Вы находитесь на странице: 1из 21

ANGIN

A. Pengertian
Angin adalah aliran udara dalam jumlah yang besar yang diakibatkan
oleh rotasi bumi serta karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya.
Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara
rendah yang mempunyai besaran dan arah. Besaran yang dimaksud adalah
kecepatannya sedangkan arahnya adalah darimana datangnya angin. Apabila
dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan
sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun karena udaranya
berkurang. Udara dingin di sekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan
rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Di atas
tanah udara menjadi panas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara
panas dan turunnya udara dingin ini dinamanakan konveksi.
Kecepatan angin adalah kecepatan udara yang bergerak secara
horizontal pada ketinggian dua meter diatas tanah. Perbedaan tekanan udara
antara asal dan tujuan angin merupakan faktor yang menentukan kecepatan
angin. Oleh karena itu, kecepatan angin dipengaruhi oleh karakteristik
permukaan yang dilaluinya.. Dalam mengukur kecepatan angin terdapat
istilah kecepatan angin rata-rata. Kecepatan angin rata-rata adalah jumlah
seluruh kecepatan angin pada saat pengamatan di bagi dengan jumlah
pengamatan tanpa memperhatikan arah angin.. Kecepatan angin dapat diukur
dengan menggunakan alat yang disebut anemometer. Jenis anemometer yang
paling banyak digunakan adalah anemometer mangkok. Kecepatan angin
dapat diukur dalam satuan meter per detik, kilometer per jam, atau knot

(1 knot– sekitar 0,5 m/s).

Arah angin diukur dalam satuan derajat yaitu utara 360°, selatan180°,
timur 90°, barat 270°, dan seterusnya. Beberapa contoh angin yang diberi
nama sesuai dengan arah datangnya angin yaitu angin darat adalah angin yang
datang dari arah darat, angin laut adalah angin yang datang dari laut .
Pada permukaan bumi terdapat atmosfer yang mengakibatkan
perbedaan dalam menerima energi matahari, maka dalam skala luas/global
angin membentuk sirkulasi tertentu. Oleh karena itu maka angin memiliki laju
dan arah. Di samping angin yang bergerak dalam skala luas terdapat angin
yang terjadi di lokasi tertentu atau disebut angin lokal. Contoh dari angin
lokal adalah angin laut dan angin darat.

B. Faktor Terjadinya Angin

Faktor terjadinya angin, yaitu:


1. Gradien barometris
Bilangan yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari 2 isobar
yang jaraknya 111 km. Makin besar gradien barometrisnya, makin cepat
tiupan angin.
2. Letak tempat
Kecepatan angin di dekat khatulistiwa lebih cepat dari yang jauh dari
garis khatulistiwa.
3. Tinggi tempat
Semakin tinggi tempat, semakin kencang pula angin yang bertiup, hal
ini disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menghambat laju udara.
Di permukaan bumi, gunung, pohon, dan topografi yang tidak rata lainnya
memberikan gaya gesekan yang besar. Semakin tinggi suatu tempat, gaya
gesekan ini semakin kecil.
4. Waktu
Di siang hari angin bergerak lebih cepat daripada di malam hari.

Gambar : Anemometer, alat pengukur kecepatan angin


C. Jenis-jenis Angin
1. Angin laut
Angin laut (sea breeze) adalah angin yang bertiup dari arah laut ke
arah darat yang umumnya terjadi pada siang hari dari pukul 09.00 sampai
dengan pukul 16.00 di daerah pesisir pantai. Angin ini biasa dimanfaatkan
para nelayan untuk pulang dari menangkap ikan di laut. Angin laut ini
terjadi pada siang hari. Karena air mempunyai kapasitas panas yang lebih
besar daripada daratan, sinar matahari memanasi laut lebih lambat
daripada daratan. Ketika suhu permukaan daratan meningkat pada siang
hari, udara di atas permukaan darat meningkat pula akibat konduksi.
Tekanan udara di atas daratan menjadi lebih rendah karena panas,
sedangkan tekanan udara di lautan cenderung masih lebih tinggi karena
lebih dingin. Akibatnya terjadi gradien tekanan dari lautan yang lebih
tinggi ke daratan yang lebih rendah, sehingga menyebabkan terjadinya
angin laut, dimana kekuatannya sebanding dengan perbedaan suhu antara
daratan dan lautan. Namun, jika ada angin lepas pantai yang lebih kencang
dari 8 km/jam, maka angin laut tidak terjadi.

A: Angin laut (pada siang hari), B: Angin darat (pada malam hari)

2. Angin darat
Angin darat (bahasa Inggris: land breeze) adalah angin yang bertiup
dari arah darat ke arah laut yang umumnya terjadi pada saat malam hari
dari jam 20.00 sampai dengan jam 06.00 di daerah pesisir pantai. Angin
jenis ini bermanfaat bagi para nelayan untuk berangkat mencari ikan
dengan perahu bertenaga angin sederhana. Pada malam hari daratan
menjadi dingin lebih cepat daripada lautan, karena kapasitas panas tanah
lebih rendah daripada air. Akibatnya perbedaan suhu yang menyebabkan
terjadinya angin laut lambat laun hilang dan sebaliknya muncul perbedaan
tekanan yang berlawanan karena tekanan udara di atas lautan yang lebih
panas itu menjadi lebih rendah daripada daratan, sehingga terjadilah angin
darat, khususnya bila angin pantai tidak cukup kuat untuk melawannya.

