Вы находитесь на странице: 1из 45

SKENARIO 4

PUCAT

Ny. N membawa anak perempuannya berumur 12 tahun ke poliklinik sebuah


rumah sakit dengan keluhan demam, mudah lelah dan nyeri pada persendian
disertai nyeri perut yang dialami 3 hari yang lalu. Ny. N juga menyatakan anaknya
sering mual dan muntah, sakit kepala dan sulit untuk makan dan beberapa kali
mimisan. Hasil pemeriksaan di dapatkan klien tampak lemas dan pucat, bibir pecah
serta terdapat bintik melebar merah kehitaman di area kulit, CRT 4 detik, akral
dingin, klien tampak kurus, TD: 90/70 SB : 38,5oC, RR : 37 x/m, N:80x/m hasil
laboratorium menunjukkan hemoglobin 6,7 gr/dl, leukosit 30.000/mm3
splenomegali positif.

1. Klarifikasi istilah-istilah penting


a. Demam
Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di
hipotalamus. Dengan meningkatkan titik patokan tersebut, maka
hipotalamus mengirim sinyal untuk meningkatkan suhu tubuh. Tubuh
berespons dengan menggigil dan meningkatkan laju metabolisme
basal. Untuk jangka waktu yang singkat, suhu tubuh akan tertinggal
dari pengembalian titik patokan tersebut dan hipotalamus akan
menggangap bahwa suhu tubuh terlalu tinggi.
b. Akral dingin
Akral dingin adalah telapak tangan dan kaki yang dingin dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama adalah suhu lingkungan
yang dingin dimana suhunya jauh lebih rendah daripada suhu tubuh.
Beberapa kondisi medis tertentu mengakibatkan perubahan suhu pada
akral, bisa terjadi saat demam, saat ada gangguan aliran darah ke
jaringan perifer di tangan dan kaki sehingga jadi terasa dingin. Dapus
Ni Putu Tesi Maratni https://meetdoctor.com
c. Mimisan

1
Mimisan adalah perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab
lokal yaitu dari hidung atau sebab umum yaitu kelainan sistemik,
misalnya kelainan pembuluh darah. Selain pembuluh darah hidungnya
sangat banyak, permukaan lendirnya pun sangat tipis sehingga mudah
pecah dan terjadi mimisan.
d. CRT
Capillary refill time adalah tes yang dilakukan cepat pada daerah dasar
kuku untuk memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan
perfusi. CRT memanjang utama ditemukan pada pasien yang
mengalami keadaan hipovolumia (dehidrasi,syok) dan bisa terjadi pada
pasien yang hipervolumia yang perjalanan selanjutnya mengalami
ekstravasasi cairan dan penurunan cardiac output dan jatuh pada
keadaan syok. Dapus dugdale, david C. 2009. Capillary Nail test.
Medlineplus.
http://www.nlm.nih.gov/medllineplus/ency/article/003394.htm
e. Tekanan darah
Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat
darah dipompa keluar dari jantung keseluruh tubuh. Tekanan darah
normal sekitar 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg. Angka 120 dan 90
menunjukkan tingkat tekanan ketika jantung memompa darah ke
seluruh tubuh atau biasa disebut tekanan sistolik. Sementara angka 80
dan 60 berarti tingkat tekanan saat jantung beristirahat sejenak sebelum
kembali memompa lagi, atau disebut tekanan diastolik. (Perry &
Potter. 2010)
f. Hb
Hemoglobin terdiri dari materi yang mengandung besi yang disebut
hem(heme) dan protein globulin. Terdapat sekitar 300 molekul
hemoglobin dalam satu sel darah merah. Setiap molekul hemoglobin
memiliki empat tempat pengikatan untuk oksigen. Oksigen yang
terikat dengan hemoglobin disebut oksihemoglobin. Keempat cabang
hemoglobin dalam sel darah merah dapat mengikat oksigen sebagai

2
atau seluruhnya. Hemoglobin dalam sel darah merah dapat mengikat
oksigen sebagian atau seluruhnya di keempat tempatnya.
g. Nadi
Denyut nadi adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila
darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba disuatu tempat
dimana ada arteri melintas. (Sandi,2016)

h. Leukosit
Leukosit adalah sel darah putih. Ukuran leukosit pada umumnya lebih
besar daripada eritrosit. Leukosit memiliki inti yang bulat atau cekung,
jika dilihat dibawah mikroskop tidak memiliki bentuk yang tetap.
Jumlah leukosit lebih sedikit daripada eritrosit. Sebenarnya, jumlah
leukosit tergantung pada umur dan jenis kelamin juga kondisi tubuh.
Pada orang dewasa yang sehat jumlah leukosit ± 6.000-10.000/I.
Leukosit dibuat dalam sumsum merah, limpa, dan kelenjar limpa
(kelenjar getah bening).
i. mm3
j. splenomegali
splenomegali adalah pembesaran limpa. Keadaan ini biasanya terjadi
akibat proliferasi limfosit dalam limpa karena infeksi ditempat lain di
tubuh. Splenomegali akibat proliferasi makrofag terjadi jika terdapat
sel-sel mati (terutama sel darah merah) dalam jumlah yang berlebihan
dan perlu dibersihkan dari sirkulasi.

2. Kata/problem kunci
a. TD = 90/70
b. Nadi = 80X/menit,
c. SB = 38,5oC
d. RR : 37X/menit,
e. Hb = 6,7gr/dl,
f. Leukosit = 30.000/mm3.

3
3. Main Map

Definisi
Definisi
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis

Anemia
leukemia

PUCAT

Dhf Hemofilia

4
4. Pertanyaan penting
1) Pada kasus diatas pasien lemas, mudah lelah dan mengalami demam
,untuk suhu tubuh (38.5o C)dan terlihat kurus. Mengapa demikian ?
2) Mengapa pada kasus diatas pasien mengalami mimisan?
3) Pada kasus diatas berdasarkal hasil pemeriksaan Hb (6,7 gr/ml), hal
tersebut menunjukkan bahwa Hb pasien rendah, mengapa demikian?
4) Apa yang menyebabkan slepnomegali pada kasus diatas?
5) Mengapa pada kasus diatas jumlah leukosit (30.000/mm3) meningkat?
6) Tindakan apa yang dapat dilakukan oleh perawat untuk mengatasi
demam pada kasus diatas?
5. Jawaban
1. lemas, mudah lelah dan mengalami demam ,untuk suhu tubuh (38.5o
C) dan terlihat kurus . Disebabkan oleh hipermetabolisme yang
terjadi karena aktivitas proliferasi sel-sel leukemia. Semua cadangan
energi tubuh dipergunakan oleh aktivitas sel-sel leukemik yang ganas,
sehingga semakin lama cadangan lemak dalam jaringan adiposa
semakin berkurang, akibatnya gizi pasien terkesan kurang, lemas, dan
mudah lelah. Kemungkinan lain penyebab penurunan status gizi pasien
adalah anemia dan gangguan oksigenasi jaringan. Peningkatan
aktivitas seluler yang terjadi mengakibatkan peningkatan suhu inti,
akibatnya tubuh menjalankan mekanisme pengaturan suhu sehingga
terjadi demam. Kemungkinan lain akibat terjadinya demam adalah
adanya infeksi. Walaupun sel-sel leukosit yang berperan dalam sistem
imunitas meningkat, tetapi sel yang terbentuk tidak berdiferensiasi
dengan sel imun jenis apapun, sehingga tidak fungsional dalam
menjaga kekebalan tubuh. Fenomena ini disebut dengan leukopenia
fungsional.
2. Perdarahan lewat hidung (mimisan), Akibat dari terjadinya penekanan
hematopoiesis lainnya di sumsum tulang, maka produksi trombosit
menurun. Padahal, trombosit berperan penting dalam sistem
hemostasis primer. Jika trombosit berkurang, maka akan terjadi
perdarahan yang waktunya lebih panjang daripada jika kondisi dan
jumlah trombositnya normal. Kapiler pada keadaan normal memang

