Вы находитесь на странице: 1из 5

BioSMART ISSN: 1411-321X

Volume 6, Nomor 1 April 2004


Halaman: 10-14.

Identifikasi Jenis Khamir yang Diisolasi dari Tanah Gambut Taman Nasional
Bukit Duabelas, Jambi
Identification of yeasts isolated from peat soil Bukit Duabelas National Park, Jambi

ATIT KANTI
Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Bogor 16122.

Diterima: 23 Oktober 2003. Disetujui: 15 Desember 2003.

ABSTRACT

Exploration and identification of yeasts are the main tools to study about the diversity of tropical microflora. Microorganism of tropical
peat soil is unique. Yeast that grows in the peat soils has ability to adapt with acid soil rich in high organic substances. Peats yeasts were
quite heterogeneous. About eight strains were successfully isolated from peat soil. They were taxonomically divided into two major
groups, namely imperfect ascomycetous and imperfect basidiomycetous yeasts. Specifically on the basis of its morphological and
physiological characters, all isolates can be divided into three groups. Of the 8 isolates three isolates were included in Group I and
identified as Candida tropicalis, two in Group II as Candida blankii, and three in Group III identified into genus level as Cryptococcus
sp. Physiological diversity and enzymatic characteristics of those isolates are important characters to explore the ecological role of yeast
in peat ecosystem.

Key words: yeast, peat soil, Taman Nasional Bukit Duabelas.

PENDAHULUAN beberapa peneliti sebelumnya yang telah mengisolasi


khamir dari berbagai variasi tipe ekosistem tanah, seperti
Taman Nasional Bukit Dua Belas merupakan salah satu daerah Antartika, gurun, dan hutan subtropika (Phaff dan
kawasan konservasi di wilayah Propinsi Jambi yang Starmer, 1987). Akan tetapi belum banyak peneliti yang
mempunyai luas sekitar 60.500 ha, serta diyakini melaporkan tentang keragaman khamir yang hidup pada
mempunyai keragaman flora dan fauna yang tinggi. tanah di daerah hutan tropis, terutama tipe ekosistem
Walaupun belum ada justifikasi ilmiah yang khusus seperti ekosistem lahan gambut (Spencer dan
menghubungkan antara keragaman flora, fauna dengan Spencer, 1997). Gambut merupakan ekosistem yang unik
mikroba, akan tetapi diyakini ada ketergantungan flora dan karena memiliki kandungan bahan organik dan keasaman
fauna terhadap mikroba. Salah satu ekosistem yang subur tinggi, serta ditandai dengan ketersediaan unsur hara
yang dapat menunjang kehidupan mikroba dengan baik nitrogen dan fosfat yang rendah. Untuk mengungkapkan
adalah tanah, karena memiliki senyawa organik yang keragaman khamir di alam, teknik isolasi dan identifikasi
merupakan akumulasi tanaman yang telah diuraikan dan khamir telah banyak dikembangkan oleh beberapa peneliti.
mineral yang memadai untuk keperluan pertumbuhan jasad Hal ini dapat memberikan harapan ditemukannya khamir
renik. Oleh karena itu tanah merupakan eksosistem yang jenis baru dan diyakini jumlah khamir di alam jauh lebih
subur untuk mikroorganisme tanah. Mikroorganisme yang tinggi dibandingkan dengan khamir yang telah diketahui
hidup di dalam tanah dapat menguraikan zat-zat organik selama ini (Kurtzman dan Jack, 1998).
yang kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana Di samping peran ekologi khamir yang menentukan
sehingga dapat digunakan oleh mahluk hidup lain seperti kecepatan dan arah proses degradasi senyawa organik di
tumbuhan dan hewan (Sutedjo et al., 1991). dalam tanah, khamir juga telah lama digu-nakan untuk
Khamir memiliki beberapa enzim penting seperti proses industri seperti pada pembuatan minuman
selulase, fosfatase, lipase, dan proteinase yang beralkohol, fermentasi tape, pembuatan makanan ternak,
menyebabkan khamir memegang peran yang penting dalam kosmetik, dan antibiotik (Tanaka et al., 1990 ; Ardhana dan
dekomposisi senyawa organik dan dapat digunakan untuk Fleet, 1989). Di samping itu, hasil penelitian yang
keperluan industri (Spencer dan Spencer, 1997). dilaporkan oleh Lansane et al., (1997) menunjukkan bahwa
Keragaman khamir tanah telah dilaporkan oleh khamir di masa depan dapat dikembangkan sebagai
“renewable resources”, beberapa jenis khamir mampu
memproduksi alkohol dari berbagai jenis karbohidrat yang
♥ Alamat korespondensi:
Jl. Ir. H. Juanda 18, Bogor 16122.
berbeda. Berbagai penemuan tersebut akan memacu
Tel.: +62-251-324006. Faks.: +62-251-325854 kegiatan eksplorasi khamir, terutama jenis-jenis khamir
e-mail: atitkanti@yahoo.com yang mempunyai potensi ekonomi.

