Вы находитесь на странице: 1из 100

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus

diwujudkan melalui pembangunan yang berkesinambungan. Pembangunan

kesehatan diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal,

maka perlu dilakukan suatu upaya kesehatan misalnya dengan cara peningkatan

kualitas tenaga kesehatan, adanya sistem pelayanan yang teroganisir dengan baik

dan ditunjang oleh sarana kesehatan yang memadai. Upaya kesehatan adalah

setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu,

terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,

pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau

masyarakat. Salah satu sarana kesehatan untuk melaksanakan upaya kesehatan

adalah apotek .

Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan

kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

kepada masyarakat. Adapun pekerjaan kefarmasian tersebut meliputi pembuatan

termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,

penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015

1
2

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

tradisional. Apotek dipimpin oleh seorang apoteker yang disebut Apoteker

Pengelola Apotek (APA), untuk dapat mengelola apotek seorang apoteker tidak

cukup dengan berbekal ilmu teknis kefarmasian saja tetapi juga harus memiliki

kemampuan memahami managerial yang meliputi pengelolaan administrasi,

persediaan sarana keuangan dan pengelolaan sumber daya manusia.

Tanggung jawab pengabdian profesi dan wewenang pengelola apotek

sepenuhnya berada di tangan Apoteker Pengelola Apotek menurut PP No. 25 th

1980 dan dengan adanya wewenang penuh untuk Pengelola Apotek serta

keterikatan Apoteker pada sumpah jabatan dan etika profesi, diharapkan Apoteker

akan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui apotek.

Dengan demikian peranan Apoteker di apotek menjadi lebih luas

mencakup pengelolaan di bidang kefarmasian seperti pengendalian mutu sediaan

farmasi, pengamanan pengadaan obat, penyimpanan dan distribusi obat,

pengelolaan obat, pelayanan obat atas dari resep dokter, pelayanan informasi obat

dan sebagai tempat dilakukannya penyaluran perbekalan farmasi yang mencakup

bahan baku obat, obat modern, obat asli Indonesia, alat kesehatan, dan kosmetik.

Sebagai salah satu sarana kesehatan yang memegang peranan penting untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal, apotek berkewajiban

untuk menyediakan dan menyalurk an obat serta perbekalan farmasi.

Untuk dapat mempersiapkan para calon apoteker yang berkualitas dan siap

pakai ketika mereka terjun ke masyarakat, selain dibekali dengan ilmu yang

diperoleh di bangku kuliah juga perlu diadakan pembekalan berupa praktek kerja

di apotek langsung. Pembekalan ini sebagai ajang pelatihan calon apoteker untuk

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


3

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

menerapkan ilmu yang diperolehnya serta untuk memahami segala kegiatan dan

masalah yang timbul dalam pengelolaan suatu apotek. Program Praktek Kerja

Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan di Apotek Subur, Jalan Kapten Piere

Tendean No.135 Solo, pada tanggal 01 Februari 2015 sampai dengan 28 Februari

2015. Melalui PKPA diharapkan calon apoteker dapat mengetahui, mempelajari,

dan memahami tugas serta tanggungjawab seorang apoteker dalam mengelola

apotek agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara professional

serta memperoleh bekal pengalaman praktis dan faktual mengenai apotek untuk

menghadapi tantangan dunia kerja yang sesungguhnya.

B. Tujuan PKPA

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mengerti dan memahami ruang lingkup apotek yang

meliputi perundang – undangan mengenai perapotekan, manajemen apotek,

pengelolaan obat, perbekalan farmasi di apotek, pelayanan informasi obat

serta aspek bisnis perapotikan sesuai dengan UU Kesehatan dan kode etik

apoteker.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan kesempatan kepada calon apoteker untuk mengetahui secara

langsung kegiatan farmasi di apotek meliputi aspek administrasi dan

perundang-undangan yang meliputi aspek legal pendirian apotek dan

pelayanan di apotek.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


4

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

b. Mengetahui aspek managerial apotek meliputi administrasi (pembukuan,

laporan, pengelolahan resep) pengelolaan perbekalan farmasi yang

meliputi perencanaan pengadaan, cara pemesanan, penyimpanan/

pergudangan, penjualan, pengelolaan obat rusak dan kadaluwarsa.

c. Mengetahui tentang pelayanan teknis kefarmasian, seperti pelayanan

resep, obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, serta pelayanan

komunikasi informasi dan edukasi.

d. Mengetahui bahwa apotek merupakan aspek bisnis ditinjau dari segi

permodalan, analisis keuangan, perpajakan, dan strategi pengembangan

sebuah apotek. Dengan bekal yang diperoleh, maka mahasiswa calon

apoteker akan memperoleh keterampilan dan pengetahuan praktis yang

dapat diterapkan pada saat terjun di dunia kerja, sehingga diharapkan dapat

memberikan informasi obat yang benar kepada masyarakat, sehingga dapat

meningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat dan kemandirian

profesi serta citra profesi apoteker sehingga mensejajarkan kita dengan

profesi kesehatan yang lain, dan calon apoteker selanjutnya juga

diharapkan dapat berinovasi untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru

sehingga angka pengangguran dapat ditekan seminimal mungkin.

C. Manfaat

Manfaat dari Praktek Kerja Profesi Apoteker dapat memberikan

pengalaman pada mahasiswa untuk memasyarakatkan diri pada suasana

lingkungan kerja dan menumbuhkembangkan serta memantapkan sikap

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


5

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

profesional yang diperlukan Mahasiswa untuk memasuki lapangan kerja

sesuai bidangnya.

D. Waktu dan Tempat

Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di Apotek Subur yang

bertempat di Jl. Kapten Piere Tendean No.135 Solo pada tanggal 1 – 28

Februari 2015.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


Laporan PKPA Apotek Subur 2015

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Apotek

1. Definisi

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNo.1332/

Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No.922/Menkes/Per/X/1993, Apotek adalah suatu tempat

tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi,

perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009

tentang Kesehatan, perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang

diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Berdasarkan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian, yang dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan

termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,

penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat,

pelayanan obat atas dasar resep dokter, pelayanan informasi obat, serta

pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Sediaan farmasi meliputi

obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.

2. Landasan Hukum Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat

yang diatur dalam :

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015

6
7

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

a. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan..

b. Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

c. Undang-undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

d. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

e. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah No. 26 Tahun 1965 mengenai Apotek.

f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.889/

Menkes/ Per/V/2011 tentang Registrasi Izin Praktik dan Izin Kerja

TenagaKefarmasian.

g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/

Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin

Apotek.

h. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/

Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

i. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/

Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

KesehatanRepublik Indonesia No.922/Menkes/Per/X/1993.

3. Tugas dan Fungsi Apotek

Tugas dan fungsi apotek berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25

tahun 1980 adalah sebagai berikut :

a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


8

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.

c. Sarana penyalur perbekalan farmasi harus menyebarkan obat yang

diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

4. Persyaratan Apotek

Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin

Apotek (SIA). SIA adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri Kesehatan

Republik Indonesia kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerjasama dengan

pemilik sarana apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek pada suatu

tempat tertentu. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin

Apotek, pada pasal 6 ditetapkan persyaratan apotek yaitu :

a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker yang telah memenuhi

persyaratan baik yang bekerjasama dengan pemilik sarana atau tidak,

harus siap dengan tempat (lokasi dan bangunan), perlengkapan termasuk

sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya yang merupakan milik

sendiri atau milik pihak lain.

b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan

pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.

c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar

sediaan farmasi.

Persyaratan lain yang harus diperhatikan untuk mendirikan suatu apotek

antara lain :

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


9

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

a. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)

Untuk memperoleh SIPA sesuai dengan PP RI No. 51 tahun 2009 tentang

Pekerjaan Kefarmasian, seorang Apoteker harus memiliki Surat Tanda

Registrasi Apoteker (STRA). STRA ini dapat di peroleh jika seorang

apoteker memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Memiliki Ijazah Apoteker.

2) Memiliki sertifikat kompentensi apoteker.

3) Surat Pernyataan telah mengucapkan sumpah atau janji apoteker.

4) Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang mempunyai

surat izin praktek.

5) Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan

etika profesi.

Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan

kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian

bekerja. Surat izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :

1) SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian

2) SIPA bagi Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian

3) SIK bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian difasilitas

produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran atau

4) SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan pekerjaan

kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


10

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/Menkes/SK/X/2002, personil apotek terdiri dari :

1) Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah memiliki

Surat Izin Apotek (SIA).

2) Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotek disamping

APA dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka

Apotek.

3) Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan APA selama

APA tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus-

menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai

APA di Apotek lain.

4) Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai

Asisten Apoteker.

Sedangkan tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan

di apotek terdiri dari :

1) Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker.

2) Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan

dan pengeluaran uang.

3) Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek

dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanandan keuangan

apotek.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


11

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

b. Lokasi dan tempat

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

922/Menkes/Per/X/1993 lokasi apotek tidak lagi ditentukan harus

memiliki jarak minimal dari apotek lain dan sarana apotek dapat didirikan

pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar

sediaan farmasi, namun sebaiknya harus mempertimbangkan segi

penyebaran dan pemerataan pelayanan, jumlah penduduk, jumlah dokter,

sarana pelayanan kesehatan, lingkungan yang higienis dan faktor-faktor

lainnya. Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh

masyarakat. Pada halaman apotek terdapat papan petunjuk yang

dengan jelas tertulis kata ‘APOTEK’. Apotek harus dapat dengan mudah

diakses oleh masyarakat.

c. Bangunan dan kelengkapannya

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.287/Menkes/Sk/V/1981 tentang persyaratan luas apotek

minimal 50 m². Selanjutnya pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993 luas apotek tidak diatur lagi,

namun harus memenuhi persyaratan teknis, sehingga kelancaran

pelaksanaan tugas dan fungsi serta kegiatan pemeliharaan perbekalan

farmasi dapat terjamin.

Bangunan apotek setidaknya terdiri dari :

1) Ruang tunggu pasien

2) Ruang peracikan dan penyerahan obat

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


12

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

3) Ruang administrasi

4) Ruang penyimpanan obat

5) Ruang tempat pencucian alat

6) Kamar kecil (WC)

Selain itu bangunan apotek harus dilengkapi dengan :

1) Sumber air yang memenuhi persyaratan kesehatan.

2) Penerangan yang cukup sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas

dan fungsi apotek.

3) Alat pemadam kebakaran minimal dua buah yang masih berfungsi

dengan baik.

4) Papan nama apotek, yang memuat nama apotek, nama APA, nomor

Surat Izin Apotek (SIA), alamat apotek dan nomor telpon apotek (bila

ada).

Bangunan apotek harus memenuhi persyaratan seperti berikut :

1) Atap dari genteng atau bahan lain yang tidak boleh bocor

2) Dinding harus kuat dan tahan air, dan permukaan dalam harus rata,

tidak mudah mengelupas dan mudah dibersihkan

3) Langit-langit terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan berwarna

terang

4) Lantai dari ubin atau semen atau bahan lain dan tidak boleh lembab

5) Harus berventilasi dan mempunyai sisitem sanitasi yang baik.

Perlengkapan yang harus dimiliki oleh apotek:

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


13

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

1) Alat pembuatan, pengelolaan, peracikan obat seperti: timbangan, mortir,

gelas piala dan sebagainya

2) Wadah untuk bahan pengemas dan bahan pembungkus

3) Perlengkapan dan tempat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari

obat dan lemari pendingin

4) Alat administrasi seperti blanko pemesanan obat, salinan resep, kartu stok

obat, faktur, nota penjualan, alat tulis dan sebagainya

5) Alat dan perlengkapan laboratorium untuk pengujian sederhana

6) Pustaka, seperti Farmakope edisi terbaru dan kumpulan peraturan

perundang-undangan serta buku-buku penunjang lain yang berhubungan

dengan apotek.

