Вы находитесь на странице: 1из 14

Ciri-Ciri Bank Islam Syariah

Bank Syari'ah mempunyai ciri yang berbeda dengan bank konvensional. ciri-ciri ini bersifat
universal dan kualitatif, artinya Bank Syari'ah beroperasi di mana harus memenuhi ciri-ciri
tersebut[3] :

Beban biaya yang telah disepakati pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk
jumlah nominal yang besarnyan tidak kaku dan dapat ditawar dalam batas yang wajar.
Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu
dihindarkan. Karena persentase bersifat melekat pada sisa hutang meskipun utang pada batas
waktu perjanjian telah berakhir.
Di dalam kontrak pembiayaan proyek bank tidak menetapkan perhitungan berdasarkan
keuntungan yang pasti (Fiset Return) yang ditetapkan di muka. Bank Syari'ah menerapkan
sistem berdasarkan atas modal untuk jenis kontrak al mudharabah dan al musyarakah dengan
system bagi hasil (Profit and losery) yang tergantung pada besarnya keuntungan. Sedangkan
penetapan keuntungan di muka ditetapkan pada kontrak jual beli melalui pembiayaan
pemilikan barang (al murabahah dan al bai’u bithaman ajil, sewa guna usaha (al ijarah), serta
kemungkinan rugi dari kontrak tersebut amat sedikit.
Pegarahan dana masyarakat dalam bentuk deposito atau tabungan oleh penyimpan dianggap
sebagai titipan (al-wadi’ah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan yang diamanatkan
sebagai pernyataan dana pada proyek yang dibiayai oleh bank sesuai dengan prinsip-prinsip
syari'ah hingga kepada penyimpan tidak dijanjikan imbalan yang pasti (fixed return). Bentuk
yang lain yaitu giro dianggap sebagai titipan murni (al-wadiah) karena sewaktu-waktu dapat
ditarik kembali dan dapat dikenai biaya penitipan.
Bank Syari'ah tidak menerapkan jual beli atau sewa-menyewa uang dari mata uang yang
sama dan transaksinya itu dapat menghasilkan keuntungan. Jadi mata uang itu dalam
memberikan pinjaman pada umumnya tidak dalam bentuk tunai melainkan dalam bentuk
pembiayaan pengadaan barang selama pembiayaan, barang tersebut milik bank.
Adanya dewan syari'ah yang bertugas mengawasi bank dari sudut syari'ah.
Bank Syari'ah selalu menggunakan istilah-istilah dari bahasa arab di mana istilah tersebut
tercantum dalam fiqih Islam
Adanya produk khusus yaitu pembiayaan tanpa beban murni yang bersifat sosial, di mana
nasabah tidak berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan (al-qordul hasal)
Fungsi lembaga bank juga mempunyai fungsi amanah yang artinya berkewajiban menjaga
dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang telah dititipkan dan siap sewaktu-waktu
apabila dana ditarik kembali sesuai dengan perjanjian

Selain karakteristik diatas, Bank Syari'ah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :


Dalam Bank Syari'ah hubungan bank dengan nasabah adalah hubungan kontrak (akad)
antara investor pemilik dana (shohibul maal) dengan investor pengelola dana (mudharib)
bekerja sama untuk melakukan kerjasama untuk yang produktif dan sebagai keuntungan dibagi
secara adil (mutual invesment relationship). Dengan demikian dapat terhindar hubungan
eskploitatif antara bank dengan nasabah atau sebaliknya antara nasabah dengan bank.
Adanya larangan-larangan kegiatan usaha tertentu oleh Bank Syari'ah yang bertujuan untuk
menciptakan kegiatan perekonomian yang produktif (larangan menumpuk harta benda (sumber
daya alam) yang dikuasai sebagian kecil masyarakat dan tidak produktif, menciptakan
perekonomian yang adil (konsep usaha bagi hasil dan bagi resiko) serta menjaga lingkungan
dan menjunjung tinggi moral (larangan untuk proyek yang merusak lingkungan dan tidak
sesuai dengan nilai moral seperti miniman keras, sarana judi dan lain-lain.
Kegiatan uasaha Bank Syari'ah lebih variatif dibanding bank konvensional, yaitu bagi hasil
sistem jual beli, sistem sewa beli serta menyediakan jasa lain sepanjang tidak bertentangan
dengan nilai dan prinsip-prinsip syari’ah.[4]

2.4 Keistimewaan Bank Islam Syariah

Keistimewaan – keistimewaan Bank Islam tersebut adalah sebagai berikut :

1. Keistimewaan Bank Islam adalah dengan penerapan sistem bagi hasil berarti tidak
membebani biaya di luar kemampuan nasabah dan akan terjamin adanya “ keterbukaan“

2. Di dalam Bank Islam, tersedia fasilitas kredit kebaikan (al-Qardhul Hasan ) yang diberikan
secara cuma-cuma.

3. Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat antara pemegang saham, pengelola bank
dan nasabahnya

4. Melekat pada konsep berorentasi pada kebersamaan dalam hal mendorong kegiatan
investasi dan menghambat simpanan yang tidak produktif, memerangi kemiskinan dengan
membina golongan ekonomi lemah dan tertindas, mengembangkan produksi, menggalakkan
perdagangan dan memperluas kesempatan kerja,meratakan pendapatan melalui sistem bagi
hasil.