 2004 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta


KANTI – Khamir tanah gambut TN Bukit Duabelas 11

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dianalisis berdasarkan Hawksworth (1995), serta karakte-
keragaman jenis khamir di tanah gambut dan mempelajari risasi fisiologi dan biokimia yang dianalisis berdasarkan
nilai penting dari isolat tersebut untuk keperluan konservasi Kurtzman dan Jack, (1998) dan Barnett et al. (2000).
mikroba. Dari penelitian ini diharapkan diperoleh data
keragaman khamir yang akan menjadi dasar untuk
menggali potensi ekologi dan ekonomi khamir di alam. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari tanah gambut Taman Nasional Bukit Duabelas,


BAHAN DAN METODE Jambi berhasil diisolasi 8 isolat khamir yang mendominasi
ekosistem tersebut. Karakteristik morfologi dari ke-8 isolat
Isolat khamir dan cara penyimpanan. Delapan isolat ditunjukkan pada Tabel 1. Tanah gambut merupakan suatu
khamir yang diisolasi dari ekosistem tanah gambut dan 3 ekosistem yang ekstrim, karena memiliki kandungan bahan
“strain type” digunakan sebagai biak acuan. Isolat-isolat organik, keasaman, kandungan air, dan porositas yang
tersebut disimpan pada yeast malt extract (YME) agar tinggi, miskin unsur hara, serta proses dekomposisi yang
dengan komposisi sebagai berikut: 2% agar (Difco lambat (Setiadi, 1999). Didasari oleh keadaan ekosistem
Laboratories, Detroit, MI, USA), 0,5% Bacto peptone yang unik tersebut, keberadaan khamir pada tanah gambut
(Difco Lab), 0,3% yeast extract (Difco Lab), 0,3% malt hanya didominasi oleh khamir-khamir yang mampu
extract (Difco Lab) dan 1% glukosa (Merck). Isolat yang beradaptasi dengan ekosistem yang mempunyai kandungan
telah murni disimpan pada media YME miring di suhu 4°C unsur hara nitrogen dan fosfat rendah, kecenderungan pH
dan disimpan pada 10% gliserol, pada suhu –80°C (Kirsop asam, serta kandungan bahan organik tinggi. Dibandingkan
dan Doyle, 1991). Khamir yang digunakan sebagai biak dengan bakteri dan jamur, khamir mampu tumbuh baik
acuan adalah Debaryomyces hansenii JCM 5912T, pada rentang pH yang lebih bervariasi, dan umumnya
Rhodotorula minuta TUA 0960T, dan Candida catenulata khamir lebih suka tumbuh pada kondisi asam (pH 4-4,5)
JCM 1604T. (Kurztman dan Jack, 1998).
Isolasi khamir. Untuk isolasi khamir yang berasal dari
tanah dan ekosistem sekitarnya digunakan teknik Tabel 1. Karakteristik morfologi khamir yang diisolasi dari tanah
pengkayaan media yang dilakukan melalui tiga tahap. Gambut, Jambi.
Tahap awal: media yang digunakan pada tahap ini
DBB,
yaitu media Cytophaga dengan komposisi sebagai berikut: Morfologi Ascospora,
No. Asal Dnase,
0,1% (NH4)2SO4, 0,1% MgSO4, 0,1% MnSO4, 0,1% sel basidiospora
Urease
glukosa, 0,1% yeast extract, 1% CMC dan 0,1% FeCl3 (pH 1 Tanah gambut 20 A subglobose - -
