Вы находитесь на странице: 1из 16

KISI-KISI MUAMALAH

HUKUM HARTA BERSAMA


A. PENGERTIAN
 Pengertian tentang harta bersama ini dapat dilihat di dalam UU RI No. 1 tahun
1974 pada BAB VII Pasal 35 ayat 1, yang menyebutkan bahwa “harta benda yang
diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama”.
 KHI Bab I: Harta kekayaan dalam perkawinan atau syrikah adalah harta yang
diperoleh baik sendiri-sendiri atau bersama suami-istri selama dalam ikatan
perkawinan berlangsung selanjutnya disebut harta bersama, tanpa mempersoalkan
terdaftar atas nama siapapun.

B. HARTA BERSAMA MENURUT HUKUM ADAT


 Masyarakat adat yang sifat susunan kekeluargaannya patrilineal dengan
perkawinan jujur, seperti Batak dan Tapanuli Selatan, tidak mengenal harta
bersama. Istri tidak berhak atas harta bersama sebab menurut aturan adat asli
mereka segala harta yang didapat dalam perkawinan adalah kepunyaan suami.
 Masyarakat adat yang sifat susunan kekeluargaannya matrilineal, seperti dalam
sistem perkawinan bertandang atau urang sumando bertandang di Minangkabau,
tidak terdapat harta bersama karena suami dianggap hidup sebagai tamu di rumah
keluarga istrinya, dan suami tidak puya kekuasaan di rumah istrinya.
 Pada perkawinan nyalindung ke gelung Pasundan tidak ada harta bersama karena
suami dipandang memiliki derajat yang lebih rendah dari derajat istri. Istri adalah
perempuan kaya sedangkan suami dari golongan miskin. Suami dianggap
“numpang hidup” pada istri.

C. ISTILAH YANG DIGUNAKAN


 Harta bersama di masyarakat Betawi atau Jakarta disebut harta pencarian.
 Di Minangkabau dinamakan dengan harta saurang
 Di Madura disebut ghuna-ghana
 Di Aceh disebut hareuta-sihareukat
 Di Jawa Barat disebut seguna sekaya
 Di Jawa Tengah dikenal dengan gono-gini, barang-gana atau barang-gini
 Di Kabupaten Kuningan disebut sarikat
 Di kalangan masyarakat Banjar disebut harta perpantangan
 Di kalangan masyarakat suku Melayu dikenal dengan sebutan harta syarikat
 Di kalangan masyarakat Bugis disebut cakkara
 Di Bali disebut dengan druwe gobro

D. HARTA YANG TIDAK TERMASUK HARTA BERSAMA


Yang tak termasuk harta bersama:
 Harta bawaan masing-masing suami dan istri
 Harta warisan masing-masing
 Hadiah sepanjang tak ada perjanjian lain dalam perkawinan

E. PEMBAGIAN
 Pasal 37 UU yang sama berbunyi “Bila perkawinan putus karena perceraian,
harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing (Adat ataupun
agama)”
 Dalam Islam aturannya sudah jelas dalam KHI pasal 96
1. Apabila terjadi cerai mati, maka separuh harta bersama menjadi hak
pasangan yang hidup lebih lama.
 Pasal 97
Janda atau duda cerai masing-masing berhak seperdua dari harta bersama
sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan.

KORUPSI DALAM ISLAM (BAHAYANYA DAN HUKUMANNYA)


A. KORUPSI
Korupsi (bahasa latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk,
rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok). Secara harfiah, korupsi adalah
perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawai egeri, yang secara tidak
wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat
dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan pada
mereka.
 Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup
unsur-unsur sebagai perbuatan melawan hukum:
 Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana
 Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi
 Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
 Korupsi sebagian besar melibatkan 2 aktor yakni, pemerintah dan sektor swasta
serta masyarakat sipil yang jadi korban.(TI-Jeremy Pope)

