Вы находитесь на странице: 1из 5

P5

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Jumlah CO2 yang Terserap Tiap Satuan Waktu

0.7

0.6

0.5
mol CO2 (mol x 10-3)

3.5 mL/s NaOH


0.4
4.5 mL/s NaOH
0.3

0.2 5.5 ml/s NaOH

0.1

0
0 2 4 6 8 10 12
t (waktu)

Gambar 4.1 Pengaruh waktu terhadap mol CO2 yang terserap


Pada gambar 4.1 dapat dilihat pada menit ke 1 jumlah CO2 yang terserap
paling besar adalah laju alir 4.5 ml/s, dan yang paling kecil adalah laju alir 3.5
ml/s. pada menit ke-10 jumlah CO2 yang terserap paling besar pada laju alir 5.5
ml/s dan paling kecil pada laju alir 3.5 ml/s. Jumlah CO2 yang terserap terus
menaik seiring bertambahnya waktu. Jumlah CO2 yang terserap pada menit ke-
5 dan ke-6 berturut turut pada laju alir 3.5 ml/s adalah 0.098 x 10-3 mol & 0.1225
x 10-3 mol, laju alir 4.5 ml/s adalah 0.2205 x 10-3 mol dan 0.252 x 10-3 mol, dan
laju alir 5.5 ml/s sama besar yaitu 0.2695 x 10-3mol.
Menurut Senja (2016), bahwa besar laju alir maka akan meningkatkan
kontak antara larutan NaOH dengan gas CO2 sehingga terjadi kenaikan jumlah
CO2 yang terserap sampai dengan keadaan steady dan tidak meningkat lagi. Data
seharusnya mengalami keadaan steady state dimana jumlah CO2 yang terserap
akan sama tiap waktunya dikarenakan kedua aliran yang bersifat kontinyu.
Dilihat dari grafik 4.1 bahwa data secara keseluruhan mengalami kenaikan
dan seharusnya data jumlah CO2 yang terserap mengalami keadaan setimbang
atau steady state. Menurut percobaan Paryanto (2015) bahwa dengan system
kontinyu terserapnya gas CO2 oleh larutan Ca(OH)2 untuk masing masing laju
alir akan konstan/tetap. Data yang didapatkan terus mengalami kenaikan, hal ini
dapat disebabkan oleh larutan yang telah diambil dan ditaruh didalam
erlenmeyer mengabsorbsi CO2 diudara, menurut Stoker dan Seager (1972)
dalam Ramadhani (2015) kandungan CO2 sebesar 300 ppm, 0.03% dari udara,
hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa larutan yang terdapat didalam

10
P5

erlenmeyer mengabsorbsi CO2 udara sehingga kadar CO2 atau jumlah CO2 yang
diserap terus meningkat akibat larutan dengan waktu 10 menit merupakan
larutan yang paling terakhir dianalisa sehingga waktu kontak dengan udara
semakin besar. Reaksi NaOH dengan CO2 di udara sesuai dengan reaksi:
NaOH + CO2  Na2CO3 + H2O
Mara,2012
hal ini yang menyebabkan data yang didapatkan terus meningkat dan tidak
mengalami keadaan setimbang.

11
P5

4.2. Pengaruh Laju Alir NaOH terhadap Nilai KGa

3.5
tetapan perpindahan massa CO2 fase

2.5
gas (Kga x 10-12)

1.5

0.5

0
3 3.5 4 4.5 5 5.5 6
Laju Alir NaOH (ml/s)

Gambar 4.2 Pengaruh Laju Alir NaOH terhadap Nilai Kga


Pada gambar 4.2 menunjukkan pada laju alir 3.5 ml/s nilai tetapan
perpindahan massa CO2 fasa gas (Kga) adalah 1.2707 x 10-12, laju alir 4.5 ml/s,
nilai Kga sebesar 2.8319 x 10-12, dan paling besar pada laju alir 5.5 ml/s dengan
nilai Kga sebesar 3.6387 x 10-12. Nilai Kga terus meningkat seiring dengan
menaiknya laju alir NaOH.
Menurut Kumoro (2000), semakin tinggi laju alir maka kontak fasa antara
gas dengan cair akan semakin membaik, hal ini yang menyebabkan semakin
besar laju alir maka nilai Kga akan semakin meningkat. Menurut Hasnan dkk.
(2012) dalam Putri (2016), semakin besar laju alir makan aliran semakin bersifat
turbulen, sifat turbulen membuat cairan bergerak dengan lebih cepat dan
memberikan kesempatan untuk bereaksi dengan gas lebih besar, dengan
demikian koefesien transfer massa gas akan semakin besar karena kesempatan
yang lebih besar akibat aliran turbulensi.
Dilihat dari grafik 4.2, teori yang ada sesuai dengan hasil yang didapat,
dimana semakin besar laju alir maka nilai tetapan koefesien perpindahan massa
fasa gas akan semakin meningkat, hal ini disebabkan karena aliran turbulensi
yang membuat perpindahan massa dan kontak antar fasa semakin membaik.