6,8). Sebanyak 10 g sampel tanah dimasukkan ke dalam 2 Tanah gambut 20 A subglobose - -
100 ml media Cytophaga dan dishaker selama 3 hari pada 3 Tanah gambut 20 A subglobose - -
suhu 30oC. 4 Tanah gambut 20 A ovoidal - -
Tahap kedua: media yang digunakan pada tahap ini 5 Tanah gambut 20 A ovoidal - -
yaitu media yeast nitrogen base (YNB) dengan komposisi 6 Tanah gambut 20 A spheroidal - +
sebagai berikut 0,17% YNB without amino acid and 7 Tanah gambut 20 A spheroidal - +
ammonium sulfat (Difco Lab), 0,5% ammonium sulfat dan 8 Tanah gambut 20 A spheroidal - +
10% glukosa (pH 6,8). Sebanyak 10 ml sampel dari tahap Keterangan: DBB = diazonium blue Salt B.
awal dimasukkan ke dalam medium YNB dengan
kandungan glukosa 10% dan dishaker selama 3 hari pada Populasi khamir di tanah lebih rendah dibanding-kan
suhu 30oC. Selanjutnya masuk ke dalam tahap ketiga. dengan populasi jamur (Atlas dan Bartha, 1993). Fenomena
Tahap ketiga: pada tahap ini metode dan media yang tersebut disebabkan oleh khamir tidak mampu
digunakan sama dengan yang dilakukan pada tahap kedua, mendapatkan substrat yang lebih bervariasi, dibandingkan
namun konsentrasi glukosa yang digunakan lebih tinggi dengan jamur yang mempunyai sifat morfologi yang unik,
yaitu sebesar 20%. Isolasi dilakukan dengan plate count yaitu mempunyai kemampuan membentuk hifa, sehingga
methods, dengan ulangan sebanyak tiga kali dan memungkinkan jamur dapat tumbuh dan masuk pada
menggunakan media Cytophaga. Kultivasi dari isolat permukaan tanah yang agak lunak. Hal ini mengakibatkan
dilakukan pada suhu 30oC selama 3 hari jamur dapat tumbuh menutupi permukaan tanah. Sifat yang
Pemurnian. Khamir yang telah didapat, dimurnikan tidak dimikili oleh khamir, mengakibatkan jumlah populasi
dengan cara menanam pada media YME agar (pH 6,8), khamir di tanah selalu lebih rendah jika dibandingkan
diikuti dengan inkubasi pada suhu 25oC selama 48 jam. dengan populasi jamur. Karena perbedaan sifat morfologi
Koloni yang terpisah dengan baik dipilih dan ditanam tersebut, maka pengembangan teknik isolasi khamir
kembali pada media yang sama sebanyak dua ulangan. merupakan tahapan yang paling menentukan untuk
Setelah berumur 2 hari, koloni yang didapat diamati keberhasilan mengungkapkan keragaman khamir di alam.
dengan menggunakan mikroskop untuk pengamatan Salah satu teknik isolasi yang dikembangkan oleh
morfologi. Wickerman (1951) yaitu dengan menggunakan media yang
Identifikasi khamir. Khamir yang telah diisolasi memiliki kadar glukosa tinggi sekitar 20%. Kadar gula
diidentifikasi berdasarkan beberapa karakter yang meliputi: yang tinggi digunakan untuk menghambat pertumbuhan
morfologi sel vegetatif dan reproduksi vegetatif yang jamur yang tidak tahan dengan tekanan osmotik tinggi.
12 B i o S M A R T Vol. 6, No. 1, April 2004, hal. 10-14

