Вы находитесь на странице: 1из 78

PENGARUH RASIO HUTANG, INTENSITAS ASET TETAP, INTENSITAS

PERSEDIAAN, DAN FASILITAS PERPAJAKAN TERHADAP TARIF


PAJAK EFEKTIF PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUBSEKTOR
INDUSTRI DASAR DAN KIMIA YANG TERCATAT DI
BURSA EFEK INDONESIA PADA
PERIODE 2014-2016

Oleh
Kevin Surya
2012 – 012 – 408

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Syarat-Syarat
Dalam Mencapai Gelar Sarjana Akuntansi
Program Studi Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JAKARTA

2018
















DAFTAR ISI

Daftar Isi……………………………………………..……………………………..V
Daftar Tabel…………………………………………..…………………………..VII
Daftar Gambar………………………………………..………………………….VIII
Daftar Rumus……………………………………………………………………..IX
Kata Pengantar..………………………………………………………………......X
Abstrak…………………………………………………..…………………….....XIII
Bab I Pendahuluan……………………………………...………………………...1
1.1 Latar Belakang Masalah…………………...………………………..1
1.2 Rumusan Masalah…………………………..………………………6
1.3 Tujuan Penelitian……………………………...……………………..7
1.4 Manfaat Penelitian……………………………...……………………7
1.5 Sistematikan Penelitian…………………………..…………………8
Bab II Landasan Teoretis………………………………………..……………...10
2.1 Kajian Teoretis……………………………………………..……….10
2.1.1 Teori Agensi………………………………………..……...10
2.1.2 Pajak…………….…………………………………...…….10
2.1.3 Manajemen Pajak…………………………………….…...14
2.1.4 Tingkat utang Perusahaan…………………...…………..19
2.1.5 Intensitas Aset Tetap………….………………………..…21
2.1.6 Intensitas Persediaan………………………………….....22
2.1.7 Fasilitas Perpajakan……………………………………....25
2.2 Tinjauan Pustaka………………………….……………………..…26
2.3 Model Penelitian…………………………...……………………….29
2.4 Hipotesis Penelitian………………………..………………………29
2.4.1 Pengaruh Rasio Utang Terhadap Tarif Pajak Efektif....29
2.4.2 Pengaruh Intensitas Aset Tetap Terhadap Tarif Pajak
Efektif……………………………………………………….30
2.4.3 Pengaruh Intensitas Persediaan Terhadap Tarif Pajak
Efektif……………………………………………………….30
2.4.4 Pengaruh Fasilitas Perpajakan Terhadap Tarif Pajak
Efektif……………………………………………………….31
Bab III Metode Penelitian………………………………..…………………...…32
3.1 Definisi Operasional Variabel……………..……………………..34
3.2 Metode Pengumpulan Data………………..…………………….35
3.2.1 Jenis dan Sumber Data…………………………………..35
3.2.2 Populasi dan Sampel……………………………………..36
3.3 Metode Analisis Data………………………..……………………37
3.3.1 Uji Asumsi Klasik…………………………………………..37
3.3.2 Analisis Regresi Linear Berganda……………………….41
3.4 Uji Hipotesis…………………………………..………………...…42
3.4.1 Uji Statistik F…………………………………………….…42
3.4.2 Uji Koefisien Determinasi…………………………………43
3.5 Uji Statistik t……………………………………………………..…43

Bab IV Analisis Data dan Pembahasan…………………..………….……….44


4.1 Gambaran Umum Data Penelitian……………...……………….44
4.2 Statistik Deskriptif…………………………………...………….…44
4.3 Uji Asumsi Klasik……………………………………...…………..46
4.3.1 Uji Normalitas……………………………………………...47
4.3.2 Uji Multikolinearitas………………………………………..48
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas……………………………………49
4.3.4 Uji Autokorelasi……………………………………………49
4.4 Hasil Uji Hipotesis……………………………………..….……….50
4.4.1 Uji Koefisien Determinasi…………………………………50
4.4.2 Hasil Uji Statistik F…………………………………………51
4.5 Hasil Uji Statistik t……………………………………...….………51
4.6 Pembahasan………………………………………………………52
4.6.1 Pengaruh Rasio Utang Terhadap Tarif Pajak Efektif…..52
4.6.2 Pengaruh Intensitas Aset Tetap Terhadap Tarif Pajak
Efektif……………………………………………………….52
4.6.3 Pengaruh Intensitas Persediaan Terhadap Tarif Pajak
Efektif..……………………………………………………..53
4.6.4 Pengaruh Fasilitas Perpajakan Terhadap Tarif Pajak
Efektif……………………………………………………….54
Bab V Simpulan dan Saran……………………………………….……...……..55
5.1 Simpulan……………………………………………………..…….55
5.2 Keterbatasan Penelitian……………………………………..…...56
5.3 Saran…………………………………………………………….....57
Lampiran………………………………………………………..…………….......58
Daftar Rujukan…………………………………………………...…...………….62

VI

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penerimaan Pajak Dalam Negeri dan Perdagangan Internasional


2013-2016 (dalam miliaran rupiah)……………………….….……..2
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif………………………………………………...…45
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Metode Kolmogorov-Smirnov….....47
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearita..………..............................................…48
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi..……………….……………………………..49
Tabel 4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi………………………...…………..50
Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik F………………………………………..………....51
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik t……….………………………..……………..…..51

VII

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Kerangka Penelitian……………………………………...29


Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan P-Plot…………….……………….47
Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot……………..49

VIII

DAFTAR RUMUS

3.1 Rasio Utang………………………...……………………………………...33


3.2 Intensitas Aset Tetap……….…………….……………………………….33
3.3 Intensitas Persediaan……………………………………………………..34
3.4 Tarif Pajak Efektif………………………………………………………….35

IX

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,

rahmat dan segala karunia yang diberikan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik, guna mencapai gelar

Sarjana Ekonomi di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tentunya tidak

terlepas dari bantuan banyak pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan

rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Wirawan B. Ilyas, M.Si.,Ak.,M.H.,CPA. selaku

Pembimbing Skripsi yang selalu memberikan dukungan dan

pengarahan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 


2. Dr. Petrus Ridaryanto, M.Si., CPA selaku Ketua Program Studi

Ekonomi Akuntansi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

3. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi Akuntansi Unika

AtmaJaya atas ilmu, bimbingan, serta pelayanan yang bermanfaat

bagi penulis.

4. Untuk Ayah, Alm. Ibu, adik penulis serta keluarga besar penulis

yang selama ini memberi dukungan dengan penuh kasih sayang

dalam mendukung proses belajar mengajar dalam awal perkuliahan

hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ibu Lilis Simanjuntak selaku mentor penulis yang terus memberikan

dukungan dan motivasi dari awal perkuliahan hingga akhir.

6. Teman-teman penulis dari awal perkuliahan Daging, Carolus,

Paima, Amel, Helen, Lydia, Nado, Agnes, Gedal, Sadrakh, Ferrow,

dan semua teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu.

7. Teman-teman seperjuangan skripsi Ralph, Dika, Caca, Andre,

Dave, dan Jaja yang berjuang selama masa akhir kuliah hingga

penulisan skripsi ini selesai.

8. Teman-teman UKM UCMJ, Pastoran Atma Jaya, serta UKM ECC

yang selama ini memberikan dukungan selama masa perkuliahan

hingga akhirnya skripsi ini selesai.

9. Sahabat-sahabat SMA penulis, yakni Andik, Yoga, Marshall, Tjiam,

Hans, Hansel, dan Edo.

10. Seluruh rekan-rekan sesama guru di Gading Music School yang

memberikan motivasi dan semangat hingga pada akhirnya dapat

menyelesaikan proses akhir kuliah dan pengerjaan skripsi ini hingga

selesai.

11. Untuk Mas Beben Jazz serta seluruh sahabat dan teman-teman di

Komunitas Jazz Kemayoran yang senantiasa memberikan

dukungan kepada penulis hingga akhirnya dapat menyelesaikan

kuliah S1 ini.

12. Semua sahabat serta teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu

persatu hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan perkuliahan

ini dari awal hingga akhir.

XI

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belumlah sempurna, namun

penulis berharap agar penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak

yang membutuhkan di kemudian hari.

Jakarta, 30 Juli 2018

Kevin Surya

XII

ABSTRAK

Manajemen Pajak bertujuan untuk memperkecil beban pajak penghasilan,

namun tetap harus bisa mengikuti peraturan perpajakan yang berlaku

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa pengaruh rasio utang, intensitas

aset tetap, intensitas persediaan, intensitas aset tetap, dan fasilitas

perpajakan terhadap tarif pajak efektif perusahaan manufaktur sub sektor

industri dasar dan kimia. Dari jumlah populasi sebanyak 68 perusahaan,

didapat sample sebanyak 20 perusahaan.

Pengujian data yang diolah dalam skripsi ini diolah dengan

menggunakan software SPSS 22 melalui studi empiris. Hasil dari penelitian ini

antara lain, yakni rasio utang berpengaruh positif terhadap tariff pajak efektif,

serta Intensitas aset tetap, Intensitas persediaan, dan fasilitas perpajakan

tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.

Kata Kunci: manajemen pajak, rasio utang, intensitas persediaan,

intensitas aset tetap, fasilitas perpajakan, tarif pajak efektif, tax planing

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

( Dr. H. Wirawan Bermawi Ilyas, S.E., Ak., M.Si.)

XIII
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Untuk menjalankan fungsi pemerintahan dan pembangunan, negara

memerlukan dana yang sangat besar. Untuk itu, pemerintah perlu untuk

mendapatkan penerimaan dari berbagai macam sektor. Penerimaan negara

dari devisa yang berasal dari ekspor dan bantuan luar negeri masih belum

cukup untuk dapat membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangungan.

Hal ini membuat pemerintah harus mempertimbangkan cara lain untuk

memperoleh sumber-sumber dana yang lain, khususnya sumber dana yang

memang berasal dari bangsa itu sendiri baik dari hasil kekayaan alam maupun

dari pajak yang dihimpun dari masyarakat. Pajak dinilai sebagai wujud

kemandirian masyarakat dalam menjalankan kewajiban dan peran serta

dalam kegiatan pemerintahan dan pembangunan.

Dana yang dipungut dari masyarakat harus diatur oleh peraturan

perundang-undangan. Hal ini ini disebabkan karena pungutan yang tidak

diatur dalam peraturan UU dapat digolongkan sebagai perampokan, seperti

yang sudah lazim kita dengarkan: without law tax is robbery. Dasar hukum

yang mendasari bahwa pajak dipungut berdasarkan undang-undang sesuai

dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang berbunyi "pajak dan

pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam

undang-undang”.