3. Angin lembah
Angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah
puncak gunung yang biasa terjadi pada siang hari.

4. Angin gunung
Angin gunung adalah angin yang bertiup dari puncak gunung ke
lembah gunung yang terjadi pada malam hari.

5. Angin Fohn

Angin Fohn/angin jatuh adalah angin yang terjadi seusai hujan


Orografis. angin yang bertiup pada suatu wilayah dengan temperatur dan
kelengasan yang berbeda. Angin Fohn terjadi karena ada gerakan massa
udara yang naik pegunungan yang tingginya lebih dari 200 meter di satu
sisi lalu turun di sisi lain. Angin Fohn yang jatuh dari puncak gunung
bersifat panas dan kering, karena uap air sudah dibuang pada saat hujan
Orografis.
Biasanya angin ini bersifat panas merusak dan dapat menimbulkan
korban. Tanaman yang terkena angin ini bisa mati dan manusia yang
terkena angin ini bisa turun daya tahan tubuhnya terhadap serangan
penyakit.

6. Angin Muson
Angin Munsoon, Moonsun, muson adalah angin yang berhembus
secara periodik (minimal 3 bulan) dan antara periode yang satu dengan
yang lain polanya akan berlawanan yang berganti arah secara berlawanan
setiap setengah tahun. Biasanya pada setengah tahun pertama bertiup angin
darat yang kering dan setengah tahun berikutnya bertiup angin laut yang
basah.
Pada bulan Oktober – April, matahari berada pada belahan langit
Selatan, sehingga benua Australia lebih banyak memperoleh pemanasan
matahari dari benua Asia. Akibatnya di Australia terdapat pusat tekanan
udara rendah (depresi) sedangkan di Asia terdapat pusat-pusat tekanan
udara tinggi (kompresi). Keadaan ini menyebabkan arus angin dari benua
Asia ke benua Australia.
Di Indonesia angin ini merupakan angin musim Timur Laut di belahan
bumi Utara dan angin musim Barat di belahan bumi Selatan. Oleh karena
angin ini melewati Samudra Pasifik dan Samudra Hindia maka banyak
membawa uap air, sehingga di Indonesia terjadi musim penghujan. Musim
penghujan meliputi seluruh wilayah indonesia, hanya saja persebarannya
tidak merata. makin ke timur curah hujan makin berkurang karena
kandungan uap airnya makin sedikit.
Pada bulan April-Oktober, matahari berada di belahan langit utara,
sehingga benua Asia lebih panas daripada benua Australia. Akibatnya, di
asia terdapat pusat-pusat tekanan udara rendah, sedangkan di australia
terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi yang menyebabkan terjadinya
angin dari australia menuju asia.
Di indonesia terjadi angin musim timur di belahan bumi selatan dan
angin musim barat daya di belahan bumi utara. Oleh karena tidak melewati
lautan yang luas maka angin tidak banyak mengandung uap air oleh karena
itu di indonesia terjadi musim kemarau, kecuali pantai barat sumatera,
sulawesi tenggara, dan pantai selatan irian jaya.
Antara kedua musim tersebut ada musim yang disebut musim
pancaroba (peralihan), yaitu musim kemareng yang merupakan peralihan
dari musim penghujan ke musim kemarau, dan musim labuh yang
merupakan peralihan musim kemarau ke musim penghujan. Adapun ciri-
ciri musim pancaroba yaitu : Udara terasa panas, arah angin tidak teratur
dan terjadi hujan secara tiba-tiba dalam waktu singkat dan lebat.
Angin Munson dibagi menjadi 2, yaitu Munson Barat atau dikenal
dengan Angin Musim Barat dan Munson Timur atau dikenal dengan Angin
Musim Timur

a. Angin Musim Barat


Angin Musim Barat/Angin Muson Barat adalah angin yang
berhembus dari Benua Asia (musim dingin) ke Benua Australia (musim
panas) dan mengandung curah hujan yang banyak di Indonesia bagian
Barat, hal ini disebabkan karena angin melewati tempat yang luas,
seperti perairan dan samudra. Contoh perairan dan samudra yang
dilewati adalah Laut China Selatan dan Samudra Hindia. Angin Musim
Barat menyebabkan Indonesia mengalami musim hujan.
Angin ini terjadi antara bulan Oktober sampai bulan April di
Indonesia terjadi musim hujan.

b. Angin Musim Timur


Angin Musim Timur/Angin Muson Timur adalah angin yang
mengalir dari Benua Australia (musim dingin) ke Benua Asia (musim
panas) sedikit curah hujan (kemarau) di Indonesia bagian Timur karena
angin melewati celah- celah sempit dan berbagai gurun (Gibson,
Australia Besar, dan Victoria). Ini yang menyebabkan Indonesia
mengalami musim kemarau. Terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus,
dan maksimal pada bulan Juli.

