Вы находитесь на странице: 1из 9

REFLEKSI KASUS MODUL LESI ORAL

HIPERPIGMENTASI GINGIVA

I. Pemeriksaan Subjektif:
Pasien laki-laki berumur 23 tahun mengeluhkan gingivanya
berwarna kehitaman terutama pada bagian depan, sehingga pasien merasa
kurang percaya diri. Pasien tidak ada keluhan seperti sakit pada gingiva
tersebut. Pasien merasakan bahwa gingivanya berwarna kehitaman sejak 6
tahun yang lalu. Bapak pasien juga memiliki hiperpigmentasi pada
gingivanya dan tidak merokok. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
sistemik.

Pemeriksaan Ekstra Oral :


Tidak ada kelainan atau keluhan pada jaringan sekitar kepala, leher, TMJ, dan
jaringan limponodi pasien.

Pemeriksaan Intra Oral :


Terdapat perwarnaan kehitaman pada gingiva bagian anterior hingga posterior
atas dan bawah, difus, terdapat inflamasi pada gingiva, tekstur unstipling,
kontur membulat, konsistensi lunak, tidak sakit saat dipalpasi. Tidak ada
poket dan kegoyangan gigi.

Palpasi gingiva : - (tidak sakit)


Warna gingiva : kehitaman
Konsistensi gingiva : lunak
Kontur gingiva : unstipling
Papila Interdental : membulat
Bleeding on Probing (BOP) : - (tidak terjadi perdarahan)

1
Pemeriksaan Penunjang
Operator tidak melakukan pemeriksaan penunjang

DD :
a. Smoker Melanosis
b. Hiperpigmentasi Physiologic

2
II. Landasan Teori

1. Gingiva adalah salah satu komponen jaringan periodontal yang tersusun


atas epitel berkeratin dan jaringan ikat. Gingiva terdiri atas gingiva tepi,
gingiva cekat dan papila interdental. Gingiva normal berwarna merah
muda, namun bervariasi pada tiap orang. Gingiva sehat akan
berkonsistensi kenyal, relisien, dan melekat erat pada tulang di bawahnya.
Tekstur permukaannya akan terlihat stipling pada gingival cekat
dikarenakan proyeksi lapisan papilar lamina propria yang mendorong
epitel menjadi benjolan-benjolan yang berselang-seling dengan lekukan
epitel1.

2. Perubahan warna atau hiperpigmentasi pada mukosa rongga mulut dapat


terjadi dan gingiva adalah jaringan intraoral yang paling sering mengalami
hiperpigmentasi. Secara mikroskopis, melanoblas secara normal terdapat
pada lapisan basal pada lamina propria. Lokasi umum yang ditemukan
adalah pada attach gingiva yaitu sekitar 27,5%. Jumlah melanosit pada
attached gingiva 16 kali lebih banyak daripada free gingival3.
Hiperpigmentasi gingiva terjadi karena penumpukan melanin yang
disintesis oleh melanosit di sel basa pada lapisan epithelium7. Prevalensi
hiperpigmentasi gingival lebih tinggi pada bagian labial daripada bagian
palatal atau lingual lengkung gigi3. Hiperpigmentasi melanin pada rongga
mulut biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan, namun pasien
sering mengeluhkan apabila pewarnaan tersebut terletak pada gingiva 3.
Hiperpigmentasi dapat disebabkan faktor endogenous dan exogenous2.
Pigmentasi coklat atau hitam dan perubahan jaringan gingiva dapat
disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik. Keadaan sistemik seperti
gangguan endokrin, Albright’s syndrome, malignant melanoma, terapi anti
malaria, Peutz Jeghers syndrome, trauma, hemachromatosis, penyakit
paru-paru kronis dan ras atau etnik telah diketahui menjadi penyebab
pigmentasi melanin pada rongga mulut. Pada individu atau seseorang
keturunan Afrika, Asia Timur atau etnis Hispanik ditemukan jumlah

3
melanin yang lebih banyak dan prevalensi terjadinya pigmentasi gingiva
lebih tinggi 2. Pigmentasi pada umumnya disebabkan oleh 5 pigmen utama
yaitu: melanin, melanoid, oxyhemoglobin, hemoglobin, dan karoten, selain
itu pigmen lainnya bilirubin dan besi3.
a. Melanin adalah pigmen warna coklat pada kulit, gingiva dan membran
mukosa mulut. Pigmentasi melanin pada gingiva lebih banyak pada
individu yang berkulit hitam 3. Melanin adalah pigmen coklat derivat
nonhemoglobin yang paling sering ditemukan pada hiperpigmentasi
gingiva. Melanin diproduksi oleh melanosit yang berada pada sel basal
epitelium 2,3. Beberapa stimulus dapat menyebabkan kenaikan produksi
melanin seperti trauma, hormon, radiasi, dan obat3.
b. Melanoid adalah pigmen yang berwarna kuning pada kulit. Granula
dari pigmen melanoid terdapat pada stratum lucidum dan stratum
corneum3.
c. Oxyhemoglobin dan hemoglobin adalah pigmen yang berasal dari
deposit hemosiderin3.
d. Karotin didistribusikan dalam jaringan lemak pada stratum korneum
dan stratum lucidum yang akan menyebabkan warna kuning tua pada
kulit. Hiperpigmentasi karotin lebih sering ditemukan pada wanita
dibandingkan laki-laki3.