Dasar Pemikiran Bank Syari’ah


Dasar pemikiran terbentuknya bank syari’ah bersumber dari adanya larangan riba didalam al-
qur’an dan al-hadist sebagai berikut:
Bersumber dari al-qur’an yaitu berbunyi :

‫الربا يأ ْ ُك ُلون الَّذِين‬


ِ ‫طهُ الَّذِي يقُو ُم كما ِإلَّ يقُو ُمون ل‬ َّ ‫للاُ وأح َّل ال ِربا ِمثْ ُل ْالب ْي ُع ِإنَّما قالُوا ِبأنَّ ُه ْم ذ ِلك ْالم ِس ِمن ال‬
ُ ‫شيْطانُ يتخ َّب‬
‫الربا وح َّرم ْالبيْع‬ ِ ‫صحابُ فأ ُ ْولئِك عاد وم ْن للاِ إِلى وأ ْم ُرهُ سلف ما فلهُ فانتهى َّربِ ِه ِمن م ْو ِعظةُُُ جآءهُ فمن‬ ْ ‫ار أ‬ ِ َّ‫فِيها ُه ْم الن‬
‫{ خا ِلدُون‬275}

“orang-orang yang memakan riba itu tidak akan berdiri sebagaimana berdirinya orang-orang
yang dirasuk setan dengan terhuyung-huyung karena sentuhannya. Yang demikian itu karena
mereka mengatakan “pedagang itu sama saja dengan riba”. Padahal allah telah menghalalkan
perdagangan dan mengharamkan riba. Oleh karena itu barang siapa telah sampai kepadanya
peringatan dari tuhannya lalu ia berhenti (dari memakan riba) maka baginya apa yang telah lalu
dan mengulang lagi (memakan riba) maka itu ahli neraka, mereka akan kekal didalamnya.”
(QS. Al-Baqarah: 275)

ِ ُ‫اس أ ْموال وأ ْك ِل ِه ْم ع ْنه‬


‫الرباوقدْنُ ُهوا وأ ْخ ِذ ِه ُم‬ ِ ‫{ أ ِلي ًما عذابًا ِم ْن ُه ْم ِل ْلكافِ ِرين وأعْتدْنا بِ ْالب‬161}
ِ َّ‫اط ِل الن‬

“Dan (karena) mereka memakan riba, padahal telah dilarang dan (karena) mereka memakan
harta manusia dengan (cara) yang tidak betul dan kami telah sediakan bagi orang-orang kafir
dari antara mereka itu siksaan yang pedih.” (QS. An-Nisaa:161)

ِ َّ‫ض ِعفُون ُه ُم فأ ُ ْولئِك للاِ وجْ ه ت ُ ِريدُون زكاة ِمن ومآءات ْيتُم للاِ ِعند ي ْربُوا فل الن‬
‫اس أ ْموا ِل فِي ِلي ْربُوا ِربًا ِمن ومآءات ْيتُم‬ ْ ‫ْال ُم‬
{39}

“Dan suatu riba yang kamu beri supaya jadi tambahan diharta manusia tidak akan jadi
tambahan (pahala) disisi Allah tetapi zakat yang kamu keluarkan karena mengharap keridhaan
Allah maka mereka itu adalah orang-orang yang mendapat pahala berlipat ganda.” (QS. Ar-
Rum: 39)

Bersumber dari hadist yang berbunyi:

Dari Abu Sa’dan ra diceritakan : pada suatu ketika bilal datang kepada Rasulullah SAW,
membawa kurma barni. Lalu Rasulullah bertanya kepadanya “kurma dari mana ini?” jawab
bilal, “kurma kita rendah mutunya karena itu kutukan dua gatang dengan satu gantang kurma
ini untuk pangan Nabi SAW. Maka Rasulullah bersabda “inilah yang disebut riba, jangan
sekali-sekali engkau lakukan lagi. Apabila engkau ingin membeli kurma (yang bagus) jual
lebih dulu kurmanya (yang kurang bagus) itu, kemudian dengan uang penjualan itu, kemudian
dengan uang penjualan itu beli kurma yang lebih bagus.” (HR. Muslim)

Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra mengatakan, Rasulullah bersabda “tidak boleh jual beli emas
dengan emas, dan perak dengan perak kecuali sama beratnya.” (HR. Muslim)

Dari Jabir ra, dikatakan Rasulullah SAW mengutuk pemakan riba, yang menyuruh memakan
riba, juru tulis pembuat akte riba dan saksi-saksinya. Menurut beliau mereka itu sama saja
(dosanya). (HR.Muslim)

Selain itu mendasarkan pada ketentuan al-qur’an dan al-hadist berdirinya bank syari’ah juga
didasari oleh kenyataan sebagai berikut :