5. Apoteker Pengelola Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No.922/Menkes/Per/X/1993 tentang ketentuan

dan tata cara pemberian izin apotek pada pasal 1 dijelaskan bahwa APA

adalah seorang apoteker yang telah diberikan Surat Izin Apotek (SIA).

Apoteker Pengelola Apotek (APA) berkewajiban menyediakan dan

memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu

berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam

situasi multidisipliner, kemampuan mengelola Sumber Daya Manusia (SDM)

secara efektif, selalu belajar sepanjang karier dan membantu memberi

pendidikan serta memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


14

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi apotek berdasarkan

PerMenkes RI No. 184/Menkes/Per/II/1995 adalah:

a. Ijazah telah terdaftar pada Departemen Kesehatan.

b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker

c. Memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dari Menteri Kesehatan.

d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan

tugasnya sebagai Apoteker.

e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi APA

diapotek lain.

Seorang APA bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek

yang dipimpinnya, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal jika bekerja

sama dengan pemilik sarana apotek. Fungsi dan tugas apoteker di Apotek

adalah sebagai berikut :

a. Membuat visi dan misi.

b. Membuat tujuan, strategi dan program kerja.

c. Membuat dan menetapkan peraturan atau SOP pada setiap fungsi kegiatan

apotek.

d. Membuat dan menentukan indikator form record pada setiap fungsi

kegiatan apotek .

e. Membuat sistem pengawasan dan pengendalian SOP dan program kerja

pada setiap fungsi diapotek.

Sedangkan wewenang dan tanggungjawab apoteker di apotek adalah:

a. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


15

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

b. Menentukan sistem atau peraturan yang akan digunakan.

c. Mengawasi pelaksanaan SOP dan program kerja terhadap kinerja yang

diperoleh.

Pengelolaan apotek oleh APA ada dua bentuk, yaitu pengelolaan bisnis

(non teknis kefarmasian) dan pengelolaan di bidang pelayanan (teknis

kefarmasian), maka untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan sukses

seorang APA harus melakukan kegiatan sebagai berikut :

a. Memastikan bahwa jumlah dan jenis produk yang dibutuhkan senantiasa

tersedia dan diserahkan kepada yang membutuhkan.

b. Menata apotek sedemikian rupa sehingga berkesan bahwa

apotek menyediakan berbagai obat dan perbekalan kesehatan lain secara

lengkap

c. Menetapkan harga jual produknya dengan harga bersaing.

d. Mempromosikan usaha apoteknya melalui berbagai upaya.

e. Mengelola apotek sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan.

f. Mengupayakan agar pelayanan di apotek dapat berkembang dengan cepat,

nyaman dan ekonomis.

6. Permohonan Surat Izin Apotek

Dalam mendirikan apotek, apoteker harus memiliki Surat Izin Apotek

yaitu surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada

apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk

mendirikan apotek di suatu tempat tertentu. Wewenang pemberian SIA

dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


16

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Kabupaten/Kota (Dinkes Kabupaten/Kota). Selanjutnya Kepala Dinkes

Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan

izin, pencarian izin dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri

Kesehatan dan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Propinsi.Selanjutnya Kepala Dinas Kesehatan wajib melaporkan kepada

Badan Pengawasan Obat dan Makanan.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin

Apotek adalah sebagai berikut:

a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten atau Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-1.

b. Dengan menggunakan formulir model APT-2, Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten atau Kota selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah menerima

permohonan, dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM

untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk

melaksanakan kegiatan.

c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota atau Kepala Balai POM

selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota melaporkan hasil

pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir model

APT-3.

d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (2) dan (3)

tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


17

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau

Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi,

dengan menggunakan contoh formulir model APT-4.

e. Dalam jangka waktu 12 hari kerja setelah diterima laporan hasil

pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4),

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat mengeluarkan

Surat Izin Apotek dengan menggunakan contoh formulir model APT-5.

f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau

Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat,

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 hari

kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh

formulir APT-6.

g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud ayat (6), apoteker

diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi

selambat-lambatnya dalam waktu satu bulan sejak tanggal surat

penundaan.

h. Apabila Apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan

sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara

Apoteker dan pemilik sarana.

i. Pemilik sarana yang dimaksud ayat (8) harus memenuhi persyaratan tidak

pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan

dibidang obat sebagaimana dinyatakan dalam Surat Pernyataan yang

bersangkutan.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


18

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

j. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi

persyaratan apotek dan apoteker pengelola apotek atau lokasi tidak sesuai

dengan permohonan maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib

mengeluarkan Surat Penolakan disertai alasan-alasan dengan

menggunakan formulir model APT-7.

7. Pencabutan Surat Izin Apotek

Setiap apotek harus berjalan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.1332/Menkes/SK/X/2002, Kepala Dinas Kesehatan dapat mencabut surat

izin apotek apabila (5) :

a. Apoteker yang sudah tidak memenuhi ketentuan atau persyaratan sebagai

apoteker pengelola apotek

b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam menyediakan, menyimpandan

menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan terjamin

keabsahannya serta tidak memenuhi kewajiban dalam memusnahkan

perbekalan farmasi yang tidak dapat digunakan lagi atau dilarang

digunakan dan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan

obat paten.

c. Apoteker pengelola apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2

tahun secara terus-menerus

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


19

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

d. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan Perundang-undangan

mengenai narkotika, obat keras, psikotropika serta ketentuan peraturan

perundang-undangan lainnya.

e. Surat izin kerja apoteker pengelola apotek dicabut

f. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-

undangan dibidang obat

g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek

Pelaksanaan pencabutan izin apotek dapat dilaksanakan setelah

dikeluarkannya:

a. Peringatan tertulis kepada apoteker pengelola apotek sebanyak 3 kali

berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan.

b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan

sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan di apotek.

Pembekuan izin apotek dapat dicairkan kembali apabila apotek

telah membuktikan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Hal ini dilakukan setelah Kepala Balai

POM setempat melakukan pemeriksaan.

Keputusan pencabutan surat izin apotek dilakukan oleh

KepalaDinas Kesehatan atau Kota disampaikan langsung kepada apoteker

pengelola apotek dengan menggunakan contoh formulir model APT-15,

tembusan kepada menteri dan kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat

serta Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan makanan setempat. Apabila

surat izin apotek dicabut, apoteker pengelola apotek atau apoteker

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


20

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasinya. Pengamanan

tersebut dilakukan dengan tata cara sebgai berikut:

a. Dilakukan inventarisai terhadap seluruh persediaan narkotika, obatkeras

tertentu dan obat lainnya dan seluruh resep yang tersisa di apotek .

b. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang

tertutup dan terkunci.

c. Apoteker pengelola apotek wajib melaporkan kepada Kepala

DinasKesehatan Kabupaten atau Kota atau petugas yang diberi wewenang

tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventaris yang dimaksud

diatas.

8. Pengelolaan Apotek

Pengelolaan apotek merupakan segala upaya dan kegiatan yang

dilakukan oleh seorang apoteker dalam rangka memenuhi tugas dan fungsi

apotek. Pengelolaan apotek sepenuhnya berada ditangan apoteker, oleh karena

itu apoteker harus mengelola secara efektif sehingga obat yang disalurkan

kepada masyarakat akan lebih dapat dipertanggung jawabkan, karena kualitas

dan keamanannya selalu terjaga. Pengelolaan apotek dibedakan atas:

a) Pengelolaan teknis farmasi Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

No.1332/Menkes/SK/2002, Bab VI pasal 10, dibidang kefarmasian

pengelolaan apotek meliputi:

1. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, perubahan bentuk, pencampuran,

penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


21

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi

lainnya

3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi:

a. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang

diberikan baik kepada dokter atau tenaga kesehatan lainnya maupun

kepada masyarakat

b. Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat,keamanan,

bahaya, mutu obat dan perbekalan lainnya

Hal lainnya yang harus diperhatikan dalam pengelolaan apotek adalah:

1) Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan

perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin

2) Obat dan perbekalan farmasi lainnya yang karena suatu hal tidak dapat

digunakan atau dilarang digunakan, harus dimusnahkan dengan cara

dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang telah ditetapkan oleh

BPOM.

b) Pengelolaan non teknis farmasi

Pengelolaan ini meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan,

personalia, kegiatan material (arus barang) dan bidang lainnya yang

berhubungan dengan apotek.

9. Pelayanan Apotek

Pelayanan dapat diartikan sebagai kegiatan atau keuntungan yang

dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya

bersifat tidak kasat mata dan tidak berujung pada kepemilikan. Dengan

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


22

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

semakin meningkatnya persaingan pasar banyak perusahaan mengembangkan

strategi jitu dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan, salah satunya

adalah dengan memberikan pelayanan prima yaitu jika perlakuan yang

diterima oleh pelanggan lebih baik daripada yang diharapkan, maka hal

tersebut dianggap merupakan pelayanan yang bermutu tinggi. Supaya

pelayanan prima dapat selalu diwujudkan suatu perusahaan dalam hal ini

adalah apotek, maka perlu ditetapkan standar pelayanan farmasi di

apotek.Tujuan dari standar pelayanan ini adalah:

a. Melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional.

b. Melindungi profesi dari tuntutan masyarakat yang tidak wajar.

c. Pedoman dalam pengawasan praktek apoteker.

d. Pembinaan serta meningkatkan mutu pelayanan farmasi di apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1027/Menkes/ SK/2004 pelayanan kesehatan meliputi :

 Pelayanan resep

1) Skrining resep

a. Persyaratan administratif, seperti : nama, SIK dan alamat dokter,

tanggal penulisan resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat

badan pasien nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara

pemakaian serta informasi lainnya.

b. Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,

inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


23

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

c. Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi,

kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain)

2) Penyiapan obat

a. Peracikan yang merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang,

mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah.

b. Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

c. Kemasan obat yang diserahkan harus rapi dan cocok sehingga terjaga

kualitasnya.

d. Penyerahan obat pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir

terhadap kesesuaian antara obat dengan resep dan penyerahan obat

dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan

konseling kepada pasien.

e. Apoteker harus memenuhi informasi yang benar, jelas dan mudah

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi

obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat,

cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta

makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

f. Apoteker harus memberikan konseling kepada pasien sehingga dapat

memperbaiki kualitas hidup pasien. Konseling terutama ditujukan

untuk pasien penyakit kronis (hipertensi, diabetes melitus, TBC, asma

dan lain-lain)

g. Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan

pemantauan penggunaan obat.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


24

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

 Promosi dan edukasi

Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang ingin

melakukan upaya pengobatan diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit yang

ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi

secara aktif dalam kegiatan ini.

 Pelayanan residensial (home care)

Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan

pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk

kelompok lansia dan pasien dengan penyakit kronis. Untuk kegiatan ini,

apoteker harus membuat catatan pengobatan pasien (medication record ).

10. Sediaan Farmasi

Sediaan farmasi digolongkan menjadi 5 bagian yaitu obat bebas, obat

bebas terbatas, obat keras serta obat narkotika dan psikotropika.

a. Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada

kemasan ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan berwarna

hijau. Dalam kemasan obat disertakan brosur yang berisi nama obat, nama

dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis, aturan pakai, efek samping , nomor

batch, nomor registrasi, nama dan alamat pabrik, serta cara

penyimpanannya.

Gambar 1 : Penandaan obat bebas

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


25

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

b. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas yaitu obat yang digunakan untuk mengobati

penyakit ringan yang dapat dikenali oleh penderita sendiri. Obat bebas

terbatas termasuk obat keras dimana pada setiap takaran yang digunakan

diberi batas dan pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam

mengelilingi bulatan berwarna biru serta sesuai dengan Surat Keputusan

Menteri Kesehatan No.6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975,

disertai tanda peringatan P. No.1 sampai P. No. 6 dan harus ditandai

dengan etiket atau brosur yang menyebutkan nama obat yang

bersangkutan, daftar bahan berkhasiat serta jumlah yang digunakan, nomor

batch, tanggal kadaluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen,

petunjuk penggunaan, indikasi, cara pemakaian, peringatan serta kontra

indikasi.