B. KORUPSI DALAM HUKUM ISLAM


 GHULUL “siapa saja yang telah aku angkat sebagai pekerja dalam suatu jabatan
kemudian aku berikan gaji, maka sesuatu yang diterimanya di luar gajinya
adalah korupsi”(HR. Abu Daud)
 RISYWAH “Rasulullah SAW melaknat yang memberi suap dan yang
menerima suap”.(Abu Daud dan at-Tarmizi)
 KHIANAT “hai orang-orag yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah
dan Rasul-Nya dan jangan pula kamu berkhianat terhadap amanah yang
diberikan kepadamu sedangkan kamu mengetahuinya”.(Ali Imran)
 GHASAB “adapaun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang
bekerja di laut dan aku bertujuan merusak bahtera itu, karena dihadapan mereka
ada raja yang merampas tiap-tiap bahtera.”(al-Kahfi)
 SARAQAH “laki-laki dan perempuan yang mencuri potonglah tangan kedua
sebagai pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari
Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(al-Maidah 38)

C. SEBAB-SEBAB KORUPSI
Menurut Dr. Sarlito W. Sarwono:
 Dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak, dan sebagainya)
 Rangsangan dari luar (dorongan teman-teman, adanya kesempatan, kurang
kontrol dan sebagainya)
Menurut Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam bukunya
berjudul “Strategi Pemberantasan Korupsi,” antara lain:
a. Aspek individu pelaku
 Sifat tamak manusia
 Moral yang kurang kuat
 Penghasilan yang kurang mencukupi
 Kebutuhan hidup yang mendesak
 Gaya hidup yang konsumtif
 Malas atau tidak mau kerja
 Ajaran agama yang kurang diterapkan
b. Aspek organisasi
 Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
 Tidak adanya kultur organisasi yang benar
 Sistem akuntabilitas yang benar di instasi pemerintah yang kurang
memadai
 Kelemahan sistem pengendalian manajemen
 Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasi

D. AKIBAT KORUPSI (BAHAYA)


1. Korupsi mendelegitimasi proses demokrasi dengan mengurangi kepercayaan
publik terhadap proses politik melalui politik uang.
2. Korupsi mendistori pengambilan keputusan pada kebijakan publik, membuat
tiadanya akuntabilitas publik, dan menafikan the rule of law.
3. Korupsi meniadakan sistem promosi dan hukuman yang berdasarkan kinerja
karena hubungan patron-client dan nepotism.
Korupsi yang sistematik menyebabkan:
 Biaya ekonomi tinggi oleh penyimpangan intensif
 Biaya politik oleh penjarahan terhadap suatu lembaga publik
 Biaya sosial oleh pembagian kesejahteraan dan pembagian kekuasaan yang
tidak semestinya

E. STRATEGI PEMBERANTASAN KORUPSI


Pemberantasan korupsi adalah serangkaian tindakan untuk mencegah memberantas
TPK melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan-penyelidikan
penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan dengan peran serta masyarakat.
PENINDAKAN

PS. I BUTIR
3 UU 30 /
2002
PERAN SERTA
PENCEGAHAN
MASYARAKAT

F. SOLUSI
1. Hidup sederhana
2. Rekruitmen SDM secara profesional dan berintegritas
3. Kesejahteraan
4. Ketaatan pada ajaran agama

HUKUM WASIAT

Pendapat pertama

Pendapat ini memandang bahwa wasiat itu wajib bagi setiap orang yang meninggalkan harta,
baik harta itu banyak ataupun sedikit. Pendapat ini dikatakan oleh Az-Zuhri dan Abu Mijlaz.

Pendapat kedua

Pendapat ini memandang bahwa wasiat kepada kedua orang tua dan karib kerabat yang tidak
mewarisi dari si mayit itu wajib hukumnya. Dan inilah mazhab Masruq, Iyas, Qatadah, Ibnu
Jarir dan Az-Zuhri.
Pendapat ketiga

Yaitu pendapat empat orang imam dan aliran Zaidiyah yang menyatakan bahwa wasiat itu
bukanlah kewajiban atas setiap orang yang meniggalkan harta (pendapat pertama), dan bukan
pula kewajiban terhadap kedua orang tua dan karib kerabat yang tidak mewarisi (pendapat
kedua); akan tetapi wasiat itu berbeda-beda hukumnya menurut keadaan.

Maka wasiat itu terkadang wajib, terkadang sunat, terkadang haram, terkadang makruh dan
terkadang jaiz (boleh).

A. PENGERTIAN

Wasiat berasal dari berasal dari bahasa arab al-washiyah yang artinya pesan, perintah
atau nasihat. Sedangkan pengertian wasiat menurut ulama fiqih adalah memberikan harta
dengan sukarela kepada seseorang yang akan berlaku jika pewasiat meninggal dunia.