Karakteristik morfologi dari ke-8 isolat khamir arbutin dan xylitol. Pola assimilasi fisiologis yang hampir
ditunjukkan pada Tabel 1. Bentuk sel khamir ber-variasi sama dapat diamati pada isolat 3 yang mampu
dari bentuk subglobose (1, 2, 3), ovoidal (4, 5) dan menggunakan dengan baik beberapa sumber karbon untuk
spheroidal (6, 7, 8). Khamir juga mempunyai variasi proses assimilasinya. Kecuali untuk satu jenis sumber
bentuk sel seperti globose, oval, subglobose, ellipsoid, dan karbon melezitose. Isolat 4 dapat tumbuh dengan optimum
sausage (Hawksworth et al., 1995). Setelah 2 minggu pada beberapa sumber karbon di antaranya galaktosa,
diinkubasikan pada media YME agar, 8 isolat tidak maltosa, cellobiosa, L-arabinosa dan dan dulcitol (Tabel
membentuk pigmen, dan berwarna putih kekuningan. Hal 2.), kecuali pada melezitose isolat ini memberikan reaksi
ini ditunjang oleh penelitian yang dilaporkan oleh Spencer negatif.
dan Spencer (1997), bahwa hampir 90% khamir
mempunyai penampakan morfologi putih kekuningan. Tabel 2. Karakteristik fisiologi khamir yang diisolasi dari tanah
Pengamatan pembentukan ascospora dan basidiospora gambut, Jambi.
memperlihatkan bahwa ke-8 isolat tidak melakukan No. isolat 1 2 3 4 5 6 7 8
pembentukan ascospora dan basidio-spora selama proses
perkembangbiakannya, dan hanya melakukan Fermentasi
perkembangbiakan dengan tahapan aseksual. Ciri tersebut glucosa + + + + + - - -
menguatkan bahwa isolat khamir yang diteliti merupakan
anggota dari kelompok khamir imperfect, yaitu khamir Assimilasi
yang tidak melakukan perkembangbiakan secara seksual, glucosa + + + + + + + +
tetapi berkembang biak dengan cara aseksual, yaitu dengan galactosa + + + + + + + +
cara membentuk tunas (budding). L-sorbosa - + + + + + + +
Pengamatan siklus seksual khamir merupakan salah sucrosa - + + + + + + +
satu kunci identifikasi yang cukup penting dalam maltosa + + + + + - + +
membedakan khamir seksual dan aseksual, oleh sebab itu
cellobiosa + + + + + + + +
banyak media dan metode yang dikembangkan untuk
lactosa + + + + + + + +
merangsang pembentukan ascospora dan basidiospora.
Berdasarkan penelitian yang dikembangkan oleh Kawado mellibiosa + + + + + - + +
et al. (1992) kemampuan khamir untuk membentuk raffinosa + + + + + + + +
ascospora dapat hilang apabila khamir disimpan dalam melezitosa + + + - + + + +
waktu yang cukup lama. Kawado et al., (1992) telah inulin + + - + + + + +
berhasil mengembangkan media pembentukan spora yang strach + + + + + + + +
diperkaya dengan glutathione, dimana zat tersebut D-xylosa + + + + + + + +
berfungsi untuk merangsang aktivitas enzim glikolitik yang
L-arabinosa + + + + + + + +
berlanjut dengan meningkatnya sintesis glutathion thiol
ester pada khamir yang ditumbuhkan pada media tersebut. D-arabinosa + + + + - - - -
Berdasarkan uji Dnase, urease dan Diazonium Blue Salt D-ribosa - + + + + + + +
B (DBB), 8 isolat khamir dapat dibagi dalam 2 kelompok L-rhamnosa + + + + + + + +
yaitu kelompok I yang memberikan hasil negatif (1, 2, 3, 4, erytritol + + + + + + + +
dan 5), serta kelompok II yang memberikan hasil positif (6, ribitol - + + + + + + +
7, dan 8). Penelitian yang dilakukan oleh Kurtzman dan dulcitol + + + + + + + +
Jack (1998) dan Sugita et al. (1997) menyatakan bahwa
D-mannitol + + + + + - + +
adanya perbedaan stuktur dinding sel antara kelompok
khamir ascomycetes dan basidiomycetes menjadi penanda D-sorbitol + + + + + + + +
yang sangat membantu dalam proses identifikasi khamir methyl glucoside + + + + + + + +
dengan menggunakan uji DBB dan Dnase. Basidiomycetes 2-ketogluconocid + + + + + - - -
karena stuktur dinding selnya yang khas memberikan asam succinate + + + + + + + +
reaksi warna merah tua bila diuji dengan larutan buffer D-glucuronic + + + + + + + +
DBB. arbutin - - + + + + - +
Karakteristik fisiologis 8 isolat yang diteliti diper-
xylitol - - + + + + + +
lihatkan pada Tabel 2. Sebagian isolat mempunyai
kemampuan untuk memfermentasi glukosa sebagai salah asam citrate + + + + + + + +
satu sumber karbon yang diujikan kecuali isolat 6, 7, dan 8. nitrate - - - - - - - -
Isolat 1 dapat tumbuh secara optimal pada media yang nitrite - - - - + + + +
mengandung beberapa macam sumber karbon seperti L-lysine + + + + + + + +
galaktosa, sukrosa, maltosa, cellobiosa, dan laktosa. cadaverine + + + + + + + +
Sedangkan bila ditumbuhkan pada media yang glucosamine + - + + + + + +
mengandung L-sorbosa, D-ribosa, ribitol, arbutin dan
xylitol, isolat tersebut tidak dapat tumbuh secara optimal. Pertumbuhan pada:
Isolat 2, memberikan reaksi positif bila ditumbuhkan suhu 37oC + + + + + + + +
pada hampir semua jenis karbon yang diujikan kecuali pada suhu 40oC + + + + + + + +
KANTI – Khamir tanah gambut TN Bukit Duabelas 13