Gambar 2 : Penandaan obat bebas terbatas

c. Obat Keras

Obat keras adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep

dokter, dimana pada bungkus luarnya diberi tanda bulatan dengan

lingkaran hitam dengan dasar merah yang di dalamnya terdapat huruf “K”

yang menyentuh garis tepi. Tanda dapat dilihat dengan lebih jelas pada

Gambar 3. Obat yang masuk ke dalam golongan obat keras ini adalah obat

yang dibungkus sedemikian rupa yang digunakan secara parenteral, baik

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


26

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan

merobek jaringan, obat baru yang belum tercantum dalam

kompendial/farmakope terbaru yang berlaku di Indonesia serta obat-obat

yang ditetapkan sebagai obat keras melalui keputusan Menkes Republik

Indonesia.

Gambar 3 : Penandaan Obat keras

d. Obat Narkotika

Menurut Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang

Narkotika, dalam Bab I pasal 1 Narkotika adalah zat atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi

sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat

menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-

golongan

Gambar 4 : Penandaan Obat narkotika

e. Obat Psikotropika

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997

tentang Psikotropika, dalam Bab I pasal 1 Psikotropika adalah zat atau

obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


27

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang

menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

11. Obat Generik

Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang telah ditetapkan

dalam Farmakope Indonesia dan Internasional Non Proprietary Name (INN)

WHO untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Selain itu obat generik dapat

juga merupakan obat yang telah habis masa patennya, sehingga dapat

diproduksi oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalti. Ada

dua jenis obat generik yaitu obat generik bermerek dagang dan obat generik

berlogo yang dipasarkan dengan merek kandungan zat aktifnya. Kewajiban

menuliskan resep dan atau menggunakan obat generik pada fasilitas pelayanan

kesehatan pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

No.085/Menkes/Per/I/1989 pasal 7 ayat (1) dan (3)

12. Obat Wajib Apotek

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.919/Menkes/Per/X/1993,

obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan pada pasien tanpa

resep dokter dengan mengikuti peraturan dari Menteri Kesehatan. Obat yang

dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria:

a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil,

anak dibawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.

b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada

kelanjutan penyakit.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


28

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan.

d. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di

Indonesia.

e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.925/Menkes/Per/X/1993

Tentang Daftar Perubahan Golongan Obat No.1, yang termasuk dalam Obat

Wajib Apotek Golongan 1 sebagai berikut :

1. Aminophylline

2. Benzoxonium

3. Benzocain

4. Bromhexin

5. Centrimide

6. Chlorhexidin

7. Cholinetheophyllinate

8. Dexbromoheniramine maleate

9. Dipheenhydramine

10. Docusate Sodium

11. Hexetidine

12. Ibuprofen

13. Lidocain

14. Mebendazol

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


29

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

15. Oxymetazoline

16. Theophylline

17. Tolnaftate

18. Triprolidine

Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 924/ Menkes/ Per/

X/1993 Tentang Daftar Obat Wajib No.2 yang termasuk dalam Obat Wajib

Apotek Golongan 2 sebagai berikut :

1. Albendazol

2. Bacitracin

3. Benorilate

4. Bismuthsubcitrate

5. Carbinoxamin

6. Clindamicin

7. Dexametason

8. Dexpanthenol

9. Diclofenac

10. Diponium

11. Fenoterol

12. Flumetason

13. Hydrocortison Butyra

14. Ibuprofen

15. Isoconazol

16. Ketokonazole

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


30

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

17. Levamizole

18. Methylprednisolon

19. Niclosamide

20. Omeprazole

13. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan

Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dilakukan

sesuai ketentuan perundangan yang berlaku meliputi :

a. Perencanaan

Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu

diperhatikan pola penyakit dan kemampuan masyarakat.

b. Pengadaan

Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasiaan maka pengadaan

sediaan farmasi harus melalui jalur resmi.

c. Penyimpanan obat

Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam

hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain,

maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi

yang jelas pada wadah baru, wadah sekurang-kurangnya memuat nomor

bets dan tanggal kadaluarsa. Semua bahan obat harus disimpan pada

kondisi yang sesuai, layak dan menjamin kestabilan bahan.

14. Pengelolaan Narkotika

Berdasarkan Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika,

narkotika dapat didefinisikan sebagai suatu zat atau obat yang berasal dari

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


31

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan yang dibedakan ke dalam golongan-golongan yaitu :

a. Narkotika Golongan I adalah Narkotika yang hanya digunakan

untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam

terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan

ketergantungan.

b. Narkotika Golongan II adalah Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan

sebagai pilihan terakhir dalam terapi dan/atau digunakan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi

mengakibatkan ketergantungan.

c. Narkotika Golongan III adalah Narkotika berkhasiat pengobatan dan

banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan

ketergantungan.

Narkotika sangatlah bermanfaat dan diperlukan untuk pengobatan dan

pelayanan kesehatan serta pengembangan ilmu pengetahuan, namun dapat

menimbulkan ketergantungan yang dapat merugikan pemakai apabila

dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama.

Narkotika sering digunakan dengan cara maupun tujuan yang salah

untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika, menjamin ketersediaan

Narkotika untuk kepetingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


32

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

ilmu pengetahuan dan teknologi, maka diadakan pengawasan terhadap

penggunaan narkotika yang meliputi pembelian, penyimpanan, penjualan,

administrasi serta penyampaian laporannya.

Dalam rangka mempermudah pengawasan penggunaan Narkotika

diwilayah Indonesia maka Pemerintah menetapkan PT. Kimia Farma sebagai

satu-satunya perusahaan yang diizinkan untuk memproduksi, mengimpor dan

mendistribusikan narkotika di Indonesia. Pengelolaan narkotika meliputi

kegiatan:

a. Pemesanan narkotika.

Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan oleh Pedagang Besar Farmasi

(PBF) Kimia Farma. Pesanan narkotika bagi apotek ditandatangani oleh

APA dengan menggunakan surat pesanan rangkap empat, dimana tiap

jenis pemesanan narkotika menggunakan satu surat pesanan yang

dilengkapi dengan nomor SIPA apoteker dan stempel apotek .

b. Penyimpanan narkotika.

Narkotika yang berada di apotek wajib disimpan secara khusus sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam UU No.

35 tahun 2009 pasal 14 ayat (1). Adapun tata cara penyimpanan narkotika

diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.28/Menkes/per/1978

pasal 5 yaitu apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan

narkotika. Tempat khusus tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

1. Harus seluruhnya terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


33

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

2. Harus mempunyai kunci ganda yang kuat

3. Dibagi menjadi 2 bagian, masing-masing bagian dengan kunci yang

berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin,

petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika, sedangkan

bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang

dipakai sehari-hari

4. Apabila tempat tersebut berukuran 40 x 80 x 100 cm, maka lemari

tersebut harus dibuat pada tembok dan lantai.

Selain itu pada pasal 6 Peraturan Menteri Kesehatan RI No.28/Menkes/

Per/I/1978 dinyatakan bahwa:

1) Apotek harus menyimpan narkotika dalam lemari khusus sebagaimana

yang dimaksud dalam pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan No.

28/Menkes/Per/1978 dan harus dikunci dengan baik.

2) Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain

selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan

3) Anak kunci lemari khusus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai

lain yang diberi kuasa

4) Lemari khusus diletakkan di tempat yang aman dan tidak boleh terlihat

oleh umum.

c. Pelayanan resep mengandung narkotika

Apotek hanya melayani pembelian narkotika berdasarkan resep dokter

dengan ketentuan berdasarkan surat edaran BPOM No.336/EE/SE/1977 antara

lain dinyatakan:

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


34

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

1. Sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat (2) undang-undang no. 9 tahun 1976

tentang narkotika, apotek dilarang melayani salinan resep yang

mengandung narkotika, walaupun resep tersebut baru dilayani

sebagian atau belum dilayani sama sekali

2. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani

sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep

tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep

aslinya

3. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh

dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambah

tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika.

d. Pelaporan narkotika

Berdasarkan Undang-Undang No. 35 tahun 2009 Pasal 14 ayat (2)

dinyatakan bahwa industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana

penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat

kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dokter dan lembaga ilmu

pengetahuan wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan

berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada

dalam penguasaannya. Laporan tersebut meliputi laporan pemakaian

narkotika dan laporan pemakaian morfin dan petidin. Laporan harus di

tandatangani oleh apoteker pengelola apotek dengan mencantumkan SIPA,

SIA, nama jelas dan stempel apotek, kemudian dikirimkan kepada Kepala

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


35

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Dinas Kesehatan Republik Indonesia Propinsi setempat dengan tembusan

kepada :

1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

2. Balai POM setempat

3. Penanggung jawab narkotika PT. Kimia Farma Tbk.

4. Arsip

Laporan yang ditandatangani oleh APA meliputi:

1. Laporan penggunaan sediaan jadi narkotika

2. Laporan penggunaan bahan baku narkotika

3. Laporan khusus penggunaan morfin dan petidin

Mulai tahun 2013 pelaporan narkotika dilakukan secara online.

Laporan dibuat setiap bulannya dan harus dikirim selambat-lambatnya tanggal

10 bulan berikutnya.

e. Pemusnahan narkotika

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/ Menkes/ Per/I

/1978 Pasal 9 disebutkan bahwa pemegang izin khusus dan atau APA

dapat memusnahkan narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat.

Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang narkotika

disebutkan bahwa pemusnahan narkotika dilakukan dalam hal:

1. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan

atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi

2. Kadaluarsa

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


36

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

3. Tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pelayanan

kesehatan dan atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

4. Berkaitan dengan tindak pidana Berdasarkan Pasal 61 Undang-Undang

No. 22 Tahun 1997, pemusnahan narkotika dilaksanakan oleh

pemerintah, orang atau badan usaha yang bertanggung jawab atas

produksi dan/atau sarana kesehatan tertentu serta lembaga ilmu

pengetahuan dengan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk oleh

Menteri Kesehatan. Pelaksanaan pemusnahan narkotika yang rusak

atau tidak memenuhi persyaratan pada apotek adalah sebagai berikut:

1) Bagi apotek di tingkat propinsi, pelaksanaan pemusnahan

disaksikan oleh petugas dari Balai POM setempat.

2) Bagi apotek di tingkat Kabupaten/Kota pemusnahan disaksikan

oleh Kepala Dinas Kesehatan Tingkat II.

Pemegang izin khusus atau apoteker pengelola apotek yang

memusnahkan narkotika harus membuat berita acara pemusnahan paling

sedikit 3 rangkap. Berita acara pemusnahan tersebut memuat:

1. Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan

2. Nama pemegang izin khusus atau apoteker pengelola apotek

3. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek

tersebut

4. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan

5. Cara pemusnahan

6. Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


37

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

f. Pelanggaran terhadap ketentuan pengelolaan narkotika

Dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,

disebutkan bahwa pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan

dan pelaporan narkotika dapat dikenai sanksi administratif oleh Menteri

Kesehatan, yang berupa: teguran, peringatan, denda administratif,

penghentian sementara kegiatan atau pencabutan izin.

15. Pengelolaan Psikotropika

Psikotropika menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1997 merupakan

zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat

psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang

menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika

dibagi menjadi beberapa golongan :

a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan

untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta

mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berhasiat pengobatan

digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan

dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma

ketergantungan.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


38

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan

dan sangat luas digunakan untuk terapi dan atau untuk tujuan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma

ketergantungan.

