Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh
PALANGKA RAYA
2018
I. Pendahuluan
manusia di dunia, sebagaimana siklus kehidupan manusia dari lahir, hidup, dan
penghargaan dan penghormatan atas kehidupan setiap manusia yang tidak lain
merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Pada masyarakat Dayak Ngaju yang
ditempuh manusia agar dapat menyatu dengan Ranying Hatalla Langit sebagai
masyarakat Dayak Ngaju untuk mengantarkan liau (arwah) sanak saudara yang
telah meninggal dunia menuju Lewu Tatau. Tiwah yang sejatinya adalah sebuah
upacara kematian pada saat ini menjadi sebuah objek wisata kearifan lokal
masyarakat Dayak Ngaju yang ramai dikunjungi oleh wisatawan baik lokal
upacara tiwah sebagai simbol penyucian liau (roh) yang ditiwahkan. Dalam
tontonan bagi masyarakat yang ikut manyaksikan jalannya upacara tiwah, yaitu
Mampatei Metu.
jalannya upacara Tiwah, karena proses Mampatei Metu dilakukan dengan cara
menombakkan hewan yang menjadi korban dalam upacara Tiwah. Akan tetapi
bagi masyarakat Dayak Ngaju penombakan hewan korban pada saat Tabuh
Tabuh pada saat pelaksanaan Tiwah jika dilihat dari sisi estetika Hindu, sehingga
II. Pembahasan
sebagai simbol penyucian liau (roh manusia yang sudah meninggal) yang
dilakukan dalam beberapa tahapan yakni Tabuh I, Tabuh II, dan Tabuh III. Dalam
pelaksanaan tabuh terdapat proses Mampatei Metu atau proses membunuh hewan
keluarga dari liau (roh) yang ditiwahkan melakukan tarian Kanjan atau
Menganjan yang merupakan tarian sakral bagi umat Hindu Kaharingan sebelum
dan sesudah melakukan penombakan kepada hewan korban pada saat upacara
Tiwah.
Pada saat tabuh hewan yang akan dikorbankan terdiri dari beberapa
macam hewan seperti ayam, babi, sapi atau kerbau. Ayam dan babi biasanya akan
diikat dan diletakkan di dekat Sangkairaya, akan tetapi sapi dan kerbau diikat
pada sebuah tiang yang sebut dengan Sapundu. Pelaksanaan Mampatei Metu atau
membunuh hewan korban pada saat Tabuh memiliki cara yang sedikit berbeda
dengan cara membunuh hewan korban pada umumnya khususnya pada saat
membunuh sapi atau kerbau, karena pada saat Tabuh sapi atau kerbau dibunuh
tersebut, sehingga penombakan hewan korban ini menjadi salah satu pusat
perhatian masyarakat saat pelaksanaan upacara tiwah. Jika dilihat secara subjektif
hewan itu sendiri, akan tetapi jika dilihat secara objektif membunuh hewan korban
dengan cara ditombak akan terlihat sebuah makna tersendiri bagi upacara tiwah.
memiliki suatu keindahan di dalamnya. Oleh sebab itu bagi umat Hindu
Kaharingan membunuh hewan korban dengan cara ditombak memiliki suatu nilai
estetika atau keindahan bagi upacara tersebut. Keindahan atau estetika dalam
konsep Hindu tidak bisa hanya dinilai secara subjektif tetapi haruslah dinilai
secara objektif atau menilai suatu keindahan berdasarkan komposisi dan unsur-
penombakan hewan korban yang terdapat pada Tabuh memiliki nilai keindahan
yang dapat dilihat dari konsep estetika Hindu yang mengarah pada kesucian,
menombak hewan korban darah hewan yang mengalir tersebut diyakini dapat
simbol pelunasan hutang keluarga kepada liau (arwah) yang ditiwahkan sehingga
terjadi sebuah pelepasan ikatan antara manusia dengan liau (arwah) yang
keseimbangan manusia dengan alam semesta tercipta melalui darah hewan yang
dikorbankan sebagai sarana untuk membersihkan pali atau sial yang disebabkan