B. LANDASAN

Artinya diwajibkan atas kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta
yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf (ini adalah)
kewajiban atas orang-orang yang bertakwa (QS. Al-Baqarah [2]: 180)

Dalam sunnah Rasulullah SAW bersabda:

“Seseorang muslim yang mempunyai sesuatu untuk yang boleh diwasiatkan tidak
sepatutnya tidur dua malam berturut-turut melainkan dia menulis wasiat disisinya.”(HR.
Bukhari dan Muslim)

C. SYARAT WASIAT

Orang yang telah berumur sekurang – kurangnya 21 tahun, berakal sehat dan tanpa
adanya paksaan dapat mewasiatkan sebagian harta bendanya kepada orang lain atau
lembaga.

Harta benda yang diwasiat harus merupakan hak dari pewasiat

Pemilikan terhadap harta benda seperti dimaksudkan dalam ayat (1) pasal ini baru dapat
dilaksanakan sesudah pewasiat meninggal dunia.
D. UNSUR-UNSUR WASIAT

Dalam wasiat terdapat empat unsur, antara lain:

1. Orang yang berwasiat (Mushi).


2. Orang yang menerima wasiat (Musha-lahu).
3. Sesuatu yang diwasiatkan (Musha-bihi).
4. Sighat wasiat.

Mushi

Orang yang berwasiat harus memenuhi syarat berikut ini:

1. Baligh
2. Berakal sehat
3. Atas kehendak sendiri secara bebas
4. Baligh dan berakal sehat

Musha-lahu

Musha-lahu adalah orang yang menerima wasiat

Musha-lahu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Harus dapat diketahui dengan jelas.


2. Telah wujud ketika wasiat dinyatakan.
3. Bukan tujuan untuk kemaksiatan.
4. Musha-lahu disyaratkan harus dapat diketahui dengan jelas.

Musha-bihi

Syarat-syarat musha-bihi antara lain:

1. Dapat berlaku sebagai harta warisan atau dapat berlaku sebagai objek perjanjian.
2. Sudah wujud di waktu wasiat dinyatakan.
3. Milik Mushi.

E. TATACARA WASIAT
1. Wasiat dilakukan secara lisan dihadapan dua orang saksi, atau tertulis dihadapan dua
orang saksi, atau dihadapan Notaris.
2. Wasiat hanya diperbolehkan sebanyak – banyaknya sepertiga dari harta warisan kecuali
apabila semua waris menyetujui.
3. Wasiat kepada ahli waris berlaku bila disetujui oleh semua ahli waris.
4. Pernyataan pesetujuan pada ayat (2) dan (3) pasal ini dibuat secara lisan dihadapan dua
orang saksi dihadapan Notaris.

F. BATALNYA WASIAT

Suatu wasiat dipandang batal apabila:

1. Mushi menarik wasiatnya.


2. Mushi kehilangan kecakapan melakukan tindakan hukum kareagila atau rusak akal.
3. Mushi ketika meninggal menanggung hutang yang menghabiskan harta
peninggalannya.
4. Musha-lahu meninggal sebelum mushi
5. Musha-lahu membunuh mushi
6. Musha-lahu menolak wasiat
7. Musha –bihi binasa
8. Musha-bihi diputuskan hakim menjadi hak orang lain
9. Musha-bihi keluar dari milik mushi sebelum wafat meskipun akhirnya kembali lagi
menjadi miliknya
10. Musha-bihi mengalami perubahan bentuk
11. Habis waktu wasiat

Hadist

.‫ ما حق امرء مسلم له شيء يوصى فيه‬: ‫ قال رسول هللا عليه وسلم‬: ‫روي البخاري ومسلم عن ابن عمر رضي هللا عنه قال‬
‫ مامرت على ليلة منذ سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقولو ذلك‬: ‫ قال ابن عمر‬.‫يبيت ليلتين أال ووصيتهمكتوبة عنده‬
‫اال وعندي وصيتي‬.

“Telah diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim , dari Ibnu ‘Umar r.a, dia berkata: Telah
bersabda Rasulullah saw.: “Hak bagi seorang muslim yang mempunyai sesuatu yang hendak
diwasiatkan, sesudah bermalam selama dua malam tiada lain wasiatnya itu tertulis pada amal
kebaikannya.”
Ibnu ‘Umar berkata: Tidak berlalu bagiku satu malampun sejak aku mendengar Rasulullah
saw. mengucapkan hadits itu kecuali wasiatku selalu berada di sisiku.