Ruang lingkup pengaturan psikotropik dalam Undang-Undang No. 5

Tahun 1997 adalah segala yang berhubungan dengan psikotropika yang

mempunyai potensi yang mengakibatkan ketergantungan. Tujuan dari

pengaturan psikotropika ini sama dengan narkotika yaitu:

a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan

kesehatan dan ilmu pengetahuan.

b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika.

c. Memberantas peredaran gelap psikotropika.

Kegiatan-kegiatan pengelolaan psikotropika meliputi:

a. Pemesanan psikotropika

Tata cara pemesanan obat-obat psikotropika sama dengan pemesanan obat

lainnya yakni dengan surat pemesanan yang sudah ditandatangani oleh

APA dan dibuat rangkap empat. Satu lembar surat pesanan psikotropika

dapat terdiri dari maksimal 3 jenis obat psikotropika.

b. Penyimpanan psikotropika

Sampai ini penyimpanan untuk obat-obatan golongan psikotropika belum

diatur dengan suatu perundang-undangan. Namun karena obat-obatan

psikotropika ini cenderung untuk disalahgunakan, maka disarankan agar

menyimpan obat-obatan psikotropika tersebut dalam suatu rak atau lemari

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


39

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

khusus yang terpisah dengan obat-obat lain, tidak harus dikunci dan

membuat kartu stok psikotropika.

c. Penyerahan psikotropika

Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dilakukan kepada

apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan

kepada pasien berdasarkan resep dokter.

d. Pelaporan psikotropika

Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1997, pabrik obat, PBF, sarana

penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas,

balai pengobatan, dokter dan lembaga penelitian dan atau lembaga

pendidikan, wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan

yang berhubungan dengan psikotropika dan wajib melaporkannya kepada

Menteri Kesehatan secara berkala. Mulai tahun 2013, pelaporan

psikotropika dilaporkan sebulan sekali secara online.

e. Pemusnahan psikotropika

Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1997 pasal 53 tentang psikotropika,

pemusnahan psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan

tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang

berlaku dan atau tidak dapat digunakan dalam proses psikotropika,

kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan

kesehatan dan atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


40

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Pemusnahan psikotropika wajib dibuat berita acara dan disaksikan oleh

pejabat yang ditunjuk dalam waktu 7 hari setelah mendapat kepastian. Berita

acara pemusnahan tersebut memuat:

1. Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan

2. Nama pemegang izin khusus atau apoteker pengelola apotek

3. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek

tersebut

4. Nama dan jumlah psikotropika yang dimusnahkan

5. Cara pemusnahan

6. Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi.

16. Pengelolaan Obat Rusak, Kadaluarsa, Pemusnahan Obat dan Resep

a. Pengelolaan obat rusak dan kadaluarsa

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/ MenKes/SK/X/2002 pasal 12 ayat (2) disebutkan bahwa yang

karena sesuatu hal tidak dapat digunakan lagi atau dilarang digunakan

harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara

lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Menurut Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No.922/MenKes/Per/X/1993 pasal 13

menyebutkan bahwa pemusnahan sediaan farmasi dilakukan oleh

Apoteker Pengelola Apotek atau apoteker pengganti dibantu oleh

sekurang-kurangnya seorang karyawan apotek yang bersangkutan,

disaksikan oleh petugas yang ditunjuk Kepala POM setempat. Pada

pemusnahan tersebut wajib dibuat berita acara pemusnahan dengan

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


41

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

menggunakan formulir model APT-8, sedangkan pemusnahan obat-obatan

golongan narkotik dan psikotropika wajib mengikuti ketentuan perundang-

undangan yang berlaku.

b. Pemusnahan resep

Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia

No.922/MenKes/Per/X/1993 pasal 17 ayat 2 menyebutkan bahwa resep harus

dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 tahun.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 280 tahun

1981 tentang ketentuan dan tata cara pengelolaan apotek pada pasal 7 ayat 3

dan 4 menyebutkan bahwa resep yang telah disimpan lebih dari 3 tahun

tersebut dapat dimusnahkan dengan cara di bakar atau dengan cara lain yang

lebih memadai. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek

atau apoteker pengganti dibantu oleh sekurang-kurangnya seorang karyawan

apotek yang bersangkutan dan harus dibuat berita acara pemusnahan sesuai

dengan bentuk yang telah ditentukan dalam empat rangkap serta

ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek dan petugas apotek yang

melakukan pemusnahan resep tersebut.

17. Pelanggaran Apotek

Berdasarkan berat ringannya pelanggaran, maka pelanggaran di

apotek dapat dikategorikan dalam 2 macam. Kegiatan yang termasuk

pelanggaran berat di apotek meliputi :

a. Melakukan kegiatan tanpa ada tenaga teknis farmasi.

b. Terlibat dalam penyaluran atau penyimpanan obat palsu atau gelap.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


42

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

c. Pindah alamat apotek tanpa izin.

d. Menjual narkotika tanpa resep dokter.

e. Kerjasama dengan PBF dalam menyalurkan obat kepada pihak yang tidak

berhak dalam jumlah besar.

f. Tidak menunjuk apoteker pendamping atau apoteker pengganti pada

waktu APA keluar daerah.

Kegiatan yang termasuk pelanggaran ringan apotek meliputi :

a. Tidak menunjuk Apoteker pendamping pada waktu APA tidak bias hadir

pada jam buka apotek (apotek yang buka 24 jam)

b. Mengubah denah apotek tanpa izin.

c. Menjual obat daftar G kepada yang tidak berhak.

d. Melayani resep yang tidak jelas dokternya.

e. Menyimpan obat rusak, tidak mepunyai penandaan atau belum

dimusnahkan.

f. Obat dalam kartu stok tidak sesuai dengan jumlah yang ada.

g. Salinan resep yang tidak ditandatangani oleh apoteker.

h. Melayani salinan resep narkotika dari apotek lain.

i. Lemari narkotika tidak memenuhi syarat.

j. Resep narkotika tidak dipisahkan.

k. Buku narkotika tidak diisi atau tidak dapat dilihat atau diperiksa.

l. Tidak mempunyai atau mengisi kartu stok hingga tidak dapat diketahui

dengan jelas asal usul obat tersebut.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


43

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Setiap pelanggaran apotek terhadap ketentuan yang berlaku dapat dikenakan

sanksi, baik sanksi administratif maupun sanksi pidana. Sanksi administratif yang

diberikan menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/ MENKES/ SK/ X

/2002 dan Permenkes No. 922/ MENKES/ PER/ X/ 1993 adalah :

a. Peringatan secara tertulis kepada APA secara 3 kali berturut-turut dengan

tenggang waktu masing-masing 2 bulan.

b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan sejak

dikeluarkannya penetapan pembekuan izin apotek. Keputusan pencabutan

SIA disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

dengan tembusan kepada Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan

Propinsi setempat.

c. Pembekuan izin apotek tersebut dapat dicairkan kembali apabila

apotek tersebut dapat membuktikan bahwa seluruh persyaratan yang

ditentukan dalam keputusan Menteri Kesehatan RI dan Permenkes tersebut

telah dipenuhi.

B. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

1. Definisi

Kombinasi dari komunikasi informasi dan edukasi (KIE) adalah

strategi dan metode yang memungkinkan seorang apoteker untuk melakukan

pencegahan dan pemeliharaan kesehatan dari setiap pasien. KIE adalah bagian

penting dalam pelayanan kesehatan dimana setiap profesi kesehatan dituntut

tanggung jawabnya untuk selalu mengefektifkan KIE sebagai upaya

peningkatan derajat kesehatan masyarakat. KIE merupakan kegiatan

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


44

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara

akurat, tidak bias, dan terkini kepada dokter, apoteker lain, perawat, profesi

kesehatan lain, dan terutama pasien. Komunikasi adalah pancaran ide dari satu

pemikiran ke pemikiran lain melalui interaksi antara dua pihak yaitu

komunikator dan penerima pesan melalui suatu proses sehingga terjadi

pemindahan pesan secara sempurna. Komunikasi merupakan pembentukan

pesan dari pemikiran, perasaan, perilaku pengirim (sender) atau penyampaian

pesan kepada penerima (receiver) atau mengartikan pesan oleh penerima atau

reaksi penerima.

2. Klasifikasi Komunikasi

Komunikasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Komunikasi verbal adalah komunikasi secara lisan yang terjadi apabila

dua orang atau lebih bertemu baik secara langsung atau tidak langsung.

Penghubungnya adalah bahasa.

b. Komunikasi non verbal adalah semua tingkah laku yang bukan lisan dan

tidak secara tertulis. Penghubungnya antara lain ekspresi wajah, bunyi,

anggota badan. Biasanya menggambarkan pesan perasaan, pikiran

(disadari atau tidak), mengekspresikan wajah/gerakan, biasanya sulit

dibuat-buat dan lebih terpercaya.

3. Tahapan, Tipe dan Hambatan dalam Komunikasi

Tahapan dari komunikasi terhadap pendengar yaitu sebagai berikut :

a. Tahap pengenalan : mulai mengenal sambil mencari informasi.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


45

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

b. Tahap pembentukan sikap : keinginan untuk berinteraksi antara

komunikator dan komunikan.

c. Tahap perilaku : adanya persiapan untuk memberi informasi tersebut.

Berbagai tipe komunikasi diantaranya sebagi berikut :

1) Komunikasi dengan diri sendiri (Intrapersonal Communication)

merupakan proses komunikasi dalam diri sendiri.

2) Komunikasi antar pribadi (Interpersonal Communication) merupakan

komunikasi antara 2 orang atau lebih secara tatap muka.

3) Komunikasi publik (Public Communication) merupakan komunikasi

yang disampaikan oleh pembicara dengan tatap muka di depan

khalayak yang lebih besar.

4) Komunikasi massa (Mass Communication) merupakan komunikasi

dimana pesan dikirim dari sumber yang melembaga bagi khalayak.

Dalam berkomunikasi terdapat berbagai macam hambatan, yang

diantaranya disebut dengan :

a. Barrier fisik, contohnya :

1) Fisik pasien, contohnya gangguan pendengaran/penglihatan,

keadaan sakit/lemah, kesukaran berbicara

2) Ruangan, contohnya kurang leluasa, counter terlalu tinggi, terdapat

penghalang kaca, suara berisik, gangguan telepon.

b. Barrier psikologi, contohnya :

1) Bias

2) Prasangka

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


46

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

3) Wawasan sempit

4) Takut / khawatir

5) Emosi

6) Tidak kompatibel

7) Tidak ada saluran komunikasi

c. Barrier non-verbal yaitu hambatan yang berupa kurangnya

kontak mata antara komunikator dan komunikan.

d. Barrier waktu dan administrasi

1) Apoteker tidak dibayar untuk melakukan konsultasi

2) Pasien sudah lelah menunggu dokter

3) Segan berkomunikasi

4) Hambatan lain dalam berkomunikasi adalah lingkungan, faktor

pasien dan apoteker.

4. Penerapan KIE

Pelayanan obat kepada penderita melalui berbagai tahapan pekerjaan

meliputi diagnosis penyakit, pemilihan, penyiapan dan penyerahan obat

kepada penderita menunjukkan adanya suatu interaksi antara dokter, farmasis,

penderita dan khusus di rumah sakit melibatkan perawat. Dalam pelayanan

kesehatan yang baik, informasi obat menjadi sangat penting terutama

informasi dari apoteker, baik untuk dokter, perawat dan penderita. Salah satu

implementasi dari KIE adalah kegiatan konseling. Konseling merupakan suatu

proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah

pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat oleh pasien.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


47

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Tujuan dilakukannya konseling yaitu untuk memberikan pemahaman yang

benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan, diantaranya

mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara

menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda

toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan obat-obat lain. Dalam hal

menangani pasien, apoteker harus memiliki keterampilan komunikasi yang

prima supaya peningkatan derajat kesehatan dapat terwujud. Hal itu dapat

dicapai melalui beberapa cara sebagai berikut :

a. Menyediakan perhatian penuh kepada pasien.

b. Tidak bersikap kasar dan merendahkan pasien.

c. Berkomunikasi secara aktif dan efektif dengan memperhatikan respon

pasien untuk meyakinkan bahwa pasien mengerti esensi dari informasi

yang disampaikan.

d. Gunakan pertanyaan terbuka untuk menggali berbagai informasi yang

diperlukan.

e. Minta pasien untuk mengulang informasi yang sudah disampaikan dan

lakukan koreksi jika ada yang tidak sesuai.

f. Lakukan kontak mata ketika berkomunikasi.