1. Praktek sistem-sistem bunga dan akibatnya sistem bunga yang dimaksud adalah tambahan
pembayaran atas uang pokok pinjaman.
2. Penerapan sistem bunga membawa akibat-akibat negatif sebagai berikut :
a. Masyarakat sebagai nasabah menghadapi suatu ketidakpastian, bahwa hasil perusahaan
dari kredit yang diambilnya tidak dapat diramalkan secara pasti. Sementara itu dia tetap wajib
membayar presentase berupa pengambilan sejumlah uang tertentu yang tetap berada di atas
jumlah pokok pinjaman.
b. Penerpan sistem bunga mengakibatkan eksploitasi (pemerasan) oleh orang kaya terhadap
orang miskin. Uang atau modal besar yang dikuasai orang kaya tidak disalurkan ke dalam
usaha-usaha produktif yang dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat, tetapi modal
besar itu justru untuk kredit berbunga yang tidak produktif.
3. Sistem perbankan yang ada sekarang memiliki kecenderungan terjadinya konsentrasi
kekuatan ekonomi ditangan kelompok elite, para bankir dan pemilik modal.
4. Sistem perbankan yang menerapkan bunga menimbulkan laju inflasi semakin tinggi,
karena ada kecenderungan bank-bank untuk memberikan kredit secara berlebih-lebihan.
5. Sistem perbankan yang menerapkan bunga sekarang dirasakan kurang berhasil dalam
membantu memerangi kemiskinan dan meratakan pendapatan baik ditingkat internasional
maupun di tingkat nasional.
6. Di era pembangunan ekonomi setiap negara dewasa ini peranan lembaga perbankan
sangat besar dan menentukan.
Dampak Negatif Riba
Islam bersikap sangat keras dalam persoalan riba semata-mata demi melindungi kemaslahatan
manusia, baik dari segi akhlaq, masyarakat maupun perekonomiannya. Sesungguhnya riba
merupakan salah satu bentuk transaksi yang sangat dilarang oleh Islam. Hal ini karena riba itu
sendiri membawa dampak negative setidaknya dalam dua aspek meliputi :

a. Dampak Ekonomi
Dampak ekonomi riba adalah dampak inflatoir yang diakibatkan oleh bunga sebagai biaya
bunga, karena salah satu elemen dari penentuan harga adalah suku bunga. Semakin tinggi suku
bunga, semakin tinggi juga harga yang akan ditetapkan pada suatu barang.

b. Dampak sosial kemasyarakatan


Riba merupakan pendapatan yang didapatkan dengan tidak adil karena terdapat pemaksaan
mengembalikan pada waktunya, jika melebihi maka akan terdapat tambahan dalam
pengembalian hutang/pinjaman tersebut. Padahal belum tentu peminjam mampu
mengembalikan tepat waktu dan membayar kelebihan-kelebihan yang ditetapkan.

5. Adanya keterikatan secara religi,maka semua pihak yang terlibat dalam bank islam adalah
berusaha sebaik-baiknya dengan pengalaman ajaran agamanya sehingga berapa pun hasil yang
diperoleh diyakini membawa berkah.

6. Adanya fasilitas pembiayaan (Al-mudharabah dan Al-musyarakah) yang tidak membebani


nasabah sejak awal dengan kewajiban membayar biaya secara tetap..

7. Penerapan sistem bagi hasil dan ditanggalkannya sistem bunga menjadikan bank islam
lebih mandiri dari pengaruh gejolak moneter baik dari dalam maupun dari luar. [5]

Pendahuluan hukum ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai- nilai Islam. 1 Dengan ini tidak
hendak dikatakan bahwa kaum muslim dicegah untuk mempelajari masalah-masalah ekonomi
non-muslim. Sebaliknya, mereka yang diilhami oleh nilai-nilai Islam di pemerintahan syariat
untuk mempelajari masalah minoritas non-muslim dalam sebuah negara Islam khususnya, dan
mengenai kemanusiaan pada umumnya.2 Demikianlah definisi yang kelihatannya sempit ini
mempunyai implikasi yang lebih luas lagi pula, definisi ilmu ekonomi Islam ini secara
mencolok bertentangan dengan definisi modern ilmu ekonomi yang merupakan suatu ilmu
tentang umat manusia dalam usaha kehidupan yang biasa. Atau lebih jelasnya ilmu ekonomi
adalah pengetahuan tentang peristiwa dan persoalan yang berkaitan dengan upaya manusia
secara perorangan (pribadi), kelompok (keluarga, suku bangsa, organisasi) dalam memenuhi
kebutuhan yang tidak terbatas yang dihadapkan pada sumber yang terbatas. Sebagian ahli
memberi definisi hukum ekonomi Islam adalah mazhab ekonomi Islam yang didalamnya
terjelma cara Islam mengatur kehidupan perekonomian dengan apa yang dimiliki dan ditujukan
oleh mazhab ini, yaitu tentang ketelitian cara berpikir yang terdiri dari nilai-nilai moral Islam
dan nilai-nilai ilmu ekonomi atau nilai-nilai sejarah yang berhubungan dengan masalah-
masalah siasat perekonomian maupun yang berhubungan dengan uraian sejarah masyarakat
manusia.3

. Persamaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Bagaimana dengan persamaan antara bank syariah dan juga bank konvensional yang ada di
Indonesia? Berikut adalah persamaan antara bank syariah dan juga bank konvensional:

Persamaan pertama adalah keduanya merupakan lembaga perbankan Indonesia yang sudah
diakui secara nasional dan kedua-duanya merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan. Berikutnya baik bank syariah maupun bank konvensional
memberikan jasa perbankan untuk membantu dalam mendukung kelancaran penghimpunan
dan penyaluran dana baik dalam bentuk kredit maupun simpanan yang dilakukan oleh nasabah.

Memberikan bantuan jasa pembayaran. Baik bank syariah maupun bank konvensional kedua-
duanya memberikan bantuan untuk memudahkan dalam sistem pembayaran seperti misalnya
untuk pembayaran telepon, air, listrik, internet, pembelian tiket pesawat, tiket kereta api.
Sistem pembayaran tersebut biasanya dilakukan dengan melalui transfer dari mesin ATM.

