Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam atau luar keluarga (keluarga
lain dan lingkungan sekitar).
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak (biasanya keluarga
mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi).
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak.
4. Keluarga dengan anak usia sekolah
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan
lingkungan yang luas (yang tidak atau kurang diperoleh dari sekolah atau
masyarakat).
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan
anggota keluarga.
5. Keluarga dengan anak remaja
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja
adalah seorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi.
2) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindarkan
terjadinya perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan.
4) Mempersiapkan perubahan sistem dan peraturan (anggota) keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
6. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa
1) Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
4) Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah.
7. Keluarga usia pertengahan
1) Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan.
2) Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya
dan sebaya.
7
mementingkan kematian itu sendiri serta kematian dirinya, kondisi seperti ini
benar khususnya bagi orang yang kondisi fisik dan mentalnya semakin
memburuk, pada waktu kesehatannya memburuk mereka cenderung untuk
berkonsentrasi pada masalah kematian dan mulai dipengaruhi oleh perasaan
seperti itu, hal ini secara langsung bertentangan dengan pendapat orang lebih
muda, dimana kematian mereka tampaknya masih jauh dank arena itu mereka
kurang memikirkan kematian.
4. Perubahan psikologis
Masalah psikologis yang dialami oleh lansia ini pertama kali mengenai sikap
mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara lain
penurunan badaniah atau dalam kebingungan untuk memikirkannya. Dalam hal
ini di kenal apa yang di sebut disengagement theory, yang berarti ada penarikan
diri dari masyarakat dan diri pribadinya satu sama lain. Pemisahan diri hanya
dilakukan baru dilaksanakan hanya pada masa-masa akhir kehidupan lansia
saja.Pada lansia yang realistik dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan
baru. Karena telah lanjut usia mereka sering dianggap terlalu lamban, dengan
gaya reaksi yang lamban dan kesiapan dan kecepatan bertindak dan berfikir yang
menurun. Daya ingat mereka memang banyak yang menurun dari lupa sampai
pikun dan demensia, biasanya mereka masih ingat betul peristiwa-peristiwa yang
telah lama terjadi, malahan lupa mengenal hal-hal yang baru terjadi.
13
3. Klasifikasi
Menurut Udjianti (2010: 108), berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat
dogolongkan menjadi 2 yaitu.
1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial
yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui
penyebabnya (idiopatik).Beberapa faktor diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial yaitu.
(1) Genetik individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
berisiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
(2) Jenis kelamin dan usialaki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca-
menopause berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
(3) Diet konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
(4) Berat badan obesitas (> 25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
(5) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan
tekanan darah, bila gaya hidup menetap.
2) Hipertensi sekunder
Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi
sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu
kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau penyakit tiroid.
Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain penggunaan
kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis,
gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan volume intravaskular, luka bakar,
dan stres.
15
Menurut Kusuma (2013: 213), hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas.
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan/atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik > 160 mmHg dan < 90
mmHg.
Penyebab hipertensi pada lansia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada.
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, karena kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Kusuma (2013: 214) dan Udjianti (2010: 114), tanda dan gejala
pada hipertensi dibedakan menjadi.
1) Mengeluh sakit kepala, pusing.
2) Lemas, kelelahan.
3) Epistaksis.
4) Mual, muntah.
5) Rasa berat di tengkuk.
6) Palpitasi.
7) Keringat berlebihan.
8) Nyeri dada.
9) Pandangan kabur atau ganda.
10) Tinnitus (telinga berdenging).
11) Kesulitan tidur.
16
5. Patofisiologi
Menurut Udjianti (2010: 109), tekanan arteri sistemik adalah hasil dari
perkalian cardiac output (curah jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac
output (curah jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart
rate (denyut jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf
otonom dan sirkulasi hormon. Menurut Muttaqin (2009: 263), tahanan perifer
ditentukan oleh diameter arteriol. Bila diameternya menurun (vasokonstriksi),
tahanan perifer meningkat. Bila diameternya meningkat (vasodilatasi), tahanan
perifer akan menurun.
Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan
darah antara lain.
1) Sistem baroreseptor
Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus karotid, tapi juga dalam
aorta dan dinding ventrikel kiri.Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan
arteri.Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui
mekanisme perlambatan jantung oleh respon vagal (stimulasi parasimpatis) dan
vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis. Oleh karena itu, refleks control
sirkulasi menigkatkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor turun
dan menurunkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor meningkat.
2) Pengaturan volume cairan tubuh
Perubahan volume dan cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik.Bila
tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui
mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena ke jantung
dan mengakibatkan peningkatan curah jantung.Bila ginjal berfungsi secara
adekuat, peningkatan tekanan arteri mengakibatkan diuresis dan penurunan
tekanan darah. Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal
dalam mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri
sistemik.