Agar dapat berkomunikasi dengan baik dan efektif diperlukan

usaha, waktu, kemauan untuk belajar dan yang tak kalah pentingnya

adalah menumbuhkan rasa percaya diri. Faktor-faktor yang perlu

diperhatikan dalam berkomunikasi adalah sebagai berikut:

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


48

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

a. Anggapan dan harapan

Pendapat awal tentang seseorang seringkali berdasarkan pada apa yang

dilihat dan didengar. Termasuk di dalamnya adalah penampilan, pakaian,

usia, jenis kelamin, ras dan keterbatasan fisik.

b. Nada bicara, tekanan dan ekspresi

Nada bicara, tekanan dan ekspresi mempunyai pengaruh yang kuat dalam

berkomunikasi. Ada respon yang berbeda-beda untuk orang yang satu

dengan yang lain. Tidak ada satupun pengalaman yang sama pada situasi

yang sama meskipun dapat terlihat melakukan hal yang sama tetapi tetap

mempunyai perasaan yang berbeda.

c. Komunikasi dengan suara

Kualitas suara dijelaskan dengan nada, puncak, volume dan kecepatan.

Nada dapat menyampaikan pengertian yang lebih dibandingkan dengan

kata-kata yang sebenarnya. Volume harus diatur sesuai dengan

keadaandan dapat menegaskan kata kuncinya. Kecepatan berbicara harus

tetap diperhatikan agar dapat dimengerti oleh pendengarnya. Penggunaan

komunikasi vokal yang efektif diperlukan agar dapat menjadi cakap dalam

berbicara dengan nada suara yang hangat dan penuh percaya diri, volume

suara dan kecepatan yang tepat dan tanpa interupsi atau suarayang kaku.

d. Bahasa tubuh

1) Isyarat/sikap

Isyarat tangan berguna untuk menekankan sebuah pokok pembicaraan

atau untuk mendeskripsikan sesuatu. Bagaimanapun juga yang

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


49

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

terpenting adalah tidak menggunakannya secara berlebih, karena akan

mengurangi penggunaan kata-kata sehingga dapat membingungkan

pendengarnya. Apoteker harus menggunakan isyarat yang tepat untuk

meyakinkan suatu pokok pembicaraan atau menggambarkan sebuah

prosedur. Dengan mengamati sikap orang lain, bisa memberikan

informasi yang berguna, mengenai bagaimana memperhatikan dan

membujuk.

2) Ekspresi wajah

Ekspresi wajah menggambarkan tentang suasana hati dan emosi.

Ekspresi wajah dari seorang apoteker saat memulai percakapan akan

sangat menentukan bagaimana penerimaan dari pasien akan suatu

saran atau informasi yang diberikan. Sangat penting bagi seorang

apoteker untuk dapat membaca maksud dari ekspresi wajah. Dalam hal

ini yang penting adalah menghormati level pemahaman pasien atau

penerimaannya.

3) Kontak mata

Menghindari kontak mata adalah jalur yang paling sukses

untuk menghindari komunikasi. Pemeliharaan kontak mata adalah

penting untuk memastikan kontinyuitas dari proses, karena hal itu

menunjukkan ketertarikan dalam subjek dan juga berguna

untuk menentukan giliran siapa yang berbicara.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


50

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

4) Kontak fisik

Hal ini adalah aspek yang penting dalam proses komunikasi dan dapat

digunakan untuk mempertinggi komunikasi non verbal. Kontak fisik

harus disesuaikan dengan aturan sosial yang berbeda untuk masing-

masing kultur. Harus dipertimbangkan bahwa sikap yang dapat

diterima oleh suatu budaya bisa saja tidak dapat diterima oleh budaya

yang lain.

5) Sikap tubuh

Sikap tubuh akan mempunyai pengaruh yang besar tentang bagaimana

menciptakan komunikasi yang baik. Postur tubuh yang baik adalah

posisi condong ke arah orang yang berbicara, atau duduk dalam

kondisi yang rileks.

e. Pola perilaku dalam berkomunikasi

Perilaku tegas adalah baik dalam menjalin relasi dengan orang lain,

melakukan komunikasi seefektif mungkin, terutama dalam situasi yang

buruk. Perilaku tegas sangat berguna sekali ketika menyelesaikan konflik,

dalam bernegosiasi, kepemimpinan dan memotivasi, ketika memberi dan

menerima arus balik tersebut, dalam bekerja sama dan dalam pertemuan

atau rapat. Komunikasi yang tegas dapat member rasa percaya diri, kesan

yang baik dan kepastian dalam mengendalikan situasi, terutama dalam

kondisi konflik.

Selain itu pasien juga sangat membutuhkan informasi dan edukasi.

Dasar pemberian informasi dan edukasi maupun konsultasi obat kepada

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


51

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

pasien dapat dilakukan pada waktu penyerahan obat. Konseling diberikan

untuk pasien yang membawa resep dengan beberapa kriteria:

a. Penggunaan obat 4 macam atau lebih.

b. Mendapatkan lebih dari dua pengobatan.

c. Obat dengan indeks terapi sempit.

d. Obat dengan cara penggunaan khusus.

e. Obat mempunyai efek samping dengan perhatian khusus.

f. Pasien lanjut usia dan bayi.

g. Pasien penyakit kronis atau menahun seperti tekanan darah

tinggi, jantung dan diabetes.

h. Pasien ibu hamil dan menyusui.

Dalam melakukan konseling terdapat beberapa tahapan yaitu sebagai berikut :

a. Pengenalan yaitu dengan cara memperkenalkan diri dan menjelaskan

tujuan konseling

b. Penilaian yang bertujuan untuk menilai kepahaman pasien tentang obat

yang diberikan.

c. Pelaksanaan yang bertujuan untuk merangsang, mengubah sikap dari

pasien agar mengerti dan mengikuti regimen terapetik.

d. Pengujian yang bertujuan untuk memastikan pasien memahami, mengerti

apa yang sudah diterangkan.

e. Kesimpulan dan penutup dilakukan dengan menawarkan bantuan jika ada

masalah.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


52

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

C. Swamedikasi

1. Definisi

Swamedikasi (Self Medication) bagi sebagian masyarakat adalah

melakukan pengobatan mandiri, tanpa melalui dokter, ketika sedang sakit.

Biasanya swamedikasi dilakukan untuk mengatasi gangguan kesehatan ringan

mulai dari batuk, pilek, demam, sakit kepala, maag, gatal-gatal hingga iritasi

ringan pada mata, sedangkan konsep modern swamedikasi adalah upaya

pencegahan terhadap penyakit, dengan mengkonsumsi vitamin dan

food suplement untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Self care adalah tindakan individu yang dilakukan untuk diri mereka

sendiri dalam rangka menjaga dan memelihara kesehatan, mencegah maupun

berhadapan dengan penyakit.

Self medication adalah penggunaan dan pemilihan obat (meliputi pula herbal dan

produk tradisional) oleh individu untuk memperlakukan berbagai penyakit atau

gejalanya, dimana self medication adalah satu unsur dari self care.

2. Konseling Swamedikasi

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam swamedikasi adalah :

a. Baca secara teliti informasi yang tertera pada kemasan atau brosur yang

disisipkan di dalam kemasan. Informasi yang diberikan meliputi

komposisi zat aktif, indikasi, kontraindikasi, efek samping, interaksi obat,

dosis dan cara penggunaan

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


53

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

b. Pilih obat dengan jenis kandungan zat aktif sesuai keperluan,

misalnya: jika gejala penyakitnya hanya batuk saja, maka pilih obat yang

hanya untuk mengatasi batuk saja, tidak perlu obat penurun demam.

c. Penggunaan obat swamedikasi hanya jangka pendek (seminggu), jika

gejala menetap atau memburuk maka segera konsultasi ke dokter.

d. Perhatikan aturan pemakaian: bagaimana cara memakainya,

berapa jumlahnya, berapa kali sehari, dipakai sebelum atau sesudah makan

atau menjelang tidur, serta berapa lama pemakaiannya.

e. Selain itu juga perlu diperhatikan masalah kontra indikasi (pada keadaan

mana obat tidak boleh digunakan) dan makanan, minuman atau obat lain

apa yang perlu dihindarkan, serta bagaimana cara penyimpanan obat (obat

disimpan dimana dan dapatkah sisa obat yang disimpan untuk digunakan

lagi).

D. Pelayanan (Service)

1. Definisi

Pelayanan adalah kegiatan atau keuntungan yang dapat ditawarkan

oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible atau

tindakan atau perbuatan seseorang atau organisasi untuk memberikan

kepuasan kepada pelanggan atau nasabah.

2. Fungsi Pelayanan yang Bermutu

Dengan semakin meningkatnya persaingan pasar maka organisasi yang

mempunyai program memfokuskan pada pelanggan akan mendapatkan

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


54

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

banyak keuntungan. Melalui pelayanan bermutu tinggi, organisasi tersebut

mampu untuk :

a. Menjadikannya berbeda dari pesaing.

b. Memperbaiki citra di mata pelanggan.

c. Meminimalkan faktor sensitivitas harga.

d. Meningkatkan keuntungan yang maksimal.

e. Meningkatkan kepuasan dan mempertahankan pelanggan.

f. Meningkatkan reputasi.

g. Memastikan produk dan jasa yang diberikan ’tepat sasaran’.

h. Meningkatkan kepuasan dan mempertahankan karyawan

i. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan

j. Mengurangi biaya

k. Mendorong partisipasi karyawan

l. Memperbesar hubungan pelanggan internal atau pemasok

m. Menyebabkan terjadinya perbaikan pada operasional secara

berkesinambungan.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


55

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

BAB III

TINJAUAN TEMPAT PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)

A. Sejarah Singkat Apotek Subur

Apotek Subur berdiri sejak tahun 2001 yang terletak di jalan Kapten Piere

Tendean No.135 Solo. Sebelumnya Apotek Subur merupakan Toko Obat yang

berdiri tahun 1982. Toko Obat Subur kemudian membuka cabang Apotek I pada

tahun 1994 yaitu Apotek Jati Waluyo yang terletak di jalan dr. Moewardi No.33

Kota Barat. Pada tahun 2004 Apotek Subur membuka lagi cabang yang terletak di

jalan Veteran No.4 Gajahan yaitu Apotek Gajahan. Namun, pada tahun 2010

Apotek Gajahan dilikuidasi. Pemilik sarana Apotek Subur adalah Roni Wijaya,

sedangkan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Subur adalah Drs. Agustinus Budi

Pranoto., Apt yang bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang menyangkut

pengelolaan dan kebijaksanaan di Apotek Subur.