Memberikan jasa pembayaran gaji, hadiah dan juga uang pensiun. Baik bank syariah maupun
bank konvensional biasanya memberikan kemudahan bagi para nasabahnya untuk menerima
kemudahan dalam pembayaran gaji, hadiah dan juga uang pensiun dengan langsung
mentransfernya dari pihak pemberi ke nomor rekening pihak penerima.

Pemberi jasa kiriman uang. Umumnya bank konvensional atau bank syariah memberikan jasa
kiriman uang baik dalam negeri maupun luar negeri bagi para nasabahnya.

Tempat penjualan dan penukaran mata uang asing. Bank yang ada di Indonesia, baik bank
umum maupun bank syariah juga menjadi tempat penjualan dan juga penukaran mata uang
asing ke mata uang rupiah.

3. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional


Bagaimana dengan perbedaan dari bank syariah dan juga bank konvensional? Apa sajakah
yang menjadi pembeda utamanya? Berikut beberapa perbedaan utama diantara kedua jenis
bank yang ada di Indonesia tersebut. Apa sajakah yang membedakannya?

Investasi. Bank syariah dan bank konvensional berbeda dalam hal investasi yang dilakukannya.
Bank syariah hanya akan melakukan investasi yang dianggap benar-benar halal dan sesuai
syariah Islam. Sedangkan bank konvensional biasanya tidak terlampau memperdulikan apakah
bentuk investasi yang dilakukannya tersebut halal ataukah haram.

Prinsip dan perangkat. Bank syariah dan juga bank konvensional memiliki perbedaan dalam
hal prinsip dan perangkat yang digunakan. Jika bank konvensional lebih menekankan pada
prinsip bunga bank, maka bank syariah menganggap bunga bank sebagai sesuatu yang haram
untuk dilakukan karena dianggap riba. Sebagai pengganti bunga bank yang dianggap riba dan
haram ini maka pihak bank syariah lebih menekankan prinsip bagi hasil antara nasabah dan
bank serta lebih menekankan jual beli dan sewa sesuai dengan kesepakatan antara pihak bank
dan nasabah.

Keuntungan. Perbedaan mendasar berikutnya adalah pihak bank konvensional lebih


menekankan pada keuntungan sebesar-besarnya dan seringkali tidak memperhatikan jika
konsumennya merasa dirugikan. Berbeda dengan bank konvensional, bank syariah
menekankan bahwa keuntungan bukan segalanya. Dan unsur kebahagiaan dunia akhirat lebih
ditekankan daripada prinsip keinginan untuk menumpuk profit.

Hubungan antara nasabah dan pihak bank. Pembeda berikutnya adalah pihak bank
konvensional memberikan tatanan kreditur dan debitur sebagai bentuk hubungan antara
nasabah dengan pihak bank. Berbeda dengan bank konvensional, bank syariah lebih memilih
hubungan dalam bentuk kemitraan yang saling menguntungkan diantara kedua belah pihak.

Itulah beberapa persamaan dan perbedaan bank syariah dan bank konvensional yang ada di
Indonesia. Dengan mengenali berbagai macam prinsip, jenis bank dan juga jenis produk yang
ditawarkannya diharapkan masyarakat akan lebih mengenal antara bank syariah dan bank
konvensional dan bisa memilih bank yang paling sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
1. the indonesia stock exchange greeted its latest listing on may 97th: that BRI Syariah,
the islamic arm of state controlled Bank of Rakyat Indonesia, the country's biggest bank
by assets.The initial public offering (IPO) OF 27% OF BRI Syariah's Equity raised
around 1,3 trn rupiah ($92m), islam outlaws the payment of interest, the basis of
convetional banking banking. Yet Despite being home to an eight of the world's moslem
225m, in population of 260 m Indonesia's Muslims bank are tiny. The account for just
5,8 % of all bank's assets. In neighbouring Malaysia, wich has been promoting Islamic
Finance for many years., Islamic bank's share exceeds 25 %.Last Years Indonesia's
prsident Joko Widodo, set up commitee to promote Islmaic finance and stablish
Indonesia as ahub. In June the OJK. published are two year "roadmap" the supervisory
body is also promoting awarness of sharia product, a survey in 2016 found that only
6,6 % of indonesians understood them. A council of Islamic scholars established several
years ago may help help avoid disputes over wether products meet sharia standars.
Whether it will be as successful as Malaysia's, wich is housed in the central bank and
enjopys legal authority, is not yet clear
(The Economist 2018).