RUKUN WASIAT

Jumhur ulama mengatakan, ada empat rukun wasiat, yaitu

1. Adanya Mushii (pihak pembuat wasiat)


2. Adanya Musha lah (penerima wasiat)
3. Adanya Musha bih (sesuatu/ barang yang diwasiatkan)
4. Adanya shigat (ucapa serah terima) dengan adanya ijab dari mushii, misalnya “Aku
berwasiat untuk fulan akan sesuatu itu.” Sedan qabul berasal dari pihak mushaa lah
yang sudah jelas ditentukan.

HUKUM WAKAF

A. PENGERTIAN
Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum
yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk selama-
lamanya guna kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran
Islam.

B. DASAR HUKUM
 QS. Al-Hajj: 77 yang artinya: “perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat
kemenangan”
 Q.S al-Imran: 92 yang artinya: “kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan
(yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.
Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah Maha
mengetahui.”
 Hadits Nabi: “Apabila seorang anak Adam meninggal, maka terputuslah
amalannya, kecuali dalam tiga hal yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat
dan anak shalih mendoakannya.”

C. UNSUR-UNSUR RUKUN WAKAF


 Wakif(wakif) adalah orang atau orang-orang ataupun badan hukum
 Benda yang diwakafkan (maukuf bih) adalah baik benda bergerak atau tidak
bergerak uang memiliki daya tahan yang tidak hanya sekali pakai dan bernilai
menurut ajaran Islam
 Nadzir (mauquf alaih) adalah kelompok orang atau bagian hukum yang diserahi
tugas pemeliharaan dan pengurusan benda wakaf
 Ikrar (sighat) adalah pernyataan kehendak dari wakif untuk mewakafkan dari
wakif untuk mewakafkan benda miliknya. sighat adalah lafadz atau ikrar wakaf
 2 orag saksi
 Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) adalah petugas pemerintah yang
diangkat berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku
Hukum wakaf adalah sunnah (mandub); dan ia termasuk sarana mendekatkan diri kepada
Allah swt yang sangat disukai dan dianjurkan di dalam Islam[6]. Al Hafidz Ibnu Hajar Al
Asqalaniy menuturkan sebuah riwayat, bahwasanya menurut Imam Asy Syafi’iy, waqaf
merupakan kekhususan bagi umat Islam, dan belum pernah dikenal pada masa jahiliyyah. [Al
Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalaniy, Fath al-Baariy, juz 8/350]

D. SYARAT NADZIR
KHI Pasal 215 ayat (4)
1) Jika Nadzir perorangan harus memenuhi syarat-syarat:
a. Warga negara Indonesia
b. Beragama Islam
c. Sudah dewasa
d. Sehat jasmani dan rohani
e. Tidak berada di bawah pengampunan
f. Bertempat tinggal di kecamatan tempat letak benda yang diwakafkannya

E. HAK NADZIR
Nadzir berhak mendapatkan penghasilan dan fasilitas yang jenis dan jumlahnya
ditentukan berdasarkan kelayakan atas saran Majelis Ulama Kecamatan dan Kantor
Urusan Agama Kecamatan setempat.

F. PEMBERHENTIAN
Nadzir diberhentikan karena:
a. Meninggal dunia
b. Atas permohonan sendiri
c. Tidak dapat melakukan kewajibannya lagi sebagai nadzir
d. Melakukan suatu kejahatan sehingga dipidana

G. RUANG LINGKUP BENDA WAKAF


Sebelum diundangkannya UU tentang wakaf tersebut di atas, benda wakaf terbatas pada
benda yang tidak bergerak saja. Lazimnya berbentuk tanah milik dan bangunan saja,
yang dipergunakan untuk pemakaman atau masjid saja. Setelah undang-undang nomor
41 tahun 2004 diundangkan, benda wakaf menjadi lebih luas hingga meliputi harta
dalam bentuk benda bergerak, baik berwujud atau tidak terwujud seperti uang, logam
mulia, surat berharga, kendaraan, hak kekayaan, intelektual, dan hak sewa.

