Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Perdarahan postpartum (28%) merupakan penyebab utama kematian ibu di
Indonesia selain itu kematian ibu disebabkan juga oleh eklampsia (24%) dan infeksi
(11%). Perdarahan postpartum merupakan penyebab tersering dari keseluruhan kematian
akibat perdarahan obstetrik. Perdarahan post partum adalah perdarahan yang masif yang
berasal dari tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya,
serta merupakan salah satu penyebab kematian ibu disamping perdarahan karena
kehamilan ektopik dan abortus. Perdarahan postpartum bila tidak mendapat penanganan
yang semestinya akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu serta mempersulit
proses penyembuhan kembali.1,2,3
Kematian ibu menurut defenisi WHO adalah kematian selama kehamilan atau
dalam periode 42 hari setelah berahirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan
oleh kecelakaan atau cidera.4
Berdasarkan survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi, sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup .
angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu sebesar 390
per 100.000 kelahiran hidup. Target global MDGs (Millenium Development Goals) ke-5
adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2015. 4
Perdarahan postpartum yang dapat menyebabkan kematian ibu 45% terjadi pada
24 jam pertama setelah bayi lahir, 68-73% dalam satu minggu setelah bayi lahir, dan 82-
88% dalam dua minggu setelah bayi lahir.5 Perdarahan post partum dibagi menjadi
perdarahan post partum primer, yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama dan
biasanya disebabkan oleh atonia uteri, berbagai robekan jalan lahir dan sisa sebagian
plasenta, serta dalam kasus yang jarang bisa karena inversio uteri. Perdarahan post
partum sekunder yang terjadi setelah 24 jam persalinan biasanya terjadi karena sisa
plasenta.1
Efek perdarahan terhadap ibu hamil bergantung pada volume darah saat ibu
hamil, seberapa tingkat hipervolemia yang sudah dicapai kadar hemoglobin sebelumnya.
Anemia dalam kehamilan yang masih tinggi di Indonesia (46%) serta fasilitas transfusi
darah yang masih terbatas menyebabkan perdarahan post partum akan mengganggu
penyembuhan pada masa nifas, proses involusi, dan laktasi. Perdarahan post partum
bukanlah suatu diagnosis akan tetapi suatu kejadian yang harus dicari penyebabnya.1,5,6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Primer Sekunder
Penyebab: Penyebab:
1. Atonia uteri (50-60%)
1. Sisa plasenta
2. Sisa plasenta (23-24%)
2. Endometritis
3. Retensio plasenta (16-17%)
4. Laserasi jalan lahir (4-5%)
5. Kelainan pembekuan darah (0,5-0,8%) Sub involusio
6. Inversio uteri
Gambar 2.1 Klasifikasi Perdarahan Postpartum
2.1.3 Etiologi Perdarahan Postpartum
Banyak faktor potensial yang dapat menyebabkan perdarahan postpartum,
faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan postpartum adalah 4T (Tonus.
Tissue, Trauma, dan Trombin) dimana tonus paling banyak disebabkan oleh
atonia uteri, sedangkan tissue disebabkan oleh retensio plasenta, serta sisa
plasenta; trauma disebabkan salah satunya oleh perlukaan jalan lahir, serta
trombin biasanya akibat kelainan pembekuan darah. Berikut tabel dan masing-
masing pembahasannya: 7
2.1.3.1 Tonus
Salah satu etiologi perdarahan post partum adalah tonus, dimana yang
menjadi penyebab terbanyak dari tonus adalah ketidakmampuan dari tonus otot
uterus untuk berkontraksi atau lebih dikenal dengan atonia uteri. Atonia uteri
adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk berkontraksi dan mengecil
sesudah janin keluar dari rahim. Perdarahan postpartum secara fisiologis di kontrol
oleh kontraksi serat-serat miometrium terutama yang berada disekitar pembuluh
darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta. Atonia uteri
terjadi ketika miometrium tidak dapat berkontraksi.8
Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada
palpasi. Atonia uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III
persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya kebawah dalam usaha
melahirkan plasenta, sedang sebenarnya belum terlepas dari uterus.9
2.1.3.2 Tissue
a. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta yang belum lahir dalam setengah jam
setelah janin lahir. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya
hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan manual
plasenta dengan segera.10,11
Berdasarkan tempat implantasinya, retensio plasenta dapat
diklasifikasikan menjadi 5 bagian: 11,12
1. Plasenta Adhesiva
Tertanamnya plasenta secara kuat pada rahim sehingga menyebabkan
kegagalan pada mekanisme separasi fisiologis.