5
sering mengalami ruptur, tetapi hal ini dapat cepat diatasi oleh sistem
hemostasis primer, yaitu trombosit. Jika terjadi trombositopenia maka
salah satu gejala yang timbul adalah perdarahan hidung akibat
pecahnya dinding kapiler.
3. Hb 6,7 g/dl [normal 12-16 g/dl]). Rendahnya Hb yang dimiliki pasien
menjadi salah satu ciri anemia. anemia timbul terjadi akibat
penekanan hematopoietik oleh sel-sel leukemik pada sumsum tulang.
Penyebaran sel leukosit kanker didalam sumsum tulang dapat
mengganggu produksi sel darah merah, jika sel darah merah yang di
produksi berkurang maka hal tersebut juga dapat mengakibatkan
penurunan Hb pasien, Kuantitas Hb yang rendah mengakibatkan
central pallor eritrosit berwarna pucat. Hal inilah yang kemudian
direpresentasikan oleh berbagai jaringan tubuh, misalnya konjungtiva,
bantalan kuku, telapak tangan, serta membran mukosa mulut. Atrofi
papil lidah mungkin saja terjadi akibat cedera sel papila akibat
kekurangan oksigen yang terjadi akibat anemia yang diderita oleh
pasien.
4. Splenomegali. Splenomegali yang terjadi dapat disebabkan karena tiga
hal terkait: 1) infiltrasi; 2) infeksi; atau 3) sumbatan/gangguan aliran
darah. Namun, dalam kasus ini, kemungkinan yang paling besar
splenomegali terjadi akibat infiltrasi sel-sel leukemia ke dalam
limpa/splen.
5.
6.
7.

6. Tujuan Pembelajaran
Pada tujuan pembelajaran selanjutnya kami akan membahas
tentang: Evektifitas Art Therapy dapat Mengurangi Kecemasan pada
Remaja Pasien Leukemia.

7. Informasi Tambahan
 Art therapy adalah bentuk psikoterapi yang menggunakan media seni,
material seni, dengan pembuatan karya seni untuk berkomunikasi.
Media seni dapat berupa pensil, kapur berwarna, warna, cat, potongan-
potongan kertas, dan tanah liat. Kegiatan art therapy mencakup
berbagai kegiatan seni seperti menggambar, melukis, memahat,
menari, gerakan-gerakan kreatif, drama, puisi, fotografi, melihat dan

6
menilai karya seni orang lain.3 Dalam penelitian ini, peneliti memilih
menggambar sebagai bentuk kegiatan dalam art therapy.
 Art therapy telah banyak digunakan di lingkungan medis, seperti pada
pasien kanker, penyakit ginjal, penderita rematik, penyakit kronis, dan
luka bakar yang parah.14 Penderita kanker dapat memanfaatkan art
therapy untuk membantu diri mereka guna merasa lebih baik dan lebih
positif. Art therapy dapat menjadi cara yang aman untuk penderita
kanker dan keluarga mereka untuk mengungkapkan emosi-emosi
seperti marah, takut, dan cemas tentang kanker dan pengobatannya.

8. Klarifikasi Informasi
art therapy merupakan cara yang aman bagi penderita kanker dan
juga keluarga mereka untuk mengekspreskan emosi-emosi, seperti marah,
takut, dan kecemasan mengenai kanker dan pengobatannya.
Adapun bentuk kegiatan art therapy yang dilakukan adalah
menggambar. Melalui kegiatan menggambar terjalin hubungan tereupatik
yang hangat antara peneliti dengan subjek. Hubungan antara peneliti
dengan subjek menjadi bagian yang penting karena menyangkut
rasapercaya subjek terhadap peneliti. Ketika subjek merasakan adanya rasa
aman dan percaya terhadap peneliti, subjek dapat menceritakan apa yang
dirasakan dan dipikirkannya. Sehingga gambar menjadi penting dalam
meningkatkan komunikasi verbal antara individu dengan terapis dalam
mencapai pemahaman, penyelesaian konflik, memecahkan masalah,
merumuskan persepsi baru yang pada akhirnya mengarah pada perubahan
positif, pertumbuhan, dan penyembuhan.
Ketika remaja mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya
sehingga memahami masalah emosional yang dirasakan oleh subjek saat
ini yang terkait dengan penyakit leukemia dan proses pengobatan yang
dijalaninya, maka remaja diberi insight untuk bisa mengatasi masalah
tersebut. Remaja setelah melakukan kegiatan art therapy diharapkan

7
mampu berdamai dengan kondisi yang harus mereka jalani saat ini. Pada
akhirnya, proses art therapy ini diharapkan dapat membantu remaja
penderita leukemia untuk beralih dari kondisi isolasi ke kondisi koneksi,
dari ketidakberdayaan menjadi remaja yang kuat, dan dari penolakan
menjadi harapan.
Selain itu, di tengah proses art therapy juga adanya kegiatan yang
harus diikuti oleh semua pasien di rumah sakit termasuk oleh kedua
subjek. Kegiatan tersebut juga dapat mendukung program art therapy
karena mengajak remaja untuk berinteraksi dengan dunia luar. Sehingga
diharapkan remaja dapat beralih dari kondisi isolasi ke kondisi koneksi.

9. Analisis dan sintesis informasi

8
10. Laporan diskusi

BAB II

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Leukemia adalah poliferasi sel leukosit yang abnormal, Ganas, sering
disertai bentuk leukosit yang lain dari pada normal,jumlahnya berlebihan dan
dapat menyebabkan anemia, trombositopeni dan diakhiri dengan kematian.
(Hardi kusuma, 2015).
Leukemia merupakan penyakit kanker sistemik yang menyerang sel darah
putih yang dapat menimbulkan berbagai masalah pada semua aspek
kehidupan yaitu fisik, psikologis, dan sosial. Leukemia adalah kanker yang
disebabkan oleh pertumbuhan tidak normal pada sel darah putih (leukosit),
dimana sel darah putih muda tidak menjadi matang seperti seharusnya
melainkan menjadi sel yang dikenal sebagai sel leukemia (Yayasan Kanker
Indonesia (YKI), 2008).
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel
dan tipe sel asal yaitu:
1. Leukemia Akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang
berakibat berdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah
abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain.
Leukemia akut memiliki perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan
penderita akan meninggal rata-rata dalam 4-6 bulan.
a. Leukemia Limfositik Akut (LLA) ; LLA merupakan jenis leukemia
dengan karakteristik adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis
dari system limfopoetik yang mengakibatkan organomegali
(pembesaran organ dalam) dan kegagalan organ. LLA lebih sering
ditemukan pada anak-anak (82%) daripada umur dewasa (18%).
Insiden LLA akan mencapai puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa

9
pengobatan sebagian anak-anak akan hidup 2-3 bulan setelah
terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang.
b. Leukemia Mielositik Akut (LMA); LMA merupakan leukemia yang
mengenal sel stem hematopoetik yang akan berdiferensiasi ke semua
sel myeloid. LMA merupakan leukemia nonlimfositik yang paling
sering terjadi. Lebih sering ditemukan pada organ dewasa (85%)
dibandingkan anak-anak (15%). Permulaanya mendadak dan progresif
dalam masa 1 sampai 3 bulan dengan durasi gejala yang singkat. Jika
tidak diobati, LNLA fatal dalam 3 sampai 6 bulan.
2. Leukemia Kronik
Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai
proliferasi neoplastic dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi
karena keganasan hematologi.
a. leukemia limfositik kronis (LLK); LLK adalah salah satu
keganasan klonal limfosit B (jarang pada limfosit T). perjalanan
penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi progresif yang
berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang. LLK
cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang
individu yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan perbandingan
2:1 untuk laki-laki.
b. leukemia granulositik/ Mielositik kronik (LGK/LMK); LGK/LMK
adalah gangguan mieproliferatif yang ditandai dengan produksi
berlebihan sel myeloid (seri granulosit) yang relative matang.
LGK/LMK mencakup 20% leukemia dan paling sering dijumpai
pada orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun). Abnormalitas
genetic yang dinamakan kromosom Philadelphia ditemukan pada
90-95% penderita LGK/LMK. Sebagian besar penderita
LGK/LMK akan meninggal setelah memasuki fase akhir yang
disebut fase krisis blastik yaitu produksi berlebihan sel muda
leukosit, biasanya berupa mieloblas/promielosit, disertai produksi

10
neutrophil, trombosit dan sel darah merah yang amat kurang.
(Hardi kusuma, 2015)

B. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat factor
presdiposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu:
1. factor genetic: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan
struktur gen(Tcell leukemia –Lhymphoma Virus/HLTV).
2. Radiasi
3. obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti
diethylstilbestrol.
4. factor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
5. kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom.

Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari


sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap
penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzene) dan
pemakaian obat anti kanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia.
Orang yang memiliki kelainan genetic tertentu (misalnya sindroma down
dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia. (Hardi
kusuma, 2015)

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia
adalah sebagai berikut:
1. Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan
kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan
anemia (mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan
perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi,
hipermetabolisme. Nyeri tulang bias dijumpai terutama pada sternum,
tibia dan femur.

11
2. leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang
disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. Perdarahan
biasanya terjadi dalan bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA
dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya
mengalami gangguan kesadaran, sesak napas, nyeri dada dan
priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolism yaitu
hiperursemia dan hipoglikemia.
3. Leukimia Limfositik kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita
LLK yang mengalami gejala
Biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat
badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan
penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat malam
dan infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
4. Leukemia Granulositik/Mielositik kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase
krisis blas. Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa
cepat kenyang akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat
badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi
ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis
dan demam yang disertai infeksi. (Hardi kusuma, 2015)

D. Pemeriksaan penunjang
1) Darah tepi : adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang
menyebabkan gambaran darah tepi menoton terdapat sel blast,
yang merupakan gejala patogonomik untuk leukemia.
2) Sumsum tulang : dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan
gambaran yang menoton yaitu hnaya terdiri dari sel limfopoetik
patologis sedangkan sistem lain terdesak (apabila sekunder).

12
Hitung darah lengkap: menunjukkan normositik, anemia
normositik.
3) Hemoglobin: dapat kurang dari 10 g/100 ml
4) Retikulosit: jumlah biasanya rendah
5) Jumlah trombosit: mungkin sangat rendah (<50.000/mm)
6) SDP: mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP
imatur (“ menyimpang ke kiri”). Mungkin ada sel blast leukemia
7) PT/PPT: memanjang
8) LDH: mungkin meningkat
9) Asam urat serum/urine: mungkin meningkat
10) Muramidase serum (lisozim): peningkatan pada leukemia
monositik akut dan mielomonositik
11) Copper serum: meningkat
12) Zink serum: menurun
13) Biposi sumsum tulang: SDM abnormal biasanya lebih dari 50%
atau lebih dari SDP pada sumsum tulang. Sering 60%-90% dari sel
blast, dengan prekusor eritroid, sel matur, dan megakariositis
menurun
14) Foto dada dan biopsy nodus limfe: dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan. (Marilynn Doengoes, 2014)

E. Penatalaksanaan
1. Kemoterapi
a. kemoterapi pada penderita LLA
Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak
semua fase yang digunakan untuk semua orang.
b. kemoterapi penderita LMA
 fase induksi; fase induksi adalah regimen kemoterapi yang
intensif, bertujuan untuk mengeradikasi sel-sel leukemia secara
maksimal sehingga tercapai remisi komplit.

13
 fase konsolidasi; fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut
dari fase induksi. kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari
beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis
dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan
pada fase induksi. dengan pengobatan modern, angka remisi 50-
75%, tetapi angka rata-rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat
hidup lebih dari 5 tahun hanya 10%.
c. Kemoterapi pada penderita LLK
Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menentukan
strategi terapi dan prognosis. Salah satu system penderajatan yang
dipakai adalah klasifikasi Rai:
- Stadium 0 : limfositosis darah tepid an sumsum tulang
- Stadium I : limfositosis dan limfadenopati
- Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegaly
- Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb <11gr/dl)
- Stadium IV : limfositosis dan trombositotopenia
<100.000/mm3

Dengan / tanpa gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.Terapi


untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat
konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan tidak
diberikan kepada penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang
hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau kemoterapi adalah
pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV diberikan kemoterapi
intensif. Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan
25% pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan stadium 0
atau 1 dapat bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien
dengan stadium III atau IV rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari 2
tahun.

14
d. kemoterapi pada penderita LGK/LMK
- fase kronik; busulfan dan hidroksiuera merupakan obat pilihan
yang mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka
waktu yang lama. Regimen dengan bermacam obat yang
intensif merupakan terapi pilihan fase kronis LMK yang tidak
diarahkan pada tindakan transplantasi sumsum tulang.
- fase Akselerasi; sama dengan terapi leukemia akut, tetapi
respons sangat rendah.
2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh
sel-sel leukemia.
3. Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum
tulang yang rusak karena dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi.
Selain itu, tranplantasi sumsum tulang berguna untuk mengganti sel-
sel darah yang rusak karena kanker.
4. Terapi suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang
ditimbulkan penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat.
Misalnya transfuse darah untuk penderita leukemia dengan keluhan
anemia, tranfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotic
untuk mengatasi infeksi. (Hardi kusuma, 2015)

F. Patofisiologi
Manifestasi klinis penderita leukemia akut disebabkan adanya
penggantian sel pada sumsum tulang oleh sel leukemik , menyebabkan
gangguan produksi sel darah merah . Depresi produksi platelet yang
menyebabkan purpura dan kecenderungan terjadinya perdarahan .
Kegagalan mekanisme pertahanan selular karena penggantian sel darah
putih oleh sel lekemik, yang menyebabkan tingginya kemungkinan untuk
infeksi . Infiltrasi sel-sel leukemik ke organ-organ vital seperti liver dan

