Вы находитесь на странице: 1из 27

MAKALAH ANALISISJURNAL TERAPI MODALITAS DAN

KOMPLEMENTER

Diusulkan Oleh :
Nova Novidawati 1711024
Nurhayati Br. T 1711025
Ratna Dewi 1711026
Rismawati 1711027
Septa Rezita K 1711028

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1 NON REGULER


STIKES HANG TUAH SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................i
Daftar Isi ....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang .....................................................................................................1
1.2Rumusan Masalah.................................................................................................
1.3Tujuan....................................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1Konsep Hipertensi.................................................................................................
2.1.1Definisi...............................................................................................................
2.1.2Klasifikasi Hipertensi ........................................................................................
2.1.3Etiologi Hipertensi.............................................................................................
2.1.4Patofisiologi Hipertensi......................................................................................
2.1.5Tanda dan Gejala Hipertensi..............................................................................
2.1.6Penatalaksanaan Hipertensi................................................................................
2.1.7Pemeriksaan penunjang......................................................................................
2.2Konsep Aromaterapi..............................................................................................
2.2.1Definisi...............................................................................................................
2.2.2Teknik-Teknik Pemberian Aromaterapi.............................................................
2.2.3Komposisi Kimia dari Minyak Essensial Lavender...........................................
2.2.4Tujuan Aromaterapi Lavender............................................................................
2.2.5Mekanisme Aromaterapi Lavender....................................................................
BAB 3 REVIEW JURNAL......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari seluruh
kalangan masyarakat. Dampak yang ditimbulkan baik jangka pendek maupun jangka
panjang membutuhkan penanggulangan yang menyeluruh dan terpadu. Hipertensi
menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) yang tinggi.
Penyakit hipertensi menjadi penyebab kematian 7,1 juta orang di seluruh dunia, yaitu
sekitar 13% dari total kematian, prevalensinya hampir sama besar baik di negara
berkembang maupun negara maju (Sani, 2008). Perkembangan penyakit hipertensi
berjalan perlahan tetapi secara potensial sangat berbahaya. Hipertensi merupakan
faktor risiko utama dari penyakit jantung dan stroke. Depkes (2011) menunjukkan, di
Indonesia ada 21% penderita hipertensi dan sebagian besar tidak terdeteksi. Hasil
Riset Kesehatan Dasar (2007) juga menunjukkan cakupan tenaga kesehatan terhadap
kasus hipertensi di masyarakat masih rendah, hanya 24,2% untuk prevalensi
hipertensi di Indonesia yang berjumlah 32,2%.
Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam merawat lansia
dengan hipertensi dimana peran perawat pada lansia yaitu pemberi asuhan
keperawatan langsung (Care giver), pendidik klien lansia (Edukator), advokasi klien
(Client advocate), dan konselor (Consultant). Perawat komunitas dalam memberikan
asuhan keperawatan langsung pada pasien lansia dengan hipertensi yaitu berupa
pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.
Kegiatan pencegahan sekunder pada lansia dengan hipertensi diantaranya
yaitu berupa pemberian terapi modalitas (Ayu, 2011, hlm.11- 12). Terapi modalitas
pada lansia dengan hipertensi salah satunya yaitu relaksasi. Relaksasi dapat
dihasilkan salah satunya dengan cara massage. Massage dapat memberikan relaksasi
melalui mechanoreceptors tubuh yang mengatur kehangatan, tekanan dan sentuhan
menjadi mekanisme relaksasi. mechanoreceptors adalah sel yang menstransduksi
rangsangan mekanik dan menyampaikan sinyal ke sistem saraf pusat. Massage

1
mempunyai banyak jenis metode aplikasi yang digunakan sebagai media
penyembuhan penyakit.
Massage dengan minyak aromaterapi mempunyai sifat menurunkan tekanan
darah. Salah satu metode massage bisa menggunakan teknik back massage dengan
minyak aromaterapi. Aromaterapi adalah suatu metode yang menggunakan minyak
atsiri guna meningkatkan kesehatan fisik dan mempengaruhi kesehatan emosi. Dalam
aromaterapi, minyak atsiri masuk kedalam tubuh melalui berbagai cara yaitu melalui
internal dan eksternal. Insternal seperti ingesti dan inhalasi, sedangkan eksternal
seperti massage dan hidrotherapy (Jaelani, 2009, hlm.20-28). Aromaterapi lavender
adalah aromaterapi yang berasal dari bunga lavender dimana bunganya berwarna
lembayung muda. Sari minyaknya diambil dari bagian pucuk bunga dimana minyak
lavender dimana mempunyai sifat menenangkan dan memberikan kesegaran.
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Hipertensi


2.1.1. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh arteri secara terus-menerus lebih dari satu periode.
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHG atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHG. (Amin huda, 2015)
Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg tekanan
sistolik dan 80-90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap
hipertensi bila tekanan darahnya >140/90 mmHg. (Ode, 2012).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah
yang disebabkan satu atau beberapa faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimana
mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal. (andra 2013)
2.1.2. Klasifikasi Hipertensi
a. Klasifikasi berdasarkan etiologi
1) Hipertensi esensial (primer)
Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi. Dimana sampai saat ini
belum diketahui penyebab pastinya. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam
terjadinya hipertensi esensial, seperti: factor genetik, strees dan psikologis,
serta faktor lingkungan dandan diet.
2) Hipertensi sekunder
Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat diketahui
dengan jelas sehingga lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat-obatan.
(andra, 2013)
b. klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi
1) Berdasarkan JNC VII:

3
Derajat Tekanan sistolik Tekana diastolic
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre- hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi derajat I 140-159 Atau 90-99
Hipertensi derajat II >160 Atau >100

2) Menurut European Society of cardiology:


Kategori Tekanan sistolik Tekanan diastolic
(mmHg) (mmHg)
Optimal <120 Dan <80
Normal 120 Dan 80-84
Normal tinggi 130-139 Dan 85-89
Hipertensi derjat I 140-159 Dan 90-99
Hipertensi derjat II 160-179 Dan 100-109
2.1.3. Hipertensi derjat III >180 Dan >100
Hipertensi terisolasi >190 Dan <90
Etiologi
Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Hipertensi primer (esensial) merupakan 90% dari kasus hipertensi adalah
hipertensi esensial yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang
tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Beberapa faktor diduga beerkaitan
dengan berkembangnya hipertensi insesial adalah sebabgai berikut:
1) Genetik : individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini ketimbang .
2) Jenis kelamin dan usia : laki- laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca
menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
3) Diet : konsumsi diet tinggi tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi
4) Berat badan : obesitas (25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
5) Gaya hidup : merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkann tekanan
darah, bila gaya hidup ditetapkan. (ardiansyah, 2012)

4
b. Hipertensi sekunder merupakan 10% dari kasus hipertensi adalah hipertensi
sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekana darah karena suatu
kondis fisik yang ada sebulumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid.
Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan
konrasepsi oral, coarcation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitas,
gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan volume intravaskular, luka
bakar, dan stress. (wajan juni, 2013).
2.1.4. Patofisiologi Hipertensi
Kepastian mengenai patofisiologi hipertensi masih dipenuhi ketidakpastian.
Sejumlah kecil pasien (antara 2% dan 5%) memiliki penyakit dasar ginjal atau
adrenal yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Namun, masih belum ada
penyebab tunggal yang dapat diidentifikasi dan kondisi inilah yang disebut sebagai
”hipertensi esensial”. Sejumlah mekanisme fisiologis terlibat dalam pengaturan
tekanan darah normal, yang kemudian dapat turut berperan dalam terjadinya
hipertensi esensial.
Beberapa faktor yang saling berhubungan mungkin juga turut serta
menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensif, dan peran mereka
berbeda pada setiap individu. Diantara faktor-faktor yang telah dipelajari secara
intensif adalah asupan garam, obesitas dan resistensi insulin, sistem renin-
angiotensin, dan sistem saraf simpatis. Pada beberapa tahun belakangan, faktor
lainnya telah dievaluasi, termasuk genetik, disfungsi endotal (yang tampak pada
perubahan endotelin dan nitrat oksida). Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan
relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari
pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, Yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis keganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simaptis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf paska ganglion
kepembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu

5
dengan hipertensi sangat sensitive norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mengeksresi
epinefrin yang menyebabkan vasokonsriksi. Korteks adrenal mengeksresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriksi pembuluh darah.
Vasokontriksi yang yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu suatu vasokontriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung pencetus keadaan hipertensi.
(andra, 2013)
2.1.5. Tanda dan Gejala Hipertensi
Tanda dan gejala hipertensi yaitu:
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual dan Muntah
f. Epistaksis
g. Kesadaran menurun (Amin Huda, 2015)
2.1.6. Penatalaksanaan Hipertensi
Penanganan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Penatalaksanaan hipertensindengan nonfarmakologis terdiri dari berbagai
macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu:
1) Mempertahankan berat badan ideal

6
Mempertahankan berat badan ideal sesuai body mass index (BMI) dengan
rentang 18,5-24,9 kg/m2.
2) Kurangi asupan natrium
Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet rendah
garam yaitu tidak lebih dari 100 mmo/ hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr
garam/ hari.
3) Batasi konsumsi alkohol
Radmarssy mengatakan bahwa konsumsi alkohol harus dibatasi karena
komsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Para
peminum berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih
besar dari pada mereka yang tidak minum alkohol.
4) Makan K dan Ca cukup dari diet
Pertahankan asupan diet potassium (> 90 mmol (3500 mg)/ hari) dengan
cara konsumsin diet tinggi buah dan sayur dan diet rendah lemak dengan
cara mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak total. Kalium dapat
menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang
terbuang bersama air kencing.
5) Mengindari merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya
hipertensi, tetapi merokok dapat menimngkatkan resiko komplikasi pada
pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari
mengkomsumsi tembakau (rokok) karena dapat memperberat hipertensi.
6) Penurunan stress
Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika
episode stress sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang
sangat tinggi
7) Terapi massase
Pada prinsipnya pijat yang dilakukan pada penderita hipertensi adalah
untuk memperlancar aliran energi dalam tubuh sehingga gangguan
hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir, ketika semua jalur

7
energy terbuka dan aliran energy tidak lagi terhalang oleh ketegangan otot
dan hambatan lain maka resiko hipertensi dapat ditekan.
b. Pengobatan Farmokologi
1) Dieretik (hidroklorotiazid)
Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan ditubuh berkurang
yang mengakibatkan daya pompa jantung mmenjadi lebih ringan.
2) Penghambat simpatetik (metildopa, klonidin dan reserpin)
Menghambat aktivitas saraf simpatis
3) Betabloker (metoprolol, propanolol dan atenol)
a) Menurunkan daya pompa jantung
b) Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap
gangguan pernapasan seperti asma bronchial
c) Pada penderita diabetes mellitus: dapat menutupi gejala hipoglekimia
4) Vasodilator (prasosin, hidralasin)
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
pembuluh darah.
5) ACE inhibitor (catopril)
a) Menghambat pembentukan zat angiotensin II
b) Efek samping: batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas
6) Penghambat reseptor angiotensin II (Valsartan)
Menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptor sehingga
memperingan daya pompa jantung.
7) Antagonis kalsium ( diltiasem dan verapamil)
Menghambat kontraksi jantung (andra, 2013)
2.1.7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Hb/ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagvulabilitas, anemia
c. BUN/ Kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.