Isolat 5, 6, 7, dan 8 mempunyai kesamaan dalam Isolat dalam kelompok ini digolongkan ke dalam khamir
karakteriksasi fisiologi, yaitu kemampuan untuk tumbuh basidiomycetes yang dicirikan dengan reaksi positif pada
dengan baik pada media yang mengandung sumber karbon uji urease dan DBB. Berdasarkan hasil yang disajikan pada
raffinosa, melezitosa, D-xylosa, L-arabinosa, dan D- Tabel 2, diasumsikan bahwa isolat ini digolongkan dalam
arabinosa, tetapi keempat isolat tersebut tidak dapat khamir basidiomycetes aseksual dan diidentifikasi pada
melakukan proses assimilasi dengan menggunakan D- tingkat marga sebagai Cryptococcus sp. Cryptococcus
arabinosa sebagai salah satu sumber karbonnya. Fenomena merupakan salah satu marga khamir yang kerap diisolasi
yang menarik dari seluruh isolat yang diteliti adalah dari tanah, dan penelitian yang dilakukan oleh Nakase et al.
kemampuannya untuk mengasimilasi soluble starch (1996) dilaporkan bahwa Cryptococcus merupakan
sebagai salah satu sumber karbon. Karakterisasi asimilasi “cellulolytic yeasts” dan mempunyai kemampuan untuk
sumber nitrogen menunjukkan bahwa seluruh isolat tidak merombak sellulosa menjadi glukosa. Fenomena ini
dapat tumbuh dengan baik bila ditumbuhkan pada media menunjukkan bahwa khamir turut berperan dalam proses
dengan nitrat sebagai satu-satunya sumber nitrogen, perombakan senyawa-senyawa polimer di dalam tanah.
sebaliknya isolat 5, 6, 7, dan 8 dapat menggunakan nitrit Untuk mengungkapkan keragaman dan potensi khamir di
dalam proses assimilasinya. Seluruh isolat yang berhasil alam, beberapa peneliti mengisolasi khamir dari berbagai
diisolasi dapat tumbuh secara optimal pada beberapa macam sumber seperti daun, bunga, rumput, dan berhasil
sumber nitrogen lain yang diujikan, seperti L-lysine, mengungkapkan beberapa jenis khamir baru (Sugita et al.,
cadaverine, dan glucosamine. 1997; Gibas et al., 1998; Kurtzman, 2000, dan Buzzini dan
Berdasarkan sifat karakteristik fisiologis yang dimiliki Alexandro, 2000). Pada penelitian ini digunakan teknik
oleh isolat 1, 2, dan 3, maka isolat tersebut dapat isolasi khusus dengan melakukan isolasi bertahap dan
diidentifikasi pada tingkat marga sebagai Candida sp. digunakan untuk mengisolasi khamir yang mempunyai
Candida merupakan salah satu marga yang tidak kemampuan enzimatik sellulase dan fosfatase.
melakukan perkembangbiakan secara seksual selama siklus
hidupnya, kemampuan perkembanganbiakan ini dapat
diamati dengan adanya pembentukan ascospora atau KESIMPULAN
basidiospora (Nakase dan Matofumi, 1998).
Seperti dilaporkan oleh Hamamoto et al. (1998), Delapan isolat khamir yang diisolasi dari tanah Taman
Kurtzman dan Robnett (1998), dan Barnett et al. (2000) Nasional Bukit Duabelas Jambi, dapat digolongkan ke
yang menekankan bahwa pengamatan pembentukan dalam tiga kelompok besar berdasarkan karakteristik
ascospora dapat digunakan secara efektif untuk morfologi dan fisiologinya. Kelompok pertama terdiri dari
membedakan khamir yang melakukan siklus seksual dan 3 isolat (1, 2, dan 3) dan diidentifikasi sebagai Candida