15
limpa oleh sel-sel leukemik yang dapat menyebabkan pembesaran dari
organ-organ tersebut .
Sedangkan pada penderita Leukemia itu sebdiri disebabkan sbb:
a. Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan,
imaturnya sel blast.Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan
platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan
trombositipenia.
b. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan
gangguan sistem
pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi
c. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan
infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan
metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada
penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan
tekanan jaringan.
d. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya
pembesaran hati, limfe,nodus limfe, dan nyeri persendian. (Suriadi, &
Yuliani R, 2010)

16
Pathway
Genetic , Terapi radiasi, Kelainan kromosom, Terpapar
zat kimia, Virus HTVL

Sel neoplasma berpoliferasi kemoterapi


di dalam sumsum tulang

Sel kanker bersaing dengan sel Zat zat kimia


normal untuk mendapatkan nutrisi
Merusak folikel
rambut
Sel normal digantikan
dengan sel kanker
alopecia

Depresi sumsung tulang gangguan citra tubuh

Trombosit Maligna sel leukosit Leukosit normal Eritrosit

Hipoksia
Faktor pembekuan Masuk Imunitas
darah pembuluh darah
Lemah , lelah,
capek, pucat
Resiko perdarahan Beredar ke Resiko infeksi
seluruh tubuh
Intoleransi
aktivitas

sendi tulang lambung

peradangan peradang Peradangan pada mukosa lambung


an
Kerusakan
Kerusakan Anokresia,nausea
sendi
tulang Sumber : Nuratif, Amin, Huda.
ganguan nutrisi Kusuma, Hardhi. 2015.
Nyeri sendi
Nyeri tulang Aplikasi Asuhan Keperawatan
17
Kebutuhan nutrisi Berdasarkan Diagnosa Medis
kurang dari & NANDA NIC NOC.
Nyeri akut
kebutuhan tubuh Mediaction: Jogjakarta
G. Prognosis
Prognosis leukemia tergantung pada faktor usia, penyakit
komorbid, subtipe leukemia, dan karakteristik sitogenik dan molekular
leukemia pada masing-masing orang. Prognosis 5-year relative survival
rate:
 Acute lymphocytic leukemia: usia <50 tahun sebesar 75%, usia ≥50
tahun sebesar 25%
 Acute myeloid leukemia: usia <50 tahun sebesar 55%, usia ≥50 tahun
sebesar 14%
 Chronic lymphocytic leukemia: usia <50 tahun sebesar 94%, usia ≥50
tahun sebesar 83%
 Chronic myeloid leukemia: usia <50 tahun sebesar 84%, usia ≥50
tahun sebesar 48%. (Chandayani, 2010)

18
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
A. Data Demografi
Identitas klien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
B. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Adanya kerusakan pada organ sel darah/sumsum tulang.
2) Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan
perdarahan.
b. Riwayat kesehatan dahulu
1. Kelainan kromosom (sindrom down)
2. Riwayat infeksi
c. Riwayat keluarga
1. Faktor ras, keluarga, dan genetika
C. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Lemah
2. Tanda-tanda vital
a) TD : Pasien leukemia memiliki hasil beragam, ada yang
memiliki tekanan darah sebesar 103/68 mmHg hingga 110/75
mmHg.
b) N : Takikardi (>100 kali/menit)
c) S : Suhu tubuh normal (36,4-37,7 derajat celcius).
d) R : Dispnea
3. Kepala

19
a) Inspeksi : Warna rambut hitam, penyebaran merata, tidak
berketombe/kotoran.
b) Palpasi : Tidak terdapat benjolan.
4. Mata
a) Inspeksi : Mata simetris, bola mata simetris, konjungtiva
anemis.
5. Hidung
a) Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan, tidak
terdapat secret.
6. Mulut
a) Inspeksi : Mukosa bibir kering, pucat, tidak terdapat lesi, gusi
mudah berdarah
7. Telinga
a) Inspeksi : Bersih, tidak terdapat serumen, tidak ada lesi.
b) Palpasi : tidak terdapat benjolan, tidak ada peradangan,
pendengaran baik.
8. Leher
a) Inspeksi : Terdapat bercak merah, tidak terdapat pembesaran
kelenjar tiroid
b) Palpasi : Tidak terdapat pembesaran vena jugularis pada leher.
9. Dada
a) Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak terdapat lesi, warna kulit
sama dengan sekitar.
b) Palpasi : tidak terdapat benjolan, pengembangan paru kiri &
kanan tidak sama.
c) Perkusi : Bunyi jantung murmur, bunyi paru resonances.
d) Auskultasi : pernapasan bronchovesiculer.
10. Abdomen
a) Inspeksi : Tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi,
warna sama dengan sekitar.
b) Palpasi : Terdapat hepatomegali dan splenomegali.

20
c) Auskultasi : Bising usus normal (5-30 kali/menit)
d) Perkusi : Bunyi timpani
11. Genetalia
a) Inspeksi : Tidak terdapat lesi, warna sama dengan sekitar, tidak
terdapat iritasi, bentuk simetris.
b) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah perineal.
12. Ekstremitas
a) Atas : Pergerakan lemah
b) Bawah : Pergerakan lemah
13. Kulit : Pucat, turgor buruk, tekstur halus.
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Resiko perdarahan
b. Resiko infeksi
c. Intolerasi Aktivitas
d. Gangguan Citra Tubuh
e. Nyeri Akut
f. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

21
3.3 Intervensi keperawatan

No Diagnosa NOC NIC Rasional


1 Risiko perdarahan (00206) NOC NIC Pencegahan
Domain 11 : keamanan  Keparahan kehilangan Pencegahan perdarahan pendarahan
/perlindungan darah - Monitor dengan ketat resiko - Agar perawat
Kelas 2. Cedera fisik  Status sirkulasi terjadinya perdarahan pada dapat mengontrol
Definisi: rentan mengalami Kriteria hasil : pasien. jika terjadinya
penurunan volume darah, yang Setelah dilakukan tindakan - Monitor tanda dan gejala pendarahan
dapat mengganggu kesehatan keperawatan selama 3x 24 perdarahan menetap (contoh cek - Agar perawat
jam masalah pencegahan semua sekresi darah yang terlihat dapat mengetahui
Faktor risiko perdarahan teratasi dengan jelas maupun yang dimna saja
 Aneurisme indikator dipertahankan pada tersembunyi/for frank or occult pendarahan
 Gangguan fungsi hati skala 3 ditingkatkan ke skala blood). terjadi
(mis., sirosis, hepatitis) 4. - Monitor komponen koagulasi - Agar perawat
 Gangguan gastrointestinal Indikator : darah (termasuk protrombin time dapat mengetahui
(mis., penyakit ulkus 1. Kehilangan darah (PT) partial tromboplastin time apakah adanya
lambung, polip, varises) yang terlihat (PTT), fibrinogen, degradasi pendarahan pada
 Koagulopati inheren (mis., 2. Darah terkihat keluar fibrin/split produk dan trombosit bagian-bagian