8
d. Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
e. Urinalisasi: darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM
1) Ct Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
2) EKG: dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
3) IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi : seperti batu ginjal,
perbaikan ginja.
4) Photo dada : menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
2.2. Konsep Aromaterapi
2.2.1. Definisi
Aromaterapi berasal dari dua kata, yaitu “Aroma” yang berarti “wewangian”
dan “Terapi” yang berarti “perawatan”. Kembali ke 5000 tahun yang lalu, masyarakat
kuno di Cina, Mesir dan India telah menggunakan sari bunga-bungaan, tumbuh-
tumbuhan dan keunggulannya untuk penyembuhan. Aromaterapi merupakan suatu
seni penyembuhan yang berasal dari alam. Prinsip dasar dari aromaterapi adalah
untuk menguatkan penyembuhan diri dengan merangsang secara tidak langsung
sistem imun kita. Penggunaan sari minyak (Essential Oils) secara mendalam adalah
keseluruhan macam dan cara perawatan seperti perawatan terapatik sampai ke seluk-
beluk dari wewangian yang sangat unik.
Aromaterapi adalah terapi komplementer dalam praktek keperawatan dan
menggunakan minyak esensial dari bau harum tumbuhan untuk mengurangi masalah
kesehatan dan memperbaiki kualitas hidup. Sharma (2009) mengatakan bahwa bau
berpengaruh secara langsung terhadap otak seperti obat analgesik. Misalnya,
mencium lavender maka akan meningkatkan gelombang-gelombang alfa didalam
otak dan membantu untuk merasa rileks.
Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan essential oil atau sari minyak
murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan, membangkitkan

9
semangat, menyegarkan serta menenangkan jiwa dan raga. Aromaterapi memiliki
manfaat yang sangat beragam,mulai dari pertolongan pertama sampai
membangkitkan rasa gembira (Koensoemardiyah,2009).
2.2.2. Teknik-Teknik Pemberian Aromaterapi
Penyerapan minyak esensial ke dalam system sirkulasi membutuhkan waktu
sekitar 30 menit untuk diserap sepenuhnya oleh system tubuh sebelum dikeluarkan
kembali melalui paru-paru, kulit dan urine dalam waktu beberapa jam kemudian
(Rachmi,2002).
Berikut ini adalah beberapa teknik yang lazim digunakan dalam aromaterapi :
1) Aromaterapi Inhalasi (menggunakan oil burner)
Penghirupan dianggap sebagai cara penyembuhan paling langsung dan paling
cepat, karena molekul- molekul minyak esensial yang mudah menguap tersebut
bertindak langsung pada organ-organ penciuman dan langsung dipersepsikan oleh
otak. Metode yang populer adalah penghirupan yang dianggap bermanfaat.
Ketika aromaterapi dihirup, molekul yang mudah menguap dari minyak
tersebut dibawa oleh arus udara ke “atap“ hidung di mana silia –silia yang lembut
muncul dari sel-sel reseptor. Ketika molekul-molekul itu menempel pada rambut-
rambut tersebut, suatu pesan elektrokimia akan ditransmisikan melalui saluran
olfactory ke dalam system limbic. Hal ini akan merangsang memori dan respons
emosional. Hipotalamus berperan sebagai relay dan regulator, memunculkan pesan-
pesan yang harus disampaikan kebagian lain otak serta bagian badan yang lain.
Pesan yang diterima itu kemudian diubah menjadi tindakan yang berupa pelepasan
senyawa neurokimia yang menyebabkan euphoria, relaks, dan sedative
(Koensoemardiyah,2009).
2) Aromaterapi Masase atau Pijat
Masase merupakan metode perawatan yang paling banyak dikenal dalam
kaitannya dengan aroma terapi. Minyak esensial mampu menembus kulit dan
terserap ke dalam tubuh, sehingga memberikan pengaruh penyembuhan dan
menguntungkan pada berbagai jaringan dan organ internal

10
3) Aromaterapi Mandi
Mandi yang sebagian besar orang merasakan manfaatnya untuk relaksasi
adalah mandi panas yang sebelumnya telah ditambahkan persiapan wewangian
yang memiliki kasiat tertentu. Mandi dapat menenangkan dan melemaskan,
meredakan sakit dan nyeri dan juga dapat menimbulkan efek rangsangan,
menghilangkan keletihan dan mengembalikan tenaga.
4) Aromaterapi Kompres
Kompres efektif untuk penyembuhan berbagai macam sakit, nyeri otot dan
rematik, ruam-ruam dan sakit kepala. Untuk nyeri akut kompres harus diulang –
ulang bila telah mencapai blood temperature, jika tidak maka kompres harus
dibiarkan pada komposisinya selama minimal dua jam dan yang lebih baik adalah
semalam
2.2.3. Komposisi Kimia dari Minyak Essensial Lavender
Minyak lavender memiliki banyak manfaat karena terdiri atas beberapa
kandungan. Berdasarkan penelitian, dalam 100 grambunga lavender terdiri dari
beberapa kandungan seperti : minyak essential (1-3%), alpha-pinene (0,22%),
camphene (0,06%), beta-myrcene (5,33%), p-cymene (0,3%), limonene (1,06%),
cineol (0,51%), linalool (26,12%), borneol (1,21%), terpinen-4-ol (4,64%), linalyl
acetate (26,32%), geranyl acetate (2,14%) dan caryophyllene (7,55%). Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa kandungan utama dari minyal lavender adalah
linalyl asetat dan linalool.
Linalil asetat merupakan golongan grup fungsi ester. Grup ester ini dibentuk
dari gabungan antara asam organik dengan alkohol.Sifat dari ester organik ini adalah
dapat larut dalam air karena memiliki ikatan polar tetapi tidak terlalu larut. Hal ini
disebabkan karena struktur yang seharusnya polar dinetralkan oleh struktur lain dua
ikatan karbon yang non polar yang merupakan bagian yang terbesar. Daya menguap
dari struktur ini hampir sama dengan grup fungsi pada alkohol karena memang
merupakan ekuivalen dari alkohol. Struktur linalil asetat ini merupakan asam organik
maka sangat mudah dimetabolisme oleh tubuh dan bisa dieksresikan melalui urine
(Bowels, 2003)