MAKANAN DAN PAKAIAN YANG HALAL

Sunnah Rasul SAW menyebutkan kriteria hewan yang tidak boleh dimakan adalah
sebagai berikut: 1) hewan buas, bertaring atau bergading seperti anjing, kucing,
harimau, singa, beruang, gajah (HR. Imam Tabrani dan Umar), 2) hewan jinak yang
bertelapak seperti himar jinak, baghal (peranakan keledai dengan unta), dan keledai
(HR. Bukhari dan Muslim), 3) burung berkuku tajam atau pencakar seperti burung
elang dan burung hantu (HR. Bukhari dan Muslim), 4) hewan yang disuruh untuk
membunuhnya seperti kalajengking, ular, kadal, tikus, anjing galak, dan burung elang
(HR. Bukhari dan Muslim dari Aisyah), 5) hewan yang dilarang membunuhnya seperti
semut, lebah atau tawon, burung hud-hud, burung belatuk (HR. Muslim), dan 6) hewan
yang hidup di dua alam (amphibi) seperti kodok, kepiting, penyu, dan buaya (HR.
Ahmad, Abu Daud dan Nasa’i).

Makanan olahan yang terdapat pada masa Rasul SAW adalah yang dibuat dari buah-
buahan yang kemudian diolah menjadi bentuk lain, yakni menjadi minuman.
Sebagaimana makanan, pada dasarnya semua minuman halal selama tidak ada dalil
yang mengharamkannya. Ada tiga kriteria minuman yang haram, yaitu najis (seperti air
seni), mendatangkan mudarat (seperti air keras), dan memabukkan (seperti khamar).
Hal ini berdasarkan pada Hadits Rasul SAW yang menyatakan bahwa setiap yang
memabukkan adalah haram, dan semua yang memabukkan adalah khamar (HR.
Muslim). Dalam hadits lain juga menyatakan bahwa sesuatu yang memabukkan baik
banyak maupun sedikit tetap haram (HR. at-Turmizi, an-Nasa’i dan Abu Daud).

A. MAKANAN SUBHAT

Mengenai makanan yang halal atau boleh dan haram atau dilarang telah diuraikan di atas.
Makanan yang diragukan kehalalannya dan juga tidak jelas tentang keharamannya ini dikenal
dengan subhat. Sehubungan dengan makanan subhat ini Rasul SAW menyatakan bahwa:
“Yang hal itu adalah nyata (jelas kehalalannya) yang harampun nyata (jelas keharamannya)”.
Tetapi diantara keduanya ada hal-hal yang subhat yang tidak ketahui oleh kebanyakan
manusia. Siapa yang menghindari (sesuatu yang) subhat, orang tersebut telah membersihkan
kehormatannya dan agamanya. Orang yang biasa jatuh ke dalam subhat akan jatuh pada yang
haram seperti gembala menggembala kan ternak di pinggir tanah larangan, kemungkinan
besar akan jatuh ke dalamnya. (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits tersebut memberikan
petunjuk kepada umat Islam agar menjauhi hal-hal yang subhat, termasuk dalam hal makanan.
Menjauhi hal-hal yang subhat merupakan tindakan preventif yang bermanfaat bagi manusia.

A. PAKAIAN

Pakaian adalah semua yang dipakai orang untuk menutupi tubuh dan melindunginya
dari dingin dan panas, seperti jilbab, kerudung, busana atau baju, kemeja jaket, sarung,
celana, dan sepatu. Pakaian berfungsi untuk menutupi aurat (al-Araf 7: 26-27),
penunjuk identitas, dan aman dari gangguan (al-Ahzab 33:59), melindungi tubuh dari
panas, dingin dan bahaya lainnya (an-Nahl 16:81), dan mempercantik pemakainya (al-
Araf 7:26). Dengan memperhatikan ayat-ayat tersebut, diperoleh pemahaman bahwa
pakaian berfungsi untuk mengangkat harkat dan martabat pemakainya.

