Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pertanyaan :
2. Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi
siswa dan dari sisi guru. Bagaimanakah hasil belajar dikatakan berhasil
dengan baik dari sisi siswa maupun dari sisi guru?
Jawab :
Sudjana (2005) mengatakan bahwa penilaian hasil belajar adalah proses
pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria
tertentu
Hasil belajar pada satu sisi adalah berkat tindakan guru, suatu
pencapaian tujuan pembelajaran. Pada sisi lain, merupakan peningkatan mental
siswa. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak
pengiring. Kedua dampak tersebut sangat berguna bagi guru dan juga siswa.
Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam
angka rapot, sedangkan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan
kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006:
4).
Menurut Suparno dalam Sardiman (2004: 38) mengatakan bahwa hasil
belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan
lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah
diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses
interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
Hasil belajar adalah suatu pencapaian yang diperoleh oleh siswa dalam
proses pembelajaran yang dituangkan dengan angka maupun dalam
pengaplikasian pada kehidupan sehari-hari atas ilmu yang didapat.
1. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh
siswa.
2. Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik.
Pertanyaan :
Jawab :
Pertanyaan:
4. Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai
oleh siswa, tetapi juga dari segi prosesnya. Jelaskan mengapa demikian?
Jawab :
Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar.
Ini berarti optimalnya hasil belajar siswa tergantung pula pada proses belajar
siswa dan proses mengajar guru.
Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar
tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa
dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat
bagi guru dan siswa.
Sebagai konsekuensi bahwa siswa merupakan sentral, maka aktivitas
siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
Aktivitas siswa dalam hal ini, baik secara fisik maupun mental.
Mempunyai batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu
dalam sistem klasikal, batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa
ditingggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan harus
sudah tercapai.
Diakhiri dengan evaluasi. Dari seluruh kegiatan tersebut, masalah
evaluasi merupakan bagian penting yang tidak bisa diabaikan. Evaluasi harus
dilakukan oleh guru untuk mengetahui tercapai atau tidak tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan.
Pertanyaan :
Jawab :
Alat ukur yang baik dan benar haru memenuhi beberapa syarat, antara lain :
1. Valid
Suatu alat ukur dikatakan valid atau mempunyai validitas yang tinggi apabila
alat ukur itu betul-betul mengukur apa yang ingin diukur.
Menurut Azwar (1986) Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai
arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
fungsi ukurnya.
Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu
alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan
tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut.
Cermat berarti bahwa pengukuran itu dapat memberikan gambran mengenai
perbedaan yang sekecil-kecilnya mengenai perbedaan yang satu dengan yang
lain.
Jadi Validitas merupakan suatu standar atau dasar ukuran yang menunjukkan
ketetapan (appropriateness), kemanfaatan (userfulness) dan kesahihan yang
mengarah pada ketepatan interpretasi suatu prosedur evaluasi sesuai dengan
tujuan pengukurannya.
2. Reliabel
Suatu tes yang sahih/valid adalah reliabel, tetapi suatu tes yang reliabel belum
tentu valid. Reliabilitas suatu tes menunjuk kepada ketetapan konsistensi, atau
stabilitas hasil tes/suatu ukuran yang dilakukan.
Berikut pengertian reliabilitas menurut beberapa ahli:
Sugiono (2005): serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang
memiliki konsistensi jika pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu
dilakukan secara berulang. Reliabilitas tes, merupakan tingkat konsistensi suatu
tes, adalah sejauh mana tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang
konsisten, relatif tidak berubah meskipun diteskan pada situasi yang berbeda.
Nursalam (2003): kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan jika fakta atau
kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berulang kali dalam waktu yang
berlainan.
Sukadji (2000): sebarapa besar derajat tes mengukur secara konsisen sasaran
yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasana koefiesien.
Gronlund dan Linn (1990): ketepatan hasil yang diperoleh dari suatu
pengukuran.
Sugiono (2005) dalam Suharto (2009): serangkaian pengukuran atau
serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang
dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang.
Anastasia dan Susana (1997): sesuatu yang merujuk pada konsistensi skor
yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji dengan tes yang sama
pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen
(equivalent items) yang berbeda, atau dibawah kondisi pengujian yang berbeda.
Suryabrata (2004): sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat
dipercaya.
Suatu tes yang sahih/valid adalah reliabel, tetapi suatu tes yang reliabel belum
tentu valid. Reliabilitas suatu tes menunjuk kepada ketetapan konsistensi, atau
stabilitas hasil tes/suatu ukuran yang dilakukan.
Jadi Reliabilitas yaitu suatu konsistensi sebuah tes dalam mengukur atau
mengamati sesuatu yang menjadi objek ukur.