22
trombositopenia) dari anus hitung dengan cara yang tepat) tertentu
 Koagulopati intravaskular 3. cemas - Catat nilai hemoglobin dan - Agar perawat ada
diseminata Keterangan : hematokrit sebelum dan setelah bukti untuk
 Komplikasi kehamilan 1. Berat pasien kehilangan darah sesuai pemeriksaan
(mis., pecah ketuban dini, 2. Cukup berat indikasi. selanjutnya
plasenta previa/abrupsio, 3. Sedang - Lindungi pasien dari trauma yang - Agar pasien aman
kehamilan kembar) 4. Ringan dapat menyebabkan perdarahan. dan tidak akan
 Komplikasi pascapartum 5. Tidak ada - Hindarkan penggunaan injeksi terjadi
(mis., atoni uterus, retensi Kriteria hasil : (IV, IM atau subkutan) dengan pendarahan pada
plasenta) Setelah dilakukan tindakan cara yang tepat. pasien
 Kurang pengetahuan keperawatan selama 3x 24 - Instruksikan pasien dan keluarga - Agar tidak akan
tentang kewaspadaan jam masalah manajemen untuk memonitor tanda-tanda terjadi
pendarahan pengobatan teratasi dengan perdarahan dan mengambil pendarahan ketika
 Program pengobatan indikator dipertahankan pada tindakan yang tepat jika terjadi melakukan
 Riwayat jatuh skala 3 ditingkatkan ke skala perdarahan (misalnya lapor tindakan injeksi
 Sirkumsisi 4. kepada perawat) dan lain-lain
 Trauma indikator: - Agar pasien dan
1. Tekanan darah sistol Pengurangan perdarahan keluarga dpat
2. Tekanan darah - Identifikasi penyebab perdarahan. mengetahui jika

23
diastole - Monitor pasien akan perdarahan ad pendarahan
3. Tekanan nadi secara ketat. dan sdapat
Keterangan: - Monitor jumlah dan sifat melapor ke
1. Devisiasi berat dari kehilangan darah. perawat jika
kisaran normal - Atur ketersediaan produk-produk terjadi
2. Devisiasi yang cukup darah untuk transfuse jika perlu. pendarahan
dari kisaran normal - Periksa perdarahan dari selaput
Pengurangan
3. Devisiasi sedang dari lender, memar setelah trauma
perdarahan
kisaran normal minimal, mengalir dari tempat
- Agar perawat
4. Devisiasi ringan dari tusukan, dan adanya peteki.
mengetahui
kisaran normal - Instruksikan pasien dan keluarga
penyebab dari
5. Tidak ada devisiasi mengenai tingkat keparahan
perdarahan
dari kisaran normal kehilangan darah dan tindakan-
- Agar tidak terjadi
tindakan yang tepat untuk
perdarahan
dilakukan.
- Agar pasien tidak
bnyak kehilangan
darah
- Agar perawat

24
dapat
mngantisipasi jika
terjadi perdarahan
terusmenerus
- Agar pasien dan
keluarga dapat
mengetahui
tingkat
kehilangan darah
yang akan terjadi
pada pasien

2 Risiko infeksi (00004) NOC NIC


Domain 11:  Keparahan infeksi  kontrol infeksi  kontrol infeksi.
keamanan/perlindungan  Keparahan infeksi : baru - pastikan teknik perawatan luka - agar tidak terjadi
Kelas 1. Infeksi lahir yang tepat infeksi
Definisi: rentan mengalami - berikan terapi antibiotikn yang - untuk diberikan
invasi dan multiplikasi kriteria hasil : sesuai sebagai profilaktik
organisme patogenik yang - anjurkan pasien untuk atau mengobati

25
dapat mengganggu kesehatan. Setelah dilakukan tindakan meminum antibiotic seperti infeksi yang khusus.
keperawatan selama 3x 24 yang diresepkan - untuk mengurangi
Faktor risiko jam dengan masalah - anjurkan pasien mengenai nyeri yang dirasakan
 Kurang pengetahuan keparahan infeksi teratasi teknik mencuci tangan dengan klien
untuk menghindari dengan indicator yang tepat - untuk meminimalkan
pemajanan patogen dipertahankan pada skala 3 - ajarkan pasien dan anggota pasien tidak mudah
 Malnutrisi ditingkatkan ke skala 4 keluarga mengenai bagaimana terkena penyakit
 Obesitas menghindari infeksi - agar pasien dan
 Penyakit kronis (mis., Indikator: keluarga mengetahui
diabetes mellitus) 1. Nyeri  perlindungan infeksi cara menghindari
 Prosedur invasive 2. Hilangnya nafsu - Monitor tanda dan gejala infeksi
 Gangguan integritas kulit makan infeksi sistemik dan local  perlindungan
 Gangguan peristalsis 3. Peningkatan jumlah - Tingkatkan asupan nutrisi infeksi
 Merokok sek darahputih yang cukup - untuk mengetahui
 Pecah ketuban dini Keterangan : - instruksikan pasien untuk tanda dan gejala
 Pecah ketuban lambat 1. Berat minum antibiotic yang infeksi dari klien
 Penurunan kerja siliaris 2. Cukup berat diresepkan - berikan diet lengkap
 Perubahan pH sekresi 3. Sedang - ajarkan pasien dan anggota nutrisi sesuai usia
 Stasis cairan tubuh 4. Ringan keluarga bagaimana cara untuk mendukung

26
 Imunosupresi 5. Tidak ada menghindari infeksi pertahanan alami
 Leukopenia tubuh .
 Penurunan hemoglobin kriteria hasil: - Meminum antibiotic
 Supresi respons inflamasi Setelah dilakukan tindakan yang diresepkan bisa
(mis., interleukin 6 [IL- keperawatan selama 3x 24 mengurangi risiko
6], C-reative protein jam dengan masalah infeksi/mengurasi
[CRP]) keparahan infeksi : baru lahir rasa nyeri
 Vaksinasi tidak adekuat teratasi dengan indicator - agar pasien dan
 Terpajan pada wadah yang dipertahankan pada keluarga mengetahui
skala 3 ditingkatkan ke skala cara menghindari
4 diri dari infeksi

Indikator :
1. Wajah pucat
2. Menangis kuat
3. Peningkatan jumlah
sel darah putih
Keterangan :
1. Berat

27
2. Besar
3. Sedang
4. Rengan
5. Tidak ada
3 Intoleransi Aktivitas (00092) NOC NIC
Domain :4 aktivitas/istirahat - Toleransi terhadap Menejemen Energi Manajemen energi
Kelas :4 respon aktivitas - Monitor /catat waktu dan lama - Agar perawat dapat
kardiovaskular - Tingkat kelelahan istirahat tidur pasien mengetahui kualitas
Definisi : - Kelelahan efek yang - Monitor sumber kegiatan istrahat pasien
:ketidak kecukupan energi mengganggu olahraga dan kelelahan - Agar perawat tau
psikoloi atau fisiologis untuk - Istirahat emosional paien kegiatan dan
mempertahankan atau - Monitor/catat waktu dan lama kelelahan pasien saat
menyelesaikan ktifivitas Kriteria hasil: istirahat/tidur pasien beraktivitas
kehidupan sehari-hari yang Setelah dilakukan ttindakan - Monitor lokasi dan sumber - Agar perawat tau
harus atau yang tidak selama 3x 24 jam masalah ketidaknyamanan/nyeri yang dimana sajakah lokasi
dilakukan toleransi terhadap aktivitas dialami pasien selama nyeri ssaat pasien
teratasi dengan indicator di beraktivits beraktivitas
Batasan kerakteristik: psrtahankan pada skala 3 - Kaji status fisiologis pasien yang - Agar perawat dapat
- Dispnea setelah ditingkatkan ke skala 4. menyebabkankelelahan sesuai mngetahui penyebab