‫اس‬ ً ‫س ْوآتِ ُك ْم َو ِري‬


ُ َ‫شا ۖ َو ِلب‬ َ ‫سا يُ َو ِاري‬ ً ‫يَا بَنِي آدَ َم قَ ْد أ َ ْنزَ ْلنَا َعلَ ْي ُك ْم ِلبَا‬
َ‫َّللا لَعَلَّ ُه ْم يَذَّ َّك ُرون‬
ِ َّ ‫ت‬ِ ‫الت َّ ْق َو ٰى ٰذَ ِل َك َخي ٌْر ۖ ٰذَ ِل َك ِم ْن آيَا‬
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang
paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah,
mudah-mudahan mereka selalu ingat.(QS al-Araf 7:26)
‫ع ْن ُه َما‬
َ ‫ع‬ ُ ‫ان َك َما أَ ْخ َر َج أَ َب َو ْي ُك ْم ِمنَ ْال َجنَّ ِة َي ْن ِز‬
ُ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬َّ ‫َيا َبنِي آدَ َم ََل يَ ْفتِنَنَّ ُك ُم ال‬
‫ْث ََل ت َ َر ْونَ ُه ْم ۖ ِإنَّا‬ُ ‫س ْوآتِ ِه َما ۖ ِإنَّهُ يَ َرا ُك ْم ُه َو َوقَ ِبيلُهُ ِم ْن َحي‬ َ ‫س ُه َما ِليُ ِريَ ُه َما‬ َ ‫ِلبَا‬
َ‫اطينَ أَ ْو ِليَا َء ِللَّذِينَ ََل يُؤْ ِمنُون‬ ِ َ‫شي‬ َّ ‫َجعَ ْلنَا ال‬
Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia
telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya
pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan
pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat
mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-
pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.(QS al-Araf 7:27)

Sedangkan malaikat tidak suka melihat aurat. Aurat adalah aib, cela, kekurangan,
sesuatu yang buruk, atau yang memalukan, tidak sopan, tidak pantas, atau tidak patut
apabila anggota tubuh terlihat oleh orang lain. Jika dipertontonkan akan menimbulkan
fitnah (bencana) yang langsung berkaitan dengan pelecehan seksual. Menurut Imam
Malik, Syafi’i dan Abu Hanifah sebagaimana dikutib oleh Quraish Shihab bahwa batas
aurat laki-laki adalah seluruh badannya dari pusar hingga lutut. Batas aurat perempuan
hadits Rasul SAW menyebutkan bahwa:

Asma binti Abu Bakar masuk kerumah/kamar Rasulullah SAW, dia memakai pakaian
yang tipis, maka Rasul berpaling darinya sambil bersabda: ‘Wahai Asma!
Sesungguhnya perempuan itu kalau sudah haid (baligh) tidak pantas untuk dilihat dari
(tubuhnya) kecuali ini dan ini’. Beliau menunjukkan ke muka dan telapak tangannya.
(HR. Abu Dawud).

Berdasarkan hadits di atas dapat dikatakan bahwa batas aurat perempuan adalah seluruh
tubuhnya kecuali muka dan telapak (termasuk) punggung tangan. dan telapak
(termasuk) punggung kaki. “Rasul berpaling dari Asma yang berpakaian tipis” dan
sabda Rasul “tidak pantas untuk dilihat”. Hadits ini menujukkan bahwa pakaian tipis
tidak pantas dipakai oleh perempuan mukmin. Dengan memperhatikan sebab turunnya
ayat 59 al-Ahzab maka dapat dipahami bahwa jilbab akan memberikan kemudahan
dalam membedakan antara antara perempuan mukmin dan perempuan yang bukan
mukmin dan antara perempuan merdeka dan perempuan budak, sehingga sipemakainya
terhindar dari pelecehan seksual, mulut usil dan atau gangguan orang usil yang tidak
bertanggung jawab.
Pengertian jilbab adalah sejenis pakaian yang longgar yang menutupi badan langsung
dari atas sampe bawah, atau pakaian luar perempuan seperti jubah. Menurut Ibnu Arabi,
jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh badan dari kepala hingga mata kaki
(Herlini Amran, 2001). Dan Quraish Shihab mengartikannya sebagai baju kurung yang
longgar yang dilengkapi dengan kerudung penutup kepala.