Jika kita melihat permasalahan ini dari kacamata asumsi yang mendasari
pemikiran reliabilitas di atas, maka reliabel = ajeg. tentu saja dengan
persyaratan yang mustahil untuk dipenuhi tadi.
Tapi jika dilihat dalam konteks aplikasinya, reliabilitas tidak selalu sama
dengan keajegan, tergantung dari pendekatan mana yang digunakan untuk
mengestimasinya.
Mungkin akan lebih aman jika kita menyebut reliabilitas sebagai "tingkat
kepercayaan, seberapa jauh error yang dihasilkan dari tes, dan seberapa jauh
hasil tes dapat dipercaya". (Feldt & Brennan, 1989: 105)
3. Objektif yaitu Penskor hendaknya menilai/menskor apa-adanya, tanpa
dipengaruhi oleh subjektif penskor atau faktor-faktor lainnya diluar yang
tersedia.
4. Praktis (Mudah dan murah) Suatu alat ukur dikatakan praktis apabila biaya
alat ukur itu murah. Disamping itu, alat tersebut mudah diadministrasikan,
mudah diskor, dan mudah diinterprestasikan.
5. Norma
Dalam hal ini norma diartikan sebagai patokan kriteria atau ukuran yang
digunakan untuk menentukan dalam pengambilan keputusan.
KELOMPOK 1
Pertanyaan :
1. Bagaimana kedudukan evaluasi dalam proses pendidikan?
Jawab:
Kelemahan yang sering dilakukan selama ini adalah evaluasi pendidikan disamakan
artinya dengan evaluasi hasil belajar, sehingga menjadi kerdil dan kurang bermakna untuk
perbaikan dan pengendalian mutu pendidikan. Kualitas pembelajaran akan menjadi berarti
baik, berkualitas, efektif dan efisien, kalau semua komponen pembelajaran berfungsi optimal
sesuai tugas dan fungsinya, dengan selalu berpegang pada filosofi : “ mutu adalah yang utama
2. Saat seorang guru sedang melaksanakan suatu unit pembelajaran tertentu beberapa
anak didiknya mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan meskipun telah dilakukan program perbaikan (remidial), pada benak
seorang guru mungkin akan muncul pertanyaan: "Mengapa anak didik saya tidak
bisa mencapai tujuan pembelajaran? Apakah mereka menemui hambatan/kesulitan?
Pada bagian mana letak kesulitan/hambatan itu muncul? Bagaimana cara
mengatasinya?"
Jawab :
Berdasarkan kasus di atas untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak didik, perlu
diadakan tes diagnostik. Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa sehingga dengan mengetahui kelemahan siswa tersebut, maka
kita bisa memperlakukan siswa tersebut dengan tepat. Materi tes yang ditanya dalam tes
diagnostik biasanya mengenai hal-hal tertentu yang juga merupakan pengalaman sulit bagi
siswa. Tes ini dapat dilaksanakan dengan cara lisan, tulisan, atau dengan mengkaloborasi kedua
cara tes. dalam catatan, tes ini hanya untuk memeriksa, jika hasil pemeriksaan tersebut
membuktikan kelemahan daya serap siswa maka terhadap suatu pembelajaran. Maka siswa
tersebut akan dilakukan pembimbingan secara khusus kepadanya.
Tes diagnostik biasanya adalah sebuah tes yang dibuat dengan jumlah item soal yang
cukup banyak pada suatu materi tertentu/spesifik. Item-item soal dibuat dengan sangat sedikit
perbedaan variasi dari satu item soal ke item soal lainnya sehingga penyebab
kesulitan/hambatan belajar dapat terdeteksi.
Tujuan khusus pembuatan tes diagnostik misalnya untuk menjawab pertanyaan:
"Apakah siswa mengalami kesulitan belajar Bahasa Inggris karena mereka tidak
mengerti Grammar ataukah karena jumlah kosakata yang mereka miliki terlalu
sedikit?" Atau pertanyaan semisal: "Apakah siswa mengalami kesulitan memahami
konsep persilangan monohibrib pada pelajaran biologi karena mereka tidak mengerti
tentang cara menemukan gamet? Ataukah karena mereka tidak mengerti cara
menuliskan diagram persilangan pada papan punnet? Ataukah karena mereka tidak
mengerti konsep dominan dan resesif?".
Demikianlah, tes diagnostik memfokuskan tujuannya pada pencarian letak
kesulitan anak didik dalam mempelajari suatu materi pelajaran sehingga pembelajaran
perbaikan yang akan diberikan dapat menjadi lebih efektif menuju letak permasalahan
belajar yang dialami anak didik.
KELOMPOK 3
E. PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN TES HASIL BELAJAR
Pertanyaan :
1. Strategi apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas tes
uraian sebagai alat penilaian hasil belajar?