11
Kandungan terbesar lainnya adalah linalool yang memiliki struktur
monoterpenol yang memiliki struktrur alkohol dengan cirinya memiliki rantai
hidroksil (-OH) yang berikatan dengan struktur terpen.Struktur alkohol ini sangat
baik sebagai tonik untuk system saraf dan dapat menstimulasi respon imnuitas
tubuh.Struktur alkohol yang seperti ini membuat minyak atsirinya memiliki sifat
kurang menguap dibandingkan dengan grup monoterpene (Bowels, 2003, Price,
2007).Susunan kimia lainnya yang termasuk dalam grup alkohol adalah geraniol.Sifat
kerja dari grup alkohol ini adalah sebagai antiseptic (bakterisid, antivirus dan
stimulansia).
2.2.4. Tujuan Aromaterapi Lavender
Minyak lavender adalah salah satu aromaterapi yang terkenal memiliki efek
sedatif, dan anti-neurodepresive baik pada hewan maupun pada manusia. Karena
minyak lavender dapat memberikan rasa tenang, sehingga dapat digunakan sebagai
manajemen stress. Kandungan utama dalam minyak lavender adalah linalool asetat
yang mampu mengendorkan dan melemaskan sistem kerja urat-urat syaraf dan otot-
otot yang tegang. Linalool juga menunjukkan efek hipnoti cdan anticonvulsie, karena
khasiat inilah bunga lavender sangat baik digunakan sebagai aromaterapi. Selain itu
beberapa tetes minyak lavenderdapat membantu menggulangi insomnia, memperbaiki
mood seseorang, menurunkan tingkat kecemasan, meningkatkan tingkyak
kewapadaan, dan tentunya dapat memberikan efek relaksasi.
Aromaterapi lavender berasal dari bagian bunga dan kelopak bunga yang
berkhasiat untuk mengharmoniskan, meredakan, menyeimbangkan, menyegarkan,
merilekskan dan menenangkan. Minyak lavender digunakan untuk membantu dalam
meringankan rasa mudah marah, gelisah, nyeri, stres, meringankan otot pegal,
gigitan, sengatan, sebagai antiseptik, menyembuhkan insomnia, sakit kepala dan
dapat digunakan secara langsung pada rasa sakit kepala dan dapat digunakan secara
langsung pada rasa sakit dari luka bakar atau melepuh ringan
2.2.5. Mekanisme Aromaterapi Lavender
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Universitas Warwick,
Inggris, menentukan bahwa bau yang dihasilkan dari aromaterapi berikatan dengan
gugus steroid di dalam kelenjar keringat yang disebut osmon yang mempunyai

12
potensi sebagai penenang kimia alami yang akan merangsang neurokimia otak. Bau
yang menyenangkan akan menstimulasi thalamus untuk mengeluarkan enfekalin.
Enfekalin memiliki fungsi sebagai penghilamh rasa sakit alami. Enfekalin juga
memiliki fungsi dalam menghasilkan perasaan sejahtera (Primadiati, 2002) dalam
Tetti, (2015). Enfekalin seperti halnya endorphin merupakan zat kimiawi endogen
(zat yang diproduksi oleh tubuh) yang berstruktur serupa dengan opioid ( Smeltzer &
Bare, 2002) dalam Tetti, (2015).
Beberapa penelitian juga membuktikan , bahwa aromaterapi efektif dalam
menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan pasien. Kim, Nam & Paik (2005)
menunjukkan bahwa aroma terapi efektif menurunkan nyeri pada pasien yang
mengalami arthritis.
Hasil penelitian Sasannejad, Saeedi, Shoeibi, Gorji, Abbasi, &Foroughipour
(2012) membuktikan bahwa lavender dapat menurunkan nyeri kepala. Penelitian lain,
Hadi & Hanid membuktikan, bahwa efektif menurunkan nyeri paska operasi seksio
sesarea (2011). Kim, Kim, Kim, Yeo, Hong, Lee, & Jeon (2011), hasil penelitian
membuktikan lavender efektif menurunkan nyeri insersi jarum (nyeri karena tusukan
jarum) Sulistyowati,Nurachmah & Gayatri (2011) menunjukkan, bahwa lavender
efektif menurunkan nyeri pada pasien kanker.