1
2

Dalam perkebambangannya, kontribusi penerimaan negara yang

berasal dari pajak dalam negeri diharapkan mengalami peningkatan dari tahun

ke tahun. Harapan ini tumbuh karena adanya keinginan pemerintah untuk bisa

meningkatkan kemandirian bangsa Indonesia dalam membiayai

pembangunan dan kegiatan pemerintahan melalui partisipasi aktif masyarakat

berupa pajak. Perkembangan kontribusi penerimaan pajak terhadap

penerimaan dalam negeri dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1
Penerimaan Pajak Dalam Negeri dan Perdagangan Internasional 2013-2016
(dalam miliaran rupiah)

URAIAN 2013 2014 2015 2016

PPh 506,442.80 546,180.90 602,308.13 855,842.70

PPN 384,713.50 409,181.60 423,710.82 474.235,30

PBB 25,304.60 23 476,20 29 250,05 17 710,60

Cukai 108,452.00 118,085.50 144,641.30 148,091.20

Pajak Lainnya 4,937.10 6,293.40 5,568.30 7,414.90

Bea Masuk 31,621.30 32,319.10 31,212.82 33,371.50

Pajak Ekspor 15,835.40 11,329.00 3,727.15 2,500.00

Sumber: www.bps.go.id, 24 November 2016

Pajak Penghasilan yang merupakan salah satu jenis pajak yang ada di

Indonesia merupakan sumber penerimaan Negara yang diatur dalam Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga

atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Pajak

Penghasilan dikenakan kepada orang pribadi atau perseorangan dan badan


3

yang berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama

satu tahun pajak.

Perusahaan merupakan salah satu subjek pajak penghasilan, yaitu

subjek pajak badan. Menurut Mardiasmo (2011) subjek pajak badan terdiri dari

perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMN/BUMD

dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,

persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial

politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk

kontrak invesatasi kolektif.

Besarnya pajak penghasilan yang diterima oleh perusahaan

bergantung pada penghasilannya, semakin besar penghasilan maka semakin

besar pajak yang dikenakan. Perusahaan dalam penghitungan pajaknya

menggunakan dasar penghasilan kena pajak dan tarif yang berlaku sesuai

dengan Undang- Undang No. 36 Tahun 2008. Undang-Undang No. 36 Tahun

2008 pasal 6 ayat (1) menjelaskan bahwa penghasilan kena pajak ditentukan

berdasarkan penghasilan bruto dikurangi dengan biaya untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara penghasilan. Secara umum, tarif pajak dinyatakan

dalam bentuk persentase (Darmadi, 2013).

Pajak tentunya akan mengurangi besarnya laba perusahaan. Oleh

karena itu perusahaan membutuhkan perencanaan pajak atau tax planning

yang tepat agar perusahaan membayar pajak dengan efisien (Rahatiani,

2015). Tax planning adalah suatu alat dan suatu tahap awal dari manajemen

perpajakan (tax management) yang berfungsi untuk melakukan analisis


4

secara sistematis berbagai alternatif untuk mencapai pemenuhan kewajiban

perpajakan minimum. Secara definitif tax management memiliki ruang lingkup

yang lebih luas dari sekedar tax planning. Menurut Suandy (2011) manajemen

pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar

tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk

memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Sebagai tax management,

pastilah hal itu tidak terlepas dari konsep manajemen secara umum yang

merupakan upaya- upaya sistematis yang meliputi perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian

(controlling) (Pohan, 2013). Pelaksanaan manajemen pajak ini haruslah

dilakukan dengan memperhatikan norma dan hukum perpajakan yang berlaku

agar tidak melanggar.

Tarif pajak efektif adalah tarif pajak yang dihitung dengan

membandingkan beban pajak dengan laba akuntansi perusahaan. Tarif pajak

efektif menunjukkan efektifitas manajemen pajak suatu perusahaan. Selain

itu, tarif pajak efektif juga menunjukkan respon dan dampak insentif pajak

terhadap suatu perusahaan.

Uutang dapat menyebabkan penurunan pajak dikarenakan adanya

biaya bunga yang timbul dari utang yang dimiliki oleh perusahaan dapat

digunakan sebagai pengurang penghasilan. Prabowo (2006, diacu dalam

Darmadi, 2013) menjelaskan bahwa bunga pinjaman baik yang dibayar

maupun yang belum dibayar pada saat jatuh tempo adalah biaya yang dapat

dikurangkan dari penghasilan. Dengan adanya bunga utang perusahaan akan


5

lebih memilih menggunakan utang dalam pembiayaan.

Intensitas aset tetap dapat mempengaruhi beban pajak perusahaan

karena adanya beban depresiasi yang melekat pada aset tetap. Beban

depresiasi yang timbul atas kepemilikan aset tetap akan mempengaruhi pajak

perusahaan, hal ini dikarenakan beban depresiasi akan bertindak sebagai

pengurang pajak menurut Blocher, Chen, Cokins, dan Lin (2007).

Undang-Undang No 36 Tahun 2008 pasal 10 ayat (6) menjelaskan

bahwa persediaan barang dibagi menjadi 3 (tiga) golongan barang yaitu

barang jadi atau barang dagangan, barang dalam proses produksi, bahan

baku dan bahan pembantu. Dalam Undang-Undang No 36 Tahun 2008 pasal

10 ayat (6) juga dijelaskan bahwa penilaian persediaan barang hanya boleh

menggunakan harga perolehan dan penghitungan pemakaian persediaan

untuk harga pokok hanya boleh dilakukan dengan metode rata-rata atau

dengan metode first-in first-out. PSAK No 14 (IAI, 2014) menjelaskan jumlah

pemborosan (bahan, tenaga kerja, atau biaya produksi), biaya penyimpanan,

biaya administrasi dan umum, dan biaya penjualan dikeluarkan dari biaya

persediaan dan diakui sebagai beban dalam periode terjadinya biaya. Biaya

tambahan yang timbul akibat investasi perusahaan terhadap persediaan akan

mengurangi mengurangi jumlah pajak yang dibayarkan perusahaan. Gunadi

(2009) menjelaskan bahwa persediaan dalam neraca dinyatakan sebesar

harga pokok atau perolehannya. Persediaan juga dapat dinyatakan

berdasarkan harga terendah antara harga pokok dan harga pasar dan harga

jual (untuk produk tertentu). Adanya perbedaan antara penilaian persediaan


6

menurut akuntansi dan pajak diperlukan adanya penyesuain seperlunya untuk

dapat diakui sebagai nilai persediaan (Gunadi, 2009).

Pemerintah dalam Undang- Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat

2b memberikan fasilitas perpajakan kepada perseroan terbuka berupa

pengurangan tarif sebesar 5%. Dengan adanya peraturan tentang fasilitas

pengurangan tarif pajak akan menimbulkan adanya perbedaan dalam pajak

yang akan dibayarkan oleh perusahaan.

Berdasarkan latar belakang yang telah jelaskan maka penulis akan

menulis skripsi ini dengan judul “Pengaruh Rasio Utang, Intensitas

Persediaan, Intensitas Asset Tetap, dan Faslitas Perpajakan terhadap Tarif

Pajak Efektif pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Industri Dasar dan

Kimia yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2014-2016”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah rasio Utang berpegaruh terhadap tarif pajak efektif

perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia?

2. Apakah intensitas aset tetap berpengaruh terhadap tarif pajak

efektif perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia?

3. Apakah intensitas persediaan berpengaruh terhadap tarif pajak

efektif perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia?

4. Apakah fasilitas perpajakan berpengaruh terhadap tarif pajak efektif


7

perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalis pengaruh rasio Utang terhadap tarif pajak efektif pada

perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia.

2. Menganalis pengaruh intensitas aset tetap terhadap tarif pajak pada

efektif perusahaan manufaktur sektor Industri dasar dan kimia.

3. Menganalis pengaruh intensitas persediaan terhadap tarif pajak

pada efektif perusahaan manufaktur sektor Industri dasar dan kimia.

4. Menganalis pengaruh fasilitas perpajakan terhadap tarif pajak pada

efektif perusahaan manufaktur sektor Industri dasar dan kimia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan ini diharapkan dapat memberikan gambaran

dan sumbangan pemikiran bagi masyarakat luas dan dapat digunakan

sebagai referensi dan masukan-masukan maupun pedoman bagi pihak yang

akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai tingkat efektivitas

manajemen pajak perusahaan-perusahaan yang mempengaruhi tarif pajak

efektif pada perusahaan

Selain itu penulis mengharapkan adanya manfaat praktis bagi pihak

luar:

1. Bagi Direktorat Jenderal Pajak


8

Sebagai acuan untuk mengevaluasi atas kebijakan-kebijakan

perpajakan yang telah dibuat. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai

alat pengawasan dalam pemberlakuan kewajiban perpajakan.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai referensi untuk dapat melakukan penelitian

sejenis.

1.5 Sistematika Penelitian

Penulisan skripsi ini terbagi dalam lma bab yang disusun secara sistematika

sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah yang menjadi dasar penulisan skripsi,

rumusan, dan batasan masalah, tujuan penelitian, serta sistematika penulisan

skripsi ini.

Bab II Landasan Teoritis

Bab ini berisi teori-teori pendukung yang berkaitan dengan penulisan skripsi

ini, keterangan mengenai penelitian sejenis sebelumnya, kerangka penelitian,

dan hipotesis penelitian.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan variabel penelitian, definisi operasional variable, populasi,

sampel, metode pengumpulan data, dan metode analisis data yang digunakan
9

di dalam penelitian.

Bab IV Pembahasan

Bab ini membahas gambaran umum objek/data penelitian, analisis data, dan

pembahasan hasil dari uji SPSS

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini berisi simpulan hasil uji hipotesis yang menjadi masalah dalam

penelitian dan saran yang didasarkan temuan penelitian yang dapat

digunakan untuk penelitian selanjutnya.


BAB II

LANDASAN TEORETIS

2.1 Kerangka Teoretis

2.1.1 Teori Agensi

Jensen dan Meckling (1976, diacu dalam Masri dan Martani, 2012)

menjelaskan teori agensi adalah kontrak antara satu atau beberapa principal

yang mendelegasikan wewenang kepada orang lain (agent) untuk mengambil

keputusan dalam menjalankan perusahaan. Dalam pelaksanaan kontrak akan

timbul biaya agensi (agency cost), yaitu biaya yang timbul agar manajer

bertindak selaras dengan tujuan pemilik, seperti pembuatan kontrak ataupun

melakukan pengawasan (Masri dan Martani, 2012). Timbulnya manajemen

pajak sangat dipengaruhi oleh agency problem. Masri dan Martani (2012)

menjelaskan masalah agensi yang muncul dengan adanya manajemen pajak

adalah karena adanya perbedaan kepentingan antara para pihak, satu sisi

manajer sebagai agent menginginkan peningkatan kompensasi, pemegang

saham ingin menekan biaya pajak.

2.1.2 Pajak

2.1.2.1 Pengertian Pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana terakhir telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat (1), “pajak adalah kontribusi

10
11

wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

2.1.2.2 Jenis Pajak

Menurut Resmi (2013) terdapat berbagai jenis pajak, yang dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu pengelompokan menurut golongan, menurut sifat, dan

menurut lembaga pemungutnya.

1. Menurut Golongan

a. Pajak Langsung: pajak yang harus dipikul atau ditanggung

sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau

dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus

menjadi beban Wajib Pajak yang bersangkutan.

b. Pajak Tidak Langsung: pajak yang pada dasarnya akhirnya

dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau

pihak ketiga. Pajak tidak langsung tejadi jika terdapat suatu

keinginan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan

terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau

jasa.