3) Sistem renin dan angiotensin
Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan
darah.Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang bertindak pada
17
Pathway
19
6. Komplikasi
Menurut Robinson (2014: 40), hipertensi yang tidak diterapi atau tidak
terkontrol dengan baik dapat merusak organ-organ seperti.
1) Otak yang dapat menyebabkan stroke
Stroke yang disebabkan karena sumbatan bekuan darah di pembuluh darah
yang menyempit atau perdarahan di pembuluh darah yang lemah (aneurisma)
dapat mengakibatkan kecacatan atau berakibat fatal.
2) Mata yang dapat menimbulkan retinopati hipertensif
Pada penderita hipertensi, pembuluh darah pada retina dapat pecah dan
menyebabkan perdarahan, keluarnya eksudat keras, dan pembengkakan diskus
optikus yang dapat mengakibatkan kebutaan
3) Ginjal yang dapat menimbulkan nefrosklerosis
Pengerasan arteriol pada ginjal membatasi oksigenasi glomerulus,
menyebabkan pembentukan jaringan parut dan gagal ginjal.
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Udjianti (2010: 115), pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada hipertensi yaitu.
1. Hitung darah lengkap, meliputi pemeriksaan Hb, Hct untuk menilai viskositas
dan indikator faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2. Kimia darah
(1) BUN, kreatinin peningkatan kadar menandakan penurunan perfusi atau
faal renal.
(2) Serum glukosa hiperglisemia (DM adalah presipitator hipertensi) akibat
dari peningkatan kadar katekolamin.
(3) Kadar kolesterol atau trigliserida peningkatan kadar mengindikasikan
predisposisi pembentukan plaque atheromatus.
(4) Kadar serum aldosteron menilai adanya aldosteronisme primer.
(5) Studi tiroid (T3 dan T4) menilai adanya hipertiroidisme yang berkontribusi
terhadap vasokonstriksi dan hipertensi.
(6) Asam urat hiperuricemia merupakan implikasi faktor resiko hipertensi.
20
3. Elektrolit
(1) Serum potasium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan adanya
aldosteronisme atau efek samping terapi diuretik).
(2) Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi.
4. Urine
(1) Analisis urine adanya darah, glukosa dalam urine mengindikasikan disfungsi
renal atau diabetes.
(2) Urine VMA (catecholamine metabolite) peningkatan kadar
mengindikasikan adanya pheochromacytoma.
(3) Steroid urine peningkatan kadar mengindikasikan hiperadrenalisme,
pheochromacytoma, atau disfungsi pituitari, sindrom Cushing’s; kadar renin
juga meningkat.
5. Radiologi
(1) IVP (Intra Venous Pyelografi) mengidentifikasi penyebab hipertensi
seperti renal pharenchymal disease, urolithiasis, BPH (benign prostate
hyperplasia).
(2) Rontgen toraks menilai adanya kalsifikasi obstruktif katup jantung, deposit
kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung.
8. Penatalaksanaan
a. Terapi non-farmakologis
Menurut Muttaqin (2009: 267), beberapa pendekatan non-farmakologis
dalam penatalaksanaan hipertensi yaitu.
1) Teknik-teknik mengurangi stres
2) Penurunan berat badan dan mempertahankan berat badan ideal.
3) Pembatasan alkohol, natrium, dan tembakau.
4) Olahraga/latihan (meningkatkan lipoprotein berdensitas tinggi).
5) Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap
terapi antihipertensi.
21
soda kue, baking powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet makanan
atau natrium benzoat biasanya terdapat dalam saos,kecap,selai,jelli,makanan
yang terbuat dari mentega.
Penderita tekanan darah tinggi yang sedang menjalankan diet pantang
garam memperhatikan hal sebagai berikut.
(1) Jangan menggunakan garam dapur
(2) Hindari makanan awetan seperti kecap, margarin, mentega, keju, terasi,
petis, biskuit, ikan asin, sarden, sosis, dan lain-lain.
(3) Hindari bahan makanan yang diolah dengan menggunakan bahan makanan
tambahan atau penyedap rasa seperti saos.
(4) Hindari penggunaan soda atau obat-obatan yang mengandung sodium.
(5) Batasi minuman yang bersoda seperti coca-cola, fanta, sprite.
3) Diet kalori
Hipertensi tidak mengenal usia dan bentuk tubuh seseorang. Meski
demikian orang yang kelebihan berat badan akan beresiko tinggi terkena
hipertensi. Salah satu cara untuk menanggulanginya dengan melakukan diet
rendah kalori, agar berat badannya menurun hingga normal. Dalam pengaturan
nutrisi perlu diperhatikan hal berikut.
(1) Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori
untuk penurunan 0,5 kg berat badan per minggu.
(2) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
(3) Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
A. Manajemen Keperawatan Hipertensi
a. Pengkajian
Menurut Dongoes (2000:39) pengkajian klien hipertensi adalah
sebagai berikut :
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,takipnea
2. Sirkulasi
Gejala :riwayat TD, hipotensi postural, takikardi, perubahan warna
kulit,suhu dingin.