the indonesia stock exchange greeted its latest listing on may 97th: that BRI Syariah,
the islamic arm of state controlled Bank of Rakyat Indonesia, the country's biggest bank
by assets.The initial public offering (IPO) OF 27% OF BRI Syariah's Equity raised
around 1,3 trn rupiah ($92m), islam outlaws the payment of interest, the basis of
convetional banking banking. Yet Despite being home to an eight of the world's moslem
225m, in population of 260 m Indonesia's Muslims bank are tiny. The account for just
5,8 % of all bank's assets. In neighbouring Malaysia, wich has been promoting Islamic
Finance for many years., Islamic bank's share exceeds 25 %.Last Years Indonesia's
prsident Joko Widodo, set up commitee to promote Islmaic finance and stablish
Indonesia as ahub. In June the OJK. published are two year "roadmap" the supervisory
body is also promoting awarness of sharia product, a survey in 2016 found that only
6,6 % of indonesians understood them. A council of Islamic scholars established several
years ago may help help avoid disputes over wether products meet sharia standars.
Whether it will be as successful as Malaysia's, wich is housed in the central bank and
enjopys legal authority, is not yet clear
(The Economist 2018).
2.3 Perkembangan Bank Syariah di Malaysia
Perkembangan perbankan syariah di Malaysia berawal pada saat
pemerintah membentuk Tabung Haji pada tahun 1963. Lembaga ini dibentuk untuk
investasi tabungan masyarakat lokal pada instrumen bebas bunga khususnya bagi
mereka yang ingin menunaikan ibadah haji. Lembaga Tabung Haji menggunakan skema
mudharabah, musyarakah dan ijarah dalam pembiayaan invetasi di bawah petunjuk dan
pengawasan Komite Fatwa Nasional Malaysia (National Fatawah Committee of Malaysia).
Akan tetapi lembaga Tabung Haji hanya sebagai lembaga penyimpanan dan memiliki berbagai
kekurangan inovasi dan insentif keuangan (Abdullah, 2011 dalam The Journal of
Tauhidinomics Vol. 1 No. 2 (2015): 105-128).
Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) merupakan bank syariah pertama di Asia Tenggara. Bank
ini didirikan pada tahun 1983, dengan 30% modal merupaka pemilik pemerintah federal. Hingg
akhir 1999, BIMB telah memiliki lebih dari 70 cabang yang tersebar hampir setiap negara
bagian dan kota-kota Malaysia (Antonio, 2001, h.24).
Inisiatif pembentukan bank syariah pertama di Malaysia ini juga tidak terlepas
dari kebijakan pemerintahan Mahathir Muhammad sebagai Perdana Menteri pada
saat itu yang berusaha untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam kebijakan
pemerintah dalam rangka untuk memberikan pengaruh positif dalam pengembangan
negara (Kayadibi, 2010). Sebagai tindak lanjut atas kebijakan tersebut, Dewan
Penasehat Islam (Islamic Consultative Board) mengumumkan penekanan bahwa setiap usaha
pembangunan negara harus sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pendirian Bank Islam Malaysia
Berhard pada tahun 1983 adalah manifestasi atas kebijakan pemerintah tersebut. (The Journal
of Tauhidinomics Vol. 1 No. 2 (2015): 105-128).

2.4 Perkembangan Bank Syariah di Brunei Darussalam


Brunei Darussalam merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki hubungan
ekonomi yang erat dengan Inggris dan Singapura. Brunei termasuk negara produsen minyak
terbesar ketiga di Asia Tenggara dengan tingkat produksi sekitar 200,000 barel per hari. Negara
berpenduduk mayoritas Muslim ini juga termasuk sebagai produser gas terbesar keempat di
dunia (Mohamad, dkk., 2013 dalam The Journal of Tauhidinomics Vol. 1 No. 2 (2015): 105-
128).
Bank pertama di Brunei berdiri pada tahun 1935 dengan nama Post Office Saving Bank. Bank
ini berdiri sebelum terjadinya kolonisasi oleh Inggris. Dokumen tentang bank ini tidak bisa
banyak ditelusuri dikarenakan rusak saat terjadi pendudukan koloni di Brunei. Bank Hong
Kong & Shanghai berdiri saat terjadinya kolonisasi oleh Inggris sekitar tahun 1940-an. Bank
tersebut didukung sepenuhnya oleh negara koloni dengan menggunakan sistem perbankan
konvensional berdasarkan Hukum Inggris (British Law). Beberapa bank selanjutnya berdiri,
yaitu Malaya Banking (1960), United Malayan Banking Corporation (1963), National Bank of
Brunei (1964), Citibank (1971), Islamic Development Bank (1980), Baiduri Bank (1992),
Tabung Amanah Islamic Brunei (1992), dan Development Bank of Brunei (1995) (lihat
Ebrahim, 2001, h.314-337).
Industri keuangan syariah di Brunei Darussalam diatur di bawah otoritas “Autoriti Monetari
Brunei Darussalam (AMBD)” atau Monetary Authority of Brunei Darussalam. AMBD
dibentuk dan diresmikan pada tahun 2011 melalui peraturan Autoriti Monetari Brunei
Darussalam Order 2010. AMBD berfungsi sebagai bank sentral di Brunei Darussalam (lihat
keterangan resmi di situs AMBD). Sebelum pembentukan AMBD sebagai otoritas bank
sentral, industri perbankan dibawah pengawasan kementerian keuangan (Finance Ministery).
Dari segi regulasi, kerangka regulasi sistem keuangan di Brunei Darussalam terdiri dari aspek
legal dan teknis. Kerangka legal adalah undang-undang yang mengatur tentang operasional
dan administrasi lembaga keuangan. Sementara kerangka teknis terdiri dari garis petunjuk,
standar dan prosedur untuk mendukung undang-undang pada area yang bersifat teknis yang
tidak terakomodir dalam undang-undang yang ada (Hasan dan Chachi, 2010, h.40-59).