12
P5

4.3. Pengaruh Laju Alir NaOH terhadap Nilai KLa

1.24

tetapan perpindahan massa CO2 fase


1.22
1.2
1.18
cair (KLa x 10-8)

1.16
1.14
1.12
1.1
1.08
1.06
3 3.5 4 4.5 5 5.5 6
Laju Alir NaOH (ml/s)

Gambar 4.3 Pengaruh Laju Alir NaOH terhadap Nilai KLa


Pada gambar 4.3 menunjukkan pada laju alir 3.5 ml/s nilai tetapan
perpindahan massa CO2 fasa cairan (KLa) adalah 1.07 x 10-8, laju alir 4.5 ml/s,
nilai KLa sebesar 1.155 x 10-8, dan paling besar pada laju alir 5.5 ml/s dengan
nilai KLa sebesar 1.226 x 10-8. Nilai KLa terus meningkat seiring dengan
menaiknya laju alir NaOH.
Menurut persamaan (Zheng dan Xu, 1992) :
0,3
𝐾𝑙 𝑎 × 𝑑𝑝 𝜌 .𝑄 𝜇 0,5
= 0,2258 × ( 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑁𝑎𝑂𝐻 ) ×( )
𝐷𝐴 𝜇. 𝑎 𝜌. 𝐷𝐴
Menunjukkan bahwa KLa berbanding lurus dengan laju alir, sehingga semakin
besar nilai laju alir maka semakin besar nilai koefesien perpindahan massa CO2
fasa cairan (KLa). Menurut Hasnan dkk. (2012) dalam Putri (2016), semakin
besar laju alir maka aliran akan semakin turbulen, keadaan aliran turbulen ini
yang membuat perpindahan massa CO2 fasa cair semakin meningkat karena
kontak antar fasa cair dengan gas semakin baik, sifat turbulen meatambuat
tumbukan antar partikel akan semakin baik dan membuat perpindah massa yang
lebih baik.
Dilihat dari grafik 4.3, bahwa semakin besar laju alir maka semakin besar
pula koefesien perpindahan massa CO2 fasa cair (KLa), hal ini sesuai dengan
teori yang telah sudah dijelaskan diatas bahwa semakin meningkat laju alir
semakin tinggi nilai KLa, hal ini disebabkan oleh laju alir yang lebih besar akan
membuat aliran semakin turbulen dan membuat kontak antar fasa dan tumbukan
antar partikel semakin membaik dan membuat perpindahan massa yang semakin
baik.

13
P5

4.4. Pengaruh Laju Alir NaOH terhadap nilai K2

0.35
tetapan reaksi CO2 dengan NaOH (K2)
0.3

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
3 3.5 4 4.5 5 5.5 6
Laju Alir NaOH (ml/s)

Gambar 4.4 Pengaruh Laju Alir NaOH terhadap Nilai K2


Pada gambar 4.4 menunjukkan pada laju alir 3.5 ml/s nilai konstanta
kecepatan reaksi (K2) adalah 0.03164 , laju alir 4.5 ml/s, nilai K2 sebesar 0.167,
dan paling besar pada laju alir 5.5 ml/s dengan nilai K2 sebesar 0.2951. Nilai K2
terus meningkat seiring dengan menaiknya laju alir NaOH.
Menurut Kumoro (2000), bahwa semakin besar laju alir maka kontak antar
fasa cair dengan gas akan semakin membaik, hal ini akan membuat kontak dan
perpindahan massa antar fasa gas dan cair akan semakin baik, hal ini membuat
reaksi yang terjadi akan semakin cepat karena kontak yang semakin baik.
Dilihat dari grafik 4.4, bahwa semakin besar laju alir maka semakin besar
pula konstanta kecepatan reaksi (K2), hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa
semakin meningkat laju alir semakin tinggi nilai K2, hal ini disebabkan oleh laju
alir yang lebih besar akan membuat aliran semakin turbulen dan membuat kontak
antar fasa dan tumbukan antar partikel semakin membaik dan membuat
perpindahan massa yang semakin baik dan kecepatan reaksi akan semakin
meningkat.

14

Вам также может понравиться