7. Angin Topan
Angin Topan adalah badai besar yang sangat kuat dengan pusaran
angin yang dahsyat dan berkecepatan 120 km/jam atau lebih. Ahli
Meteorologi menyebutnya Angin Topan Tropis, karena terbentuk di atas
samudera yang hangat.
Angin Topan terbentuk ketika uap air terangkat dari lautan dan
membentuk dinding awan yang tebal. Udara dan uap air yang hangat
berputar ke atas dan membentuk spiral. Semakin hangat, udara lembab
terdesak masuk ke bawah udara yang naik dan udara yang berputar mulai
membentuk topan. Angin kencang yang berputar di sekitar daerah yang
tenang, bersih dari awan, dan bertekanan rendah, disebut mata angin topan.
Dalam perjalanannya Angin Topan membawa hujan deras dan
gelombang tinggi. Gelombang tinggi terjadi apabila Angin Topan ini
terbentuk di atas lautan dan mengaduk laut di bawahnya sehingga
menimbulkan gelombang besar, dan ketika ia akan bergerak ke arah
daratan, ia mendorong gelombang air yang besar didepannya sehingga
terjadinya gelombang tinggi. Dan ketika mencapai daratan, Angin Topan
menyebabkan kerusakan dan kerugian yang besar. Gelombang tinggi dan
hujan yang deras sering mengakibatkan banjir di daerah pantai. Bahkan
banjir ini lebih merusak dibandingkan Angin Topannya sendiri. Hingga
saat ini, belum ada ilmuwan yang bisa menemukan cara untuk
menghentikan Angin Topan.
Zona Angin Topan di dunia ada di antara garis balik utara dan selatan.
Garis balik utara terletak di sebelah utara khatulistiwa dan garis balik
selatan terletak di sebelah selatan khatulistiwa, atau merentang di sebagian
Samudera Atlantik, Pasifik dan India. Wilayah ini adalah bagian terpanas
di bumi, oleh karenanya perairan di sana sangat hangat. Samudera dengan
temperatur di atas 270°C menghasilkan uap lembab yang bisa membentuk
Angin Topan. Angin Topan biasanya bergerak ke arah barat karena
didorong oleh Angin Pasat. Kemudian, Angin Topan berbalik dari
Khatulistiwa dan menambah kecepatan karena pengaruh rotasi bumi. Di
belahan bumi utara, Angin Topan selalu berputar berlawanan dengan arah
jarum jam. Banyak Angin Topan berbelok ke timur ketika sampai di
daerah yang lebih dingin.
Badai tropis dashyat ini apabila terjadi di sebelah barat Samudera
Pasifik disebut Angin Taifun (Typhoon), dan apabila terjadi di Samudera
India disebut Angin Siklon (Cyclone).
Angin topan (typhoon). Angin topan punya pengertian yang hampir
sama dengan angin ribut, hanya saja angin ini terjadi di samudra PASIFIK
bagian BARAT dan dengan demikian cenderung lebih besar intensitasnya
dibandingkan angin ribut mengingat samudra pasifik bagian barat
memiliki lautan yang lebih luas dari atlantik.

8. Angin Tornado (Puting Beliung)


Tornado adalah badai yang dashsyat, lebih kecil dari daripada Angin
Topan, tapi dengan pusaran angin yang lebih kencang. Pusaran Tornado
yang khas tergantung di awan hitam berpetir dan menyentuh tanah seperti
corong yang berputar.
Tornado terbentuk oleh gelombang udara. Udara lembab yang hangat
bertemu udara kering yang dingin hingga terbentuklah awan petir. Setelah
awan petir terbentuk, udara yang hangat naik dan ketika udara hangat
mendesak udara kosong semakin banyak, udara mulai berputar. Udara
yang berputar membentuk Tornado. Beberapa Tornado hanya berlangsung
beberapa detik, sedangkan yang lainnya bisa lebih dari 1 jam. Kebanyakan
Tornado bergerak di tanah dengan kecepatan 35-65 km/jam. Tornado di
belahan bumi utara arah putaran udaranya berlawanan dengan arah jarum
jam. Tornado dengan awan ditekan oleh angin yang lebih tinggi di
atmosfer. Kadang-kadang beberapa Tornado kecil bisa terbentuk dari satu
awan petir. Debu dan tanah terisap ke dalam corongnya yang berputar
dengan tekanan rendah mengelilingi daerah yang tenang. Kerusakan yang
timbul sepanjang lintasan Tornado bisa selebar lebih dari satu kilometer
dengan panjang 100 km. Lebar corong Tornado kecil mungkin hanya 3
meter, sedangkan Tornado yang besar bisa ratusan kalinya.
Kalau Tornado terbentuk di atas lautan, air dan buih akan terisap ke
dalam awan. Tornado ini disebut Angin ‘Puting Beliung’ (Waterspout).
Sekalipun tidak sekuat Tornado di daratan, angin ini sangat mengganggu
pelayaran.Tekanan rendah di dalam corong menyebabkan terbentuknya
kubah di permukaan laut. Angin Puting Beliung mempunyai diameter 6
sampai 60 meter, dan kadang-kadang berpasangan.
Kadang-kadang ketika Tornado terbentuk di atas wilayah yang kering
dan panas, ia mengangkat banyak debu dan pasir yang berterbangan, dan
disebut ‘setan debu’. Tornado yang berdebu ini seolah mengumpulkan
tenaga dari panas di tanah dan bisa mencapai ketinggian 300 meter.
Tornado terjadi di seluruh dunia, dan paling sering di Amerika Utara,
Eropa, Asia Timur, dan Australia. Juga ‘setan debu’ sering terjadi di
wilayah gurun AS, Australia, India dan Afrika, termasuk di Gurun Sahara.
Angin puting beliung (tornado). tornado merupakan badai lokal yang
mempunyai diameter wilayah antara 50 m sampai lebih dari 1,5 mil.
Sering muncul di USA pada saat udara dingin dari Canada bertemu dengan
udara hangat dari mexico. angin dapat bertiup pada kecepatan 60 sampai
lebih dari 320 mil per jam, menyebabkan lebih banyak kerusakan
dibandingkan angin ribut. tornado biasanya diikuti oleh hujan es dan petir.
Jenis badai ini sangat sulit diprediksi karena durasinya yang pendek.