2.5 Perkembangan Bank Syariah di Singapura


Dukungan terhadap sistem perbankan dan keuangan syariah di singapura datang dari tokoh
kunci pemerintahan di Singapura melalui statemen mereka untuk menjadikan Singapura
sebagai pusat keuangan syariah dan sekaligus membangun kerangka hukum yang dapat
mempermudah industri ini berkembang di Singapura. Pada November 2004, Menteri Senior
Goh Chok Tong berjanji untuk meningkatkan status Singapura sebagai Pusat Jasa Keuangan
Syariah (center for Islamic Financial Services). Selanjutnya pada bulan Maret 2005, Perdana
Menteri Singapura mengemumkan rencana perubahan undang-undang (amandemen) untuk
mempermudah setiap bank untuk menawarkan produk dan jasa keuangan syariah (Mohamad,
2013). Pemerintah juga akan merivisi peraturan yang menghambat suatu bank untuk
menawarkan produk syariah (Bloomberg, 2013, dalam The Journal of Tauhidinomics Vol. 1
No. 2 (2015): 105-128).
Momentum penting dalam pengembangan industri perbankan dan keuangan syariah di
Singapura terjadi pada tahun 2010, yaitu saat MAS menerbitkan sebuah garis petunjuk
(guidelines) dengan nama “Guidelines on the Application of Banking Regulation to Islamic
Banking”. Guidelines ini bertujuan untuk menyediakan petunjuk bagi bank tentang peraturan
bank syariah di Singapura, terutama kerangka petunjuk bagi lembaga keuangan yang ingin
membuka produk dan jasa keuangan syariah. Secara garis umum guidelines ini memberikan
penjelasan tentang pendekatan yang digunakan oleh MAS terhadap perbankan syariah,
terutama dari segi perizinan, regulasi dan permodalan. Selian itu, guidelines ini juga mengatur
tentang perlakukan terhadap perbankan syariah khususnya terhadap struktur pendanaan,
pembiayaan dan invetasi (lihat Guidelines on the Application of Banking Regulations to
Islamic Banking 2010).
Saat ini sudah terdapat beberapa lembaga kuangan di Singapura yang menawarkan produk
keuangan syariah, termasuk diantaranya adalah Bank Standard Chartered, HSBS, OCBC,
CIMB dan Maybank. Pada tahun 2007, Singapura mendirikan bank Islam pertama yang
beroperasi syariag secara penuh (Bank Umum Syariah), yaitu Bank Islam Asia (Islamic Bank
of Asia). Bank syariah ini merupakan hasil joint venture antara bank DBS dan investor swasta
Timur Tengah. Lembaga kuangan syariah lainnya yang telah membuka kantor di Singapura
adalah Arcapita, Al-Salam Bank-Bahrain, dan Manajemen Investasi AEP. Asuransi HSBC
mengelola dana takaful untuk pasar dalam negeri Singapura, sementara Tokio Marine
Retakaful telah berdiri di Singapura semenjak tahun 2004 (lihat Laporan Islamic Finance in
Singapore-MAS, 2011).

2.6 Perkembangan Bank Syariah di Filipina


Filipina merupakan anggota negara ASEAN yang 80% mayoritas penduduknya beragama
kristen, hanya terdapat sekitar 8,5% penduduknya yang beragama Islam atau sekitar 6 juta
orang.Penduduk Muslim Filipina biasa dikenal dengan nama Moros pada masa pendudukan
Spanyol pada tahun 1565, nama ini merujuk kepada penduduk Moors dari Spanyol. Pada tahun
1898, Spanyol menyerahkan penguasaan Filipina ke Amerika Serikat berdasarkan kesepakatan
Paris (Treaty of Paris). Republik Filipina terlibat konflik dengan penduduk Moros pada tahun
1978 terkait masalah status politik (Mohamad, dkk., 2013, dalam The Journal of
Tauhidinomics Vol. 1 No. 2 (2015): 105-128).
Lembaga Haji Filipina didirikan pada tahun 1978 sebagai bentuk akomodasi pemerintah bagi
penduduk Muslim Moros yang ingin menunaikan haji ke Mekah. Pada tahun 1981,
kementerian urusan agama Islam (Ministry of Islamic Affairs) mengungkapkan adanya
kemungkinan diperkenalkannya sebuah bank yang akan beroperasi sesuai prinsip-prinsip
syariah untuk memberikan layanan perbankan dan keuangan kepada seluruh penduduk Muslim
khususnya yang tinggal di bagian selatan Mindanau.
Menurut Sahraman (2014) perbankan syariah di Filipina saat ini menghadapi berbagai macam
tantantang diantaranya: (i) ketidakadaan kerangka regulasi yang dapat sepenuhnya mendukung
berdirinya jumlah bank dan produk keuangan syariah yang lebih banyak. Regulasi yang ada
saat ini hanya secara spesifik dibuat untuk bank invetasi Islam al-amanah. Pendirian bank
diluar dari bank tersebut tidak memungkinkan untuk terjadi. Semnetara itu, produk keuangan
yang ditawarkan oleh bank syariah yang sudah ada masih sangat terbatas belum mencakup
berbagai bentuk produk keuangan syariah yang lainnya; (ii) kekurangan SDM yang ahli di
bidang keuangan syariah. Sampai saat ini, belum ada satu pun perguruan tinggi di Filipina yang
menawarkan mata kuliah tentang perbankan dan keuangan syariah. Akibtanya, perkembangan
perbankan syariah di Filipina tidak mengalami kemajuna yang signifikan dikarenakan tidak
ditopang oleh SDM yang memadai. Tantangan lainnya adalah (iii) kondisi ekonomi penduduk
Muslim yang ada di beberapa wilayah di Filipina. Otonomi daerah yang diterapkan di wilayah
Muslim Mindanau justru menjadi wilayah termiskin di Filipina sebagai dampak dari konflik
peperangan. Kondisi ini menjadi penghalang utama untuk tumbuhnya system perbankan dan
keuangan syariah yang stabil. Tantangan yang tidak kalah pentingnya bagi para penggiat
ekonomi syariah di Filipina adalah (iv) lembahnya
tingkat kesadaran penduduk Muslim akan sistem perbankan dan keuangan syariah. penduduk
Muslim masih menyukai bertransaksi keuangan menggunakan system konvensional.(The
Journal of Tauhidinomics Vol. 1 No. 2 (2015): 105-128).