Apotek Subur didirikan bertujuan untuk memberikan pelayanan

kefarmasian yang meliputi pelayanan obat atas dasar resep dokter, pelayanan obat

tanpa resep, serta menyediakan perbekalan farmasi lainnya untuk keperluan

masyarakat dengan harga yang terjangkau. Selain itu faktor yang mempengaruhi

berkembangnya Apotek Subur adalah memberikan pelayanan farmasi yang baik

kepada masyarakat termasuk siap memberikan konsultasi obat, penyediaan obat

dan perbekalan farmasi dengan mutu yang baik, serta pelayanan resep yang

diantar ke rumah pasien.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


56

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

B. Struktur Organisasi

Apoteker Pengelola Apotek (APA) berwenang sebagai pemimpin apotek

dalam melaksanakan seluruh kegiatannya dibantu Apoteker Pendamping, Asisten

Apoteker, kasir, dan bagian gudang yang mempunyai tugas dan tanggung jawab

masing-masing, sehingga pelayanan kefarmasian dapat berjalan sesuai ketentuan

yang telah ditetapkan. Hal ini untuk mendukung kelancaran pengelolaan apotek

dan melaksanakan pelayanan obat kepada masyarakat yang pada akhirnya akan

dapat membuat apotek lebih maju dan berkembang.

C. Personalia

Personalia Apotek Subur terdiri dari beberapa karyawan dengan tugas dan

tanggung jawab masing-masing. Personalia tersebut adalah sebagai berikut :

1. Apoteker Pengelola Apotek (APA) : 1 orang

2. Apoteker Pendamping (Aping) : 1 orang

3. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) : 2 orang

4. Petugas HV + Kasir : 6 orang

5. Gudang : 1 orang

Total : 11 Orang

Dengan tujuan memberikan pelayanan kefarmasian yang maksimal maka

tiap personalia mempunyai tugas dan tanggung jawab sesuai fungsi masing-

masing. Tugas, tanggung jawab dan wewenang masing-masing personalia di

Apotek Subur adalah sebagai berikut :

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


57

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

1. Apoteker Pengelola Apotek (APA)

a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, termasuk mengkoordinir kerja

karyawan serta membagi tugas sesuai dengan tanggung jawabnya.

b. Mengatur dan mengawasi penyimpanan obat serta kelengkapan obat sesuai

dengan syarat-syarat teknis farmasi terutama di ruang peracikan.

c. Mempertimbangkan usulan atau masukan yang diterima dari karyawan

lainnya untuk perbaikan dan pengembangan apotek.

d. Bersama-sama dengan bagian administrasi menyusun laporan manajerial

dan pertanggungjawaban.

e. Mengusahakan agar apotek yang dikelolanya dapat memberi hasil yang

optimal dengan rencana kerja dan melakukan kegiatan-kegiatan untuk

pengembangan apotek.

f. Mengatur dan mengawasi hasil penjualan tunai.

g. Meningkatkan dan mengembangkan hasil usaha apotek.

h. Memberikan informasi obat dan atau konseling kepada pasien.

i. APA bertanggung jawab terhadap kelangsungan apotek yang dipimpinnya.

2. Apoteker Pendamping (Aping)

a. Melaksanakan seluruh tugas dan kewajiban APA, bilamana APA

berhalangan selama jam kerja apotek.

b. Dalam melaksanakan segala tindakan, terutama dalam hal-hal penting

yang mendasar dan strategis, harus mendapat persetujuan dari APA.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


58

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

3. Asisten Apoteker (AA)

a. Mengerjakan pekerjaan sesuai dengan profesinya sebagai asisten

apoteker yaitu dalam pelayanan resep dan obat bebas.

b. Mengarsipkan resep yang masuk perhari termasuk narkotika,

psikotropika dan resep asli.

c. Mencatat pengeluaran narkotika dan psikotropika dan penyimpanannya

dipisahkan dengan resep biasa, resep tersebut disimpan dalam tempat

tersendiri perbulannya.

d. Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal, kemudian

dibendel dan disimpan.

e. Mencatat ke luar masuknya barang, menyusun daftar kebutuhan obat,

mengatur serta mengawasi penyimpanan dan kelengkapan obat.

f. Menyusun buku defecta setiap pagi, mengontrol buku harga hingga dapat

mengikuti perkembangan harga obat.

g. Melakukan pengecekan terhadap obat-obatan yang mendekati waktu

kadaluwarsa dan dicatat dalam buku kadaluwarsa.

4. Petugas HV dan Kasir

a. Melayani penjualan obat bebas dan bebas terbatas.

b. Melaksanakan tugas kebersihan di lingkungan apotik.

c. Menerima uang penjualan obat dan membuat laporan penjualan setiap

hari.

d. Melakukan pembayaran inkaso kepada PBF.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


59

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

5. Administrasi (Dikerjakan Bersama)

a. Melaksanakan kegiatan surat menyurat dan pelaporan.

b. Mengadministrasikan semua pemasukan dan pengeluaran.

c. Memeriksa kebenaran dokumen atau hasil pekerjaan tata usaha sebelum

diteruskan kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA).

d. Mengawasi dan membuat catatan daftar hadir karyawan.

e. Membuat laporan harian, termasuk pengarsipan data personalia, cuti,

pencatatan pembelian yang dicocokan dengan buku penerimaan barang,

pencatatan hasil penjualan dan tagihan serta pengeluaran setiap hari.

D. Bangunan Apotek

Gedung yang digunakan sudah memenuhi syarat yang telah ditetapkan

antara lain atap tidak bocor, dinding kuat dengan permukaan rata dan mudah

dibersihkan, penerangan cukup, tidak lembab, ruangan mempunyai ventilasi dan

sistem sanitasi yang baik.

Bangunan Apotek Subur terdiri dari:

1. Ruang tunggu, yaitu tempat yang disediakan untuk pasien menunggu antrian.

2. Ruang pelayanan obat, tempat untuk penerimaan resep dan penyerahan obat

yang sekaligus tempat pembayaran/kasir.

3. Ruang peracikan obat, tempat untuk meracik obat.

4. Ruang istirahat karyawan.

5. Kamar mandi/WC.

6. Gudang.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


60

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

7. Lahan parkir, tempat untuk parkir kendaraan karyawan maupun pelanggan

apotek.

E. Jam Kerja Apotek

Jam kerja apotek dimulai dari jam 07.00 – 21.00 WIB setiap hari Senin

sampai Sabtu kecuali hari Minggu dan hari besar libur. Dalam kegiatannya,

Apotek Subur membagi jam kerja personalianya menjadi 2 shift, yaitu:

1. Pagi : pukul 07.00 – 14.30 WIB

2. Siang : pukul 14.00 – 21.00 WIB

F. Pakaian Seragam

Pakaian seragam wajib digunakan setiap hari pada jam kerja, untuk

meningkatkan kerapian, keseragaman bagi para karyawannya. Pada hari senin dan

selasa, karyawan mengenakan seragam apotek yang berwarna hijau. Sedangkan

hari rabu dan kamis, karyawan mengenakan seragam apotek berwarna biru.

Kemudian hari jumat dan sabtu, karyawan mengenakan seragam apotek berwarna

coklat.

G. Sistem Penggajian

Sistem penggajian karyawan Apotek Subur secara umum berpedoman

sebagai berikut:

1. Besarnya gaji ditentukan oleh PSA sesuai dengan aturan dari IAI (Ikatan

Apoteker Indonesia)/GPFI (Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia).

2. Besar gaji sesuai dengan besarnya tanggung jawab dan jumlah jam kerja.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


61

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

3. Gaji karyawan meliputi gaji pokok dan tuslah yang besarnya tergantung dari

jumlah resep yang masuk.

H. Sistem Pengelolaan Apotek

Kegiatan di Apotek Subur meliputi pengadaan, penjualan, administrasi dan

perpajakkan. Laporan pemasukan keuangan setiap harinya berdasar pada nota

hasil penjualan resep, nota penjualan OWA dan HV yang kemudian diserahkan

kepada PSA. Pengelolaan keuangan dikerjakan bersama yang dibantu oleh AA.

Kegiatan administrasi pada pagi hari meliputi perencanaan, pembelian,

pemesanan obat, pembukuan pembelian, pembukuan stok gudang dan pengelolaan

resep. Kegiatan pelayanan resep dan penjualan obat bebas serta OWA dilakukan

dengan mengutamakan kepentingan konsumen.

I. Perpajakan

Apotek Subur merupakan badan swasta yang tidak lepas dari kewajiban

membayar pajak. Jenis-jenis pajak yang dikenakan pada Apotek Subur sebagai

suatu badan usaha adalah sebagai berikut :

1. PPN (Pajak Pertambahan Nilai), pajak ini dikenakan saat pembelian obat dari

PBF yang besarnya 10%

2. Pajak reklame, pajak ini dikenakan terhadap pemasangan papan nama apotek

yang nilainya tergantung dari besarnya papan nama apotek, lokasi dan

lingkungan.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


62

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

3. PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), pajak ini dikenakan setiap tahun dan

besarnya tergantung luas tanah dan bangunan serta lokasi.

4. Pajak Penghasilan Perseorangan (PPh 21), pajak ini berdasar pada laba/

penghasilan netto dikurangi PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak).

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


Laporan PKPA Apotek Subur 2015

BAB IV

KEGIATAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK SUBUR

Kegiatan mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek

Subur dimulai pada tanggal 1 sampai 28 Februari 2015. Pelaksanaanya meliputi

kegiatan pelayanan di apotek seperti penerimaan resep, pemeriksaan resep,

pemberian harga, penyiapan obat paten dan racikan, pembuatan, pemberian etiket,

penyerahan obat, pemberian konseling kepada pasien, administrasi, perpajakan

serta pengembangan apotek.

Pokok bahasan yang didiskusikan, antara lain sejarah berdirinya Apotek

Subur, manajemen, dan peraturan perundang-undangan. Manajemen apotek

meliputi studi kelayakan rencana pendirian apotek, pengelolaan resep, proses

perencanaan, tata cara perizinan pendirian apotek, pengorganisasian, pembelian,

pemasaran, serta peraturan perundang-undangan antara lain tentang pengelolaan

Obat Wajib Apotek, obat narkotika dan psikotropika, obat keras, laporan

penggunaan obat, peraturan perpajakan, kewajiban membayar pajak, penyusunan

laporan dan kode etik terhadap profesi kesehatan lain. Aspek bisnis meliputi

permodalan, perhitungan BEP (Break Event Point) dan cara pengembangan

apotek.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari

63
64

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

A. Sistem Pengelolaan Apotik Subur

Barang datang Faktur / Nota

Cash Kredit Konsinyasi

Buku
Lunas Buku Konsinyasi
Pembelian

Map Faktur Map Konsinyasi

Inkaso Inkaso

Lunas Lunas

Bendel Pelunasan

Buku barang datang

Stok gudang Stok etalase Penjualan

NB: pelunasan konsinyasi hanya untuk obat yang telah laku terjual

1. Pengadaan Barang

Proses pengadaan barang di Apotek Subur dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Perencanaan item barang

Perencanaan item barang yang akan dipesan sesuai dengan barang

habis atau persediaan yang tinggal sedikit. Perencanaan item barang yang

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


65

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

akan dipesan dimulai dengan pengecekan buku stok dari gudang, informasi

dibagian penjualan juga keadaan keuangan apotek. Pengadaan barang

meliputi bahan obat-obatan, alat kesehatan, alat kontrasepsi dan barang-

barang di luar sediaan farmasi sebagai pelengkap.

b. Pemesanan Barang

Pemesanan dilakukan berdasarkan hasil pengecekan pada buku

stok kemudian membuat surat pesanan barang yang telah ditanda tangani

oleh APA dibuat rangkap dua, satu untuk PBF dan yang lain untuk arsip

apotek. Barang-barang yang harganya mahal, cepat rusak dan jarang

ditulis pada resep dokter disediakan dengan jumlah secukupnya. Barang-

barang yang harganya murah, essensial dan sering ditulis dengan resep

dokter disediakan dengan jumlah besar. Pemesanan obat bebas, bebas

terbatas dan obat keras dilakukan melalui PBF yang bekerja sama dengan

apotek. Pemesanan menggunakan Surat Pemesanan (SP) dimana SP

rangkap 2 dan ditandatangani APA dengan mencantumkan nomor SIPA

serta stempel apotek. Setiap surat pemesan dapat digunakan untuk

memesan sebanyak mungkin obat yang diinginkan.