13
BAB 3
REVIEW JURNAL
3.1. Jurnal 1
3.1.1. Judul :
Pengaruh Back Massage Dengan Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di Desa Kedungasri Kecamatan Ringinarum
3.1.2. Tahun :
2014
3.1.3. Peneliti:
Achmad Alikin,Asti Nuraeni, Mamat Supriyono
3.1.4. Sample dan Responden :
Sample dan responden pada penelitian adalah kelompok lansia yang
mengalami hipertensi di Desa Kedungasri Kecamatan Ringinarum. Kelompok
tersebut dibagi menjadi dua kelompok, kelompok satu diberi perlakuan dan kelompok
dua tidak diberi perlakuan. Responden dibagi menjadi dua kelompok, kelompok
pertama sebagai kelompok eksperimen sebanyak 13 responden dimana yang
mendapat perlakuan back massage dengan aromaterapi lavender sedangkan
kelompok kedua sebanyak 13 responden sebagai kelompok pembanding dimana tidak
mendapat perlakuan.
3.1.5. Jenis Literatur :
Pada penelitian ini peneliti menggunakan quasi eksperiment dengan menggunakan
jenis penelitian nonequivalent control group design.
3.1.6. Hasil Pembahasan
1. Pengaruh back massage dengan aromaterapi lavender terhadap penurunan
tekanan darah
Pada kelompok perlakuan setelah diberikan back massage dengan aromaterapi
lavender, sebesar 84.6% responden tekanan sistoliknya mengalami penurunan,
sebesar 7.7% responden tekanan sistoliknya mengalami peningkatan dan sebesar
7.7% responden yang tekanan sistoliknya tetap. Sedangkan pada tekanan diastolik,
sebesar 53.8% responden mengalami penurunan, sebesar 7.7% responden mengalami
peningkatan dan sebesar 38.5% responden tekanan diastoliknya tetap.
Pada kelompok pembanding setelah dilakukan kunjungan, sebesar 38.5%
responden tekanan sistoliknya mengalami penurunan, sebesar 23.0% responden
tekanan sistoliknya mengalami peningkatan dan sebesar 38.5% responden yang
tekanan sistoliknya tetap. Sedangkan pada tekanan diastolik, sebesar 7.7% responden

14
mengalami penurunan, sebesar 53.8% responden mengalami peningkatan dan sebesar
38.5% responden tekanan diastoliknya tetap.
Berdasarkan hasil uji analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan uji
Wilcoxon pada kelompok perlakuan menunjukkan hasil nilai p sistolik = 0.007 dan
hasil nilai p diastolik = 0.031 sehingga ada pengaruh yang signifikan pemberian back
massage dengan aromaterapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
hipertensi. Sedangkan pada kelompok pembanding menunjukan hasil nilai p sistolik
= 0.482 dan hasil nilai p diastolik = 0.048 sehingga tidak ada pengaruh yang
signifikan kunjungan terhadap penurunan tekanan darah sistolik tetapi ada pengaruh
yang signifikan kunjungan terhadap penurunan tekanan darah diastolik. Maka dapat
diartikan bahwa Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan pemberian back
massage dengan aromaterapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
hipertensi.
Back massage dengan aromaterapi lavender dapat meningkatkan sirkulasi
permukaan yang mengurangi beban kerja jantung, menurunkan tekanan darah,
mempercepat sisa metabolisme dan gizi, meningkatkan sirkulasi darah di jaringan,
meningkatkan sirkulasi, dan merangsang aliran darah keseluruh pembuluh darah yang
lebih dalam (Setyoadi dan Kushariyadi, 2011, hlm.135).
Wiyoto (2011, hlm.6) melaporkan efek relaksasi otot dapat mengurangi gejala
tekanan darah sistolik dan diastolik, mengurangi kecemasan dan depresi, sehingga
penderita hipertensi keluhannya dapat dikurangi. Aorella, Skooga, dan
Carleson(2005) melaporkan efek relaksasi pada massage dapat mengurangi tekanan
darah sistolik dan diastolik, sedangkan Hernandes., et al (2002) melaporkan efek
relaksasi otot dapat mengurangi gejala tekanan darah sistolik dan diastolik.
Hasil penelitian Arifin (2012).menunjukkan bahwa terjadi penurunan tekanan
darah yang signifikan pada kedua kelompok baik yang diberikan Communication
Back Massage maupun Back Massage, sedangkan antara Communication Back
Massage dan Back Massage tidak ada perbedaan dalam menurunan tekanan darah.
Penelitian lainnya, Retno (2012 hasil penelitian menunjukan tekanan darah
mengalami penurunan yang signifikan setelah diberi slow stroke back massage.

15
Sedangkan givi (2013) melaporkan bahwa terapi pijat adalah intervensi yang aman,
efektif, yang berlaku dan biaya-efektif dalam mengendalikan tekanan darah
perempuan pra-hipertensi dan dapat digunakan di pusat-pusat perawatan kesehatan
dan bahkan di rumah (Givi, 2013).
3.1.7. Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Kedungasri Kecamatan
Ringinarum diperoleh simpulan sebagai berikut gambaran lansia yang menderita
hipertensi berdasarkan usia pada kelompok perlakuan maupun kelompok pembanding
sebagian besar responden berusia 60-74 tahun dan gambaran lansia yang menderita
hipertensi berdasarkan jenis kelamin pada kelompok perlakuan maupun kelopok
pembanding sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan.
Tekanan darah sebelum pemberian back massage dengan aromaterapi
lavender diperoleh hasil pada kelompok perlakuan menunjukkan bahwa rata-rata
responden menderita hipertensi pada tekanan sistolik tetapi tidak pada tekanan
diastolik. Pada kelompok pembanding yang hanya dilakukan kunjungan diperoleh
hasil
bahwa sebelum kunjungan rata-rata responden menderita hipertensi baik pada
tekanan sistolik maupun tekanan diastolik.
Tekanan darah sesudah pemberian back massage dengan aromaterapi lavender
diperoleh hasil bahwa pada kelompok perlakuan menunjukkan bahwa terjadi
penurunan tekanan darah pada tekanan sistolik maupun tekanan diastolik. Sedangkan
pada kelompok pembanding yang hanya dilakukan kunjungan diperoleh hasil bahwa
terjadi penurunan tekanan sistolik sedangkan tekanan diastolik mengalami
peningkatan.
Pengaruh back massage dengan aromaterapi lavender terhadap penurunan
tekanan darah diperoleh hasil pada kelompok perlakuan menunjukkan hasil ada
pengaruh yang signifikan pemberian back massage dengan aromaterapi lavender
terhadap penurunan tekanan darah pada kelompok perlakuan menunjukkan hasil ada
pengaruh yang signifikan pemberian back massage dengan aromaterapi lavender
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi. Sedangkan pada kelompok
pembanding menunjukan hasil tidak ada pengaruh yang signifikan kunjungan