yang tidak melakukan siklus seksual selama masa tropicalis. Kelompok kedua terdiri dari 2 isolat (4 dan 5)
perkembangbiakannya. Akan tetapi seringkali kemampuan dan diidentifikasi sebagai Candida blankii, kelompok
pembentukan ascospora tersebut mengalami penurunan terakhir digolongkan ke dalam khamir basidiomycetes dan
apabila khamir tersebut tidak hidup pada ekosistem diidentifikasi sampai pada tingkat marga sebagai
asalnya. Cryptococcus sp.
Dengan karakter fisiologis yang dimilikinya, isolat 1, 2
dan 3 dapat diidentifikasikan pada tingkat jenis sebagai
Candida tropicalis. Candida merupakan salah satu marga DAFTAR PUSTAKA
khamir yang paling besar dan sangat umum diisolasi dari
ekosistem tanah (Spencer dan Spencer, 1997, Lanchance Ardhana, M.M. and G.H. Fleet. 1989. The microbial ecology of tape ketan
fermentation. International Journal of Food Microbiology 9: 157-
dan Starmer, 1998, Buzzini dan Alexandro, 2000). 165.
Penelitian yang dilakukan oleh Phaff dan Starmer (1987) Atlas, R.M. and R. Bartha. 1993. Microbial Ecology, Fundamental and
mengemukakan bahwa terdapat beberapa kelompok khamir Application. Reading-Mass.: Addison Wesley.
yang secara tetap hidup di dalam tanah dan terdapat pula Barnett, J.A, R.W. Payne, and D. Yarrow. 2000. Yeasts Characteristics
and Identification. London: Cambridge University Press.
kelompok khamir yang hidup sementara dalam tanah. Buzzini, P and M. Alexandro. 2000. Biodiversity of killer activity in
Faktor yang mempengaruhi hal tersebut karena khamir yeasts isolated from the Brazilian rain forest. Canadian Journal of
yang hidup di tanah sangat tergantung kepada Microbiology 46: 607-611.
mikroorganisme lain yang berfungsi untuk melakukan Gibas C., T. Masako, S. Takashi, and N. Takashi. 1998. Three new
species of Kockovaella isolated from plants collected in the
perombakan senyawa-senyawa polimer di dalam tanah. Ogasawara Islands. Journal of General and Applied Microbiology 44:
Beberapa khamir yang hidup permanen dalam tanah di 11-18.
antaranya Schwanniomyces occidentalis, Candida sp., Hamamoto, M., K. Takashi, and N. Takashi. 1998. Fellomyces
Lipomyces tetrasporus, Cryptococcus sp. dan beberapa ogawarensis sp.nov. and Fellomyces distylii sp.nov., yeasts isolated
from a plant in Japan. International Journal of Systematic
jenis khamir yang termasuk ke dalam marga Rhodotorula Bacteriology 48: 287-293.
sp. (Spencer dan Spencer, 1997). Hawksworth, D.L., P.M. Kirk, B.C. Sutton, and D.N. Pegler. 1995.
Isolat 4 dan 5 berbeda pada beberapa karakter Ainsworth & Bisby’s Dictionary of the Fungi, 8 th edn. Wallingford-
fisiologis, akan tetapi mempunyai karakter fenotipe yang UK.: CAB International.
Kawado, A., T. Suizu, S. Imayasu, and T. Shigematsu. 1992. Highly
dekat dengan Candida blankii dan diidentifikasikan sebagai efficient sporulation induced by glutathione or glutathionethiol ester
jenis tersebut. Isolat 6, 7, dan 8 mempunyai karakter in sake and wild type yeast. Journal of Fermentation and
khusus yang menjadi pembeda dengan isolat yang lainnya. Bioengineering 104: 257-268.
14 B i o S M A R T Vol. 6, No. 1, April 2004, hal. 10-14