Pemesanan narkotika dilakukan melalui PBF Kimia Farma sebagai

distributor. Pemesanan menggunakan surat pesanan (SP) narkotika dimana

SP ini rangkap empat yang ditandatangani oleh APA dengan

mencantumkan nomor SIPA serta stempel apotek. Setiap satu SP

digunakan untuk memesan satu jenis narkotika. Satu lembar SP untuk

arsip dan yang tiga lembar dikirim ke PBF. Slip SP narkotika dibuat oleh

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


66

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

PBF Kimia Farma dan slip SP psikotropika dibuat oleh semua PBF yang

menjual psikotropika sehingga pihak apotek tinggal mengisi sesuai dengan

draft yang telah tersedia, dimana satu surat pesanan dapat digunakan untuk

memesan maksimal tiga jenis psikotropika.

2. Penerimaan Barang

Penerimaan barang dilakukan oleh asisten apoteker ataupun apoteker.

Pada saat barang datang, dilakukan pengecekan barang yang meliputi alamat

tujuan faktur, nama obat, jumlah barang tiap item, jenis, no batch, bentuk

sediaan, dan waktu kadaluwarsa serta diskon dari PBF. Bila sudah sesuai

kemudian ditandatangani oleh apoteker atau asisten apoteker yang menerima

disertai nama terang serta SIPA dan SIKTTK, cap apotek, dan tanggal

penerimaan barang. Apabila barang yang datang tidak sesuai dengan pesanan

maka barang diretur (dikembalikan). Faktur asli diserahkan ke distributor

untuk penagihan jika pembelian dengan sistem kredit, sedang kopi faktur

untuk arsip apotek. Mahasiswa PKPA juga diberi kesempatan untuk

melakukan penerimaan barang datang dari PBF dengan didampingi Asisten

Apoteker. Kemudian faktur digunakan untuk mengecek harga dalam daftar

harga apakah ada perubahan atau tidak, kemudian dicatat dalam buku

pembelian barang dan buku barang datang.

Dalam pembelian obat-obat yang mempunyai waktu kadaluwarsa

biasanya dilakukan perjanjian mengenai pengembalian obat kepada PBF yang

bersangkutan sesuai batas waktu yang telah ditentukan, biasanya 1 sampai 3

bulan sebelum ED (Expired Date). Obat dengan ED yang hampir mendekati

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


67

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

batas yang ditentukan dikelompokkan tersendiri dan biasanya dikembalikan

atau ditukar dengan obat yang waktu kadaluwarsanya masih lama. Namun ada

beberapa barang yang memiliki ED tetapi tidak dapat dikembalikan dan

biasanya mendapat perhatian khusus untuk dijual terlebih dahulu jika telah

mendekati waktu kadaluwarsa.

3. Penyimpanan barang

Barang di apotek Subur disimpan di gudang. Adanya gudang dinilai lebih

efektif dan efisien, karena dapat memiliki stok obat yang banyak. Penyimpanan

barang di gudang juga membutuhkan SDM yang bertanggung jawab untuk

mengelolanya.

Penyimpanan perbekalan farmasi di Apotek Subur disusun berdasarkan:

1. Obat keras disusun secara alfabetis.

2. Obat-obat generik, disusun secara alfabetis.

3. Berdasarkan bentuk sediaan seperti:

a. Sirup

b. Salep

c. Guttae/tetes

d. Selajutnya disusun secara alfabetis

4. Narkotika disimpan dalam almari tersendiri khusus narkotika.

5. Psikotropika disimpan dalam almari tersendiri khusus psikotropika

6. Obat-obat yang disyaratkan penyimpanannya pada suhu dingin disimpan

dalam lemari es.

7. Alkes, kosmetik dan kebutuhan bayi disimpan dalam almari tersendiri.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


68

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

4. Pembayaran/Inkaso

Pembayaran dilakukan secara cash/cash on delivery (COD) dan kredit.

Pembayaran secara COD dilakukan pada saat barang datang sedangkan

pembayaran secara kredit diberikan tempo pembayaran yang berbeda-beda

setiap PBF berkisar antara 2 minggu sampai 30 hari. Keuntungan pembayaran

secara COD, apotek mendapat discount 1 sampai 2 persen. Untuk pembayaran

secara kredit dilakukan sesuai jatuh tempo.

5. Penyimpanan Faktur

Faktur yang telah lunas dalam waktu satu bulan dikumpulkan jadi satu,

supaya jika ada barang yang ED/ kadaluarsa lebih mudah dicari. Faktur yang

telah dikumpulkan tersebut disimpan dalam tempat tersendiri.

6. Penjualan Obat

1. Penjualan obat dengan resep

Resep obat yang masuk diperiksa keabsahannya, kelengkapannya

dan ketersediaan obatnya. Resep dengan obat tersedia di apotek diberi

harga, kemudian dimintakan persetujuannya kepada pasien. Resep yang

sudah dibayar kemudian diracik, diberi etiket, diperiksa oleh AA atau

Apoteker lalu diserahkan kepada pasien dan disertai informasi. Setiap obat

dengan resep yang sudah diserahkan, ditanyakan alamat pasien untuk

mempermudah pelacakan apabila terjadi ketidak sesuaian obat.

Penjualan obat dengan resep untuk harga setiap resepnya diberikan

diskon dan untuk pelanggan apotek diberikan diskon khusus begitu juga

dengan rekan sejawat (dokter, apotek, apoteker). Pemberian diskon

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


69

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan dan juga untuk menambah

pelanggan.

2. Penjualan Obat Wajib Apotek (OWA), obat bebas dan bebas terbatas

Penjualan OWA, obat bebas dan bebas terbatas menggunakan nota

rangkap, satu untuk arsip apotek dan yang lain untuk pasien yang disertai

dengan pemberian informasi yang diperlukan

Rumus harga penjualan obat

HJA = (HNA + PPN) + % Keuntungan – (Discount)

Keterangan :

PPN : Pajak Pertambahan Nilai HJA : Harga Jual Apotek

HNA : Harga Netto Apotek

Pembelian obat bebas, bebas terbatas dan OWA

Pelayanan

Nota penjualan

Kasir

Penyerahan obat bebas atau OWA

Alur penjualan obat bebas, bebas terbatas, dan OWA

7. Kerjasama

Kerjasama yang dilakukan apotek yaitu dengan Apotek Jati Waluyo,

kemudian ada juga kerja sama dengan suatu pabrik obat untuk promosi barang

produksinya.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


70

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

8. Administrasi

a. Laporan Obat Narkotika, Psikotropika, obat generik.

Pencatatan keluar masuknya obat narkotika, psikotropika dan

generik pada apotek subur dibuat dalam buku tersendiri dan dicatat

menurut setiap nama dan sediaan obatnya. Dalam laporan morphin

phetidin memuat tanggal penyerahan obat, nama pasien, alamat pasien,

nama, dan alamat dokter, jumlah obat yang digunakan dan sisa obat.

Pelaporan obat generik ditunjukkan kepada kepala dinas kesehatan Kota

Surakarta dan untuk arsip apotek 1 bendel.

Pelaporan obat Narkotik dan Psikotropika dilakukan setiap bulan

secara online ke http://sipnap.kemkes.go.id, sedangkan untuk pelaporan

Obat Generik dilakukan 3 bulan sekali .

b. Administrasi Personalia

Administrasi ini langsung ditangani oleh PSA memuat uang

lembur, fasilitas karyawan, daftar gaji, hak cuti, data lengkap semua

karyawan dan daftar absensi karyawan.

c. Pembukuan yang lain

Buku catatan jumlah resep yang masuk, buku barang datang yang

masuk, buku generik, buku defecta, kartu stock, kartu stelling, daftar harga

obat, buku laporan pendapatan, buku barang expire date pendek.

9. Pemusnahan Resep

Pengelolaan resep dilakukan terhadap resep keseluruhan yang diterima

kemudian dibendel menjadi satu setiap harinya sesuai nomor urut. Dari setiap

bendel tersebut diberi catatan mengenai jumlah lembar resep, nomor resep

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


71

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

yang mengandung obat generik, nomor resep yang mengandung obat

narkotika dan psikotropika dipisahkan untuk penyusunan laporan ke Dinas

Kesehatan daerah. Pemusnahan terhadap lembar resep dilakukan untuk resep

yang telah tersimpan selama 5 tahun.

10. KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)

Pelayanan peran apoteker diharapkan selalu di depan, karena sekarang

ini banyak pasien yang mengharapkan self medication. Apoteker apotek Subur

melakukan komunikasi yang dilakukan berupa pemberian informasi pada saat

penyerahan obat kepada pasien mengenai nama obat, kontraindikasi, efek

samping obat, cara penyimpanan, hasil setelah minum obat, apa yang harus

disarankan selama minum obat, hal yang harus dihindari selama minum obat,

saran dan anjuran khusus dokter.

Pelayanan konsultasi obat di apotek Subur secara khusus dilakukan

melalui telepon, dapat pula melalui sms atau setiap saat bagi pasien yang

membutuhkan dapat menghubungi Apoteker. Pelayanan KIE juga dilakukan

pada saat penyerahan obat kepada pasien, baik obat dengan resep, OWA,

maupun OTC.

Teknik berkomunikasi meliputi kekuatan berekspresi verbal (percaya

diri, familiar dengan lingkungan). Untuk kekuatan berekspresi non verbal

(body language, rasa empati), bahasa yang disesuaikan dengan kemampuan

penerima pasien, tulus, ramah dan menghargai pasien.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


72

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

11. Pengembangan Apotek

Pengembangan apotek ditunjukkan untuk meningkatkan dan menarik

perhatian konsumen. Cara pengembangan yang dilakukan di apotek Subur

dilakukan dengan cara:

1. Selalu ada apoteker selama apotek buka untuk melayani pasien.

2. Terdapat pelayanan konseling mengenai penggunaan obat yang di

konsumsi pasien.

3. Terdapat pelayanan swamedikasi yang dilakukan oleh Apoteker.

4. Terdapat pelayanan pengiriman obat ke rumah pasien.

5. Harga obat-obatan yang murah dan terjangkau dan mampu menyediakan

obat-obatan yang dibutuhkan oleh pasien.

6. Serta parkir kendaraan yang luas serta ada penjaganya memberikan

kenyamanan pembeli atau pasien.

Apotek Subur telah memberikan pelayanan kefarmasian semaksimal

mungkin kepada masyarakat khususnya dalam pemberian informasi dan

edukasi mengenai penggunaan obat-obatan sehingga dapat tercapai tujuan

didirikannya apotek subur yaitu tercapainya pengobatan yang aman, tepat dan

rasional.

BAB V

PEMBAHASAN

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


73

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Apotek merupakan tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan

penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

Pekerjaan kefarmasian saat ini tidak hanya drug oriented tapi sudah berdasarkan

patien oriented, seperti pelayanan kepada masyarakat dalam hal self medication

guna mengatasi masalah kesehatannya. Dalam hal ini peran seorang apoteker

sangat dibutuhkan dengan memberikan pelayanan KIE (Komunikasi Informasi

dan Edukasi). Apoteker harus mampu berinteraksi dengan pasien dalam hal

pelayanan informasi obat dengan cara terjun langsung/bertatap muka dengan

pasien.

Sebagai unit pelayanan kesehatan dibidang kefarmasian, Apotek Subur

dalam kegiatannya mengacu kepada Pharmaceutical Care dimana Apoteker

memiliki peran penting dalam pelaksanaannya. Pelayanan kefarmasian di Apotek

Subur meliputi pelayanan resep, pelayanan obat bebas, bebas terbatas, OWA,

swamedikasi dan KIE yang berorientasi pada pasien. Selain itu Apotek Subur juga

melayani swamedikasi.