28
beraktivitas Indicator : dengan konteks usia dan dari kelelahan pada
- Ketidaknyamanan setelah 1. Toleransi terhadap perkembangan pasien
beraktivitas aktivitas - Tentukan jnis dan banyaknya - Agar pasien tidak
- Perubahan (EKG) 2. Kekuatan tubuh bagian aktivitas yang dibutuhkan untuk akan kelelahan saat
(misalnya atas menjaga ketahanan aktivitas tertentu
aritmia,abnormalitas 3. Kemudahan dalam - Pilih ntervensi untuk - Agar kelelahan dari
konduksi,iskemia) melakukan aktivitas mengurangi kelelahan baik pasien tidak akan
- Respon frekuensi jantung hidup harian secara farmakologis maupun non bertambah
- Respon tekanan darah Keteranga : farmakologis,dengan tepat - Agar perawat dpat
abnormal terhadap 1. Sangat terganggu - Konsultasi dengan ahli gizi mngetahui makanan
aktivitas 2. Banyak terganggu mengenai cara meningkatkan apa saja yang dapat
Faktor yang mendukung: 3. Cukup terganggu asupan energi dari makanan meningkatkan energi
- Gaya hidup kurang 4. Sedikit terganggu - ajarkan pasien mengenai pasienagar pasien
gerak 5. Tidak terganggu pengelolaan kegiatan dan teknik bisa beraktivitas
- Imobilitas Kriteria hasil : menajemen waktu untuk tanpa kelelahan dan
- Ketidak seimbangan Setelah dilakukan ttindakan mencegah kelelahan dapat mngatur waktu
suplai dan kebutuhan selama 3x 24 jam masalah agar tidak kelelahan
oksigen tingkat kelelahan teratasi Terapi Aktivitas
Terapi Aktivitas
- Tirah baring dengan indicator di - Monitor respon emosi fisik

29
pertahankan pada skala 3 sosial spritual terhadap aktivitas - agar perawat
ditingkatkan ke skala 4. - Dorong aktifitas kreaktif yang dapat mengetahui
Indicator : tepat kaitan antara
1. Kelesuhan - Berikan pujian fositif karena respon emosi
2. Kehilangan selera makan kesedianya untuk terlibat dalam pasien terhadap
3. Gangguan konsentrasi kelompok aktivitas
Keterangan : - Instruksikan keluarga untuk - aktivitas kretif
1. Berat memberikan pujian positif yang tepat dapat
2. Cukup berat karena ksediaanya untuk terlibat meningkatkan
3. Sedang dalam kelompok aktivitas pasien
4. Ringan - Sarankan metode –metode untuk - untuk
5. Tidak ada meningktkan aktifitas fisik yang meningkatkan
tepat semangat kien
- . dalam
berinteraksi
- metode yang tepat
dapat membantu
pasien
meningkatkan

30
ktivitasnya
4 Gangguan Citra Tubuh NOC NIC
Domain 6 : persepsi diri - Citra tubuh Peningkatan Citra Tubuh Peningkatan citra
Kelas 3 : citra tubuh - Harga diri - Monitor frekuensi dari tubuh
Kode diagnosa : 00118 Kriteria hasil : pernyataan mengkritisi diri. - Mengontrol pasien
Setelah dilakukan ttindakan - Monitor pernyataan yang agar pasien tidak
Definisi selama 3x 24 jam masalah mengidentifikasi citra tubuh menyalahkan diri
Konfusi dalam gambaran citra tubuh teratasi dengan mengenai ukuran dan berat pasien dan putus asa
mental tentang diri-fisik indicator di psrtahankan pada badan. - Kontrol kata-kata
individu skala 3 ditingkatkan ke skala - Tentukan harapan citra diri pasien yang tida perlu di
4. didasarkan pada tahap dengar pasien agar
Batasan karakteristik Indicator: perkembangan. tidak merasa rendah
- Berfokus pada fungsi 1. Penyesuaian terhadap - Bantu pasien untuk diri dengan citra
masa lalu. perubahan fisik tubuh mendiskusikan perubahan- tubuh pasien
- Berfokus pada kekuatan 2. Kepuasan dengan perubahan [bagian tubuh] - Agar perawat dapat
sebelumnya. penampilan tubuh disebabkan adanya penyakit atau menentukan harapan
- Berfokus pada penampilan 3. Sikap terhadap pembedahan. pasien terhadap citra
masa lalu. menyentuh bagian - Gunakan bimbingan antisipasif tubuh pasien
- Depersonalisasi bagian tubuh yang terkena menyiapkan pasien terkait dengan - Agar pasien tau

31
tubuh melalui penggunaan (dampak) perubahan-perubahan citra tubuh perubahan apa saja
kata ganti impersonal. Keterangan: yang [telah] diprediksikan . yang terjadi pada
- Depersonalisasi 1. Tidak pernah positif - Identifikasi dampak dari budayaa pasien setelah operasi
kehilangan melalui 2. Jarang positif pasien, agama, ras, jenis kelamin, - Agar pasien
penggunaan kata ganti 3. Kadang-kadang dan usia terkait dengan citra mengetahui
impersonal . positif tubuh. perubahan apa saja
- Gangguan fungsi tubuh. 4. Sering positif - Ajarkan pada pasien mengenai yang akan terjadi
- Gangguan pandangan 5. Konsisten positif perubahan-perubahan normal - Agar perawat
tentang tubuh seseorang yang terjadi didalam tubuhnya mengetahui ajkibat
(mis., penampilan, Kriteria hasil : terkait dengan beberapa tahap dari budaya pasien,
struktur, fungsi). Setelah dilakukan ttindakan proses penuaan, dengan cara yang agama, ras, jenis
- Gangguan struktur tubuh. selama 3x 24 jam masalah tepat kelamin, dan usia
- Memperluas batasan tubuh harga diri teratasi dengan mengenai citra tubuh
(mis., memasukkan objek indicator di pertahankan pada - Agar pasien tau
eksternal). skala 3 ditingkatkan ke skala Peningkatan Harga Diri bahwa perubahan
- Menekankan pada 4. - Monitor pernyataan pasien pada citra tubuh
kekuatan yang tersisa. Indicator : mengenai harga diri pasien adalah proses
- Menekankan pencapaian. 1. Gambaran diri - Tentukan lokus kontrol pasien. dari pengobatan
- Persepsi yang 2. Tingkat kepercayaa diri - Bantu pasien untuk menemukan