Kirsop, B.E. and A. Doyle. 1991. Maintenance of Microorganism and Nakase, T. and S. Matofumi. 1998. Biochemical studies in the yeast genus
Cultured Cells. A Manual of Laboratory Methods. New York: Candida. Cellular and Molecular Biology 30 (3): 291-301.
Academic Press, Limited. Phaff, H.J. and W.T. Starmer. 1987. Yeast associated with plants, insects
Kurtzman, C.P. and C.J. Robnett. 1998. Identification and phylogeny of and soil. In: Spencer, J.F.T. and D.M. Spencer (ed.). Yeasts in Natural
ascomycetous yeasts from analysis of nuclear large subunit (26S) and Artificial Habitats. Berlin: Springer Verlag.
ribosomal DNA partial sequences. Antonie van Leeuwenhoek 73: 331- Setiadi, B. 1999. Masalah dan Prospek Pemanfaatan Gambut. Jakarta:
371. Penerbit BPPT-HSF.
Kurtzman, C.P. and W.F. Jack. 1998. The Yeast A Taxonomic Study. New Spencer, J.F.T. and D.M. Spencer. 1997. Yeasts in Natural and Artificial
York: Elsivier. Habitats. Berlin: Springer Verlag.
Kurtzman, C.P. 2000. Three new ascomycetous yeasts from insect- Sugita, T., T. Masako, H. Makiko, B. Paipan, and N. Takashi. 1997.
associated arboreal habitats. Canadian Journal of Microbiology 46: Bensingtonia sakaguchii sp.nov. isolated from a leaf of Bischofia
50-58. javanica in the Ogawara Islands. The Journal of General and Applied
Lanchance, A. and W.T. Starmer. 1998. Yeasts and Ecology. New York: Microbiology 43: 231-235.
Marcel Dekker. Sutedjo, M.M., A.G. Kartasapoetra, dan Sastroatmojo. 1991. Mikrobiologi
Lansane, B.K., G. Vijayalakshi, M.M. Krishnaiah. 1997. Yeast and Tanah. Jakarta: Rineka Cipta.
energy; The production of fuel-grade ethanol. In: Spencer, J.F.T. and Tanaka, T., M.T. Suzuki, N. Takashi, W. Daengsubha, M. Chaowsangket,
D.M. Spencer. (ed.). Yeasts in Natural and Artificial Habitats. Berlin: P. Suyanandana, M. Watanabe, K. Ohno, T. Murayama, H. Iino, and
Springer Verlag. M. Kozaki. 1990. Amylolytic Yeasts of Indonesian Koji-cake; Ragi.
Nakase, T., S. Matofumi, H. Makiko, T. Masako, H. Takushi, and F. Tokyo: Report in graduation work at Showa Women’s University.
Sakuzo. 1996. A taxonomic study on cellulolytic yeasts and yeast-like Wickerman, L.J. 1951. Taxonomy of Yeasts. Technical Bulletine No. 1029.
microorganisms isolated in Japan. II. The Genus Cryptococcus. Washington, D.C.: U.S. Department of Agriculture.
Journal of General and Applied Microbiology 42: 7-15.

Вам также может понравиться