3. Berikut adalah klasifikasi hiperpigmentasi berdasarkan penyebabnya:


a. Localized Hiperpigmentations
Tato amalgam, nevus, makula, melanotic , melanoakantoma, malignant
melanoma, Sarkoma Kaposi, oligomatosis epitelioid, verruciform
xanthoma.
b. Multiple atau generalized Pigmentasi
1) Genetik
Hiperpigmentasi melanin idiopatik (ras/ physiologic
hiperppigmentasi), sindrom Peutz-Jegher’s, myxozomas
kompleks, spotty pigmentation, overaktivitas endokrin, sindrom
Carney, sindrom Leopard, dan lentiginosis profuse.

4
2) Obat-obatan
Merokok, sirih, obat antimikroba, antimalaria, minosiklin,
amiodaron, klorpromazin, ACTH, zidovulin, ketokonazol, paparan
logam yang cukup banyak (emas, bismut, merkuri, perak,
perunggu).
3) Endokrin
Penyakit Addison, kehamilan.
4) Post-inflamasi
Penyakit periodontal, pasca repigmentasi gingiva.
5) Lainnya
Hemokromatosis, HIV, neurofribromatosis, Whipple’s disease,
thalassemia, hiperpigmentasi kista gingival, dan defisiensi nutrisi.

4. Perbedaan Smoker Melanosis dan Hiperpigmentasi Physiologic.


a. Smoker melanosis adalah hiperpigmentasi pada gingiva yang
disebabkan oleh nikotin. Lesi pigmentasi berbentuk makula dengan
pigmen coklat yang ukuran diameternya kurang dari 1 cm.
Hiperpigmentasi ini secara lokal terletak pada attach gingiva labial
anterior dan papila interdental pada mandibula dan maksila 1. Nikotin
dapat terakumulasi pada jaringan yang memiliki melanin dan dapat
mempengaruhi sintesis melanin pada gingiva5.
Gambaran klinis smoker melanosis:

b. Hiperpigmentasi physiologic secara klinis dimanifestasikan sebagai


multifokal atau pigmentasi melanin yang difus, dipengaruhi oleh etnik
atau ras. Pigmen melanin ditemukan pada semua orang pada kondisi

5
normal, namun jumlah produksinya dapat berbeda berdasarkan ras.
Pigmen melanin yang berbentuk granula disintesis oleh sel melanosit
yang berlokasi di sel basal pada epitelium. Melanosom disimpan di
dalam sitoplasma melanosit3.
Gambaran klinis hiperpigmentasi physiologic :

5. Secara umum pada individu dengan kulit coklat tidak memperlihatkan


pigmentasi jaringan yang jelas meskipun ditemukan sejumlah melanosit
pada epithelium gingiva. Secara klinis pigmentasi melanin pada gingiva
tidak mengganggu masalah kesehatan, tetapi keluhan gingiva berwarna
hitam atau coklat mengganggu penampilan terutama jika pewarnaan
gingiva ini terlihat ketika berbicara atau tersenyum. Perawatan
hiperpigmentasi gingiva terdiri dari berbagai macam cara dan metode yaitu
: gingivektomi, gingivektomi dengan free gingival autografting,
electrosurgery, cryosurgery, bahan kimia seperti fenol 90%, tehnik abrasi
dengan bor diamond, Nd: Yag Laser dan CO2 laser2,4. Berikut adalah
metode perawatan hiperpigmentasi :
a. Bur abrasion
Perawatan ini merupakan prosedur deepitelisasi menggunakan
surgical bur, namun memiliki tingkat kesulitan untuk menentukan
kedalaman epitelisasi. Hasil perawatan ini cukup baik. Nilai estetis
yang tinggi dan pendarahan pasca operatif dapat dikendalikan dan 12
minggu terjadi repigmentasi gingiva6.
b. Scrapping
Perawatan scrapping menggunakan scalpel. Prosedur utama
yaitu mengangkat epithelium gingival dan jaringan ikat dibawahnya
serta membiarkan jaringan ikat yang tersisa sembuh dengan