32
merefleksikan perubahan 3. Penerimaan terhadap penerimaan diri. Peningkatan harga diri
pandangan tentang keterbatasan diri - Dukung pasien untuk terlibat - Agar pasien percaya
penampilan tubuh Keterangan : dalam memberikan afirmasi dengan peningkatan
seseorang. 1. Tidak pernah positif positif melalui pembicaraan pada dri pasien
- Personalisasi bagian tubuh 2. Jarang positif diri sendiri dan secara verbal - Agar pasien
dengan nama. 3. Kadang-kadang positif terhadap diri setiap hari. menerima dengan
- Personalisasi kehilangan 4. Sering positif - Fasilitasi lingkungan dan ihklas perubahan
dengan nama. 5. Konsisten positif aktivitas – aktivitas yang akan yang terjadi pada diri
- Menghindari melihat meningkatkan harga diri. pasien
tubuh. - Instruksikan orang tua untuk - Agar pasien tidak
- Menghindari menyentuh mengetahui pencapaian anak . akan mengali
tubuh. - Eksplorasi pencapaian keputusasaan
- Menolak menerima keberhasilan sebelumnya terhadap diri pasien
perubahan. - Agar pasien bebas
- Menyembunyikan bagian meningkatkan harga
tubuh. diri pasien
- Perasaan negatif tentang - Agar keluarga atau
tubuh. orang tua pasien tau
- Perilaku memantau tubuh. peubahan dan

33
- Perilaku mengenali tubuh. peningkatan pasien
- Perubahan gaya hidup.
- Perubahan lingkungan
social.
- Perubahan pada
kemampuan
memperkirakan hubungan
spesial tubuh dengan
lingkungan
- Preokupasi pada
kehilangan.
- Preokupasi pada
perubahan.
- Respons nonverbal pada
perubahan tubuh (mis.,
penampilan, struktur,
fungsi).
- Respons nonverbal pada
perubahan yang dirasakan

34
pada tubuh (mis.,
penampilan, struktur,
fungsi).
- Takut reaksi orang lain.
- Terlalu terbuka tentang
bagian tubuh.
- Tidak ada bagian tubuh.
- Trauma terhadap bagian
tubuh yang tidak berfungsi

Factor yang berhubungan


- Cedera
- Gangguan fungsi
psikososial
- Ketidaksesuaian budaya
- Ketidaksesuain spiritual
- Penyakit
- Perubahan fungsi kognitif

35
- Perubahan fungsi tubuh
(karena anomaly,
penyakit, medikasi,
kehamilan, radiasi,
pembedahan, trauma, dll)
- Perubahan persepsi diri
- Program pengobatan
- Prosedur bedah
- Transisi perkembangan
- Trauma
5 Nyeri akut NOC NIC
Domain : 12 kenyamanan 1) Tingkat nyeri Pemberian analgesik Pemberian analgesik
Kelas : 1 kenyaman fisik 2) Kontrol nyeri - Monitor tanda vital sebelum - Agar kita dapat
Kode : 00032 3) Tingkat dan setelah memberikan mengetahui apakah
Definisi : ketidaknyamanan analgesik narkotik pada ada perubahan atau
Pengalaman sensori dan Kriteria hasil : pemberian dosis pertama kali tidak ketika sebelum
emosional tidak Setelah dilakukan ttindakan atau jika ditemukan tanda-tanda dan setelah
menyenangkan yang muncul selama 3x 24 jam masalah yang tidak biasanya pemberian analgesik
akibat kerusakan jaringan tingkat nyeri teratasi dengan - Tentukan lokasi, karakteristik, - Agar perawat dapat

36
aktual atau potensial atau yang indicator di pertahankan pada kualitas dan keparahan nyeri menentukan tingkat
digambarkan sebagai skala 3 ditingkatkan ke skala sebelum mengobati pasien dan prahnya nyeri
kerusakan (International 4. - Cek adanya riwayat alergi obat terjadi
Association for the Study of Indicator : - Berikan analgesic tambahan - Agar perawat dapat
Pain); awitan yang tiba-tiba 1. Mengerang dan dan/ atau pengobatan jika mengetahui apakah
atau lambat dari intensitas menangis diperlukan untuk meningkatkan pasien ada alergi
ringan hingga berat dengan 2. Ekspresi nyeri wajah efek pengurangan nyeri pada obat tertentu
akhir yang dapat diantisipasi 3. Tidak bisa beristirahat - Kolaborasikan dengan dokter - Agar efek dari nyeri
atau di prediksi. Keterangan apakah obat, dosis, rute tersebut dapat
1. Berat pemberian, atau perubahan berkurang dengan
Batasan karakteristik: 2. Cukup berat interval dibutuhkan, buat cepat
 Bukti nyeri dengan 3. Sedang rekomendasi khusus - Agar perawat bisa
menggunakan standar 4. Ringan berdasarkan prinsip analgesik tahu apakah obat
daftar periksa nyeri untuk 5. Tidak ada - Ajarkan tentang penggunaan yang telah diberikan
pasien yang tidak dapat Kriteria hasil : analgesik, strategi untuk pada pasien sudah
mengungkapkannya (mis., Setelah dilakukan ttindakan menurunkan efek samping, dan sesuai dengan
Neonatal Infant Pain Scale, selama 3x 24 jam masalah harapan terkait dengan kebutuhan pasien
Pin Assesment Checklist kontrol nyeri teratasi dengan keterlibatan dalam keputusan - Agar pasien terlatih
for Senior With Limited indicator di pertahankan pada pengurangan nyeri ketika efek nyeri tiba-

37
Ability to Communicate) skala 3 ditingkatkan ke skala tiba saja muncul dan
 Diaphoresis 4. Manajemen nyeri dapat di atasi oleh
 Dilatasi pupil Indicator : - Monitor kepuasaan pasien pasien sendiri
 Ekspresi wajah nyeri (mis., 1. menggunakan terhadap manajemen nyeri dalam
Manajemen nyeri
mata kurang bercahaya, analgestik yang interval yang spesifik.
- Agar perawat tau
tampak kacau, gerakan direkomendasikan - Gunakan strategi komunikasi
apakah strategi
mata berpencar atau tetap 2. mengenali apa yang terapeutik untuk mengetahui
mengenai
pada satu focus, meringis) terkait dengan gejala pengalaman nyeri dan sampaikan
pengurangan nyeri
 Fokus menyempit (mis., nyeri penerimaan pasien terhadap nyeri
berhasil atau tidak
persepsi waktu, proses 3. melaporkan nyeri - Berikan informasi mengenai
- Agar perawat dan
berpikir, interaksi dengan yang terkontrol nyeri, seperti penyebab nyeri,
pasien dpat saling
orang dan lingkungan) keterangan : berapa lama nyeri yang akan
berbincang dengan
 Fokus pada diri sendiri 1. tidak pernah dirasakan, dan antisipasi dari
saling percaya dan
 Keluhan tentang intensitas menunjukan ketidaknyamanan akibat prosedur
pasien dengan bebas
menggunakan standar skala 2. jarang menunjukan - Berikan individu penurun nyeri
menceritakan keluhan
nyeri (mis., skala Wong- 3. kadang-kadang yang optimal dengan peresepan
pasien tentang nyeri
Baker FACES, skala menunjukan analgesic
- Agar pasien bisa
analog visual, skala 4. sering menunjukan - Kolaborasi dengan pasien, orang
mengatasi ketika
5. secara konsisten terdekat dan tim kesehatan

38
penilaian numerik) menunjukan lainnya untuk memilih dan nyeri datang dan
 Keluhan tentang mengimplementasikan tindakan mengetahui penyabab
karakteristik nyeri dengan penurun nyeri nonfarmakologi, dari nyeri tersebut
menggunakan standar sesuai kebutuhan - Agar pasien merasa
instrument nyeri (mis., - Ajarkan prinsip-prinsip nyaman dan bisa
McGill Pain Questionnaire, manajemen nyeri beristirahat dengan
Brief Pain Inventory) - Ajarkan metode farmakologi nyaman
 Laporan tentang perilaku untuk menurunkan nyeri - Agar pasien atau
nyeri/ perubahan aktivitas orang terdekat dan
(mis., gelisah, merengek, tim ksehatan lainnya
menangis, waspada) dapat mengetahui
 Perilaku distraksi bahwa penurunan