Jawab :
Tes uraian adalah tes (seperangkat soal yang berupa tugas, pertanyaan) yang menuntut peserta
didik untuk mengorganisasikan dan menyatakan jawabannya menurut kata-kata (kalimat)
sendiri. Jawaban tersebut dapat berbentuk mengingat kembali, menyusun, mengorganisasikan
atau memadukan pengetahuan yang telah dipelajarinya dalam rangkaian kalimat atau kata-kata
yang tersusun secara baik. Oleh
karena itu tes uraian sering juga dikatakan sebagai tes essay. Walau pun sebenarnya antara tes
uraian dan essay memiliki perbedaan, yaitu dalam hal kedalaman dan keluasan materi yang
diukur atau diungkap. Sebenarnya tes uraian lebih tepat digunakan untuk mengukur prestasi
belajar yang lebih kompleks, walaupun tidak dipungkiri masih banyak para guru yang
menggunakan jenis tes ini hanya untuk mengukur pengetahuan yang bersifat faktual dan
dangkal.
Merencanakan tes Uraian Seperti pada tes lain, untuk mendapatkan soal tes uraian yang baik,
perlu direncanakan secara matang. Paling tidak si penyusun soal harus memahami atau
mengingat kembali prinsip-prinsip penilaian, dan mengingat kembali prosedur pengembangan
tes secara umum.
1. Hendaknya soal- soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang di teskan, dan
kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
2. Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau
catatan.
3. Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta
pedoman penilaiannya dan soal harus sesuai dengan perencanaan tes yang anda telah
buat.
4. Hendaknya diusahakan agar pertanyaannya bervariasi antara ”jelaskan”, ”bagaimana”,
”mengapa”, ”seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa
terhadap bahan.
5. Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh
tercoba.
6. Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. Untuk
ini pertanyaan tidak boleh terlalu umum, tapi harus spesifik.
Agar diperoleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan memadai sebagai alat
penilaian hasil belajar, hendaknya diperhatikan hal-hal berikut :
Pertanyaan :
1. Memahami cara anilisis butir soal menjadi hal yang mesti dikuasai oleh setiap
guru agar pemberian soal dan skor tidak terkesan asal-asalan. Namun terkadang
sebagian guru belum memahami kariteria pemberian skor kepada soal-soal yang
berdasarkan kategori kesukaran, daya pembeda dan pola jawaban soal, alhasil
soal mudah, sedang dan sulit diberi standar skor yang sama. Bagaimana cara
menganalisis butir soal berdasarkan kategorinya?
Jawaban:
Tiga masalah yang berhubungan dengan analisis soal, yaitu taraf kesukaran,
daya pembeda, dan pola jawaban soal atau pengecoh (Arikunto, 2010). Berikut ulasan
cara analisis butir soal.
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan
rendah). Menurut Sukiman (2012) memberikan kriteria daya beda soal sebagai berikut:
Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh (distractor) berfungsi
sebagai pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh
testee berarti bahwa pengecoh itu jelek. Sebaliknya sebuah distraktor (pengecoh) dapat
dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang
besar bagi pengikut-pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang
menguasai bahan.
Sesuatu distraktor dapat diperlakukan dengan 3 cara, yaitu: (1) diterima, karena
sudah baik, (2) ditolak karena tidak baik, (3) ditulis kembali, karena kurang baik.
Kekurangannya mungkin hanya terletak pada rumusan kalimatnya sehingga hanya
perlu ditulis kembali, dengan perubahan seperlunya. Menulis soal adalah suatu
pekerjaan yang sulit, sehingga apabila masih dapat diperbaiki, sebaiknya diperbaiki
saja, tidak dibuang (Arikunto, 2010). Pengecoh dikatakan berfungsi efektif apabila
paling tidak ada siswa yang terkecoh memilih (Purwanto, 2013).
Pertanyaan :
Pertanyaan :
1. Teknik tes bukan satu-satunya teknik untuk melakukan evaluasi hasil belajar,
sebab masih ada teknik lainnya yang dapat dipergunakan, yaitu teknik non-tes.
Dengan teknik non-tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik
dilakukan dengan tanpa “menguji” peserta didik, melainkan dengan berbagai
cara. Jelaskan beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam teknik
pengolahan data non tes !
Jawaban :
Teknik non tes ini sangat penting untuk dipahami, dimana data peserta
didik tidak hanya menyangkut hal-hal yang bersifat kuantitatif yang bisanya
berupa data kognitif, melainkan juga menyangkut hal-hal yang tidak kalah
pentingnya untuk dikenali dan dipahami, yaitu data yang berupa kualitatif atau
non kognitif dan lingkungan peserta didik.