12

2. Menurut Sifat

a. Pajak Subjektif: pajak yang pengenaannya memperhatikan

keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang

memperhatikan keadaan subjeknya.

b. Pajak Objektif: pajak yang pengenaannya memperhatikan

objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau

peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar

pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak

(Wajib Pajak) maupun tempat tinggal.

3. Menurut Lembaga Pemungut

a. Pajak Negara (Pajak Pusat): pajak yang dipungut oleh

pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah

tangga negara pada umumnya.

b. Pajak Daerah: pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik

tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak

kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga

daerah masing-masing.

2.1.2.3 Fungsi Pajak

Menurut Resmi (2013) terdapat dua fungsi pajak yaitu:

1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)


13

Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah

satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran

baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan

negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-

banyaknya untuk kas negara.

2. Fungsi Regularend (Pengatur)

Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk

mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang

sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan terntentu di luar

bidang keuangan.

2.1.2.4 Tarif Pajak

Besarnya tarif dalam menghitung pajak dibedakan untuk setiap jenis pajak.

Perbedaan ini didasarkan atas berbagai pertimbangan di antaranya keadilan.

Untuk menghitung tarif pajak yang terutang diperlukan dua unsur, yaitu tariff

pajak dan dasar pengenaan pajak. Tarif pajak dapat berupa angka atau

persentase tertentu (Resmi, 2013).

Menurut Resmi (2013) jenis tarif pajak dibedakan menjadi beberapa,

yaitu:

1. Tarif Tetap

Tarif tetap adalah tarif berupa jumlah atau angka yang tetap, berapa

pun besarnya dasar pengenaan pajak.

2. Tarif Proporsional (Sebanding)


14

Tarif proporsional adalah tarif berupa persentase tertentu yang

sifatnya tetap terhadap berapa pun dasar pengenaan pajaknya.

3. Tarif Progresif (Meningkat)

Tarif progresif adalah tarif berupa persentase tertentu yang makin

meningkat dengan makin meningkatnya dasar pengenaan pajak.

Tarif progresif dibedakan menjadi empat, yaitu:

a. Tarif Progresif-Proporsional: tarif berupa persentase tertentu

yang makin meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan

pajak dan kenaikan persentase tersebut adalah tetap.

b. Tarif Progresif-Progresif: tarif berupa persentase tertentu yang

makin meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak

dan kenaikan persentase tersebut adalah meningkat.

c. Tarif Progresif-Degresif: tarif berupa persentase tertentu yang

makin meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan

pajak, tetapi kenaikan persentase tersebut makin menurun.

d. Tarif Degresif: tarif berupa persentase tertentu yang makin

menurun dengan makin meningkatnya dasar pengenaan pajak.

2.1.3 Manajemen Pajak

Manajemen pajak adalah pengelolaan kewajiban perpajakan dengan

menggunakan strategi untuk meminimalkan jumlah beban pajak. Manajemen

pajak merupakan salah satu elemen dari manajemen perusahaan (Rusydi dan

Kusumawati, 2010). Pengertian lain manajemen pajak yang dijelaskan


15

Lumbantoruan (1996, dicacu dalam Suandy, 2011) adalah sarana untuk

memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang

dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan

likuiditas yang diharapkan. Manajemen pajak dalam pembahasan ini bukan

merupakan penghindaran pajak yang ilegal atau dengan melanggar norma-

norma dalam perpajakan yang telah tertulis dalam undang-undang yang

dampaknya akan merugikan negara.

Suandy (2011) menjelaskan bahwa tujuan yang diharapkan dengan

adanya manajemen pajak adalah:

1. Memenuhi kewajiban pajak yang merupakan kewajiban wajib pajak

sebaik mungkin sesuai dengan peraturan yang ada. 


2. Usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya

Suandy (2011) menjelaskan bahwa ada 3 fungsi manajemen pajak

agar tujuan dalam manajemen pajak dapat terpenuhi, fungsi

tersebut adalah:

1. Perencanaan pajak (tax planning).

Perencanaan pajak adalah kegiatan pertama yang dilakukan

oleh perusahaan dalam rangka melakukan manajemen pajak.

Dalam perencanaan pajak, perusahaan mulai mengumpulkan

dan menganalisis peraturan perpajakan agar dapat dipilih

tindakan yang perlu dilakukan untuk menghemat beban pajak. 


2. Pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation).



Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh perusahaan adalah


16

implementasi dari hasil perencanaan pajak yang telah dilakukan

sebelumnya. Manajemen harus dapat memastikan

implementasi dari rencana-rencana manajemen pajak telah

dilaksanakan baik secara formal dan material. Manajemen juga

harus memastikan bahwa pengimplementasian manajemen

pajak tidak melanggar peraturan perpajakan yang berlaku. Jika

dalam pengimplementasian terjadi pelanggaran peraturan

perpajakan, maka praktik yang dilakukan perusahaan telah

menyimpang dari tujuan awal manajemen pajak. 


3. Pengendalian pajak (tax control).

Langkah terakhir dari manajemen pajak adalah melakukan

pengendalian pajak. Pengendalian pajak adalah memeriksa

pembayaran dalam hal ini waktu yang paling baik dalam

melunasi kewajiban perpajakan dan jumlah yang dibayar oleh

perusahaan. Memeriksa waktu pembayaran penting karena

dapat menguntungkan perusahaan, membayar pajak pada saat

terakhir lebih menguntungkan perusahaan dibanding dengan

membayar pajak lebih awal. Selain memeriksa waktu

pembayaran yang baik untuk perusahaan, perusahaan juga

harus memeriksa kembali jumlah yang dibayarkan oleh

perusahaan untuk melunasi kewajiban perpajakannnya, apakah

terjadi pemborosan atau tidak. Pemborosan dalam hal ini

perusahaan membayar pajak lebih tinggi dari yang telah


17

ditetapkan/yang terhutang.

Suandy (2011) menjelaskan bahwa motivasi adanya manajemen pajak

tidak hanya berasal dari perusahaan yang ingin menekan beban pajaknya,

tetapi juga ada motivasi yang berasal dari tiga unsur perpajakan itu sendiri.

Motivasi itu adalah:


1. Kebijakan perpajakan

Dalam hal ini perusahaan harus dapat menganalisis transaksi yang

dilakukan dan kewajiban yang melekat yang transaksi tersebut agar

kewajiban yang melekat dalam transaksi tersebut tidak

memberatkan perusahaan. Perusahaan juga harus dapat

melindungi sumber daya perusahaan dari pajak yang ada agar

sumber daya perusahaan tersebut bisa digunakan untuk tujuan lain.

Objek pajak juga harus diperhatikan dalam manajemen pajak, hal

ini dikarenakan objek pajak merupakan dasar dari penghitungan

pajak yang tarifnya berbeda-beda untuk tiap objek pajaknya.

Karenanya, perusahaan harus lebih teliti dalam menentukan objek

pajak yang berhubungan dengan perusahaan agar pajak yang

dibayarkan perusahaan tidak lebih (yang berarti pemborosan dana

karena membayar lebih tinggi) dan tidak kurang (agar terhindar dari

sanksi yang akan menimbulkan pemborosan dana).

2. Undang-undang perpajakan

Perusahaan harus dapat menganalisis peraturan yang berlaku

tentang perpajakan, karena adanya kemungkinan kesempatan


18

untuk memanfaatkan celah yang ada dalam peraturan pajak yang

ada. Ini dikarenakan adanya peraturan-peratuan lain yang sengaja

dibuat untuk membantu pelaksanaan peraturan dasar perpajakan

tetapi dalam praktiknya peraturan bantuan yang dibuat

bertentangan dengan peraturan dasar perpajakan. Adanya celah

dari berbagai peraturan perpajakan yang ada harus dapat

dimaksimalkan perusahaan agar tercapai manajemen pajak yang

baik. 


3. Administrasi perpajakan

Perusahaan dalam melakukan manajemen pajak juga harus

memperhatikan sisi administrasi dalam bidang perpajakan, agar

dapat melaksanakan kewajiban perpajakan dengan baik dan

terhindar dari sanksi yang akan memberatkan perusahaan akibat

dari pelanggaran peraturan perpajakan. 


Cara meneliti manajemen pajak yang dilakukan oleh perusahaan

adalah 
dengan menggunakan tarif pajak efektif. Tarif pajak efektif

didefinisikan oleh Richardson dan Lanis (2007, diacu dalam Haryadi, 2012)

merupakan perbandingan antara pajak rill yang dibayar oleh perusahaan

dengan laba komersial sebelum pajak. Dengan adanya tarif pajak efektif,

maka perusahaan akan mendapatkan gambaran secara riil bagaimana usaha

manajemen pajak perusahaan dalam menekan kewajiban pajak perusahaan.

Karena apabila perusahaan memiliki persentase tarif pajak efektif yang lebih

tinggi dari tarif yang ditetapkan maka perusahaan kurang maksimal dalam


19

memaksimalkan insentif-insentif perpajakan yang ada, karena dengan

perusahaan memanfaatkan insentif perpajakan yang ada maka dapat

memperkecil persentase pembayaran pajak dari laba komersial (Haryadi,

2012).

2.1.4 Tingkat Utang Perusahaan

Utang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang

belum terpenuhi dimana Utang ini merupakan sumber pembiayaan eksternal

yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya

(Munawir, 2010, diacu dalam Rahmawati, 2012). Sawir (2004) menjelaskan

bahwa utang adalah sumber dana yang menimbulkan beban tetap keuangan,

yaitu bunga yang harus dibayar tanpa memperdulikan tingkat laba

perusahaan. Manajemen perusahaan harus dapat mengatur utang dalam

perusahaan yang tujuannya agar menguntungkan dan menghindari kerugian

akibat timbulnya utang. Utang dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu utang

jangka pendek dan utang jangka panjang (Munawir, 2010, diacu dalam

Rahmawati, 2012). Utang jangka pendek adalah semua kewajiban yang harus

dilunasi oleh perusahaan dalam kurung waktu maksimal satu tahun. Utang

jangka panjang adalah kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan yang jangka

waktu pelunasannya lebih dari satu tahun.

Masri dan Martani (2012) menjelaskan bahwa pemilihan utang dan

modal sebagai sumber pendanaan merupakan keputusan penting yang dapat

mempengaruhi nilai perusahaan. Adanya biaya bunga pada utang menjadi


20

pertimbangan penggunaan utang sebagai sumber pendanaan oleh

perusahaan (Masri dan Martani, 2012). Modigliani dan Miller (1958, diacu

dalam Masri dan Martani, 2012) menjelaskan bahwa biaya bunga merupakan

faktor pengurang pajak penghasilan sehingga dapat digunakan untuk

menghemat pajak.