1. Plasenta Akreta
Implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki lapisan miometrium
yang menembus lebih dalam miometrium tetapi belum menembus serosa.
2. Plasenta Inkreta
Implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai atau memasuki
miometrium , dimana vili korialis tumbuh lebih dalam dan menembus
desidua sampai ke miometrium .
3. Plasenta Perkreta
Implantasi jonjot khorion plasenta yang menembus lapisan otot hingga
mencapai lapisan serosa di uterus, yang menembus serosa atau peritoneum
dinding rahim.
4. Plasenta Inkarserata
Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri dan disebabkan oleh
kontraksi ostium uteri.
Beberapa faktor risiko dari retensio plasenta adalah 13,14
1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh dan melekat
lebih dalam .
2. Plasenta sudah terlepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan
menyebabkan perdarahan yang banyak atau adanya lingkaran konstriksi
pada bagian bawah rahim yang akan menghalangi plasenta keluar
3. Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tetapi
bila sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan
Apabila terjadi perdarahan post partum dan plasenta belum lahir, perlu
diusahakan untuk melahirkan plasenta dengan segera . Jika plasenta sudah lahir,
perlu dibedakan antara perdarahan akibat atonia uteri atau perdarahan karena
perlukaan jalan lahir. Pada perdarahan karena atonia, uterus akan membesar dan
lembek pada palpasi, sedangkan pada perdarahan karena perlukaan jalan lahir
uterus berkontraksi dengan baik.
Tanda-tanda gejala yang selalu ada yaitu plasenta belum lahir setelah 30
menit, perdarahan segera, dan kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang
timbul :14,15
1. Tali pusat putus akibat kontraksi berlebihan
2. Inversio uteri akibat tarikan
3. Perdarahan lanjutan
Dijumpai pada kala tiga atau postpartum dengan gejala nyeri yang hebat,
perdarahan yang banyak, bahkan kadang dijumpai pasien mengalami syok. Keadaan
akan lebih berat bila plasenta masih melekat dan sebagian sudah ada yang terlepas,
hal ini dapat mengakibatkan terjadinya strangulasi dan nekrosis.
Diagnosis biasanya tidak sulit, terutama apabila timbul perdarahan banyak
dalam waktu pendek. Bila perdarahan sedikit dalam waktu lama, tanpa disadari
penderita telah kehilangan banyak darah sebelum ia tampak pucat. Nadi serta
pernafasan menjadi lebih cepat dan tekanan darah menurun. Jika perdarahan
berlangsung terus-menerus dapat menimbulkan syok. Perdarahan yang banyak bisa
juga menyebabkan Sheehan syndrome sebagai akibat nekrosis, dimana gejalanya
adalah asthenia, hipotensi, anemia, turunnya berat badan, menimbulkan penurunan
fungsi seksual, dan kehilangan rambut pubis.
b. Sisa plasenta
Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim yang
dapat menimbulkan perdarahan postpartum primer atau perdarahan postpartum
sekunder (biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan).12,13
Penilaian klinis sulit untuk memastikan adanya sisa plasenta, kecuali
apabila penolong persalinan memeriksa kelengkapan plasenta setelah plasenta lahir.
Apabila pada saat kelahiran plasenta terdapat keraguan akan sisa plasenta, maka
untuk memastikan adanya sisa plasenta ditentukan dengan eksplorasi dengan
tangan, kuret, atau alat bantu diagnostik yaitu ultrasonografi. Pada umumnya
perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim baik
dianggap sebagai akibat sisa plasenta yang tertinggal dalam rongga rahim.16
Pada perdarahan postpartum primer akibat sisa plasenta ditandai dengan
perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim baik. Pada
perdarahan postpartum sekunder gejalanya sama dengan subinvolusio uteri, yaitu
perdarahan yang berulang atau berlangsung terus dan berasal dari rongga rahim.