9. Hurricane (angin ribut)


Hurricane adalah badai berskala besar yang mempunyai kisaran
wilayah 100-1000 mil. dihasilkan dari tekanan rendah yang terjadi pada
lautan yang sedang hangat. Jika angin bertiup pada lautan tersebut, dan
dengan tidak memperhatikan faktor2 yang lain maka angin ribut
cenderung akan terjadi. angin ribut terjadi di samudra ATLANTIK dan
juga samudra PASIFIK bagian TIMUR.
Angin ribut menghasilkan hujan dan kecepatan angin antara 74-160
mil per jam. Banjir yang besar biasanya diasosiasikan dengan angin jenis
ini. angin ribut mempunyai putaran yang berlawanan arah jarum jam
(siklonis) di belahan bumi bagian utara dan sebaliknya di belahan bumi
bagian selatan.
Skala Beaufort (skala yang digunakan untuk mengkasfikasikan jenis-
jenis angin), badai masuk dalam skala beaufort 11 dengan kecepatan angin
antara 64-75 mil per jam, sedangkan angin ribut ada pada level 12 di skala
beufort dengan kecepatan diatas 75 mil per jam.

D. Parameter
Skala kecepatan angin digunakan untuk mengukur atau mengkasifikasikan
kekuatan angin badai diusulkan oleh Hebert Saffir, yang dikenal dengan skala
Saffir-Simpson. Skala ini mempunyai tingkatan 1 sampai dengan 5.
Level Klasifikasi Tingkat Kerusakan

1 Kecepatan angin 120-153 Kerusakan untuk rumah mobil unanchored,


km/jam semak, dan pepohonan. Beberapa banjir dan
gelombang badai 4 - 5 Feet kerusakan jalan pantai dermaga kecil. Little
di atas normal kerusakan struktur bangunan.
2 Kecepatan angin 96-170 Cukup kerusakan rumah mobil, dermaga, dan
km/jam vegetasi. Pesisir dan rendah berbaring melarikan
Storm Surge: 6 - 8 Feet di diri banjir rute 2 - 4 jam sebelum
atas normal kedatangan pusat badai. Bangunan mempertahan
kan bahan atap, pintu, dan kerusakan jendela
kerajinan kecil di tambatan terlindungi istirahat
tambatan.
3 Kecepatan angin 179 – 210 Bangunan mempertahankan bahan atap, pintu,
km/jam dan kerusakan jendela. kerajinan kecil di
Gelombang badai 9 - 12 Feet tambatan terlindungi istirahat tambatan.
di atas normal
4 Kecepatan angin 211-250 Kegagalan luas dinding tirai dengan beberapa
km/jam faiture struktur atap lengkap tentang tempat
Gelombang badai 13 - 18 tinggal kecil. Mayor erosi pantai. kerusakan besar
Feet di atas normal untuk menurunkan lantai struktur dekat pantai.
Terrain terus menerus lebih rendah dari 10 kaki.
ASL mungkin banjir (dan memerlukan evakuasi
massa) sampai 6 mil daratan.
5 Kecepatan angin > 250 jalan Lengkap kegagalan pada banyak rumah dan
km/jam bangunan industri. Beberapa kegagalan bangunan
Gelombang badai > 18 Feet lengkap. Mayor kerusakan lantai bawah semua
di atas normal struktur terletak kurang dari 15 meter ASL dan
dalam 500 meter dari garis pantai. evakuasi
besar-besaran kawasan perumahan tanah yang
rendah mungkin diperlukan.