2.7 Perkembangan Bank Syariah di Thailand


Menurut Mohamad (2013), kekurangan fasilitas sistem perbankan dan keuangan di wilayah-
wilayah Muslim di bagian selatan Thailand mendorong penduduk Muslm tersebut untuk
melakukan transaksi keuangan dengan system perbankan yang ada di wilayah perbatasan
negara mereka, yaitu Malaysia. Saat ini terdapat banyak penduduk Muslim Thailand yang
memanfaatkan fasilitas perbankan dan keuangan di wilayah Malaysia dan Indonesia melalui
system keuangan antara negara.
Keuangan syariah telah hadir di Thailand sejak tahun 1984 dalam bentuk tabungan koperasi
dengan nama Pattani Saving Cooperative yang bertujuan untuk mengumpulkan dana-dana dari
masyarakat khususnya yang tinggal di bagian selatan Thailand. Koperasi ini berdiri
berdasarkan undang-undang koperasi (Corporative Act), Thailand Muamalat Law 1968 dalam
kategori Tabungan Koperasi dan di bawah pengawasan Lembaga Islam (Islamic Council)
Provinsi Pattani (Fatimah, 2010). Pada akhir tahun 2001, jumlah aset dari Pattani Saving
Cooperative mencapai sekitar USD 2,75 juta. Selanjutnya, pada tahun 2004, empat
koperasi tabungan syariah berdiri di wilayah Muslim tersebut, yaitu Koperasi Tabungan Ibnu
Affan, Koperasi Tabungan As-Siddiq, Koperasi Tabungan Saqaffah, dan Koperasi Tabungan
Al-Islamiah. (The Journal of Tauhidinomics Vol. 1 No. 2 (2015): 105-128).
Setelah banyaknya bank pemerintah yang menawarkan produk keuangan syariah (Islamic
window), muncul aspirasi untuk mendirikan sebuah bank yang sepenuhnya beroperasi sesuai
syariah (full fledged Islamic bank) dan juga legal berdasarkan hukum Thailand. Sebagai
respon, pemerintah meminta Menteri Keuangan Thailand untuk menyusun draf undang-undang
tentang perbanka syariah yang akan diusulkan ke kabinet pada bulan Oktober 2002 (lihat Bank
Thailand, 2011). Hasilnya, pada tahun 2002, parlemen Thailand mengesahkan undang-undang
perbankan syariah dengan nama “The Islamic Bank of Thailand Act”. UU ini menjadi dasar
hukum berdirinya bank Islam pertama dengan nama Bank Islam Thailand (Islamic Bank of
Thailand) pada tahun 2003. Bank Islam pertama ini
dikontrol langsung oleh Kementerian Keuangan Thailand. Bank Islam Thailand ini
mendapatkan dana dari pemerintah Thailand sebesar 1 miliar Bath dan kantor pusatnya
sekaligus juga menjadi cabang pertama di Klongton. Bank ini terus mengalami ekspansi cabang
khususnya di Bangkok dan provinsi bagian selatan dan diakhir tahun 2005 bank ini telah
memiliki cabang sebanyak 9 kantor cabang (lihat www.iban.co.tg). Ekspansi bisnis bank Islam
Thailand terus dilakukan melalui akuisisi layanan perbankan syariah bank Krung Thai pada
bulan November 2005. Saat ini, Bank Islam Thaland (IBank) sebagai bank milik pemerintah
telah memiliki 130 kantor cabang yang tersebar di seluruh wilayah Thailand.
Selain sistem perbankan syariah, pemerintah Thailand juga mengembangkan
pasar modal syariah. pada tahun 2009, Indeks syariah FTSE SET dilauncing oleh bursa efek
Thailand (Stock Exchange of Thailand:SET). Indeks syariah ini terdiri dari 86 perusahaan yang
sudah diskrining dandianggap sudah memenuhi standarsyariah.