Perdarahan akibat sisa plasenta jarang menimbulkan syok.12,16
2.1.3.3 Trauma
Sekitar 20% kasus perdarahan postpartum disebabkan oleh trauma jalan lahir: 17,18
- Robekan Perineum
- Ruptur uterus
- Inversi uterus
- Perlukaan jalan lahir
- Vaginal hematom
Robekan perineum dibagi atas 4 tingkat, yaitu 19
Tingkat I : Robekan hanya pada selaput lender vagina atau tanpa mengenai kulit
perineum.
Tingkat III : Robekan mengenai seluruh perineum dan otot sfingter ani.
Ruptur spontan uterus jarang terjadi, fektor resiko yang bisa menyebabkan
antara lain grande multipara, malpresentasi, riwayat operasi uterus sebelumnya,
dan persalinan dengan induksi oxytosin. Rupture uterus sering terjadi akibat
jaringan parut sectio secarea sebelumnya.8
Laserasi dapat mengenai uterus, cervix, vagina, atau vulva, dan biasanya
terjadi karena persalinan secara operasi ataupun persalinan pervaginam dengan
bayi besar, terminasi kehamilan dengan vakum atau ekstraksi forcep, walau begitu
laserasi bisa teijadi pada sembarang persalinan.8
2.1.5 Patofisiologi
Selama masa kehamilan banyak sekali sinus-sinus darah terbentuk di
bawah plasenta. Setelah persalinan otot uterus berkontraksi, gerakannya menutup
pembuluh darah, dan mencegah kehilangan banyak darah. Bila terdapat jaringan
dalam uterus atau bila otonya terlampau teregang, uterus tidak dapat berkontraksi
dengan sempurna dan mengakibatkan perdarahan. Oleh karena itu, plasenta
tertahan, inversi uterus, dan tumor dapat menyebabkan perdarahan postpartum
serius. Ketika terdapat laserasi (robekan) serviks atau vagina yang merupakan
tempat darah mengalir, tidak ada kontraksi uterus yang dapat menghentikan
perdarahan. Setelah persalinan, dokter menginpeksi jalan lahir dengan ketat untuk
mengetahui adanya laserasi. Bila didapati hal tersebut, maka keadaan diperbaiki
dengan cepat. Kadang-kadang pembuluh darah yang masih terbuka tidak terlihat
dan masih mengakibatan perdarahan lanjutan.14,22
(10-15%) Takikardi,
Pusing
1000-1500 mL Penurunan Lemah, Ringan
ringan (80-100
(15-25%) Takikardi,
mm Hg)
Berkeringat
Anuria
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium8
Resusitasi cairan
Transfusi darah perlu diberikan bila perdarahan masih terus berlanjut dan
diperkirakan akan melebihi 2.000 mL atau keadaan klinis pasien menunjukkan
tanda- tanda syok walaupun tekah dilakukan resusitasi cepat.8,18
PRC digunakan dengan komponen darah lain dan diberikan jika terdapat
indikasi. Para klinisi harus memperhatikan darah transfusi, berkaitan dengan waktu,
tipe dan jumlah produk darah yang tersedia dalam keadaan gawat.24
Atonia uteri
IM : 10 IU
Dosis lanjutan IV : 20 IU dalam 1L Ulangi 0,2 mg IM 400mg 2-4 jam
larutan garam setelah 15 menit setelah dosis
fisiologis dengan awal
Bila masih
40 tpm
diperlukan, beri
IM/IV setiap 2-4jam
- Bila tidak ada perbaikan dilakukan kompresi bimanual, dan kemudian dipasang
tampon uterovaginal padat. Kalau cara ini berhasil, dipertahankan selama 24 jam.