Utang dalam perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan rasio

leverage atau tingkat utang dalam perusahaan. Ada dua macam penghitungan

rasio leverage menurut Sawir (2004) yaitu leverage keuangan berdasar nilai

buku diukur dengan rasio nilai buku seluruh utang (debt = D) terhadap total

aktiva (TA) sementara leverage keuangan berdasarkan nilai pasar diukur

dengan rasio nilai buku seluruh utang terhadap total nilai pasar perusahaan

(total value = V). Pierce dan Robinson Jr (2008) menjelaskan bahwa total rasio

utang terhadap total aset diatas 0,5 biasanya dianggap aman untuk

perusahaan pada industri yang stabil. Sawir (2004) menjelaskan bahwa dalam

akuntansi, rasio utang dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Rasio utang

Rasio utang merupakan gambaran dari total aset yang dimiliki oleh

perusahaan yang dibiayai oleh utang.

2. Rasio Pengganda utang

Rasio ini menggambarkan bagaimana menghitung utang dengan

melihat perbandingan dari aset dan ekuitas yang dimiliki oleh

perusahaan. Ketika aset perusahaan tidak bertambah tetapi jumlah

ekuitas menurun, maka dapat disimpulkan bahwa adanya


21

penambahan utang untuk menyeimbangkan antara kepemilikan

aset yang ada dan ekuitas yang tersedia di perusahaan. 


2.1.5 Intensitas Aset Tetap

Aset adalah kekayaan yang mempunyai manfaat ekonomi berupa benda

berwujud maupun benda tak berwujud yang dapat dikuasai oleh yang berhak

akibat transaksi (Nafarin, 2007). Aset juga dapat menggambarkan ukuran

perusahaan karena jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan berbanding

lurus dengan ukuran perusahaan (Machfoedz, 1994, diacu dalam Atarwaman

2011).

Aset pada perusahaan dibagi menjadi dua, yaitu aset lancar dan aset

tetap (Nafarin, 2007). Aset lancar (current asset) adalah aset perusahaan yang

dimiliki oleh perusahaan dan mempunyai umur ekonomis paling lama satu

tahun dalam siklus kegiatan perusahaan yang normal (Nafarin, 2007). Nafarin

(2007) juga menjelaskan bahwa aset tetap (fixed asset) adalah aset yang

dimiliki oleh perusahaan yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun

dalam siklus kegiatan yang normal. PSAK No. 16 (IAI, 2007) menjelaskan

bahwa aset tetap adalah aset bewujud yang yang diperoleh dalam bentuk siap

pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan untuk operasi

perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal

perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

Aset tetap yang dimanfaatkan perusahaan akan menyusut nilainya, ini

dikarenakan sifat aus yang dimiliki oleh aset tetap. Untuk aset tetap yang tidak

digunakan oleh perusahaan juga tetap akan menyusut karena sifat aset tetap


22

yang dapat ketinggalan zaman (usang) (Nafarin, 2007). Nafarin (2007)

membagi aset tetap menjadi tiga jenis, yaitu aset tetap berwujud, aset tetap

tak berwujud dan aset tetap sumber daya alam. Istilah penyusutan untuk

masing-masing aset tetap berbeda satu dengan yang lain, untuk penyusutan

yang terjadi pada aset tetap berwujud disebut depresiasi, penyusutan

terhadap aset tetap tak berwujud disebut amortisasi dan penyusutan aset

tetap sumberdaya alam disebut deplesi (Nafarin, 2007). Dalam manajemen

pajak, depresiasi dapat dijadikan sebagai pengurang beban pajak.

Perusahaan dengan rasio aset tetap dibanding dengan total aset yang besar,

akan membayar pajak lebih rendah dibanding perusahaan yang memiliki rasio

lebih kecil (Blocher, Chen, Cokins, dan Lin 2007).

2.1.6 Intensitas Persediaan

Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan

untuk memenuhi tujuan tertentu (Herjanto, 2007). Herjanto (2007)

menjelaskan bahwa persediaan dibagi beberapa bentuk:

1. Persediaan bahan mentah

Persediaan bahan mentah biasa dijumpai pada perusahaan yang

bergerak dalam bidang industri. Persediaan bahan mentah yang

ada dalam perusahaan nantinya akan diolah menjadi persedian

bahan jadi yang mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi dari

persediaan bahan mentah yang tujuannya untuk dijual oleh

perusahaan sehingga perusahaan mendapatkan laba dari proses


23

produksi. 


2. Persediaan bahan pembantu



Persediaan pembantu adalah persediaan bahan yang memiliki

kegunaan untuk membantu proses produksi.


3. Persediaan bahan dalam proses


Persediaan bahan dalam proses adalah persediaan yang

membutuhkan proses lebih lanjut sehingga akan didapatkan

persediaan bahan jadi yang mempunyai nilai ekonomis yang lebih

tinggi. 


4. Persediaan barang jadi

Persediaan barang jadi merupakan hasil akhir dari proses produksi.

5. Persediaan suku cadang

Persediaan suku cadang adalah persediaan yang diperlukan agar

proses produksi suatu perusahaan tidak terganggu, contoh

persediaan suku cadang antara lain rantai dan gear yang digunakan

dalam mesin untuk kegiatan produksi.


Perusahaan tidak boleh terlalu banyak menyimpan persediaan karena

persediaan hanyalah suatu sumber dana yang menganggur, karena sebelum

persediaan digunakan maka sumber dana yang terikat didalamnya tidak dapat

digunakan untuk keperluan yang lain (Herjanto, 2007). Investasi persediaan

yang dilakukan oleh perusahaan dapat diukur dengan rasio perbandingan

antara jumlah persediaan dengan total aset (Richardson dan Lanis, 2007).


24

Rasio ini dapat digunakan untuk analisis apakah investasi perusahaan

terhadap persediaan telah sesuai dengan kebutuhan atau malah terjadi

pemborosan.

Beberapa fungsi dari persediaan menurut Herjanto (2007) antara lain:

1. Menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau

barang yang diperlukan oleh perusahaan. 


2. Menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga

harus dikembalikan. 


3. Menghilangkan risiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi 


4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman

sehingga
persediaan tidak akan kesulitan jika bahan baku tidak

tersedia di pasaran. 


5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon

kuantitas. 


6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya

barang yang 
diperlukan.

Perusahaan yang memiliki jumlah persediaan yang besar

membutuhkan biaya yang besar untuk mengatur persediaan yang ada.

Herjanto (2007) menjelaskan bahwa jumlah persediaan yang besar akan

mengakibatkan timbulnya dana menganggur yang besar, meningkatnya biaya

penyimpanan, dan resiko kerusakan barang yang lebih besar. PSAK No. 14


25

(IAI, 2014) menjelaskan bahwa biaya tambahan yang timbul akibat investasi

perusahaan pada persediaan harus dikeluarkan dari biaya persediaan dan

diakui sebagai biaya dalam periode terjadinya biaya. Dengan dikeluarkannya

biaya tambahan dari persediaan dan diakui sebagai beban pada periode

terjadinya biaya, maka dapat menyebabkan penurunan laba perusahaan.

Ketika perusahaan mengalami penurunan laba, maka perusahaan akan

membayar pajak lebih rendah sesuai dengan laba yang diterima oleh

perusahaan.

2.1.7 Fasilitas Perpajakan

Pemerintah dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 memberikan fasilitas

perpajakan kepada perseroan terbuka berupa pengurangan tarif sebesar 5 %.

Dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat (2b) dan Peraturan

Pemerintah No. 81 Tahun 2007 pasal 2 menjelaskan syarat untuk

mendapatkan fasilitas pengurangan tarif pajak adalah:

1. Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang berbentuk Perseroan

Terbuka dapat memperoleh penurunan tarif Pajak Penghasilan

sebesar 5% (lima persen) lebih rendah dari tarif tertinggi Pajak

Penghasilan Wajib Pajak Badan Dalam Negeri sebagaimana diatur

dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b Undang-Undang.

2. Penurunan Tarif Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diberikan kepada Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang

berbentuk Perseroan Terbuka apabila jumlah kepemilikan saham


26

publiknya 40% (empat puluh persen) atau lebih dari keseluruhan

saham yang disetor dan saham tersebut dimiliki paling sedikit oleh

300 (tiga ratus) Pihak.

3. Masing-masing Pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya

boleh memiliki saham kurang dari 5% (lima persen) dari

keseluruhan saham yang disetor.

4. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) harus

dipenuhi oleh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang berbentuk

Perseroan Terbuka dalam waktu paling singkat 6 (enam) bulan

dalam jangka waktu 1 (satu) tahun pajak.

2.2 Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Darmadi (2013) yang menggunakan

variabel dependen ukuran perusahan, tingkat utang, tingkat profitabilitas,

intensitas aset tetap, intensitas persediaan, dan fasilitas perpajakan.

Berdasarkan hasil uji regresi berganda didapat bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh negatif terhadap tarif pajak efektif, tingkat utang perusahaan

tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif, tingkat profitabilitas perusahaan

tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif, intensitas aset berpengaruh

positif terhadap tarif pajak efektif perusahaan, intensitas persediaan

berpengaruh positif terhadap tarif pajak efektif, dan fasilitas perpajakan tidak

berpengaruh terhadap tarif pajak efektif. Jadi dalam penelitian ini hanya

variabel ukuran perusahaan, intensitas aset tetap, dan intensitas persediaan


27

yang memiliki pengaruh terhadap tarif pajak efektif.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yunika (2017) yang

menggunakan variabel dependen ukuran perusahaan, tingkat utang, dan

profitabilitas. Berdasarkan hasil uji regresi didapat bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh terhadap tarif pajak efektif, tingkat utang tidak berpengaruh

terhadap tarif pajak efektif, dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tarif

pajak efektif. Dalam penelitian ini hanya variabel ukuran perusahaan yang

memiliki pengaruh terhadap tarif pajak efektif.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Imelia (2015) yang menggunakan

variabel dependen ukuran perusahaan, utang perusahaan, profitabilitas,

intensitas persediaaan, intensitas aset tetap, fasilitas perpajakan, dan

komisaris independen. Berdasarkan hasil uji regresi, maka dapat disimpulkan

bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tarif pajak efektif,

utang perusahaan tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif, profitabilitas

tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif, intensitas persediaan

berpengaruh positif terhadap tarif pajak efektif, intensitas aset tetap

berpengaruh negatif terhadap tarif pajak efektif, fasilitas perpajakan tidak

berpengaruh terhadap tarif pajak efektif, dan komisaris independen tidak

berpengaruh terhadap tarif pajak efektif. Dalam penelitian ini hanya ukuran

perusahaan, intensitas persediaan, dan intensitas aset tetap yang

berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Adnantara dan Dewi (2016) yang

menggunakan variabel dependen ukuran perusahaan, tingkat utang, dan


28

profitabilitas dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan dan tingkat utang

tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif, serta profitablitas berpengaruh

negatif terhadap tarif pajak efektif.

Penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Haryadi (2012)

menggunakan variabel dependen tarif pajak efektif dan variabel independen

penelitian adalah intensitas aset tetap, utang perusahaan dan ukuran

perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan Haryadi (2012) menemukan

bahwa intensitas aset tetap tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.

Variabel utang perusahaan berpengaruh negatif terhadap tarif pajak efektif,

dan yang terakhir variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap

tarif pajak efektif.

Penelitian yang dilakukan oleh Febrianti (2016) dengan menggunakan

variabel dependen ukuran perusahaan, tingkat utang perusahaan,

profitabilitas, dan intensitas asset tetap, serta fasilitas perpajakan memiliki

kesimpulan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tarif pajak

efektif. Tingkat utang (DER) tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.