2.8 Perkembangan Bank Syariah di Mesir


Bank syariah pertama yang didirikan di Mesir adalah Faisal Islamic Bank. Bank ini mulai
beroperasi pada bulan Maret 1978 dan berhasil membukukan hasil megesankan dengan total
aset 2 milir dolar AS pada 1986 dan tingkat keuntungan sekitar 106 jta dolar AS. Selain Faisal
Islamic Bank, terdapat bank lain, yaitu Islamic International Bank for Investment and
Development yang berperasi dengan menggunakan instrumen keuangan islam dan
menyediakan jaringan yang luas. Bank ini beroperasi, baik sebagai bank investasi (investmen
bank), bank perdagangan (merchant bank), maupun bank komersial (commercial bank).
(Antonio, 1999, h. 275)

2.9 Perkembangan Bank Syariah di Pakistan


Pakistan merupakan pelopor di bidang perbankan syariah. Pada awal juli 1979, sistem bunga
dihapuskan dari operasional tiga istitusi: National Investment (Unit Trust), House Building
Finance Corporation (pembiayaan sektor perumahan), dan Mutual Funds of the Investment
Corporation of Pakistan (kerja samainvestasi). Pada tahun 1979-1980, pemerintah
mensosialisasikan skema pinjaman tanpa bunga kepada petani dan nelayan.(Antonio, 1999, h.
275)
Pada tahun 1981, seiring dengan diberlakukannya undang-undang perusahaan Muharabah dan
Murabahah, mulailahberoperasi tujuh ibu cabang bank komersial nasional diseluruh pakistan
dengan menggunakan sistem bagi hasil. Pada awal tahuan 1985, seluruh sistem perbankan
pakistan dikonversi dengan sistem yang baru, yaitu sistemperbankan syariah. (Antonio, 1999,
h. 275)

4. Seorang Pengusaha bermaksud untuk membeli property berupa ruko dan sebuah Villa
yang terletak di Kota Tangerang dan BSD, harga Ruko yang ditawarkan adalah senilai
Rp 800 juta dan harga villa yang ditawarkan senilai Rp 500 juta. Nasabah adalah seorang
pengusaha dengan penghasilan bersih setiap bulannya sebesar Rp 40 juta. Apabila
nasabah memiliki uang muka senilai Rp 400 juta dan datang ke Bank Syariah ABC untuk
mengajukan pembiayaan, uraikanlah:
a. Bagaimana struktur pembiayaan termasuk jangka waktu pembiayaan yang dapat diberikan
nepada nasabah tersebut ?
b. Berapa pembiayaan yang dapat diberikan oleh Bank Syariah ABC ?
c. Berapa angsuran yang harus dibayarkan nasabah kepada Bank apabila price yang ditawarkan
oleh Bank setara dengan 14,75% eff pa ? setara berapakah price yang ditawarkan Bank apabila
dikonversi menjadi flat dan total keuntungan yang akan diperoleh Bank selama 10 tahun
tersebut ?

Jawab:
Dengan penghasilan bersih nasabah sebesar Rp 40 juta per bulan dan penetapatan DSR (Debt
Service Ratio) maksimum 40%, maka maksimum kewajiban nasabah kepada pihak lain (dalam
hal ini Bank) aalah sebesar Rp 16 juta/bulan.

Berdasarkan data maksimum kewajiban nasabah tersebut maka struktur pembiayaan yang
dapat diberikan kepada nasabah adalah jenis pembiayaan Al-Murabahah dengan skema
pembiayaan dengan jangka waktu 10 tahun sebagai berikut:
• Harga Beli Ruko dan Villa: Rp 1.300.000.000,00
• Margin Keuntungan Bank: Rp 825.920.152,39
• Harga Jual Bank: Rp 2.125.920.152,39
• Angsuran Pendahuluan: Rp 400.000.000,00
• Sisa Angsuran: Rp 1.725.920.152,39
• Angsuran per bulan: Rp 14.382.667,94
• Pembiayaan Bank: Rp 900.000.000,00

Bank mengambil keuntungan sebesar 63,53% dari harga beli awal, dan setara dengan 9,18%
flat pa.
ARTI DEPOSITORY
sebuah organisasi di mana sekuritas investor diadakan dalam bentuk elektronik atas permintaan
investor dan yang melakukan transaksi efek dengan entri buku melalui media peserta
penyimpanan.
ARTI DEFERRED PAYMENT SELL
mengacu pada penjualan barang di mana pembeli membayar penjual setelah penjualan bersama
dengan margin keuntungan yang disepakati, baik dalam satu gumpalan atau dengan angsuran.
AL-MUZARA’AH (HARVEST-YIELD PROFIT SHARING)
1. Pengertian al-Muzara’ah
Al-Muzara’ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap,
dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan
dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (persentase) dari hasil panen.
ARTI PROJECT FINANCING
Pembiayaan proyek adalah pembiayaan infrastruktur jangka panjang, proyek industri dan
layanan publik menggunakan struktur keuangan non-recourse atau terbatas. Utang dan ekuitas
yang digunakan untuk membiayai proyek dibayar kembali dari arus kas yang dihasilkan oleh
proyek. Pembiayaan proyek adalah struktur pinjaman yang sangat bergantung pada arus kas
proyek untuk pembayaran, dengan aset, hak dan kepentingan proyek yang dimiliki sebagai
agunan sekunder. Pembiayaan proyek sangat menarik bagi sektor swasta karena perusahaan
dapat mendanai proyek-proyek besar di luar neraca.
ARTI TRUST INVESMENT
Dana investasi lahan yasan atau lebih dikenal secara umum dengan istilah Real Estate
Investment Trust atau biasa disebut REITs adalah instrumen investasi berupa surat berharga
yang dapat dibeli oleh investor dari perusahaan lahan yasan yang menerbitkan REITs. Surat
berharga ini mirip dengan surat saham yang mencerminkan kepemilikan atas sebuah
perusahaan tertentu. Salah satu keunggulan REITs adalah perlakuan khusus perpajakan, di
mana disejumlah negara, instrumen REITs ini bebas dari pajak penghasilan.

Вам также может понравиться