- Kompresi bimanual internal
Uterus ditekan di antara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan
dalam vagina untuk menjepit pembuluh darah di dalam miometrium (sebagai
pengganti mekanisme kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi. Pertahankan
kondisi ini bila perdarahan berkurang atau berhenti, tunggu hingga uterus
berkontraksi kembali. Apabila perdarahan tetap terjadi, coba kompresi bimanual
eksternal.
Gambar 2. Penekanan bimanual internal
- Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan
diambil.
- Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi plasenta
tidak terjadi, coba traksi terkontrol tali pusat.
- Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 mL NS/RL dengan 40 tetes per menit.
Bila perlu, kombinasikan dengan misoprostol 400 mg per rektal (sebaiknya tidak
menggunakan ergometrin karena kontraksi tonik yang timbul dapat menyebabkan
plasenta terperangkap dalam kavum uteri)
- Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta
secara hati-hati dan halus untuk menghindari terjadinya perforasi dan perdarahan.
- Lakukan transfusi darah apabila diperlukan.
- Beri antibiotika profilaksis (ampisilin 2g IV/oral + metronidazol 1g supositoria /
oral)
- Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok neurogenik.
Plasenta inkarserata 8,20
2.1.8 Pencegahan
1. Pencegahan Perdarahan Postpartum
Langkah-langkah pencegahan perdarahan postpartum antara lain:16
a) Perawatan masa kehamilan
Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasus yang
disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak saja
dilakukan sewaktu bersalin, tetapi sudah dimulai sejak ibu hamil. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan ibu hamil untuk mencegah perdarahan postpartum
selama masa kehamilan antara lain:16
1. Meminimalkan faktor risiko dengan melakukan antenatal care yang
baik, yaitu minimal satu kali selama trimester pertama, satu kali selama
trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga.
2. Mencegah obesitas dan mengurangi kadar kolesterol
Kadar kolesterol tinggi dapat mengganggu kemampuan
rahim untuk berkontraksi secara efisien. Demikian pula, obesitas
dapat menyebabkan kontraktilitas uterus melemah. Wanita gemuk
yang melahirkan normal per vaginam mengalami peningkatan risiko
tahap pertama / kala I yang berkepanjangan saat persalinan dan
kehilangan darah yang berlebihan. Kontraksi jaringan otot rahim dari
wanita gemuk kurang kuat dan frekuensi kontraksipun kurang efektif
karena kadar kalsium dalam tubuhnya lebih sedikit dibanding dengan
wanita hamil yang berat badannya normal.
3. Mengoptimalkan kadar kalsium pada ibu hamil
Rahim (seperti semua otot) tidak bisa berkontraksi dengan baik
dan benar tanpa kalsium. Kalsium dan magnesium harus tetap berada
dalam level yang seimbang pada wanita hamil dan melahirkan. Terlalu
sedikit magnesium dapat menyebabkan persalinan prematur, tetapi ibu
bersalin yang mengalami pre eklamsia yang diberikan dosis
magnesium yang tinggi melalui intravena dapat mengalami perdarahan
postpartum yang berlebihan jika mereka tidak diberikan kalsium untuk
menetralkan efek santai pada otot rahim akibat magnesium. Cara
sederhana yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penyerapan
kalsium antara lain:
a. Olahraga yang cukup dan teratur
b. Mendapatkan cukup vitamin D melalui paparan sinar matahari
atau konsumsi suplemen yang aman
4. Meningkatkan konsumsi makanan dan minuman yang banyak
mengandung vitamin K selama minggu-minggu terakhir kehamilan
Sama seperti kalsium yang sangat berguna untuk mencegah
kehilangan darah yang berlebihan, vitamin K pun juga memunyai
peranan yang sangat penting dalam hal perdarahan. Vitamin K
merupakan anti koagulasi dan perannya yang penting dalam
menjaga kemampuan pembekuan darah pada tingkat yang tepat
Gejala rendahnya kadar vitamin K termasuk anemia dan perdarahan.