Profitabilitas berpengaruh terhadap tarif pajak efektifFasilitas perpajakan yang

menurunkan tarif sebesar 5% berdasarkan UU No 36 tahun 2008 pasal 17

ayat 2b berpengaruh signifikan terhadap manajemen pajak. Selain itu aset

tetap juga tidak mempengaruhi tarif pajak efektif perusahaan.


29

2.3 Model Penelitian

X1 = Rasio Utang

X2 = Intensitas Aset tetap

Y = Tarif Pajak Efektif

X3 = Intensitas Persediaan

X4 = Fasilitas Perpajakan

Gambar 2.1 Model Kerangka Penelitian

2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Pengaruh Rasio Utang Terhadap Tarif Pajak Efektif

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Darmadi (2013), rasio utang tidak

berpengaruh terhadap tarif pajak efektif. Hal ini berarti peran tingkat utang

dalam perusahaan dalam meningkatkan kualitas manajemen pajak tidak

mempengaruhi tarif pajak efektif. Dalam penelitian yang dilakukan Yunika

(2017) menyatakan bahwa tingkat utang tidak berpengaruh terhadap tariff

pajak efektif. Sementara menurut Adnantara dan Dewi (2016) rasio utang

berpengaruh negatif, yang berarti tingkat utang akan memperkecil tarif pajak

efektif, yang berarti bagus bagi manajemen perpajakan. Penelitian ini hasilnya

sama dengan penelitian yang dilakukan Haryadi (2012).

H1 : Rasio utang berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.


30

2.4.2 Pengaruh Intensitas Aset Tetap Terhadap Tarif Pajak Efektif

Intensitas aset tetap juga diyakini dapat mempengaruhi tarif pajak efektif

perusahaan. Menurut Darmadi (2013) intensitas aset tetap perusahaan

berpengaruh positif terhadap tarif pajak efektif. Hal ini menunjukkan bahwa

aset tetap dapat meningkatkan tarif pajak efektif, yang berarti dapat

menyebabkan manajemen pajak perusahaan memburuk. Sementara

penelitian Imelia (2015) menyatakan bahwa intensitas aset tetap tidak

berpengaruh terhadap tarif pajak efektif. Menurut Haryadi (2012) aset tetap

juga tidak mempengaruhi tarif pajak efektif. Dalam penelitian Febrianti (2016)

juga dijelaskan bahwa intensitas aset tetap tidak berpengaruh terhadap tarif

pajak efektif.

H2 : Intensitas aset tetap berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.

2.4.3 Pengaruh Intensitas Persediaan Terhadap Tarif Pajak Efektif

Selain rasio utang dan intensitas aset tetap, intensitas persediaan bisa

menjadi faktor yang mempengaruhi. Menurut Darmadi (2013) intensitas

persediaan berpengaruh positif terhadap tarif pajak efektif. Hal ini berarti

semakin besar nilai persediaan, maka akan memperburuk tarif pajak efektif.

Sementara itu menurut Imelia (2015) intensitas persediaan tidak berpengaruh

terhadap tarif pajak efektif. Hal ini berarti intensitas persediaan tidak memiliki

pengaruh terhadap tarif pajak efektif.

H3 : Intensitas persediaan berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.


31

2.4.4 Pengaruh Fasilitas Perpajakan Terhadap Tarif Pajak Efektif

Fasilitas perpajakan yang diatur dalam UU No. 36 tahun 2008 pasal 17 ayat

2b juga dinilai berpengaruh terhadap tarif pajak efektif. Menurut Darmadi

(2013) fasilitas perpajakan tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif. Hasil

penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian Imelia (2015). Dalam

penelitian tersebut, fasilitas perpajakan dinilai berpengaruh positif terhadap

tarif pajak efektif. Dalam hal ini, fasilitas perpajakan dinilai memperburuk

manajemen perpajakan. Sementara menurut Febrianti (2016) fasilitas

perpajakan memiliki pengaruh negatif signifikan yang berarti fasilitas

perpajakan meningkatkan kualitas manajemen perpajakan.

H4 : Fasilitas Perpajakan berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan suatu definisi yang memberikan

penjelasan atas suatu variabel kedalam bentuk yang dapat diukur. Definisi

Operasional menurut Widjono (2007) adalah batasan pengertian yang

dijadikan pedoman untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Variabel

yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas dua jenis, yaitu:

1. Variabel Bebas (Independen) disebut sebagai variabel stimulus

atau variabel prediktor, merupakan variabel yang mempengaruhi

atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat

(dependen). Variabel bebas yang hendak diuji dalam penelitian ini,

terdiri dari lima variabel yaitu:

1. Rasio Utang

Definisi utang adalah salah satu sumber pendanaan yang dapat

digunakan perusahaan untuk membiayai pengeluarannya.

Rasio utang digunakan untuk menggambarkan total aset

perusahaan yang dibiayai oleh utang. Utang dalam penelitian ini

diproxy dengan rasio utang perusahaan. Rasio utang dapat

dihitung dengan cara membandingkan nilai buku seluruh utang

(debt = D) dibagi dengan total aktiva. (Darmadi, 2013)

Berdasarkan penjelasan diatas, maka pengukuran tingkat utang

32
33

perusahaan dapat diukur dengan cara :

,-./0 1./23
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 = ……………....……….(3.1)
,-./0 456.

2. Intensitas Aset Tetap

Definisi intensitas aset tetap adalah gambaran besarnya aset

tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Penelitian ini menggunakan

proxy intensitas aset tetap untuk menggambarkan intensitas

aset tetap perusahaan. Intensitas aset tetap perusahaan dalam

penelitian ini dapat dihitung dengan cara total aset tetap yang

dimiliki perusahaan dibandingkan dengan total aset perusahaan

(Darmadi, 2013). Intensitas Aset tetap dapat dirumuskan:

,-./0 456. ,6./;


𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 = …………(3.2)
,-./0 456.

3. Intensitas Persediaan

Intensitas persediaan merupakan cerminan dari seberapa besar

perusahaan berinvestasi terhadap persediaan yang ada dalam

perusahaan. Variabel intensitas aset tetap menggunakan proxy

rasio intensitas persediaan. Rasio intensitas persediaan dapat

dihitung dengan cara nilai persediaan yang ada dalam

perusahaan dibandingkan dengan total aset perusahaan

(Darmadi). Melalui penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa


34

intensitas persediaan dapat diukur dengan cara:

,-./0 ?6@56AB//2
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 = ……...(3.3)
,-./0 456.

4. Fasilitas Perpajakan

Fasilitas perpajakan sesuai dengan yang tercantum dalam

undang-undang No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat (2b) bahwa

perusahaan dengan kriteria tertentu akan mendapatkan fasilitas

berupa penurunan tarif pajak sebesar 5%. Adanya fasilitas

perpajakan berupa penurunan tarif akan berakibat pada

menurunnya beban pajak perusahaan. Untuk menyiasati

perbedaan tarif dasar pengenaan pajak pada perusahaan,

maka perlu dipisahkan antara perusahaan yang mendapatkan

fasilitas dan perusahaan yang tidak mendapatkan fasilitas

penurunan pajak. Dengan pemisahan ini dapat dilihat kegiatan

manajemen pajak yang dilakukan oleh perusahaan yang

mendapatkan dan yang tidak mendapatkan fasilitas penurunan

tarif pajak. Variabel dummy digunakan sebagi proxy untuk

pengukuran variabel fasilitas perpajakan. Nilai 1 (satu)

diberikan kepada perusahaan yang mendapatkan fasilitas

penurunan tarif dan nilai 0 (nol) untuk perusahaan yang tidak

mendapatkan fasilitas penurunan tarif.


35

2. Variabel terikat (dependen) biasa disebut dengan variabel output

atau variabel konsekuen, merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat atas variabel bebas. Variabel dependen

yang hendak diuji dalam penelitian ini adalah tarif pajak efektif. Tarif

pajak efektif didefinisikan oleh Richardson dan Lanis (2007, diacu

dalam Haryadi, 2012) merupakan perbandingan antara pajak rill

yang dibayar oleh perusahaan dengan laba komersial sebelum

pajak. Maka tarif pajak efektif dapat dirumuskan menjadi:

H6I/2 ?/J/K
𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 = ……….(3.4)
L/I/ M6I60NO ?/J/K

3.2 Metode Pengumpulan Data

3.2.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa

laporan keungan tahunan yang dilaporkan. Data sekunder umumnya berupa

bukti, catatan atau laporan historis yang lebih tersusun dalam arsip (data

dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro

dan Supomo, 2014). Data yang diperoleh merupakan laporan keuangan

perusahaan manufaktur pada periode tahun 2014-2016 di Bursa Efek

Indonesia yang termuat dalam www.idx.co.id.


36

3.2.2 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

manufaktur sub sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar dalam Bursa

Efek Indonesia (BEI) selama periode 2014-2016. Populasi adalah suatu

kesatuan individu atau subyek pada wilayah dan waktu serta dengan kualitas

tertentu yang akan diamati/diteliti.

Menurut Sugiyono (2012) sampel adalah bagian dari populasi yang

dijadikan subyek penelitian sebagai “Wakil” dari para anggota populasi. Teknik

pengambilan sampel dengan pengambilan sampel terpilih (non probability

sampling) yaitu dengan purposive sampling. Menurut Sugiyono (2012)

Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu. Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia secara berturut-

turut pada tahun 2014-2016.

2. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama periode

pengamatan.

Kriteria ini digunakan karena pajak penghasilan dikenakan atas laba

yang diperoleh perusahaan, sehingga ketika perusahaan merugi

perusahaan tidak dikenakan pajak penghasilan.

3. Memiliki kelengkapan informasi yang dibutuhkan dalam keperluan

penelitian.
37

Dalam hal ini, informasi data untuk penelitian haruslah lengkap

untuk kepentingan penilaian dalam variabel-variabel penelitian.

4. Laporan keuangan disajikan dalam mata uang rupiah.

Kriteria ini digunakan untuk memilih sampel karena sebagian besar

perusahaan di Indonesia menggunakan mata uang rupiah dalam

laporan keuangannya. Perusahaan mewakili keadaan perusahaan

manufaktur di Indonesia.

5. Beban Pajak negatif berturut-turut dari tahun 2014-2016.

Perusahaan yang memiliki beban pajak penghasilannya negatif

menggambarkan bahwa beban pajak penghasilan merupakan

pengurang penghasilan. Oleh karena itu, perusahaan yang beban

pajaknya positif tidak temasuk dalam sampel penelitian ini

3.3 Metode Analisis Data

Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh perubahan tarif wajib pajak

badan dan karakteristik perusahaan terhadap struktur modal perusahaan.

Penelitian ini menggunakan persamaan analisis regresi berganda.

3.3.1 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian regresi terlebih dahulu dilakukan pengujian

asumsi klasik. Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah data yang

telah dikumpulkan oleh peneliti memiliki kualitas yang baik. Uji asumsi klasik

yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas data, uji
38

multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas. Jika data yang telah

dikumpulkan sudah memenuhi seluruh kriteria asumsi klasik, maka data yang

ada termasuk dalam kategori data yang baik (Ghozali, 2013).