6
membentuk jaringan ikat baru tanpa pigmentasi. Gerakan mengerok
gingiva merupakan teknik scrapping dengan scalpel. Area
penyembuhan akan membaik setelah 2 minggu, pigmentasi melanin
hilang dari pembentukan epithelium yang baru. Pada saat
penyembuhan, gingiva tampak berwarna merah dan pasien merasa
nyaman4.
c. Electrosurgery
Teknik gingivektomi dengan electrosurgery bertujuan untuk
membentuk permukaan gingival terutama margin gingiva karena alat
ini member efek hemostatis tertentu yang memberikan eksisi jaringan
lunak yang memiliki vaskularisasi tinggi. Namun bila menggunakan
teknik ini maka harus diperhatikan penggunaan alat ini tidak boleh
terlalu panas karena dapat menyebabkan kerusakan jaringan lunak dan
kerusakan jaringan periodontal jika digunakan berdekatan dengan
tulang4.
d. Laser Er.Cr:YSGG
Perawatan hiperpigmentasi gingiva menggunakan laser
merupakan cara yang efektif, nyaman, dan dapat dipercaya.
Er.Cr:YSGG baik dalam mengabsorpsi air pada jaringan termasuk
sel melanin. Laser Er.Cr:YSGG memiliki panjang gelombang 2780
nm dengan durasi 140-150 mikrodetik, frekuensinya mencapai 20 Hz
dan kekuatan maksimum hingga 0-6 W. Keuntungan laser sebagai
perawatan hiperpigmentasi adalah trauma lebih sedikit dibanding
menggunakan teknik bur abrasion dan scalpel7. Keuntungan lainnya
adalah perdarahan sedikit namun dapat menimbulkan kerusakan
termal sampai ke tulang4.

7
III. Kesimpulan
Hiperpigmentasi gingiva adalah suatu pewarnaan pada gingiva yang
dapat disebabkan karena faktor eksogen dan endogen. Faktor eksogen
contohnya adalah rokok dan faktor endogen contohnya obat-obatan. Jumlah
produksi melanin yang berbeda pada setiap ras, orang berkulit lebih gelap
cenderung memiliki melanosit yang lebih aktif dibandingkan yang berkulit
cerah.
Pada kasus ini menurut penulis hiperpigmentasi disebabkan karena
faktor endogen. Dari pemeriksaan subjektif, pasien telah 1,5 tahun yang lalu
berhenti merokok dan ibu dan saudara-saudara perempuannya juga memiliki
hiperpigmentasi pada gingivanya. Secara klinis hiperpigmentasi gingiva
karena rokok terdapat pada attached gingiva dan papila interdental yang
ditemukan tidak beraturan. Pada pasien, hiperpigmentasi ditemukan bilateral
pada attached gingiva. Namun untuk mengetahui etiologi hiperpigmentasi
gingiva pada pasien yang lebih pasti sebaiknya dilakukan anamnesis lebih
mendalam mengenai obat-obatan yang pernah dikonsumsi pasien, lingkungan
tempat tinggal pasien, dan pemeriksaan lab untuk laboratorium untuk
memeriksa adakah kandungan logam berlebih pada darah pasien yang bisa
menyebabkan hiperpigmentasi pada gingiva. Pada kasus ini pasien hanya
diberi perawatan berupa Dental Health Education mengenai faktor penyebab
dan faktor-faktor eksogen yang dapat memperburuk kondisi hiperpigmentasi
gingiva.

8
IV. Daftar Pustaka
1. Fedi Peter. 2005. Silabus Periodonti. Jakarta: EGC.
2. Mokeem SA. 2006. Management of Gingival Hyperpigmentation by
Surgical Abrasion: Report of three cases. Saudi Dental Journal
2006;18(3):162-66
3. Yasin, C. dan Umit Ertas. 2003. The Normal and Pathological
Pigmentation of Oral Mucous Membrane: A Review. J Contemp
Dent Pract 2003;4(3):76-86.
4. Hartanti dan Lastianny, P. S., 2008. Perawatan Hiperpigmentasi Gingiva
dengan Metode Scrapping. Majalah Kedokteran Gigi Vol. 15(2):
141-144
5. Yerger, F. dan Ruth E. Malone. 2006. Melanin and nicotine: A review of
the literature. Nicotine & Tobacco Research Volume 8, Number 4
(August 2006) 487–498.
6. Javali, A. M., Tapashetti, R., dan Desmukh, 2010. Esthetic Management
of Gingiva Hyperpigmentation : Report of Two Cases. International
of Dental Clinics, Vol.3(2):115-116.
7. Suthprasertporn, S., 2007. Treatment of Gingival Melanin
Hyperpigmentation by Er.Cr:YSGG Laser : Report of 2 Cases. Thai
Journal Periodontal, Vol.1:46-55.

Вам также может понравиться