Untuk alasan ini, banyak yang merekomendasikan suplemen
vitamin K selama minggu-minggu terakhir kehamilan. Mereka
memahami bahwa meningkatkan kadar vitamin K dapat membantu
mencegah perdarahan. Semakin tingginya tingkat vitamin K juga akan
menguntungkan bayi dan meningkatkan kandungan vitamin K dari
kolostrum ibu, sehingga secara alami mengurangi risiko bayi
mengalami perdarahan akibat vitamin defisiensi K. Beberapa
sumber makanan yang sangat baik dari vitamin K antara lain kangkung
dan bayam
b) Persiapan persalinan
Pencegahan perdarahan post partum saat sebelum persalinan dapat
dilakukan dapat dilakukan dengan:16,26
1. Persiapan kesehatan ibu jangan terlalu lelah agar persalinan dapat
berlangsung lancar. Seorang ibu hamil sebaiknya sungguh-sungguh
mempersiapakan kesehatan fisiknya menjelang saat persalinan. Istirahat
yang cukup akan sangat membantu. Pada saat proses persalinan
dibutuhkan waktu yang tidak singkat, ada proses demi proses dan
tahapan persalinan. Bila seorang ibu kelelahan selama persalinan,
kondisi tubuhnya tidak sehat, maka akan mempengaruhi kontraksi dari
rahim, Hal ini akan mengakibatkan terjadinya perdarahan.
2. Periksa kadar Hb, golongan darah, dan bila memungkinkan sediakan
donor darah dan dititipkan di bank darah. Pemasangan kateter intravena
dengan lubang yang besar untuk persiapan apabila diperlukan transfusi.
Untuk pasien dengan anemia berat sebaiknya langsung dilakukan
transfusi. Sangat dianjurkan pada pasien dengan resiko perdarahan
postpartum untuk menabung darahnya sendiri dan digunakan saat
persalinan.
c) Persalinan
Pencegahan perdarahan post partum saat persalinan dapat dilakukan dapat
dilakukan dengan:16
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan baik bidan atau dokter
2. Setelah bayi lahir, lakukan massase uterus dengan arah gerakan sirkular
atau maju mundur sampai uterus menjadi keras dan berkontraksi dengan
baik. Massase yang berlebihan atau terlalu keras terhadap uterus
sebelum, selama, ataupun sesudah lahirnya plasenta bisa mengganggu
kontraksi normal miometrium dan bahkan mempercepat kontraksi akan
menyebabkan kehilangan darah yang berlebihan dan memicu terjadinya
perdarahan postpartum.
3. Segera menyusui bayi setelah bayi lahir agar membantu kontraksi rahim
( proses mengecilnya kembali rahim ibu secara alami ). Hisapan bayi pada
puting susu ibu akan merangsang keluarnya hormon oksitosin yang
membantu mencegah terjadinya perdarahan.
2.1.9 Komplikasi
Perdarahan post partum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan :12
1. Syok hemoragik
Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan menurunnya
kesadaran akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan gangguan
sirkulasi darah ke seluruh tubuh dan dapat menyebabkan hipovolemia berat. Apabila
hal ini tidak ditangani dengan cepat dan tepat, maka akan menyebabkan kerusakan
atau nekrosis tubulus rebal dan selanjutnya merusak bagian korteks renal yang
dipenuhi 90% darah di ginjal. Bila hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan ibu
tidak terselamatkan.
2. Anemia
Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan
perubahan hemostasis dalam darah, termasuk hematokrit darah. Anemia dapat
berlanjut menjadi masalah apabila tidak ditangani.
2.1.10 Prognosis
Prognosis perdarahan postpartum biasanya baik, jika pengobatan yang
tepat diberikan kepada pasien. Prognosis juga tergantung pada penyebab dari
PPH, durasi perdarahan, jumlah kehilangan darah, kondisi komorbid pasien, dan
efektivitas pengobatanJika penanangan yang tepat lambat diberikan, komplikasi
dapat timbul. Apabila terlalu banyak perdarahan yang terjadi, mungkin berakibat
fatal bagi pasien.27
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR………………………………………………………………...….iii
DAFTAR ISI…………………………….……………………………………………….iv
2.1.9 Komplikasi........................................................................................................ 32
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..33