3.3.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa

uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.

Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang

membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Pada prinsipnya

normalitas data dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada

sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya

(Ghozali, 2013). Dasar pengambilan keputusan menurut (Ghozali, 2013):

1. Jika data menyebar diatas garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi

normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti

arah garis diagonal atau grafiknya histogramnya tidak

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas.

Kemudian untuk memperkuat keabsahan, residual yang terdistribusi

secara normal maka dilakukan uji statistik Kolmogorov-Smirnov, dapat dilihat


39

signifikasinnya > 0.05 (Ghozali, 2013).

3.3.1.2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan utuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independent variable). Uji ini untuk

menghindari kebiasan dalam proses pengambilan keputusan mengenai

pengaruh parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel

dependen. Untuk mendeteksi apakah terjadi problem multikolinearitas dapat

melihat nilai tolerance dan lawannya variace inflation factor (VIF). Model

regresi yang bebas multikolinieritas adalah yang mempunyai nilai tolerance di

atas 0,1 atau VIF di bawah 10. Apabila tolerance variance di bawah 0,1 atau

VIF di atas 10, maka terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2013)

3.3.1.3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara

variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu

periode sebelumnya. Cara mudah mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan

dengan uji Durbin-Watson. Mekanisme pengujian Durbin-Watson menurut

Gujarati (2003, diacu dalam Ghozali, 2013) adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan hipotesis Ho: tidak ada autokorelasi Ha: ada

autokorelasi


2. Menentukan nilai d hitung


40

3. Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel independen,

4. tentukan nilai batas independen (du) dan batas bawah (dl) dari

tabel.

5. Mengambil keputusan dengan kriteria, jika:

a. 0<d< dl, Ho ditolak, berarti tidak ada autokorelasi positif.


b. dl < d < du, daerah tanpa keputusan (grey area), berarti uji tidak

menghasilkan kesimpulan (inconclusive).


c. du < d < 4 – du, Ho diterima, tidak ada autokorelasi.


d. 4 - du < d < 4 – d, daerah tanpa keputusan (grey area), berarti

uji tidak menghasilkan kesimpulan (inconclusive).


e. 4 –dl<d<4, Ho ditolak, berarti tidak ada korelasi negatif.

3.3.1.4. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu

periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau gambaran

hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual

nilai tersebut.
Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki

persamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan periode

pengamatan yang lain, atau adanya hubungan antara nilai yang diprediksi

dengan Studentized Delete Residual sehingga dapat dikatakan model

tersebut homoskedastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya

heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar

Scatterplot model tersebut (Ghozali, 2013).


41

Gambar Scatterplot menyatakan model regresi linier berganda tidak

terdapat heteroskedastisitas jika:

a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka

0.

b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola

bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar

kembali.

d. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

3.3.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda. Adapun

model perhitungan persamaan regresinya adala sebagai berikut:

Y = a1X1 + a2X2 + a3X3 + a4X4 + e

Keterangan:

Y = Tarif Pajak Efektif (ETR)

X1 = Rasio Utang

X2 = Intensitas Aset Tetap

X3 = Ukuran Perusahaan

X4 = Fasilitas Perpajakan

e = Residual (Ukuran Eror)


42

3.4 Uji Hipotesis

3.4.1 Uji Stastistik F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013). Hipotesis nol

(Ho) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama

dengan nol, atau:

Ho: b1 = b2 =..... = bk = 0

Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang

signifikan terhadap variabel dependen.
Hipotesis alternatifnya (HA) adalah

tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol.

HA:b1≠ b2≠....≠bk≠0


Artinya, apakah semua variabel independen merupakan penjelas yang

signifikan terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan

statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

a. Quick look: jika nilai F lebih besar daripada 4 pada derajat

kepercayaan 5%, maka Ho ditolak atau HA diterima.

b. Membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel. Jika nilai F

hitung lebih besar daripada F tabel, maka Ho ditolak atau HA

diterima.
43

3.4.2 Uji Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol sampai dengan satu. Nilai 𝑅P yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibetulkan untuk

memproduksi variasi variabel dependen. Jika semakin mendekati 1 maka

model semakin baik karena apabila 𝑅P adjusted sama dengan 1 berarti

variabel independen berpengaruh sempurna terhadap variabel dependen

(Ghozali, 2013).

3.5 Uji Statistik t

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkanvariasi

dependen. Hasil uji hipotesis yang ditampilkan pada uji statistik t harus

menunjukkan nilai signifikan < 0,05. Jika nilai signifikan melebihi 0,05 maka

variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

(Ghozali, 2013).
BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Data Penelitian

Penelitian dilakukan pada 68 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) yang telah mempublikasikan laporan keuangan tahunan pada

tahun 2014-2016. Sesuai dengan data yang telah dikumpulkan dan dipilih

dengan metode purposive sampling, maka diperoleh sampel penelitian

sebanyak 20 perusahaan manufaktur sub sektor industri dasar dan kimia di

Indonesia, sehingga diperoleh 60 data penelitian. Data penelitian ini diolah

dengan menggunakan software SPSS versi 22.

4.2 Statistik Deskriptif

Pengukuran statistik deskriptif ini menunjukkan ukuran terpusat dari data yang

diwakili oleh mean (rata-rata) dan dispersi data yang berupa standar deviasi,

varian, nilai mínimum, maksimum, dan median untuk mendukung hasil

pengujian statistik.

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari laporan tahunan (anual

report) perusahaan yang diteliti dalam periode tahun 2014 hingga 2016,

diperoleh hasil statistik deskriptif sebagai berikut:

44
45

Tabel 4.1
Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
RASIO_UTANG 60 .08 .86 .3908 .22532

INTENSITAS_ASET_TETAP 60 .04 .80 .3869 .18501

INTENSITAS_PERSEDIAAN 60 .02 .44 .1904 .11408

FASILITAS_PERPAJAKAN 60 .00 1.00 .3000 .46212

ETR 60 .04 .60 .2595 .10852

Valid N (listwise) 60

Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat dilihat bahwa terdapat variabel

dependen, yaitu ETR dan empat variabel independen, yaitu rasio utang,

intensitas aset tetap, intensitas persediaan, dan fasilitas perpajakan dengan

60 data penelitian yang diperoleh pada periode 2014-2016.

Rasio utang dalam perusahaan menunjukkan rasio perbandingan

antara total utang dengan total aset yang dimiliki perusahaan. Pada tabel 4.1

diatas, didapat bahwa nilai minimum untuk rasio utang adalah sebesar 0.08,

sedangkan nilai maksimumnya yakni sebesar 0.86. Untuk jumlah rata-rata

didapat sebesar 0.3908. Standar deviasi didapat sebesar 0.22532.

Intensitas aset tetap dalam perusahaan menunjukkan rasio

perbandingan antara jumlah aset tetap dengan total asset yang dimiliki

perusahaan dengan total aset yang dimiliki perusahaan. Pada tabel 4.1 diatas,

didapat bahwa nilai minimum untuk intensitas aset tetap adalah sebesar 0.04,

sedangkan nilai maksimumnya yakni sebesar 0.80. Untuk jumlah rata-rata

didapat sebesar 0.3869. Standar deviasi didapat sebesar 0.18501.


46

Intensitas persediaan dalam perusahaan menunjukkan rasio

perbandingan antara jumlah persediaan dengan total aset yang dimiliki

perusahaan. Pada tabel 4.1 diatas, didapat bahwa nilai minimum untuk rasio

utang adalah sebesar 0.02, sedangkan nilai maksimumnya yakni sebesar

0.44. Untuk jumlah rata-rata didapat sebesar 0.1904. Standar deviasi didapat

sebesar 0.11408.

Fasilitas perpajakan dalam perusahaan menunjukkan pengurangan

pajak yang dikenakan kepada perusahaan. Pada tabel 4.1 diatas, didapat

bahwa nilai minimum untuk fasilitas perpajakan adalah sebesar 0, sedangkan

nilai maksimumnya yakni sebesar 1. Hal ini dikarenakan menggunakan

variabel dummy. Untuk jumlah rata-rata didapat sebesar 0.3. Standar deviasi

didapat sebesar 0.46212.

ETR menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam membayar pajak

penghasilan. Pada tabel 4.1 diatas, didapat bahwa nilai minimum untuk ETR

adalah sebesar 0.04, sedangkan nilai maksimumnya yakni sebesar 0.6. Untuk

jumlah rata-rata didapat sebesar 0.2595. Standar deviasi didapat sebesar

0.10852.

4.3 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada

analisis regresi linear berganda.


47

4.3.1 Uji Normalitas

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan P-Plot

Gambar 4.1 diatas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar di sekitar

garis dan mengikuti arah garis diagonal maka dapat disimpulkan bahwa model

regresi memenuhi asumsi normalitas.

Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas dengan Metode Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual
N 60

a,b
Normal Parameters Mean .0000000

Std. Deviation .09740742

Most Extreme Absolute .143

Differences Positive .143

Negative -.075

Test Statistic .143

c
Asymp. Sig. (2-tailed) .746
48

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Tabel 4.2 diatas adalah hasil dari uji normalitas dengan metode

Kolmogorov-Smirnov Test kepada semua variabel penelitain dalam penelitian

ini. Pada tabel 4 dapat dilihat nilai Asymp. Sig (2-tailed) adalah 0,746, lebih

besar dari α = 0,05 sehingga data residual berdistribusi normal yang berarti

telah memenuhi syarat normalitas.

4.3.2 Uji Multikolinearitas

Tabel 4.3
Hasi Uji Multikolinearitas
a
Coefficients
Unstandardiz
ed Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Std.
Model B Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) .218 .051 4.261 .000

RASIO_UTANG .241 .068 .501 3.532 .001 .728 1.374

INTENSITAS_ASET_TETAP -.039 .087 -.066 -.446 .657 .665 1.504

INTENSITAS_PERSEDIAAN -.232 .156 -.244 -1.489 .142 .544 1.839

FASILITAS_PERPAJAKAN .020 .029 .086 .690 .493 .953 1.050

a. Dependent Variable: ETR

Pada uji multikolinearitas pada tabel 4.3 di atas, berfungsi untuk

menunjukkan terjadinya korelasi antara sesama variabel bebas. Pada uji ini

dapat dilihat tidak ada nilai korelasi antar variabel terlihat dari nilai tolerance
49

tidak dibawah 0.1 dan nilai VIF tidak diatas 10.0, sehingga dapat dikatakan

tidak terjadi multikolinearitas (non-multikolinearitas).

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot

Dari gambar 4.2 diatas, dapat menunjukan bahwa titik-titik

heteroskedastisitas tersebar dengan baik dan tidak membentuk sebuah pola

tertentu. Sehingga dapat diartikan model regresi tidak mengalami gangguan

heteroskedastisitas dan layak untuk diujikan.