Pada ayat lain Allah berfirman:

َ‫ظنَ فُ ُرو َج ُه َّن َو ََل يُ ْبدِين‬ ْ َ‫ار ِه َّن َويَ ْحف‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ضضْنَ ِم ْن أَ ْب‬ ُ ‫ت يَ ْغ‬ ِ ‫َوقُ ْل ِل ْل ُمؤْ ِمنَا‬
‫علَ ٰى ُجيُو ِب ِه َّن ۖ َو ََل‬ َ ‫ظ َه َر ِم ْن َها ۖ َو ْل َيض ِْربْنَ ِب ُخ ُم ِر ِه َّن‬ َ ‫ِزينَت َ ُه َّن إِ ََّل َما‬
ِ ‫اء بُعُولَتِ ِه َّن أَ ْو أ َ ْبنَائِ ِه َّن أَ ْو أ َ ْبن‬
‫َاء‬ ِ ‫يُ ْبدِينَ ِزينَتَ ُه َّن إِ ََّل ِلبُعُولَتِ ِه َّن أَ ْو آ َبائِ ِه َّن أَ ْو آ َب‬
‫سائِ ِه َّن أَ ْو َما‬ َ ِ‫بُعُولَتِ ِه َّن أَ ْو ِإ ْخ َوانِ ِه َّن أَ ْو بَنِي ِإ ْخ َوانِ ِه َّن أ َ ْو بَنِي أَخ ََواتِ ِه َّن أَ ْو ن‬
َ‫الط ْف ِل الَّذِين‬
ِ ‫الر َجا ِل أَ ِو‬ ِ َ‫اْل ْربَ ِة ِمن‬ ِ ْ ‫غي ِْر أُو ِلي‬ َ َ‫ت أ َ ْي َمانُ ُه َّن أَ ِو التَّابِ ِعين‬ ْ ‫َملَ َك‬
َ‫اء ۖ َو ََل يَض ِْربْنَ ِبأ َ ْر ُج ِل ِه َّن ِليُ ْعلَ َم َما يُ ْخ ِفين‬ ِ ‫س‬
َ ِ‫ت الن‬ ِ ‫ع ْو َرا‬َ ‫علَ ٰى‬ َ ‫ظ َه ُروا‬ ْ ‫لَ ْم َي‬
َ‫َّللاِ َج ِميعًا أَيُّهَ ْال ُمؤْ ِمنُونَ لَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون‬ َّ ‫ِم ْن ِزينَتِ ِه َّن ۖ َوتُوبُوا إِلَى‬

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya,


dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-
putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara
lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam,
atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang
aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan
yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-
orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nur 24:31)

Ketentuan lain untuk pakaian perempuan harus berbeda dengan pakaian laki-laki.
Berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
Allah mengutuk laki-laki yang berpakaian perempuan dan perempuan yang berpakaian
laki-laki.(HR. Abu Dawud).

Pakaian berfungsi sebagai ciri, penunjuk atau identitas bagi pemakainya. Fungsi ini
diisyaratkan Allah dalam firmannya;

َ‫اء ْال ُمؤْ ِمنِينَ يُ ْدنِين‬


ِ ‫س‬َ ِ‫اج َك َوبَنَاتِ َك َون‬ ِ ‫ي قُ ْل ِِل َ ْز َو‬ ُّ ِ‫ي َۖا أَيُّ َها النَّب‬
َ‫َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن َج ََل ِبي ِب ِه َّن ۖ ٰذَ ِل َك أ َ ْدن َٰى أ َ ْن يُ ْع َر ْفنَ فَ ََل يُؤْ ذَيْنَ ۖ َو َكان‬
‫ورا َر ِحي ًما‬ ً ُ‫َّللاُ َغف‬ َّ

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri


orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka".
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di
ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. Al-Ahzab
33:59)

Akhirnya yang berkaitan dengan makanan dan pakaian, manusia harus ingat pesan Rasul
SAW; “Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu”. Artinya setiap orang
berkewajiban untuk memelihara jasmaninya sehingga dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.

F. ISTILAH YANG DIGUNAKAN dalam harta bersama


 Harta bersama di masyarakat Betawi atau Jakarta disebut harta pencarian.
 Di Minangkabau dinamakan dengan harta saurang
 Di Madura disebut ghuna-ghana
 Di Aceh disebut hareuta-sihareukat
 Di Jawa Barat disebut seguna sekaya
 Di Jawa Tengah dikenal dengan gono-gini, barang-gana atau barang-gini
 Di Kabupaten Kuningan disebut sarikat
 Di kalangan masyarakat Banjar disebut harta perpantangan
 Di kalangan masyarakat suku Melayu dikenal dengan sebutan harta syarikat
 Di kalangan masyarakat Bugis disebut cakkara
 Di Bali disebut dengan druwe gobro

Вам также может понравиться