Sebagai contoh Badai Mitch tahun 1998 di Karibia dan Honduras serta
Badai Cathrina di New Orleans Amerika Serikat tahun 2005, keduanya
memiliki kekuatan/level 5. Di Indonesia, umumnya yang disebut angin badai
terjadi pada level 1 atau kurang.
E. Mitigasi Bencana
1. Puting Beliung (Tornado)
a. Sebelum Bencana
1) Sosialisasikan puting beliung kepada masyarakat, baik tanda-
tanda maupun cara berlindung
2) Menyusun peta rawan bencana puting beliung
3) Memangkas ranting pohon besar dan menebang pohon yang
sudah rapuh
4) Selalu ikuti informasi prakiraan cuaca
5) Jika tidak penting sekali, hindari berpergian apabila langit
tampak awan gelap dan menggantung.
6) Siapkan lokasi aman untuk mengungsi

b. Saat Bencana
1) Berlindung pada bangunan yang kokoh dan aman begitu angin
kencang menerjang
2) Segera menjauh dari lokasi kejadian jika memungkinkan, karena
puting beliung berlangsung sangat cepat
3) Jika sedang di dalam rumah semi permanen/rumah kayu hingga
bangunan bergoyang, segeralah keluar rumah untuk mencari
perlindungan di tempat lain karena bisa jadi rumah tersebut akan
roboh
4) Hindari berteduh di bawah pohon besar, baliho, papan reklame
dan jalur kabel listrik
5) Bersabarlah untuk tetap berlindung di tempat aman. Angin
puting beliung biasanya terjadi 5-10 menit.

c. Setelah Bencana
1) Melakukan koordinasi dengan berbagai pihak dalam
pertolongan para korban
2) Mendirikan posko dan evakuasi korban yang selamat
3) Mendirikan tempat penampungan korban bencana secara darurat
4) Melakukan koordinasi bahan bantuan
5) Melakukan evaluasi pelaksanaan pertolongan dan perkiraan
kerugian material.

2. Angin Topan
a. Sebelum Bencana
1) Untuk masyarakat yang berada didaerah yang rawan bencana
angin topan seperti di pesisir, harus memiliki kewaspadaan dan
kesiapsiagaan untuk meminimalisir dampak dan resiko saat
angin topan terjadi.
2) Sudah menyadari resiko yang terjadi dan sudah merencanakan
pengungsian.
3) Mengetahui risiko dan cara evakuasi yang cepat dan tepat adalah
kunci dari tindakan persiapan dan pencegahan.
4) Lakukan Simulasi dengan menelusuri jalur jalur evakuasi agar
bisa mempercepat dan mempermudah saat bencana ini terjadi.
5) Perkuat atap rumah atau bangunan, bisa dengan mengikat atap
dengan baik.

b. Saat Terjadi
1) Jika berada didalam rumah, tetap waspada dan jangan panik saat
angin topan terjadi. bila ada anjuran untuk mengungsi,
mengungsi dengan tenang dan hati hati.
2) Apabila dianjurkan untuk tinggal di dalam rumah maka semua
persediaan sudah disiapkan
3) Jika diperlukan, tinggal di suatu ruangan yang paling aman di
dalam rumah
4) Matikan semua sumber api, aliran listrik dan peralatan
elektronik
5) Mendengarkan radio agar mengetahui informasi terkini
c. Setelah Bencana
1) Usahakan untuk tidak segera memasuki wilayah hingga
dinyatakan siaga 4 atau aman. Banyak kegiatan berlangsung
untuk membenahi daerah yang baru terlanda angin topan. Untuk
memperlancar proses ini sebaiknya orang yang tidak
berkepentingan dilarang masuk.
2) Gunakan senter untuk memeriksa kerusakan. Jangan
menyalakan aliran listrik sebelum dinyatakan aman. Jauhi kabel-
kabel listrik yang terjatuh di tanah. Untuk menghindari
kecelakaan, jalan yang terbaik adalah menjauhi kabel-kabel ini.
3) Matikan gas dan aliran listrik. Untuk menghindari kebakaran,
apabila tercium bau gas segera matikan aliran gas dan apabila
ada kerusakan listrik segera matikan aliran dengan mencabut
sekring. Ini hanya boleh dilakukan oleh orang yang benar-benar
paham tentang listrik.
4) Pergunakan telepon hanya untuk keadaan darurat. Jaringan
telepon akan menjadi sangat sibuk pada saat seperti ini.
Kepentingan untuk meminta bantuan harus diutamakan.
5) Mendengarkan radio untuk mengetahui perubahan kondisi.

3. Hurricane (angin ribut)


a. Sebelum Bencana
1) Membangun peralatan peringatan dini yang terhubung dengan
satelit cuaca dan sarana untuk menyebarluaskan hasil pantauan
peringatan dini angin Puting Beliung/Badai/Angin Topan
secepatnya kepada masyarakat yang akan terkena bencana angin
Puting Beliung/Badai/Angin Topan.
2) Pembangunan rumah atau gedung sesuai struktur bangunan yang
memenuhi syarat teknis untuk mampu bertahan terhadap tekanan
dan terjangan angin.
3) Penempatan lokasi pembangunan fasilitas penting pada daerah
yang terlindungi dari serangan angin Puting Beliung/Badai/Angin
Topan.
4) Penghijauan dibagian atas arah angin untuk meredam tekanan dan
terjangan angin.
5) Membangun pompa air besar di daerah yang lebih rendah
daripada permukaan laut.

b. Saat Bencana
1) Bila berada di dalam rumah:
a) Bawa masuk barang-barang ke dalam rumah, agar tidak
terbawa angin
b) Tutup jendelan dan pintu lalu kunci
c) Matikan semua aliran listrik dan peralatan elektronik
d) Cari informasi dari pihak yang berwenang untuk mendapatkan
informasi terbaru, dan petunjuk-petunjuk lain