4.3.4 Uji Autokorelasi

Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
b
Model Summary
Std. Error
Adjusted R of the Durbin-
Model R R Square Square Estimate Watson
a
1 .441 .194 .136 .10089 2.523
50

a. Predictors: (Constant), FASILITAS_PERPAJAKAN, RASIO_UTANG,

INTENSITAS_ASET_TETAP, INTENSITAS_PERSEDIAAN

b. Dependent Variable: ETR

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, dapat diketahui score Durbin-Watson

bernilai 2.523, lebih besar dari 1 dan lebih kecil dari 3 sehingga dapat

disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat gangguan autokorelasi.

4.4 Hasil Uji Hipotesis

4.4.1 Uji Koefisien Determinasi

Tabel 4.5
Hasil Uji Koefisien Determinasi
b
Model Summary
Std. Error
Adjusted R of the Durbin-
Model R R Square Square Estimate Watson
a
1 .441 .194 .136 .10089 2.523

a. Predictors: (Constant), FASILITAS_PERPAJAKAN, RASIO_UTANG,

INTENSITAS_ASET_TETAP, INTENSITAS_PERSEDIAAN

b. Dependent Variable: ETR

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai Adjusted R Square

0.136 atau 13,6 %. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ETR atau tarif pajak

efektif yang dapat dijelaskan oleh variabel rasio utang, intensitas persediaan,

intensitas aset tetap, dan fasilitas perpajakan adalah sebesar 13.6%

sedangkan sisanya sebesar 86.4% dijelaskan faktor-faktor lain yang tidak

disertakan dalam model penelitian ini. Faktor-faktor lain tersebut beberapa

contoh diantaranya adalah profitabilitas, komisaris independen, dll.


51

4.4.2 Hasil Uji Statistik F

Tabel 4.6
Hasil Uji Statistik F
a
ANOVA
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
b
1 Regression .135 4 .034 3.315 .017
Residual .560 55 .010
Total .695 59
a. Dependent Variable: ETR

b. Predictors: (Constant), FASILITAS_PERPAJAKAN, RASIO_UTANG,

INTENSITAS_ASET_TETAP, INTENSITAS_PERSEDIAAN

Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0.05 sedangkan hasil uji

statistik menunjukkan nilai F yang diperoleh sebesar 3.315 dengan tingkat

signifikansi 0.017. Hal ini berarti nilai probabilitas dibawah 0.05. Ini

menunjukkan bahwa variabel rasio utang, intensitas persediaan, intensitas

aset tetap, dan fasilitas perpajakan secara bersama-sama berpengaruh

secara signifikan terhadap tarif pajak efektif.

4.5 Hasil Uji Statistik t

Tabel 4.7
Hasil Uji Statistik t
a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) .218 .051 4.261 .000

RASIO_UTANG .241 .068 .501 3.532 .001 .728 1.374

INTENSITAS_ASET_TETAP -.039 .087 -.066 -.446 .657 .665 1.504

INTENSITAS_PERSEDIAAN -.232 .156 -.244 -1.489 .142 .544 1.839

FASILITAS_PERPAJAKAN .020 .029 .086 .690 .493 .953 1.050


52

a. Dependent Variable: ETR

Dari Tabel 4.17 Hasil Uji statistik t, dapat dirumuskan model persamaan

regresi sebagai berikut:

Y = 0.218 + 0.241 X1 – 0.039 X2 – 0.232 X3 + 0.020 X4 + e

4.6 Pembahasan

4.6.1 Pengaruh Rasio Utang Terhadap Tarif Pajak Efektif

Berdasarkan tabel uji t ini dapat diketahui bahwa variabel rasio utang memiliki

nilai signifikansi sebesar 0.001 dan dibawah 0.05. Hal ini berarti Hipotesis H0

ditolak dan H1 diterima, yang berarti rasio utang berpengaruh terhadap tarif

pajak efektif. Melalui uji t juga dapat dilihat bahwa pada koefisien beta rasio

utang adalah 0.241. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa variabel rasio utang

berpengaruh positif terhadap tarif pajak efektif. Adanya pengaruh positif ini

menunjukkan bahwa peningkatan tingkat utang akan memperburuk

manajemen perpajakan. Penelitian ini agak berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Adnantara dan Dewi (2016). Perbedaan terletak pada

pengaruh positif/negatifnya, pada penelitian tersebut pengaruhnya negatif dan

dapat dijelaskan bahwa tingkat utang akan menurunkan tarif pajak efektif yang

berarti baik bagi manajemen perpajakan.

4.6.2 Pengaruh Intensitas Aset Tetap Terhadap Tarif Pajak Efektif

Berdasarkan tabel uji t ini pada hipotesis yang kedua yakni Intensitas aset

tetap, dan nilai sig α > 0.050, yakni sebesar 0.657. Hasil uji t ini menunjukkan
53

bahwa intensitas aset tetap tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif. Hal

ini menunjukkan bahwa hipotesis H2 ditolak dan H0 diterima. Penelitian ini

sama hasilnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Imelia (2015) dan

Haryadi (2012). Aset tetap memang diyakini menjadi faktor pengurang dalam

laba perusahaan akibat adanya biaya penyusutan yang pada akhirnya akan

mengurangi pajak. Aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan tidak seluruhnya

dimiliki oleh perusahaan. Ketika aset tetap itu disewa dari pihak luar, maka

yang akan menanggung biaya depresiasi adalah pihak yang memiliki aset

bukan pihak instansi/perusahaan yang menggunakan aset tersebut, jadi

beban depresiasi tidak dibebankan kepada pihak perusahaan yang pada

akhirnya tidak mengurangi laba pajak.

4.6.3 Pengaruh Intensitas Persediaan Terhadap Tarif Pajak Efektif

Berdasarkan tabel uji t ini pada hipotesis yang ketiga yakni Intensitas aset

tetap, memiliki nilai sig α > 0.050, yakni sebesar 0.142. Hasil uji t ini

menunjukkan bahwa intensitas persediaan tidak berpengaruh tarif pajak

efektif. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis H3 ditolak dan H0 diterima.

Penelitian ini sama hasilnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Imelia

(2015). Dari hasil ini, biaya-biaya yang terkandung dalam persediaan yang

dijelaskan pada PSAK No.14 (IAI, 2014) tidak mempengaruhi intensitas

persediaan yang ada. Dalam hal ini, berarti biaya-biaya persediaan seperti

biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang tergolong kecil sekali

pengaruhnya terhadap tarif pajak efektif perusahaan.


54

4.6.4 Pengaruh Fasilitas Perpajakan Terhadap Tarif Pajak Efektif

Berdasarkan tabel uji t ini pada hipotesis yang keempat yakni fasilitas

perpajakan, memiliki nilai sig α > 0.050, yakni sebesar 0.493 Hasil uji t ini

menunjukkan bahwa intensitas aset tetap tidak berpengaruh terhadap tarif

pajak efektif. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis H4 ditolak dan H0 diterima.

Penelitian ini sama hasilnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Darmadi

(2013). Berdasarkan data penelitian yang dilakukan oleh penulis, penulis

menemukan bahwa perusahaan yang melakukan fasilitas perpajakan hanya

sedikit jumlahnya, dari 20 perusahaan yang terdaftar sebagai sample, hanya

6 perusahaan yang mempunyai fasilitas perpajakan.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini menguji secara empiris pengaruh rasio utang, intensitas aset

tetap, intensitas persediaan, fasilitas perpajakan terhadap tarif pajak efektif

pada perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang industri dasar dan kimia

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan data

laporan selama 3 tahun, yakni 2014, 2015, dan 2016. Dari sebanyak 68

perusahaan populasi yang terdaftar menghasilkan sample sebanyak 20

perusahaan setelah melalui seleksi sampling dengan metode purposive

sampling.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan

menggunakan beberapa metode analisis, maka dapat diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Melalui uji statistik F, dapat ditunjukkan bahwa secara simultan rasio

utang, intensitas aset tetap, intensitas persediaan, dan fasilitas

perpajakan berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.

2. Dari semua variabel dependen, hanya rasio utang yang memiliki

pengaruh positif terhadap tarif pajak efektif. Untuk sisa keempat

variabel lain tidak memiliki pengaruh terhadap tarif pajak efektif.

3. Rasio utang memiliki pengaruh positif terhadap tarif pajak efektif.

55
56

4. Intensitas aset tetap tidak memiliki pengaruh terhadap tarif pajak

efektif.

5. Intesitas persediaan tidak memiliki pengaruh terhadap tarif pajak

efektif.

6. Fasilitas perpajakan tidak memiliki pengaruh terhadap tarif pajak

efektif.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Populasi pada penelitian ini tidak mencakup keseluruhan

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, hanya mencakup

perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang industri dasar dan

kimia dengan periode jangka waktu 3 tahun (2014-2016).

2. Dari hasil uji koefiesien determinasi, dapat terlihat bahwa R square

memiliki nilai sebesar 13.6%, berarti variable-variable dependen

yang ada belum memberikan pengaruh secara keseleruhan, jadi

perlu meningkatkan variable.

3. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling

sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi secara luas

untuk setiap perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

4. Penelitian ini hanya menggunakan empat variabel independen

dengan kemampuan yang sangat terbatas dalam menjelaskan


57

varians variabel dependen sehingga masih terdapat faktor-faktor

lain yang mempengaruhi tarif pajak efektif yang tidak dapat

dijelaskan dalam model penelitian ini.

5.3 Saran

Peneliti memiliki beberapa saran yang ditujukan dan dapat dijadikan

pertimbangkan bagi penelitian-penelitian selanjutnya, antara lain:

1. Memperluas data populasi penelitian sehingga memungkinkan

untuk mendapatkan jumlah sample yang lebih banyak, sehingga

hasil analisis yang dihasilkan bisa semakin baik.

2. Menggunakan rentang periode yang lebih luas yang diharapkan

dapat menghasilkan hasil yang lebih baik.

3. Menambahkan ataupun menggunakan variabel independent lain

misalnya: ukuran perusahaan, profitabilitas, komisaris independen,

debt to equity ratio, ataupun variabel lain yang berbeda sehingga

dapat menjadi sumber informasi baru bagi penelitian selanjutnya.


