Вы находитесь на странице: 1из 5

TUGAS

ESTETIKA MAMPATEI METU


PADA PROSES TABUH DALAM UPACARA TIWAH

Oleh

SINTA PURNAMA SARI


MPA18 102 005

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA HINDU

INSTITUT AGAMA HINDU NEGERI

TAMPUNG PENYANG (IAHN-TP)

PALANGKA RAYA

2018
I. Pendahuluan

Kematian bagi masyarakat Dayak Ngaju khususnya yang menganut

agama Hindu Kaharingan adalah sebuah bagian dari perjalanan kehidupan

manusia di dunia, sebagaimana siklus kehidupan manusia dari lahir, hidup, dan

mati yang senantiasa dilakukan sebuah upacara ritual sebagai simbol

penghargaan dan penghormatan atas kehidupan setiap manusia yang tidak lain

merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Pada masyarakat Dayak Ngaju yang

menganut agama Hindu Kaharingan, kematian merupakan jalan terakhir yang

ditempuh manusia agar dapat menyatu dengan Ranying Hatalla Langit sebagai

sang pencipta melalui sebuah ritual upacara yang disebut Tiwah.

Tiwah adalah upacara kematian tingkat akhir yang dilakukan

masyarakat Dayak Ngaju untuk mengantarkan liau (arwah) sanak saudara yang

telah meninggal dunia menuju Lewu Tatau. Tiwah yang sejatinya adalah sebuah

upacara kematian pada saat ini menjadi sebuah objek wisata kearifan lokal

masyarakat Dayak Ngaju yang ramai dikunjungi oleh wisatawan baik lokal

maupun mancanegara. Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa proses pada saat

pelaksanaan Tiwah, salah satunya yakni Tabuh. Tabuh merupakan rangkaian

upacara tiwah sebagai simbol penyucian liau (roh) yang ditiwahkan. Dalam

pelaksanaan Tabuh terdapat sebuah rangkaian kegiatan yang menjadi objek

tontonan bagi masyarakat yang ikut manyaksikan jalannya upacara tiwah, yaitu

Mampatei Metu.

Mampatei Metu pada saat pelaksanaan Tabuh sering diartikan sebagai

penyiksaan terhadap hewan oleh sebagian masyarakat yang ikut menyaksikan

jalannya upacara Tiwah, karena proses Mampatei Metu dilakukan dengan cara
menombakkan hewan yang menjadi korban dalam upacara Tiwah. Akan tetapi

bagi masyarakat Dayak Ngaju penombakan hewan korban pada saat Tabuh

memiliki pemaknaan tersendiri, sehingga cara membunuh hewan yang menjadi

korban pada saat pelaksanaan Tiwah harus ditombak.

Berkaitan dengan uraian di atas maka penulis tertarik untuk membuat

sebuah tulisan yang dapat menggambarkan pelaksanaan Mampatei Metu dalam

Tabuh pada saat pelaksanaan Tiwah jika dilihat dari sisi estetika Hindu, sehingga

pemaknaan yang salah terhadap penombakan hewan korban sebagai sebuah

penyiksaan dapat diubah dalam tulisan ini.

II. Pembahasan

Tabuh adalah proses inti dari pelaksanaan upacara tiwah, sekaligus

sebagai simbol penyucian liau (roh manusia yang sudah meninggal) yang

dilakukan dalam beberapa tahapan yakni Tabuh I, Tabuh II, dan Tabuh III. Dalam

pelaksanaan tabuh terdapat proses Mampatei Metu atau proses membunuh hewan

korban, namun sebelum melakukan proses Mampatei Metu terlebih dahulu

keluarga dari liau (roh) yang ditiwahkan melakukan tarian Kanjan atau

Menganjan yang merupakan tarian sakral bagi umat Hindu Kaharingan sebelum

dan sesudah melakukan penombakan kepada hewan korban pada saat upacara

Tiwah.