2) Bila berada di luar rumah:


a) Segera masuk ke dalam rumah atau bangunan yang kokoh
b) Jika terasa petir akan menyambar, segera membungkuk,
duduk dan peluk lutut ke dada
c) Jangan tiarap di atas tanah
d) Hindari bangunan yang tinggi, tiang listrik, papan reklame,
dan sebagainya

c. Setelah Bencana
1) Pastikan tidak ada anggota keluraga yang cedera
2) Bila jatuh korban, segera berikan pertolongan darurat
3) Laporkan segera kepada yang berwenang jika ada kerukasan
yang berhubungan dengan listrik, gas, dan kerusakan lainnya
4) Jika dalam perjalanan, teruskan kembali dengan berhati-hati

F. Mitos Angin
1. Puting Beliung
a. Angin Puting Beliung berasal dari kemarahan Bhatara Kala kepada
Bhatara Uma perihal suatu hal. Lalu dalam kemarahannya Bhatara
Kala memotong salah satu bagian tubuh dari Bhatara Uma dan
potongan tubuh itu diputar-putar dan dilemparkan ke bumi. Dan
menurut cerita, potongan tubuh yang diputar itulah yang membentuk
angin puting beliung.
b. Orang jawa pada zaman dahulu percaya angin puting beliung
membawa bencana dan penderitaan (kesialan) dan angin tersebut
dibawa oleh iblis (makhluk sejenis buto, orang jawa percaya bahwa
kejahatan berasal dari pengaruh iblis atau setan termasuk tanda-tanda
alam). Jadi orang jawa zaman dahulu percaya untuk menghindari
angin jahat dengan cara mentaburkan garam keluar dan membacakan
doa, karena garam dan doa dapat mengusir iblis.

2. Angin Topan
Hantu yang berwujud angin lesus atau angin topan kecil yang
konon sering membelit seseorang yang lewat di sebuah jalan. Hantu lesus
ini merupakan salah satu dari macam-macam hantu dalam kepercayaan
masyarakat jawa. Hantu ini berupa angin topan kecil yang berputar-putar
lalu melilit kaki manusia dan bisa mengakibatkan manusia menjadi
bingung dan tersesat karena pengaruh sihir dari hantu lesus.
Untuk melawan serangan hantu lesus ini, manusia disarankan
untuk memencet pusar atau dalam bahasa jawa disebut "udel". Jika
manusia memencet pusarnya saat dililit oleh hantu lesus, maka makhluk
halus tersebut akan melepas lilitannya dan pergi.Konon hantu lesus
sering mengganggu orang-orang yang lewat di sebuah jalan di desa yang
terletak di pinggir hutan. Hantu lesus memiliki tempat tinggal di sekitar
hutan. Oleh karena itu di kota-kota di Jawa biasanya kita tidak pernah
mendengar cerita hantu lesus, karena kota merupakan suatu tempat yang
jauh dari hutan.Orang yang sering diganggu oleh hantu lesus biasanya
para pencari kayu bakar yang pulang pada senja hari dan orang-orang
yang pergi ke pasar dini hari menjelang pagi.
Faktanya : Secara ilmiah dalam kajian meteorogi, angin topan
terjadi akibat perbedaan tekanan udara yang terjadi dalam sistem cuaca.
Biasanya angin topan terjadi di antara musim kemarau panjang pada
siang hari yang panas dengan suhu udara terik di tengah Samudera luas.
Akibat panasnya matahari yang diserap oleh bumi, daerah yang
menerima energi matahari lebih besar akan memiliki suhu udara yang
lebih panas dan tekanan udara yang lebih rendah. Lalu dalam waktu
beberapa jam terjadi proses perpindahan aliran udara antara wilayah yang
punya suhu udara lebih tinggi pada wilayah yang bersuhu lebih rendah.

3. Badai
Badai melanda daratan karena ada orang meninggal di lautan dan
mayat masih berada di laut. Maka angin akan menghembus kencang
lautan sehingga terjadi badai yang besar sampai mayat tersebut terdampar
di pantai.

G. Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana


1. Puting Beliung/Badai/Angin Topan/Angin Topan
Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Angin Puting
Beliung/Badai/Angin Topan dilakukan bila upaya pencegahan dan
mitigasi bencana angin Puting Beliung/Badai/Angin Topan/Angin
Topan telah dilaksanakan namun bencana ini tidak dapat dielakkan
untuk terjadi maka perlu upaya kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan
menghadapi bencana ini harus dilakukan untuk meminimalkan
risiko bencana saat bencana ini terjadi. Peringatan dini dan
beberapa kegiatan tanggap darurat bencana angin Puting
Beliung/Badai/Angin Topan/Angin Topan masuk dalam bagian ini.
Kesiapsiagaan menghadapi bencana angin Puting
Beliung/Badai/Angin Topan/Angin Topan yang dilakukan meliputi:
a. Penilaian Bencana dan Perencanaan Siaga
1) Perencanaan siaga dengan membuat skenario kejadian untuk
bencana angin Puting Beliung/Badai/Angin Topan/Angin Topan
yang dibuat kebijakan penanganannya, dikaji kebutuhannya,
diinventarisasi sumber dayanya yang diuji kaji dan selalu
dimutakhirkan.
2) Penilaian risiko bencana angin Puting Beliung/Badai/Angin
Topan/Angin Topan dengan memperhatikan kearifan dan
pengetahuan masyarakat lokal meliputi: pengidentifikasian
ancaman bencana dan kerentanan, analisis risiko bencana,
penentuan tingkat risiko bencana, dan pemetaan wilayah risiko
bencana angin Puting Beliung/Badai/Angin Topan/Angin
Topan.
3) Penilaian kemampuan dan kondisi sosial dan ekonomi
masyarakat di daerah rentan bencana angin Puting
Beliung/Badai/Angin Topan/Angin Topan.
4) Mobilisasi sumber daya dengan inventarisasi sumber daya yang
dimilikinya dan dari luar yang siap digunakan untuk keperluan
darurat, seperti: barang pasokan kebutuhan dasar (sembako)
untuk darurat bencana dan bahan, barang, perlengkapan dan
peralatan untuk pemulihan rumah, sarana dan prasarana publik.
5) Pelatihan pengelolaan dan teknis pelaksanaan penanggulangan
bencana secara berkelanjutan.
6) Forum koordinasi dan pertemuan berkala secara rutin saling
bertukar informasi dan menyusun rencana terpadu pada
tingkat masyarakat dan jajaran pemerintah daerah.

b. Pengelolaan Tanggap Darurat Bencana


Kegiatan ini meliputi penyiapan Posko bantuan bencana darurat,
tempat evakuasi, tim reaksi cepat evakuasi dan prosedur tetap.
Untuk bencana angin Puting Beliung/Badai/Angin Topan/Angin
Topan, masing-masing pemukiman perlu dilakukan dan disediakan
hal-hal berikut:
1) Penentuan lokasi evakuasi, jalur ke lokasi evakuasi, papan tanda
menuju lokasi evakuasi, dan peta jalan menuju lokasi evakuasi.
Sebaiknya setiap orang dan keluarga melakukan uji coba
evakuasi dengan mengikuti jalur yang sudah ditentukan.
2) Penyediaan perlengkapan dan fasilitas di lokasi evakuasi.
3) Pembuatan pedoman prosedur evakuasi pada saat bencana angin
Puting Beliung/Badai/Angin Topan/Angin Topan.
4) Pembentukan Tim SAR dan melengkapi peralatan SAR yang
dibutuhkan, seperti kendaraan, peralatan komunikasi, lampu
senter, pengeras suara portabel, dan sejenisnya.
5) Pembentukan sistim keamanan pada saat bencana angin Puting
Beliung/Badai/Angin Topan/Angin Topan. Ini untuk memberi
rasa aman kepada warga yang meninggalkan rumahnya saat
bencana angin Puting Beliung/Badai/Angin Topan sesuai
panduan yang ada.
6) Kendaraan transportasi menuju lokasi evakuasi. Dalam beberapa
bencana ini lokasi evakuasinya biasa berjarak cukup jauh dari
pemukiman penduduk. Oleh karena itu, perlu disiapkan alat
transporatsi untuk mengangkut pengungsi dengan cepat.
7) Penyediaan sarana mandi, cuci, kakus (MCK) di lokasi
evakuasi. MCK untuk perempuan dan laki-laki dipisah.
8) Penyediaan air bersih di lokasi evakuasi. Saat ini, sudah banyak
tersedia alat penjernih air yang mudah dibawa dan dipindahkan
ke berbagai lokasi. Alat ini sangat diperlukan saat terjadi
evakuasi karena air jernih siap pakai sangat dibutuhkan saat
evakuasi.
9) Makanan di lokasi evakuasi. Dapur umum yang menyediakan
makanan bagi pengungsi, terutama anak-anak, harus disediakan
sedini mungkin. Demikian pula dengan alat-alat masak dan
bahan bakunya. Tenaga relawan yang memasak biasa mudah
diperoleh saat evakuasi.
10) Pertolongan pertama, pengobatan darurat dan obat-obatan
penting di lokasi evakuasi.
11) Layanan medis di lokasi evakuasi. Dinas kesehatan pemerintah
daerah, klinik kesehatan, dinas kesehatan TNI, pelayanan
kesehatan PMI dan lembaga lainnya umumnya sudah siap sedia
untuk memberi pelayanan kesehatan pada saat bencana angin
Puting Beliung/Badai/Angin Topan.