16
terhadap penurunan tekanan darah sistolik tetapi ada pengaruh yang signifikan
kunjungan terhadap penurunan tekanan darah diastolik.
Berdasarkan hasil simpulan kesimpulan diatas maka saran-saran yang dapat
disampaikan antara lain bagi Masyarakat yaitu, salah satu cara yang bisa diterapkan
oleh masyarakat dalam menurunkan tekanan darah pada lansia hipertensi yaitu
melalui terapi back massage dengan aromaterapi lavender dengan cara perlakuan
selama 10-15 menit dalam setiap tiga hari sekali. Sedangkan bagi Institusi
Pendidikan, dalam proses pembelajaran dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai
salah satu referensi cara menurunkan tekanan darah pada lansia hipertensi. Dan bagi
Profesi Keperawatan hasil penelitian salah satu intervensi mandiri yang dapat
dilakukan perawat dalam menurunkan tekanan darah pada pasien lansia hipertensi
yaitu berupa pemberian back massage dengan aromaterapi lavender selama 10-15
menit setiap tiga hari sekali.

17
3.2. Jurnal 2:
3.2.1. Judul :
Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Dengan Hipertensi Di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Utara
3.2.2. Tahun :
2014
3.2.3. Peneliti:
Umi Soraya, Yuyun Tafwidhah, Berthy Sri Utami Adiningsih
3.2.4. Sample dan Responden :
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 36 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Kriteria sampel yang digunakan
adalah lansia yang berusia 60 tahun ke atas, bersedia menjadi responden penelitian,
menderita hipertensi, saat pengukuran tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan
tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Sedangkan lansia yang tidak menyukai aroma
lavender dan gangguan penciuman tidak dimasukan ke dalam sampel penelitian ini.
3.2.5. Jenis Literatur :
Pada penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan
desain penelitian eksperimen semu (quasy experiment). Rancangan ini berupaya
untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok
kontrol di samping kelompok eksperimental. Dalam rancangan ini, kelompok
eksperimental diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak. Dianalisa
menggunakan uji statistik uji T-test yaitu uji beda dua mean dependen (paired sampel
T-test).
3.2.6. Variabel
Variabel independen dalam penelitian ini adalah aromaterapi lavender, sedangkan
variabel dependen dalam penelitian ini adalah tekanan darah.

3.2.7. Hasil Pembahasan


a. Tekanan darah lansia dengan hipertensi sebelum dan setelah diberikan
aromaterapi lavender pada kelompok intervensi
Berdasarkan pengukuran tekanan darah terhadap 18 orang lansia dengan
hipertensi, didapatkan tekanan darah sistolik dan diastolik terendah yaitu 140 mmHg

18
dan 80 mmHg, dan tekanan darah sistolik dan diastolik tertinggi yaitu 180 mmHg
dan 120 mmHg.
Menurut hasil observasi peneliti, hipertensi yang dialami oleh responden
adalah hipertensi primer atau hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
Hipertensi primer merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi yang didefinisikan
sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik)
(Corwin, 2009). Beberapa faktor yang berkaitan dengan lansia terkena hipertensi
yaitu genetik atau keturunan. Dari hasil wawancara, lansia mengatakan bahwa
keluarganya juga mengalami hipertensi. Selain genetik, usia dan jenis kelamin juga
merupakan faktor pemicu terjadinya hipertensi yang tidak dapat dikontrol. Gaya
hidup seperti merokok, kurangnya aktivitas olahraga dan konsumsi garam yang
berlebih juga menjadi salah satu faktor terjadinya hipertensi di Kelurahan Siantan
Hulu Pontianak Utara. Promosi kesehatan dan penyuluhan kesehatan penting untuk
diterapkan agar hipertensi dapat diminimalkan dengan mengurangi faktor risiko
penyebab hipertensi yang dapat dikontrol seperti aktivitas fisik, merokok dan
konsumsi garam.
Pemberian aromaterapi lavender yang berupa minyak esensial kepada lansia
dengan hipertensi selama 10 menit dapat menurunakan tekanan darah. Distribusi
frekuensi menunjukkan tekanan darah setelah diberikan aromaterapi lavender
mengalami penurunan baik tekanan darah sistolik maupun diastolik. Tekanan darah
sistolik dan diastolik terendah yaitu 120 mmHg dan 70 mmHg, dan untuk tekanan
darah sistolik dan diastolk yang tertinggi yaitu 160 mmHg dan 100 mmHg.
Aromaterapi bisa membantu penyembuhan penderita hipertensi dalam membebaskan
mereka dari stres, maupun gejala-gejala lain yang terkait dengan stres seperti
kecemasan, insomnia, hingga depresi. Menghirup minyak aromaterapi sendiri
dianggap sebagai cara penyembuhan yang paling langsung dan cepat. Hal ini
dikarenakan molekul-molekul minyak essensial yang mudah menguap bereaksi
langsung pada organ penciuman dan langsung dipersepsikan oleh otak (Vitahealth,
2006). Selain itu lavender dapat menenangkan, memulihkan kelelahan otot dan
membantu sirkulasi darah (Buckle et al., 1997 dalam Kim & Kwon, 2010).

