intervensi Rasional
1. Bicarakan pentingnya menurunkan 1. Kesalahan kebiasaan makan
masukan lemak, garam dan gula menunjang terjadinya aterosklerosis,
sesuai indikasi. kelebihan masukan garam
2. Kaji ulang masukan kalori harian memperbanyak volume cairan intra
dan pilihan diet. vaskuler dan dapat merusak ginjal
3. Dorong klien untuk yang lebih memperburuk hipertensi.
mempertahankan masukan 2. Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan
makanan harian termasuk kapan dalam program diit terakhir.
dan dimana makan dilakukan, 3. Memberikan data dasar tentang
lingkungan dan perasaan sekitar keadekuatan nutrisi yang dimakan
saat makanan dimakan. dan kondisi emosi saat makan,
4. Intruksikan dan bantu memilih membantu untuk memfokuskan
makanan yang tepat, hindari perhatian pada factor mana pasien
makanan dengan kejenuhan lemak telah/dapat mengontrol perubahan.
tinggi (mentega, keju, telur, es 4. Menghindari makanan tinggi lemak
krim, daging dll) dan kolesterol jenuh dan kolesterol penting dalam
(daging berlemak, kuning telur, mencegah perkembangan
produk kalengan,jeroan). aterogenesis.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai 5. Memberikan konseling dan bantuan
indikasi. dengan memenuhi kebutuhan diet
individual.

3.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan


suplaidan kebutuhan oksigen.
Tujuan : tidak terjadi intoleransi aktivitas.
Kriteria Hasil :
a) Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan atau diperlukan.
b) Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
27

Intervensi Rasional
1. Kaji toleransi pasien terhadap 1. Parameter menunjukan respon
aktivitas dengan menggunakan fisiologis pasien terhadap stress,
parameter : frekwensi nadi 20 aktivitas dan indikator derajat
x/menit diatas frekwensi istirahat, pengaruh kelebihan kerja jantung.
catat peningkatan TD, dipsnea,atau 2. Stabilitas fisiologis pada istirahat
nyeri dada, kelelahan berat dan penting untuk memajukan tingkat
kelemahan, berkeringat, pusing atau aktivitas individual.
pingsan. 3. Konsumsi oksigen miokardia
2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan selama berbagai aktivitas dapat
aktivitas contoh : penurunan meningkatkan jumlah oksigen yang
kelemahan/kelelahan, TD stabil, ada. Kemajuan aktivitas bertahap
frekwensi nadi, peningkatan mencegah peningkatan tiba-tiba
perhatian pada aktivitas dan pada kerja jantung.
perawatan diri. 4. Teknik penghematan energi
3. Dorong memajukan menurunkan penggunaan energi dan
aktivitas/toleransi perawatan diri. sehingga membantu keseimbangan
4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan suplai dan kebutuhan oksigen.
dan anjurkan penggunaan kursi 5. Jadwal meningkatkan toleransi
mandi, menyikat gigi/rambut terhadap kemajuan aktivitas dan
dengan duduk dan sebagainya. mencegah kelemahan.
5. Dorong pasien untuk berpartisipasi
dalam memilih periode aktivitas.
28

d. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, Christine. 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan hipertensi adalahadalah :
1. Hilangnya rasa nyeri yang dirasakan.
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. tidak terjadinya intoleransi aktivitas.

Вам также может понравиться

  • Sayang Seput
    Sayang Seput
    Документ3 страницы
    Sayang Seput
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • Surat Pernyataan CPNS
    Surat Pernyataan CPNS
    Документ2 страницы
    Surat Pernyataan CPNS
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • Data Diri
    Data Diri
    Документ1 страница
    Data Diri
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • Pemeriksaan Fisik Secara B6
    Pemeriksaan Fisik Secara B6
    Документ5 страниц
    Pemeriksaan Fisik Secara B6
    Yuni Erlina
    Оценок пока нет
  • OPTIMIZED TITLE FOR HEALTH KNOWLEDGE DOCUMENT
    OPTIMIZED TITLE FOR HEALTH KNOWLEDGE DOCUMENT
    Документ26 страниц
    OPTIMIZED TITLE FOR HEALTH KNOWLEDGE DOCUMENT
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • Askep Keluarga Victor
    Askep Keluarga Victor
    Документ12 страниц
    Askep Keluarga Victor
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • Firdaus Victor
    Firdaus Victor
    Документ2 страницы
    Firdaus Victor
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • 2 - Bab 1 Victor
    2 - Bab 1 Victor
    Документ4 страницы
    2 - Bab 1 Victor
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • Askep Keluarga Victor
    Askep Keluarga Victor
    Документ12 страниц
    Askep Keluarga Victor
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Документ8 страниц
    Bab Iv
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • Gagau Komunitas
    Gagau Komunitas
    Документ8 страниц
    Gagau Komunitas
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • Pemeriksaan Fisik Secara B6
    Pemeriksaan Fisik Secara B6
    Документ5 страниц
    Pemeriksaan Fisik Secara B6
    Yuni Erlina
    Оценок пока нет
  • Bab 1-Bab 5
    Bab 1-Bab 5
    Документ54 страницы
    Bab 1-Bab 5
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • Dokumentasi Kegiatan Pendidikan
    Dokumentasi Kegiatan Pendidikan
    Документ1 страница
    Dokumentasi Kegiatan Pendidikan
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • TINJAUANKASUS
    TINJAUANKASUS
    Документ25 страниц
    TINJAUANKASUS
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • Tugas Sayang Uccit
    Tugas Sayang Uccit
    Документ1 страница
    Tugas Sayang Uccit
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • Format IGD 1
    Format IGD 1
    Документ13 страниц
    Format IGD 1
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • Format IGD
    Format IGD
    Документ9 страниц
    Format IGD
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • LP CKD Lansia
    LP CKD Lansia
    Документ32 страницы
    LP CKD Lansia
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • Tugas Sayang Uccit
    Tugas Sayang Uccit
    Документ1 страница
    Tugas Sayang Uccit
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • Tugas Sayang Uccit 5
    Tugas Sayang Uccit 5
    Документ5 страниц
    Tugas Sayang Uccit 5
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN PENDIDIKAN
    LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN PENDIDIKAN
    Документ2 страницы
    LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN PENDIDIKAN
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • BAB III Kraniotomy Desniel
    BAB III Kraniotomy Desniel
    Документ35 страниц
    BAB III Kraniotomy Desniel
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • STT
    STT
    Документ17 страниц
    STT
    Andri Roukmana
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ2 страницы
    Cover
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • Format IGD 1
    Format IGD 1
    Документ13 страниц
    Format IGD 1
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • Bab 2
    Bab 2
    Документ26 страниц
    Bab 2
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • BAB III Kraniotomy Desniel
    BAB III Kraniotomy Desniel
    Документ36 страниц
    BAB III Kraniotomy Desniel
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет
  • Format IGD 1
    Format IGD 1
    Документ13 страниц
    Format IGD 1
    Firdaus Victor
    Оценок пока нет