Teknik pengumpulan data secara non tes yang meliputi performent assesment,
analisis dokumen, anecdotal record, dan daftar cek/cek list.
a. Performent Assesment
2. Waktu terbatas
4. Tidak semua siswa mempunyai minat yang sama dalam proses kinerja pada
topik tertentu.
b. Analisis dokumen
Selain itu, dokumen juga memuat informasi mengenai orangtua didik (biodata
lengkap), juga dokumen yang membuat tentang lingkungan nonsosial, seperti:
2. Ruang belajar
Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subyek dan aspek-aspek yang akan
diamati. Yang mana daftar cek ini dapat memungkinkan guru sebagai penilai yang akan
mencatat semua kejadian-kejadian, walaupun hanya kejadian yang kecil, tapi tetap
dianggap penting.
assessment?
Jawab :
PERTANYAAN:
1. Laporan hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.
Dari sistem penilaian yang mana informasi ranah kognitif, psikomotor dan afektif
diperoleh, jelaskan!
JAWAB :
Informasi ranah kognitif dan psikomotor diperoleh dari sistem penilaian yang
digunakan untuk mata pelajaran yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar.
Informasi ranah afektif diperoleh melalui kuesioner, inventori, dan pengamatan yang
sistematik.Pelaporan hasil inventori afektif ini akan sangat bermanfaat khususnya untuk
mengetahui sikap dan minat siswa terhadap pelajaran dan hasilnya dapat dimanfaatkan
untuk memperbaiki sikap serta minat siswa terhadap pembelajaran . Pelaporan ranah
afektif dilakukan secara kualitatif.
Hasil penilaian ranah kognitif dan psikomotor dapat berupa nilai angka maupun
deskripsi kualitatif terhadap kompetensi dasar tertentu. Misalnya untuk nilai angka
dapat diberikan dalam bentuk nilai 75 sebagai batas minimal penguasaan (mastery).
Artinya, jika seorang siswa sudah mencapai nilai 75 untuk kompetensi dasar tertentu
maka dikatakan siswa tersebut berhasil. Akan tetapi, jika seorang siswa belum
mencapai nilai 75, dikatakan siswa tersebut belum berhasil. Sedangkan deskripsi
kualitatif dapat dilaporkan dalam bentuk deskripsi mengenai kompetensi dasar tertentu
dari pembelajaran.
2. Jelaskan manfaat pelaporan hasil penilaian dari tinjau dari sisi siswa, orang tua,
guru dan kepala sekolah!
JAWAB :
1. Untuk Siswa
Informasi hasil belajar siswa dapat diperoleh melalui ujian, kuesioner, wawancara, atau
pengamatan. Informasi hasil belajar ranah kognitif dan psikomotor diperoleh melalui ujian,
sedangkan ranah afektif diperoleh melalui angket, inventori, dan pengamatan. Informasi
hasil belajar dapat dimanfaatkan siswa untuk: (a) mengetahui kemajuan hasil belajar diri,
(b) mengetahui konsep-konsep atau teori yang belum dikuasai, (c) memotivasi diri untuk
belajar lebih baik, dan (d) memperbaiki strategi belajar.
Untuk memberi informasi yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh siswa seoptimal
mungkin, maka laporan yang diberikan kepada siswa harus berisi: (a) hasil pencapaian
belajar siswa, (b) kekuatan dan kelemahan siswa dalam semua mata pelajaran, dan (c) minat
siswa pada masing-masing mata pelajaran.
2. Untuk Orangtua
Informasi hasil belajar dimanfaatkan oleh orangtua untuk memotivasi anak agar belajar
lebih baik. Untuk itu diperlukan informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa, yang
meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Informasi ini digunakan orangtua untuk:
(a) membantu anaknya belajar, (b) memotivasi anaknya belajar, (c) membantu sekolah
meningkatkan hasil belajar siswa, dan (d) membantu sekolah melengkapi fasilitas belajar.
Untuk memenuhi kebutuhan orang tua dalam meningkatkan hasil belajar, bentuk laporan
hasil belajar harus mencakup semua ranah, serta deskripsi yang lebih rinci tentang
kelemahan, kekuatan, dan keterampilan puteranya dalam melakukan tugas, serta minat
terhadap mata pelajaran.
Guru yang baik adalah guru yang dapat memanfaatkan hasil penilaiannya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan pada kelasnya maupun pada lembaga tempat ia bekerja.
Pernyataan tersebut senada dengan pentingnya hasil penilaian bagi sekolah. Hasil penilaian
harus dimanfaatkan untuk semua pihak yang berkepentingan.
Laporan hasil belajar untuk guru dan kepala sekolah harus mencakup hasil belajar dalam
semua ranah untuk semua pelajaran. Informasi yang diperlukan kompetensi dasar yang telah
dikuasai dan yang belum dikuasai oleh siswa. Guru memerlukan informasi yang spesifik
untuk masing-masing kelas yang diajar, sedangkan kepala sekolah memerlukan informasi
yang umum untuk semua kelas dalam satu sekolah.