19
Berdasarkan hasil uji alternatif Wilcoxon, didapatkan nilai p tekanan darah
sistolik sebelum dan setelah diberikan aromaterapi lavender yaitu 0,000 (p<0,05),
dan diastolik sebelum dan setelah diberikan aromaterapi lavender yaitu 0,001
(p<0,05). Karena hasil p<0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh aromaterapi lavender terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Kelurahan Siantan Hulu
Pontianak Utara. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kenia
dan Taviyanda (2013) yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan relaksasi
(aromaterapi mawar) terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi,
dengan rata-rata penurunan sistolik dan diastolik yaitu 10,63 mmHg, dan 10,18
mmHg. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2014)
menunjukkan bahwa ada pengaruh massase ekstremitas dengan aromaterapi lavender
terhadap penurunan tekanan darah, di mana rata-rata tekanan darah sistolik sebelum
dan setelah intervensi yaitu 140 mmHg dan 133,95 mmHg. Sedangkan rata-rata
tekanan darah diastolik sebelum dan setelah intervensi yaitu 90 mmHg dan 80
mmHg.
b. Tekanan darah lansia dengan hipertensi sebelum dan setelah tanpa
diberikan aromaterapi lavender pada kelompok kontrol
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tekanan darah sistolik dan diastolik
sebelum tanpa diberikan aromaterapi lavender memiliki nilai minimal yaitu 140
mmHg dan 80 mmHg dan nilai maksimal tekanan darah sistolik dan diastolik
sebelum tanpa diberikan aromaterapi lavender yaitu 190 mmHg dan 120 mmHg.
Tekanan darah sistolik dan diastolik setelah tanpa diberikan aromaterapi lavender
memiliki nilai minimal 130 mmHg dan 80 mmHg dan tekanan darah sistolik dan
diastolik setelah tanpa diberikan aromaterapi lavender memiliki nilai maksimal 190
mmHg dan 120 mmHg.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi berarti meningkatnya tekanan darah
secara tidak wajar dan terus-menerus karena rusaknya salah satu atau beberapa faktor
yang berperan mempertahankan tekanan darah tetap normal (Ritu Jain, 2011). Lansia
sering mengalami hipertensi, hal ini disebabkan oleh katup jantung menebal dan
menjadi kaku, elastisitas dinding aorta menurun, curah jantung menurun, kinerja

20
jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan pendarahan, tekanan darah
meningkat akibat resitensi pembuluhdarah perifer meningkat akibat dari proses
menua (Arjatmo, 2003). Berdasarkan hasil wawancara, lansia mengatakan nyeri
kepala,sakit pada sekitar tekuk dan sulit tidur pada malam hari dan sering terjaga.
Setelah dilakukan pengukuran tekanan darah awal, lansia dengan hipertensi
kelompok kontrol dibiarkan istirahat atau tidak melakukan apapun selama 10 menit.
Setelah lansia istirahat, peneliti melakukan pengukuran tekanan darah kembali. Hasil
pengukuran menunjukkan tidak adanya perubahan tekanan darah yang signifikan baik
tekanan darah sistolik maupun diastolik sebelum dan setelah istirahat selama 10
menit. Nilai minimum tekanan darah sistolik dan diastolik setelah tanpa diberikan
aromaterapi yaitu 130 mmHg dan 80 mmHg, dan untuk nilai z faktor-faktor yang
dapat menimbulkan hipertensi seperti merokok, konsumsi garam berlebih dan
perilaku hidup yang kurang sehat serta dapat menggunakan aromaterapi lavender
sebagai terapi non farmakologi yang mudah digunakan dan bereaksi langsung
terhadap sistemsyaraf.
Berdasarkan hasil uji alternatif Wilcoxon, didapatkan nilai p tekanan darah
sistolik sebelum dan setelah tanpa diberikan aromaterapi lavender yaitu 0,083 dan
nilai p tekanan darah diastolik sebelum dan setelah tanpa diberikan aromaterapi
lavender yaitu 1,000 (p>0,05). Karena hasil p>0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha
ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan tekanan
darah setelah dan sebelum tanpa diberikan aromaterapi lavender pada lansia dengan
hipertensi di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Utara. Hal ini juga sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kenia dan Tafiyanda (2013) yang menyatakan bahwa
tidak ada perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok kontrol atau
tanpa diberikan intervensi (aromaterapi mawar) pada lansia dengan hipertensi
dengan nilai p tekanan darah sistolik p=0,665 (p>0,05), dan nilai p tekanan darah
diastolik p=1,000 (p>0,05).
c. Perbedaan tekanan darah lansia dengan hipertensi setelah diberikan
aromaterapi lavender dan setelah tanpa diberikan aromaterapi lavender
pada kelompok intervensi dan kontrol