c. Peringatan Dini Bencana


Untuk bencana angin Puting Beliung/Badai/Angin Topan dapat
dilakukan peringatan dini bencana. Kegiatan peringatan dini bencana
ini meliputi:
1) Pengelolaan peringatan dini
Mengingat terdapat berbagai jenis bencana di Indonesia maka
dalam perkembangannya pengelolaan peringatan dini untuk
masing-masing bencana juga dilakukan oleh berbagai lembaga
yang berwenang.
2) Pembangunan, pemasangan dan pengoperasian peralatan untuk
mengamati gejala bencana.
3) Metode untuk menganalisa hasil pengamatan gejala bencana.
4) Proses pembuatan keputusan status bencana berdasar hasil
analisa masing-masing badan berwenang.
5) Sistim penyebaran informasi hasil keputusan status bencana.
6) Ketersediaan alat penyebaran informasi peringatan dini (telepon,
radio baterai, handy talky/HT). Semua badan dan lembaga yang
melakukan kegiatan peringatan dini tersebut di atas telah
melengkapi kegiatannya dengan berbagai alat penyebaran
informasi peringatan dini. Untuk mendukung upaya penyebaran
informasi peringatan dini ini agar dapat mencapai semua
penduduk di berbagai wilayah maka diharapkan masyarakat juga
memiliki peralatan ini, baik secara sendiri-sendiri maupun
secara kelompok. Saat ini masyarakat juga memanfaatkan alat
yang dipakai secara tradisional, seperti kentongan, bedug,
lonceng, sirine, atau pengeras suara di mushola dan mesjid.
Organisasi ORARI dan RAPI selalu siap menyebarkan
peringatan dini bencana angin Puting Beliung/Badai/Angin
Topan.
7) Perlu dilakukan uji coba dan latihan sistem peringatan dini ini.
d. Manajemen Informasi Bencana Angin Puting Beliung/Badai/Angin
Topan
1) Sistim informasi yang dikembangkan untuk peringatan dini
bencana angin Puting Beliung/Badai/Angin Topan sebaiknya
dikembangkan sedemikian rupa sehingga mudah diakses,
dimengerti dan disebarluaskan. Untuk ini isi dan bentuk
informasinya harus: Akurat, Tepat waktu, Dapat dipercaya dan
Mudah dikomunikasikan.
2) Masyarakat dan tiap rumah tangga harus pula memiliki
informasi penting terkini berkaitan dengan kesiapsiagaan
bencana angin Puting Beliung/Badai/Angin Topan, seperti daftar
nama, alamat, nomor telepon orang-orang penting dan keluarga,
lembaga, kantor polisi, Tim SAR, Palang Merah, Rumah Sakit,
Pemadam Kebakaran, relawan yang bisa dihubungi pada saat
bencana. Hal ini penting agar tiap keluarga dapat meminta
bantuan kepada petugas yang berwenang atau memberi kabar
tentang keadaannya setelah bencana angin Puting
Beliung/Badai/Angin Topan terjadi.

e. Gladi Simulasi Bencana


Gladi Simulasi Bencana Angin Puting Beliung/Badai/Angin
Topan atau latihan simulasi kesiapsiagaan menghadapi bencana ini,
khususnya tentang peringatan dini dan evakuasi, harus dilakukan
secara berkala dan rutin di lapangan. Gunanya adalah untuk menguji
tingkat kesiapsiagaan dan membiasakan diri para petugas, dan
masyarakat menghadapi bencana angin Puting Beliung/Badai/Angin
Topan.
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia, ”Angin”
https://id.wikipedia.org/wiki/Angin. Diakses tanggal 27 November 2017,
pukul 19.00 WIB.
Astinggara, 2013.”Makalah Angin”
http://astinggara.blogspot.co.id/2013/04/makalah-angin.html. Diakses
tanggal 27 November 2017, pukul 19.10 WIB.
Rosnitaariani, 2009.”Angin Pembawa Bencana”
https://rosnitaariani.wordpress.com/2009/11/18/angin-angin pembawa-
bencana/. Diakses tanggal 27 November 2017, pukul 19.15 WIB.
Rairosita, 2016. “Teks Eksplanasi Angin Puting Beliung”
http://ekplanasikompleks1.blogspot.co.id/2016/01/teks-eksplanasi-angin-
puting-beliung.html?m=1. Diakses tanggal 27 November 2017, pukul
20.00 WIB.
Staff PPK, 2016. “Tips Siaga Bencana”
http://penanggulangankrisis.kemkes.go.id/mitigasi-bencana-angin-topan.
Diakses tanggal 27 November 2017, pukul 20.00 WIB.
Tuban 48, 2016. “ Mitos Zaman Dulu”
http://rentaroushop.blogspot.co.id/2016/04/mitos-jaman-dulu-dan-
penjelasan-logisnya.html?m=1. Diakses tanggal 27 November 2017, pukul
20.05 WIB.

Admin, 2016. “Ketahui Mitigasi Angin Topan untuk Meminimalisir


Kerugian”
https://blog.act.id/ketahui-mitigasi-angin-topan-untuk-meminimalisir-
kerugian. Diakses tanggal 27 November 2017, pukul 20.17 WIB.

Nuridhabalia, 2014. “Karakteristik dan Penanggulangan Bencana Angin


Badai”
http://nuridhabalia.blogspot.co.id/2014/04/normal-0-false-false-false-en-
us-x-none.html. Diakses tanggal 27 November, pukul 20.30 WIB.

Admin, 2016. “Belajar Bencana”


https://belajarbencanalearndisaster.com/bencana-di-indonesia/angin-
puting-beliungbadai/. Diakses tanggal 27 November, pukul 20.44 WIB.

Вам также может понравиться