 Perubahan pada parameter tingkat nyeri bisa di

fisiologis (mis., tekanan atasi tanpa

darah, frekuensi jantung, menggunakan obat-

frekuensi pernapasan, obatan

saturasi oksigen, dan - Agar pasien dapat

endtidal karbon dioksida mengatasi nyeri dan


mengontrolnya

39
[CO2]) - Agar pasien dapat
 Perubahan posisi untuk mngunakan obat
menghindari nyeri penurun nyeri dengan
 Perubahan selera makan benar
 Putus asa
 Sikap melindungi area
nyeri
 Sikap tubuh melindungi
Faktor yang berhubungan
 Agens cedera biologis
(mis., infeksi, iskemia,
neoplasma)
 Agens cedera fisik (mis.,
abses, amputasi, luka
bakar, terpotong,
mengangkat berat,
prosedur bedah, trauma,
olahraga berlebihan)

40
 Agens cedera kimiawi
(mis., luka bakar,
kapsaisin, metilen klorida,
agens mustard
6 Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC
kurang dari kebutuhan tubuh  status nutrisi  manajemen gangguan makan  manajemen
(00002)  status nutrisi - monitor asupan kalori gangguan makan
Domain 2: nutrisi :asupannutrisi makanan harian - untuk dapat
Kelas 1. Makan Kriteriahasil : - bantu klien untuk memaksimalkan
Definisi: asupan nutrisi tidak Setelah dilakukan tindakan mengevaluasi kesesuaian kualitas nutrisi klien.
cukup untuk memenuhi keperawatan selama 3x 24 /konsekuensi pilihan - agar pasien dapat
kebutuhan metabolik. jam dengan masalah status makanan dan aktivitas fisik melakukan perilaku
nutrisiteratasi dengan - batasi aktifitas fisik sesuai baru untuk mencapai
Batasan karakteristik indicator yang dipertahankan kebutuhan untuk status gizi yang
 Berat badan 20% atau pada skala 3 ditingkatkan ke meningkatkan berat badan optimal.
lebih di bawah rentang skala 4. - kolaborasi dengan tim - mengurangi aktifitas
berat badan ideal kesehatan lain untuk fisik untuk memenuhi
 Bising usus hiperaktif Indikator : mengembangkan rencana asupan makanan dan
 Cepat kenyang

41
setelahmakan 1. asupan makanan perawat dengan melibatkan cairan.
 Diare 2. asupan cairan klien dan orang-orang - berkolaborasi dengan
 Gangguan sensasi rasa 3. resiko berat badan/tinggi terdekatnya dengan tepat tim kesehatan dapat
 Kehilangan rambut badan mempermudah proses
berlebihan Keterangan:  manajemen nutrisi perawatan dan
 Kelemahan otot untuk 1. sangat menyimpang - monitor kecenderungan dengan melibatkan
menelan dari rentan normal terjadinya penurunan dan orang-orang terdekat
 Kerapuhan kapiler 2. banya k menyimpang kenaikan berat badan agar mereka bisa
 Kesalahan informasi dari rentan normal - tentukan apa yang menjadi melakukan perawatan
 Kesalahan persepsi 3. cukup menyimpang preferensi makanan bagi mandiri
 Ketidakmampuan dari rentan normal pasien
memakan makanan 4. sedikit menyimpang - tentukan jumlah kalori dan  manajemen nutrisi
 Kurang abdomen dari rentan normal jenis nutrisi yang dibutuhkan - untuk mengetahui
 Kurang informasi 5. tidakmenyimpangdari untuk memenuhi persyaratan asupan nutrisi yang
 Kurang minat pada rentan normal gizi. akan diberikan pada
makanan Kriteriahasil : - Instruksikan pasien klien
 Membrane mukosa pucat Setelah dilakukan tindakan mengenai kebutuhan nutrisi - dengan menentukan
 Nyeri abdomen keperawatan selama 3x 24 (yaitu: membahas pedoman makanan yang
 Penurunan berat badan jam dengan masalah status diet dan piramida makanan) disukai klien bisa

42
dengan asupan makanan nutrisi : asupan nutrisi meningkatkan nafsu
adekuat teratasi dengan indicator makan klien
 Sariawan rongga mulut yang dipertahankan pada - agar jumlah kalori
 Tonus otot menurun skala 3 ditingkatkan keskala dan nutrisi sesuai
4. dengan persyaratan
Faktor yang berhubungan
gizi
 Faktor biologis
Indikator : - agar pasien
 Faktor ekonomi
1. asupan kalori mengetahui
 Gangguan psikososial
2. asupan zat besi kebutuhan nutrisinya
 Ketidakmampuan makan
3. asupan kalsium
 Ketidakmampuan
Keterangan:
mencerna makanan
1. tidak edukat
 Ketidakmampuan
2. sedikit edukat
mengabsorpsi nutrien
3. cukup edukat
 Kurang asupan makanan
4. sebagian besar edukat
5. sepenuhnya edukat

43
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Leukemia merupakan penyakit kanker sistemik yang menyerang
sel darah putih yang dapat menimbulkan berbagai masalah pada
semua aspek kehidupan yaitu fisik, psikologis, dan sosial. Leukemia
adalah kanker yang disebabkan oleh pertumbuhan tidak normal pada
sel darah putih (leukosit), dimana sel darah putih muda tidak menjadi
matang seperti seharusnya melainkan menjadi sel yang dikenal sebagai
sel leukemia (Yayasan Kanker Indonesia (YKI), 2008).
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan
maturasi sel dan tipe sel asal yaitu:Leukemia Akut ; Leukemia
Limfositik Akut (LLA), Leukemia Mielositik Akut (LMA). Leukemia
kronik, limfositik kronis (LLK); leukemia granulositik/ Mielositik
kronik (LGK/LMK);
Penyebab leukemia ada beberapa faktor, diantaranya: genetik,
saudara kandung, faktor lingkungan, virus, bahan kimia, dan obat-
obatan. Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit
leukemia adalah sebagai berikut: Pilek tidak sembuh-sembuh& sakit
kepala. Pucat, lesu, mudah terstimulasi, Merasa lemah atau letih.
Demam, keringat malam dan anorexia, Berat badan menurun ,Ptechiae,
memar tanpa sebab, Mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah,
bercak keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil di bawah
kulit), Nyeri pada tulang dan persendian, Nyeri abdomen,
Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat pembesaran
limpa).

Pentalaksanan pada penyakin leukemia meliputi: kemoterapi,


terapi biologi, terapi radiasi, dan transplantasi sel induk. Untuk

44
menghindari leukimia harus dicegah sedini mungkin, dan ketika
sudah ada gejala-gejala segera periksakan ke dokter.

4.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat
mengoreksi atau memahami apa yang tercantum dalam makalah yang
berkaitan dengan leukemia ini , untuk kelengkapan makalah ini kami
sangat mengharapkan pendapat dari pembaca, Dan kami dijadikan
pembelajaran dalam pembuatan askep kedepannya.

45

Вам также может понравиться