Pada saat tabuh hewan yang akan dikorbankan terdiri dari beberapa

macam hewan seperti ayam, babi, sapi atau kerbau. Ayam dan babi biasanya akan

diikat dan diletakkan di dekat Sangkairaya, akan tetapi sapi dan kerbau diikat

pada sebuah tiang yang sebut dengan Sapundu. Pelaksanaan Mampatei Metu atau

membunuh hewan korban pada saat Tabuh memiliki cara yang sedikit berbeda
dengan cara membunuh hewan korban pada umumnya khususnya pada saat

membunuh sapi atau kerbau, karena pada saat Tabuh sapi atau kerbau dibunuh

menggunakan tombak dengan cara menombakkan langsung kepada hewan

tersebut, sehingga penombakan hewan korban ini menjadi salah satu pusat

perhatian masyarakat saat pelaksanaan upacara tiwah. Jika dilihat secara subjektif

membunuh hewan dengan cara ditombak adalah sebuah penyiksaan terhadap

hewan itu sendiri, akan tetapi jika dilihat secara objektif membunuh hewan korban

dengan cara ditombak akan terlihat sebuah makna tersendiri bagi upacara tiwah.

Demikian pula di dalam agama Hindu yang memandang setiap upacara

memiliki suatu keindahan di dalamnya. Oleh sebab itu bagi umat Hindu

Kaharingan membunuh hewan korban dengan cara ditombak memiliki suatu nilai

estetika atau keindahan bagi upacara tersebut. Keindahan atau estetika dalam

konsep Hindu tidak bisa hanya dinilai secara subjektif tetapi haruslah dinilai

secara objektif atau menilai suatu keindahan berdasarkan komposisi dan unsur-

unsur pembentuk karya yang dilihatnya. Berdasarkan hal tersebut, maka

penombakan hewan korban yang terdapat pada Tabuh memiliki nilai keindahan

yang dapat dilihat dari konsep estetika Hindu yang mengarah pada kesucian,

kebenaran, dan keseimbangan.

Pada konsep kesucian penombakan hewan korban menyakut nilai-nilai

spiritual, dimana umat Hindu Kaharingan sangat mempercayai bahwa saat

menombak hewan korban darah hewan yang mengalir tersebut diyakini dapat

menyucikan roh atau arwah orang yang ditiwahkan.

Pada konsep kebenaran, hewan yang dikorbankan pada saat tabuh

merupakan bentuk dari ketulusan dan kesungguhan sekaligus penghormatan yang


diberikan oleh keluarga kepada liau (arwah) yang ditiwahkan karena hewan

tersebut diyakini berfungsi sebagai media pengantar untuk mengiringi perjalanan

liau (arwah) menuju lewu tatau (sorga).

Sedangkan pada konsep keseimbangan, pelaksanaan tabuh merupakan

simbol pelunasan hutang keluarga kepada liau (arwah) yang ditiwahkan sehingga

terjadi sebuah pelepasan ikatan antara manusia dengan liau (arwah) yang

mewujudkan keharmonisan di dalam kehidupan. Sedangkan untuk menjaga

keseimbangan manusia dengan alam semesta tercipta melalui darah hewan yang

dikorbankan sebagai sarana untuk membersihkan pali atau sial yang disebabkan

oleh adanya kematian.

Вам также может понравиться

  • DAPUS
    DAPUS
    Документ1 страница
    DAPUS
    Rima Damayanti
    Оценок пока нет
  • DAPUS
    DAPUS
    Документ1 страница
    DAPUS
    Rima Damayanti
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ1 страница
    Daftar Pustaka
    Rima Damayanti
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ1 страница
    Daftar Pustaka
    Rima Damayanti
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ1 страница
    Daftar Isi
    Rima Damayanti
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ1 страница
    Daftar Pustaka
    Rima Damayanti
    Оценок пока нет
  • DAPUS
    DAPUS
    Документ1 страница
    DAPUS
    Rima Damayanti
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ2 страницы
    Daftar Isi
    Rima Damayanti
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ1 страница
    Daftar Pustaka
    Rima Damayanti
    Оценок пока нет