21
Dari hasil analisis, terlihat jelas perbedaan antara tekanan darah setelah
diberikan aromaterapi lavender dengan tekanan darah setelah tanpa diberikan
aromaterapi lavender. Hal ini dibuktikan dengan hasilwawancara kepada lansia
dengan hipertensi yang mengatakan bahwa setelah diberikan aromaterapi lavender,
mereka merasa lebih rileks dan nyaman. Ini dibuktikan dengan adanya penurunan
tekanan darah sistolik dan diastolik. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak
diberikan aromaterapi lavender, lansia masih merasakan nyeri kepala dan sakit
disekitar tekuk.
Menurut (Jaelani, 2009) minyak esensial ini dapat memengaruhi aktivitas
fungsi kerja otak melalui sistem syaraf yang berhubungan dengan indra penciuman.
Respons ini akan dapat merangsang peningkatan produksi masa penghantar saraf
otak (neurotransmiter), yaitu yang berkaitan dengan pemulihan kondisi psikis
(seperti emosi, perasaan, pikiran, dan keinginan). Minyak esensial seperti lavender,
ylang ylang, helichrysum, marjoram, dan lemon biasanya digunakan untuk
menurunkan tekanan darah tinggi (Walsh, 2011). Lavender diketahui efektif terhadap
kecemasan, stres dan depresi sebagai sebuah obat penenang yang kuat, memulihkan
kelelahan otot dan membantu sirkulasi darah (Buckle et al., 1997 dalam Kim &
Kwon, 2010).
Dari hasil analisis uji alternatif MannWhitney didapatkan nilai p tekanan
darah setelah kelompok intervensi dan kontrol yaitu p=0,004 dan tekanan darah
diastolik setelah kelompok intervensi dan kontrol yaitu p=0,001. Karena nilai p<0,05
yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada perbedaan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik setelah diberikan
aromaterapi lavender dengan tanpa diberikan aromaterapi lavender pada lansia
dengan hipertensi di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Utara tahun 2014.
3.2.8. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai pengaruh aromaterapi lavender terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Kelurahan Siantan Hulu
Pontianak Utara tahun 2014, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata tekanan darah
sistolik dan diastolik sebelum diberikan aromaterapi lavender yaitu 154,44 mmHg
dan 95 mmHg, dan rata-rata tekanan darah sistolikbdan diastolik setelah diberikan

22
aromaterapi lavender yaitu 138,89 mmHg dan 85 mmHg, rata-rata tekanan darah
sistolik dan diastolik sebelum tanpa diberikan aromaterapi lavender yaitu 155,56
mmH dan 96,11 mmHg, dan ratarata tekanan darah sistolik dan diastolik setelah tanpa
diberikan aromaterapi lavender yaitu 153,89 mmHg dan 96,11 mmHg, ada penurunan
tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia dengan hipertensi setelah diberikan
aromaterapi lavender, tidak ada penurunan tekanan darah yang signifikan pada lansia
dengan hipertensi setelah tanpa diberikan aromaterapi lavender, dan ada perbedaan
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi setelah diberikan aromaterapi lavender
dengan setelah tanpa diberikan aromaterapi lavender.
Hasil penelitian ini diharapkan instansi pelayanan kesehatan dan keperawatan
dapat menjadikan aromaterapi lavender sebagai terapi alternatif dan komplementer
dalam menurunkan tekanan darah. Bagi institusi pendidikan dapat dijadikan sebagai
acuan atau referensi mengenai cara menurunkan tekanan darah dengan menggunakan
aromaterapi lavender. Bagi masyarakat disarankan untuk menggunakan aromaterapi
lavender dalam menurunkan tekanan darah karena mudah digunakan dan memberikan
efek yang cepat dan langsung, dan bagi penelitian selanjutnya, diharapakan bisa
menjadi sumber informasi dan dikembangkan lebih lanjut mengenai penelitian ini
sehingga akan diperoleh penelitian yang lebih baik.

23
DAFTAR PUSTAKA

Alikin, A., Nuraeni, A., & Supriyono, M. (2014). Pengaruh Back Massage Dengan
Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Hipertensi Di DesaKedungasri Kecamatan Ringinarum. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan , 1-10.

Bagharpoosh, M., Sangestani,G., & Goodarzi,.M (2006) Effect of Progressive Muscle


Relaxation Technique on Pain Relief During Labor. Acta Medica Iranica,
Vol. 44, No.3. ( akses 5 maret 2017 )

Potter, P.A, & Perry, A.G. (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2.
Jakarta : EGC

Hutasoit, A. (2002 ) Aromatherapy untuk Pemula. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

A.A.Ghods,Abrofosh, Ghorbani dan Asgari. (2015).The Effect of Topical Application


of Lavender Essential Oil on the Intensity of Pain Caused by the Insertion of
Dialysis Needles in Hemodialysis Patients : A Randomized Clinical Trial.
Journal Complemnetary Therapies in Medicine, 1-6

Jager W,Bchbauer G, Jirovetz L, Fritzer M. (2006). Percutaneous Absorption of


Lavender Oil From a Massage Oil. J Soc Cosmet Chem Vol 43 (1), page 49-
54

Bowels, E Joy. (2003). The Chemistry of Aromatherapeutic Oils 3rd edition, Adelaide,
Australia : Griffin Press

Rachmi P. (2002) Aromaterapi perawatan alami untuk sehat dan cantik. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama

Koensoemardiyah.(2009) A-Z Aromaterapi untuk Kesehatan, Kebugaran, dan


kecantikan. Yogyakarta:ANDI

Sharma,S.(2009). Aroma Terapi. Tangerang: Karisma

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/view/12360. Diakses
pada tanggal 12 Mei 2014

24

Вам также может понравиться