3. Integritas Ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, faktor
Stress multipel
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, peyempitan kontineu perhatian,
tangisan yangmeledak, otot muka tegang, pernapasan menghela,
peningkatan pola bicara
24
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5. Makanan/Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema.
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,
berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda : Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan
retinal optik
7. Nyeri/ Ketidaknyamanan
Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital
berat, nyeri abdomen
9. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,
dispnea nocyural proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok
Tanda : distress respirasi / penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi
napas tambahan, sianosis
10. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural
b. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
b. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi inadekuat
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
25
c. Perencanaan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
Tujuan : Menghilangkan rasa nyeri
Kriteria hasil :
a) Melaporkan ketidanyamanan hilang atau terkontrol.
b) Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Intervensi Rasional
1. Pertahankan tirah baring selama fase 1. Meminimalkan stimulasi dan
akut meningkatkan relaksasi.
2. Berikan tindakan nonfarmakologi 2. Tindakan yang menurunkan tekanan
untuk menghilangkan sakit kepala, vaskuler serebral, efektif dalam
misalnya kompres dingin pada dahi, menghilangkan sakit kepala dan
pijat punggung dan leher. komplikasinya.
3. Hilangkan/minimalkan aktifitas 3. Aktifitas yang meningkatkan
vasokontraksi yang dapat vasokontraksi menyebabkan sakit
meningkatkan sakit kepala, kepala pada adanya peningkatan
misalnya batuk panjang, mengejan vaskuler serebral.
saat BAB. 4. Meminimalkan penggunaan oksigen
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai dan aktivitas yang berlebihan yang
kebutuhan. memperberat kondisi klien.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam 5. Analgetik menurunkan nyeri dan
pemberian obat analgetik, anti menurunkan rangsangan saraf
ansietas, diazepam dll. simpatis.
Intervensi Rasional
1. Bicarakan pentingnya menurunkan 1. Kesalahan kebiasaan makan
masukan lemak, garam dan gula menunjang terjadinya aterosklerosis,
sesuai indikasi. kelebihan masukan garam
2. Kaji ulang masukan kalori harian memperbanyak volume cairan intra
dan pilihan diet. vaskuler dan dapat merusak ginjal
3. Dorong klien untuk yang lebih memperburuk hipertensi.
mempertahankan masukan 2. Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan
makanan harian termasuk kapan dalam program diit terakhir.
dan dimana makan dilakukan, 3. Memberikan data dasar tentang
lingkungan dan perasaan sekitar keadekuatan nutrisi yang dimakan
saat makanan dimakan. dan kondisi emosi saat makan,
4. Intruksikan dan bantu memilih membantu untuk memfokuskan
makanan yang tepat, hindari perhatian pada factor mana pasien
makanan dengan kejenuhan lemak telah/dapat mengontrol perubahan.
tinggi (mentega, keju, telur, es 4. Menghindari makanan tinggi lemak
krim, daging dll) dan kolesterol jenuh dan kolesterol penting dalam
(daging berlemak, kuning telur, mencegah perkembangan
produk kalengan,jeroan). aterogenesis.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai 5. Memberikan konseling dan bantuan
indikasi. dengan memenuhi kebutuhan diet
individual.
Intervensi Rasional
1. Kaji toleransi pasien terhadap 1. Parameter menunjukan respon
aktivitas dengan menggunakan fisiologis pasien terhadap stress,
parameter : frekwensi nadi 20 aktivitas dan indikator derajat
x/menit diatas frekwensi istirahat, pengaruh kelebihan kerja jantung.
catat peningkatan TD, dipsnea,atau 2. Stabilitas fisiologis pada istirahat
nyeri dada, kelelahan berat dan penting untuk memajukan tingkat
kelemahan, berkeringat, pusing atau aktivitas individual.
pingsan. 3. Konsumsi oksigen miokardia
2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan selama berbagai aktivitas dapat
aktivitas contoh : penurunan meningkatkan jumlah oksigen yang
kelemahan/kelelahan, TD stabil, ada. Kemajuan aktivitas bertahap
frekwensi nadi, peningkatan mencegah peningkatan tiba-tiba
perhatian pada aktivitas dan pada kerja jantung.
perawatan diri. 4. Teknik penghematan energi
3. Dorong memajukan menurunkan penggunaan energi dan
aktivitas/toleransi perawatan diri. sehingga membantu keseimbangan
4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan suplai dan kebutuhan oksigen.
dan anjurkan penggunaan kursi 5. Jadwal meningkatkan toleransi
mandi, menyikat gigi/rambut terhadap kemajuan aktivitas dan
dengan duduk dan sebagainya. mencegah kelemahan.
5. Dorong pasien untuk berpartisipasi
dalam memilih periode aktivitas.
28
d. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, Christine. 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan hipertensi adalahadalah :
1. Hilangnya rasa nyeri yang dirasakan.
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. tidak terjadinya intoleransi aktivitas.