58

LAMPIRAN

Hasil Sampling data


No Kode Nama Perusahaan
Perusahaan
1 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
2 SMBR Semen Baturaja Persero Tbk
3 SMGR Semen Indonesia Tbk d.h. Semen Gresik Tbk
4 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
5 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk
6 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
7 INAI Indal Alumunium Industry Tbk
8 ISSP Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk
9 LMSH Lionmesh Prima Tbk
10 PICO Pelangi Indah Canindo
11 BUDI Budi Acid Jaya Tbk
12 DPNS Duta Pertiwi Nusantara
13 EKAD Ekadharma International Tbk
14 INCI Intan Wijaya International Tbk
15 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
16 APLI Asiaplant Industries Tbk
17 IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk d.h Kageo Igar
Jaya Tbk
18 CPIN Chaeron Pokphand Indonesia Tbk
19 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk
20 ALDO Alkindo Naratama Tbk

Rasio Utang (X1)


Daftar Rasio Utang
No Perusahaan 2014 2015 2016
1 INTP 0.149130207 0.136491818 0.133061354
2 SMBR 0.08379364 0.09768967 0.28568417
3 SMGR 0.271665889 0.280771803 0.308692362
4 AMFG 0.214054294 0.206087898 0.346169678
5 ARNA 0.277788272 0.374656743 0.385641414
6 TOTO 0.512787367 0.388596871 0.362777611
7 INAI 0.863772066 0.819718566 0.80731155
8 ISSP 0.576563091 0.53133893 0.562207921
9 LMSH 0.201666253 0.15951952 0.279509667


59

10 PICO 0.632117671 0.592116384 0.583688164


11 BUDI 0.633049009 0.661583924 0.602640283
12 DPNS 0.122168462 0.120907306 0.110981663
13 EKAD 0.349309978 0.250787802 0.157299052
14 INCI 0.076666937 0.091391127 0.098477451
15 AKPI 0.536782182 0.615847705 0.851345746
16 APLI 0.177770781 0.282091245 0.216132592
17 IGAR 0.265090411 0.191365228 0.797831914
18 CPIN 0.466850502 0.48682267 0.415110659
19 JPFA 0.671326958 0.643946263 0.513118729
20 ALDO 0.57076801 0.53299491 0.510424511

Intensitas Aset Tetap (X2)


Daftar Intensitas Aset Tetap
No Perusahaan 2014 2015 2016
1 INTP 0.420413479 0.499808672 0.48568535
2 SMBR 0.190510777 0.240778274 0.796560535
3 SMGR 0.588991565 0.659649425 0.697465859
4 AMFG 0.387933986 0.426880236 0.63946909
5 ARNA 0.584319228 0.618398788 0.556434744
6 TOTO 0.391350896 0.358726088 0.341573176
7 INAI 0.115631826 0.174400624 0.179284737
8 ISSP 0.286805013 0.343851743 0.328435133
9 LMSH 0.209323927 0.207799197 0.380131181
10 PICO 0.222077887 0.218447708 0.202105652
11 BUDI 0.597881616 0.524297196 0.604330367
12 DPNS 0.047275662 0.044898955 0.040279607
13 EKAD 0.255864337 0.247877811 0.505007053
14 INCI 0.34103522 0.285957793 0.47721746
15 AKPI 0.476295698 0.587014588 0.620198944
16 APLI 0.607655047 0.554432636 0.737074243
17 IGAR 0.131430038 0.173179905 0.160629036
18 CPIN 0.439060297 0.453898308 0.464112778
19 JPFA 0.403683517 0.39680553 0.390217695
20 ALDO 0.303612894 0.321334605 0.270810638


60

Intensitas Persediaan (X3)


Daftar Intensitas Persediaan
No Perusahaan 2014 2015 2016
1 INTP 0.057661331 0.058204249 0.059050605
2 SMBR 0.05949776 0.056858958 0.042899125
3 SMGR 0.081898247 0.063139635 0.060396393
4 AMFG 0.188804967 0.201671789 0.17392264
5 ARNA 0.046176082 0.05870089 0.109035287
6 TOTO 0.219217829 0.247314966 0.018153814
7 INAI 0.368634073 0.209638123 0.204374503
8 ISSP 0.436275412 0.378422512 0.40604812
9 LMSH 0.219895771 0.16813048 0.262405729
10 PICO 0.390458758 0.402721744 0.38693199
11 BUDI 0.108995947 0.113377014 0.154278573
12 DPNS 0.163988382 0.133450888 0.10728734
13 EKAD 0.39380316 0.294291389 0.176802005
14 INCI 0.151682504 0.092181473 0.099116023
15 AKPI 0.130277682 0.120384941 0.103810951
16 APLI 0.12855558 0.097495302 0.076764323
17 IGAR 0.341164223 0.292621687 0.254686369
18 CPIN 0.205584982 0.220089967 0.211101849
19 JPFA 0.325769107 0.341209627 0.285699941
20 ALDO 0.215172712 0.217354123 0.232855914

Fasilitas Perpajakan
Daftar Fasilitas Perpajakan
No Perusahaan 2014 2015 2016
1 INTP 1 1 1
2 SMBR 0 0 0
3 SMGR 0 0 0
4 AMFG 0 0 0
5 ARNA 1 1 1
6 TOTO 0 0 0
7 INAI 0 0 0
8 ISSP 1 1 1
9 LMSH 1 1 1
10 PICO 0 0 0


61

11 BUDI 1 1 1
12 DPNS 0 0 0
13 EKAD 0 0 0
14 INCI 0 0 0
15 AKPI 0 0 0
16 APLI 0 0 0
17 IGAR 0 0 0
18 CPIN 1 1 1
19 JPFA 0 0 0
20 ALDO 0 0 0

Tarif Pajak Efektif/ETR (Y)


Tarif Pajak
Daftar Efektif
No Perusahaan 2014 2015 2016
1 INTP 0.075938619 0.228168599 0.066410381
2 SMBR 0.170090092 0.201243082 0.258216903
3 SMGR 0.213304667 0.226542376 0.108087505
4 AMFG 0.404551857 0.26475726 0.145608704
5 ARNA 0.248947471 0.254454844 0.262132786
6 TOTO 0.23078063 0.252473314 0.329285373
7 INAI 0.324473375 0.498966978 0.388040691
8 ISSP 0.179865203 0.179927816 0.260465651
9 LMSH 0.325558709 0.489361702 0.336481324
10 PICO 0.209962507 0.141882987 0.204327201
11 BUDI 0.344562145 0.595741007 0.268927922
12 DPNS 0.155054089 0.166751183 0.185384115
13 EKAD 0.305656733 0.290572639 0.234387796
14 INCI 0.037433621 0.117579731 0.248664912
15 AKPI 0.434517303 0.459414537 0.310178663
16 APLI 0.419909015 0.203520824 0.250984369
17 IGAR 0.27612048 0.186918844 0.276366484
18 CPIN 0.171060204 0.196802459 0.434737795
19 JPFA 0.289336953 0.248242382 0.215059978
20 ALDO 0.253198653 0.258057558 0.254616362


62

DAFTAR RUJUKAN

Adnantara, Komang Fridagustina dan Dewi, Ni Nyoman Sri Rahayu Trisna.


2016. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Tingkat Utang, dan Profitabilitas
Terhadap Manajemen Pajak dengan Indikator Tarif Pajak Efektif pada
Perusahaan Properti dan Real Estate. Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Triatma Mulya, Volume 11 Nomor 2, 31 Agustus 2016.

Atarwaman, Rita J.D. 2011. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan,


Profitabilitas, dan Kepemilikan Manejerial Terhadap Praktik Perataan
Laba yang Dilakukan Oleh Perusahaan Manufaktur pada Bursa Efek
Indonesia (BEI). Jurnal Ilmu Ekonomi Advantage Volume 2, Nomor 2,
19 Februari 2011.

Blocher EJ, Chen KH, Cokins G, dan Lin TW. 2007. Manajemen Biaya. Tim
Penerjemah Penerbit Salemba, Penerjemah. Jakarta: Salemba Empat.
Terjemahan dari cost management.

Darmadi, Iqbal Nulhakim. 2013. Analisis Faktor yang Mempengaruhi


Manajemen Pajak dengan Indikator Tarif Pajak efektif. E-Jurnal-S1
Undip.Vol 2, No 4, Hal 1-12, ISSN 2337-3806.

Febrianti, Henny Meiriska. 2016. Faktor-Faktor tang Mempengaruhi


Manajemen Pajak pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi STIE Trisakti, Volume 18, Nomor 2, Desember 2016.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM


SPSS 21 Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.

Gunadi. 2009. Akuntansi Perpajakan. Edisi 2009. Jakarta: PT. Grasindo.

Haryadi, T. 2012. Pengaruh Intensitas Modal, Leverage, dan Ukuran


Perusahaan Terhadap Tarif Pajak Efektif Pada Perusahaan
Pertambangan di BEI Tahun 2010-2011. Skripsi. Pekanbaru:
Universitas Riau.

Herjanto, Eddy. 2007. Manajemen Operasi. Jakarta: Grasindo.

Imelia, Septi. 2015. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Pajak


dengan Indikator Tarif Pajak Efektif (ETR) pada Perusahaan LQ45 yang
Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012. Jurnal Online
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Riau, Volume 2 Nomor 1, 1
Febuari 2015.


63

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis.


Yogyakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Edisi Revisi 2011. Andi: Yogyakarta.


Marfuah, Laila. 2015. Pengaruh Return On Asset, Leverage, Ukuran


Perusahaan Kompensasi Rugi Fiskal dan Koneksi Politik terhadap Tax
Avoidance. Jurnal Akuntansi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Masri, Indah dan Martani, Dwi. 2012. Pengaruh Tax avoidance Terhadap Cost
Of Debt. Simposium Nasional Akuntansi XV. Banjarmasin.

Munawir. 2010. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta:


Liberty.

Nafarin, M. 2007. Penganggaran Perusahaan. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba


Empat

Pernyataan Akuntansi Keuangan No.14 (Revisi 2008) Persediaan. Dewan


Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia. Jakarta.

Pernyataan Akuntansi Keuangan No. 16 (Revisi 2007) Aset Tetap. Dewan


Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia. Jakarta.

Pearce II, John A dan Robinson Richard B. Jr. 2008. Manajemen Strategis 10.
Salemba Empat, Jakarta.

Pohan, Chairil Anwar. 2013. Manajemen Perpajakan: Strategi Perencanaan


Pajak dan Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.


Prabowo, Yusdianto. 2006. Akuntansi Perpajakan Terapan. Jakarta: Grasindo

Rahatiani, Putri Sulistyo. 2015. Manajamen Pajak atas Badan Koperasi


Karyawan Ruwa Jurai. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Lampung.

Resmi, Siti. 2013. Perpajakan: Teori dan Kasus. Edisi 7. Jakarta: Salemba
Empat.

Richardson, Grant dan Lanis, Roman. 2007. Corporate Social Responsibility


and Tax Aggressiveness. AAA Conference August 6-10, 2011. Denver,
Colorado
USA.

Rusydi, M. Khoiru dan Kusumawati, Alfiah. 2010. Manajemen Perpajakan dan


64

Analisa Deteksi Dini terhadap Tax Evasion Melalui Metode Benchmark.


Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 8, Nomor 3.

Sawir, Agnes. 2004. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan


Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Suandy, Erly. 2008. Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 (A) (1945). Undang-Undang Dasar


1945 pasal 23 (A) tentang Hal Keuangan yang Mengatur Anggaran
dan Pendapatan Belanja Negara. Jakarta: Departemen Keuangan.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (2009). Undang-Undang Nomor 16


Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Jakarta: Departemen Keuangan.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 (2000). Undang-Undang Nomor 17


Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 7
tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Jakarta: Departemen
Keuangan.

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 (2008). Undang-Undang Nomor 36


tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Jakarta: Departemen
Keuangan.

Widjono Hs. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan


Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Grasindo.

Yunika. Esterlitha. 2017. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Tingkat


Hutang Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Tarif Pajak Efektif
pada Perusahaan Subsektor Industri Rokok yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Online Mahasiswa Universitas Pakuan, Volume
2, Nomor 2, 30 Agustus 2017.

www.bps.go.id

www.idx.co.id

Вам также может понравиться