Apotek Subur memiliki lokasi yang strategis karena berada di pinggir jalan

raya yang banyak dilalui oleh kendaraan dan berada tidak jauh dari perumahan

yang padat. Pengembangan apotek sangat diperlukan seiring semakin

meningkatnya persaingan karena semakin banyaknya apotek. Selain itu, Apotek

Subur sudah mendapat kepercayaan dari masyarakat sekitar karena apotek telah

berdiri sejak lama sehingga memiliki pelanggan setia dan juga banyak pasien yang

datang ke apotek untuk menebus resep maupun membeli obat bebas.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


74

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Apotek Subur telah melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai tempat

pengabdian profesi Apoteker sekaligus sebagai tempat pengabdian pelayanan

kesehatan yang berorientasi untuk kepentingan masyarakat luas. Keberhasilan itu

berkat pengorbanan kerja keras, keahlian, keterampilan Apoteker Pengelola

Apotek yang didukung kerjasama yang baik dari seluruh karyawan yang didasari

semangat kekeluargaan yang tinggi. Bentuk tanggung jawab Apoteker dalam

pemberian obat dengan resep kepada pasien adalah mampu memberikan informasi

diantaranya mengenai cara dan aturan pakai obat, Efek Samping Obat (ESO),

kondisi penyimpanan obat, dosis pemakaian obat serta dapat menjelaskan

penyebab sakit, cara mengatasi atau mencegahnya dan saran bagaimana harus

menjaga kesehatan.

Apotek Subur mempunyai ruang tunggu yang nyaman dan tempat parkir

luas. Pelayanan resep Apotek Subur selalu berorientasi pada kepuasan

pasien/konsumen dengan mengutamakan obat yang diperlukan serta pelayanan

yang cepat tanpa mengabaikan ketepatan dan ketelitian pemilihan obat. Apotek

Subur belum menyediakan ruang dan waktu khusus dimana apoteker dapat

memberikan pelayanan berupa konsultasi atau konseling tentang obat dan

penyakit.

Apotek Subur memiliki sistem yang baik dalam penyimpanan obat. Setiap

item obat memiliki kartu stock, sehingga memudahkan petugas untuk mengontrol

jumlah obat yang keluar dan tersisa. Obat disimpan dan disusun berdasarkan

bentuk sediaan, secara alfabetis dan memisahkan antara obat paten dan obat

generik dengan menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


75

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Expired First Out), dimana barang yang baru diterima disimpan di belakang dari

barang sebelumnya dan barang yang mendekati expired date diletakkan paling

depan. Yang bertujuan tidak terjadi barang rusak atau kadaluwarsa, sedangkan

obat-obat golongan narkotik disimpan di dalam lemari khusus, serta obat-obat

termostabil seperti suppositoria, vaksin, serum disimpan di dalam lemari

pendingin (kulkas). Setiap persediaan/perbekalan farmasi yang menipis atau habis

maka petugas akan mengisi di buku defekta. Petugas pengadaan barang akan

memesan barang berdasarkan buku defekta dan jumlah yang akan dipesan

berdasarkan data persediaan yang menipis. Pemesanan dan pembelian

persediaan/perbekalan farmasi Apotek Subur dilakukan dengan cara melakukan

pemesanan langsung pada PBF yang datang ke apotek maupun melalui telepon.

Barang-barang fast moving biasanya dibeli dalam jumlah yang banyak sedangkan

barang lainnya dibeli dalam jumlah yang sedikit untuk menghindari terjadinya

penimbunan obat yang dapat menyebabkan dana tidak berputar dan tidak dapat

digunakan secara efektif, selain itu penumpukan barang di gudang juga dapat

meningkatkan biaya pemeliharaan dan resiko kerusakan barang.

Pelayanan obat bebas meliputi pelayanan perbekalan farmasi yang dapat di

beli dengan bebas tanpa resep dokter, antara lain: obat bebas, obat bebas terbatas,

obat wajib apotek, kosmetika dan alat kesehatan. Selain itu apotek juga

menyediakan barang lain di luar komoditi farmasi untuk menunjang kebutuhan

pasien, diantaranya: food suplement, dan jamu tradisional.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


76

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

A. Kesimpulan

Dari hasil pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja Pofesi Apoteker (PKPA)

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi yang dilakukan di Apotek Subur Selama

1 bulan sejak tanggal 1 – 28 Februari 2015 maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Apotek Subur sebagai salah satu sarana kesehatan, tempat dilakukan pekerjaan

kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi telah menjalankan fungsinya

dengan baik didukung oleh lokasi yang strategis, nyaman dan sesuai dengan

syarat pendirian Apotik.

2. Pengelolaan obat di Apotek Subur telah dilakukan dengan baik dan

menyeluruh mulai dari pengadaan, penyimpanan dan pengaturan barang,

administrasi sampai penyerahan obat kepada pasien.

3. Apotek Subur memberikan obat yang bermutu dan berkualitas baik dengan

memperhatikan kepentingan masyarakat tanpa meninggalkan segi bisnis dan

sosialnya sehingga Apotek tetap berjalan, dengan kata lain bahwa Apotek

Subur telah menjalankan tugas dan fungsinya sebagai tempat pengabdian

keprofesian, sosial dan bisnisnya dengan baik.

4. Apotek Subur merupakan apotek yang sangat baik karena melakukan kegiatan

swamedikasi bagi pasien, sehingga masyarakat dapat terbantu mengobati

penyakit-penyakit yang ringan dengan adanya kegiatan swamedikasi tersebut

dan Apoteker pun dapat menjalankan fungsi dan perannya sebagai seorang

profesi farmasi.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


77

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

5. Apotek Subur telah memberikan pelayanan yang sangat baik, yang dapat

dilihat dari sikap dan prilaku yang ditujukan oleh karyawan selama pelayanan

yaitu ramah, responsive, murah senyum, sopan, cepat, tepat, berpakaian rapi,

bersih, berseragam, dapat dipercaya, mau bekerja sama dan mudah

berinteraksi dengan pasien.

6. Pelaksanaan KIE (komunikasi, Informasi dan Edukasi), Apotek Subur telah

memberikan informasi meski sebatas hal-hal yang perlu diperhatikan oleh

pasien. Pemberian KIE ini dilakukan saat penyerahan obat oleh Apoteker atau

Asisten Apoteker.

7. Dalam Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Subur telah banyak

memberikan informasi, pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa untuk

mengetahui ruang lingkup apotek secara langsung sehingga nantinya calon

apoteker bisa menjadi apoteker yang berkualitas serta lebih terampil dalam

menjalankan profesinya secara profesional.

B. Saran

Dari kegiatan mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Subur

maka saran yang dapat diberikan adalah :

1. Menyiapkan ruang khusus bagi apoteker agar dapat melaksanakan pelayanan

konseling kepada pasien dan agar Apoteker dapat menjalankan praktek

kefarmasian dengan lebih baik lagi

2. Disarankan pada gudang penyimpanan barang disiapkan pendingin ruangan

untuk menghindari kerusakan obat karena suhu ruang yang kurang stabil.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


78

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

3. Disarankan agar pada kulkas penyimpanan obat disiapkan termometer untuk

memantau suhu pada kulkas.

4. Memaksimalkan tersedianya stok obat khusunya obat-obat yang sering

diresepkan oleh dokter agar mengurangi frekuensi Apotek subur untuk

meminjam atau nempil ke Apotek lain, hal ini bertujuan agar meminimalkan

komplain dan ketidak puasan pasien atas pelayanan Apotek.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


79

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M, 1998, Manajemen Farmasi, Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

Anonim, 1965, PP RI No. 26 tahun 1965tentang Apotek, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1978, Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/1978 tentang


Cara Penyimpanan Narkotika, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 1980, Peraturan Pemerintah RI No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan


atas Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 tentang Apotek,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Anonim, 1981, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 26/Menkes/Per/1981,


Tentang Pengelolaan dan Perijinan Apotek, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.

Anonim, 1981, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 280/Menkes/Per/1981,


Tentang Anonim, 1981, Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
26/Menkes/Per/1981, Tentang Pengelolaan dan Perijinan Apotek,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 1990, Keputusan Menteri Kesehatan RI No 347/Menkes/SK/VII/1990,


Tentang Obat Wajib Apotek, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1990, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1990,


Tentang Masa Bakti dan Izin Kerja Apoteker, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.

Anonim, 1992, Undang – Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992,


Tentang Kesehatan, PT. Saptamitra Widyadinamika, Jakarta.

Anonim, 1993, Peraturan Menkes RI No. 919 MENKES/PER /X/1993, tentang


Kriteria Obat yang dapat Diserahkan tanpa Resep, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/SK/X/1993,


Tentang Ketentuan dan Cara Pendirian Apotek, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta.

Anonim, 1997, Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1997, Tentang


Psikotropika, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


80

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Anonim, 1997, Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1997, Tentang


Narkotika, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 2002, Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1332/Menkes/SK/X/2002,


Tentang Perubahan atas Permenkes RI No 922/Menkes/Per/X/1993
Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1027/Menkes/SK/IX/2004,


Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.51 tahun 2009


Tentang Pekerjaan Kefarmasian, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Anonim, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009, tentang


Narkotika, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009, tentang


Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


81

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Lampiran 1. Contoh Resep

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


82

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Lampiran 2. Copy Resep

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


83

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Lampiran 3. Etiket

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


84

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Lampiran 4. Surat Pesanan

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


85

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Lampiran 5. Surat Pesanan Psikotropika

NO. SP : ............................................

SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA

Lampiran 6. Surattangan
Yang bertanda Pesanan Narkotika
dibawah ini : ............................................

Nama : ............................................

Alamat : ............................................

Jabatan : ...........................................

Mengajukan permohonan kepada :

Nama Perusahaan : ..........................................

LampiranAlamat : ..........................................
7. Contoh Surat Pesanan Obat yang mengandung Prekursor
Jenis Psikotropika sebagai berikut :

1. ...........................................................
2. ...........................................................
3. ...........................................................
Lampiran
Untuk 8.keperluan
Faktur Pedagang Besar Farmasi/Apotik/Rumah Sakit/Sarana
Penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah/Lembaga Penelitian dan atas lembaga
Pendidikan. *)

Nama : ......................................

Alamat : ......................................

Surakarta, ..................... 20.....

Penanggung Jawab

Catatan (...........................................)

*) Coret yang tidak perlu SIK .....................................

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


86

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Lampiran 6. Surat Pesanan Narkotika

Lampiran
Rayon : 9. Contoh Berita Acara Pemusnahan Resep Model N.9

No. S.P : Lembar ke 1 / 2 / 3 / 4

SURAT PESANAN NARKOTIKA

Yang bertanda tangan dibawah ini : ............................................

Nama : ............................................

Jabatan : ...........................................

LampiranAlamat rumahRekap Laporan Narkotika


10. Contoh : ............................................

Mengajukan pesanan narkotika kepada :

Nama Distributor : ..........................................

Alamat & No. Telepon : ..........................................


Lampiran 11. Contoh Rekap Laporan Psikotropika

sebagai berikut :

narkotika tersebut akan dipergunakan untuk keperluan


Lampiran 12. Contoh Laporan Pelayanan Obat Generik Berlogo di Apotek

apotik

lembaga

........................, ..................... 20.....

Pemesan

(.........................................................)

No. S.I.K.

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


87

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Lampiran 7. Contoh Surat Pesanan Obat yang mengandung Prekursor

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


88

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Lampiran 8. Faktur

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


89

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Lampiran 9. Contoh Berita Acara Pemusnahan Resep

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


90

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Lampiran 10. Contoh Rekap Laporan Narkotika

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


91

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Lampiran 11. Contoh Rekap Laporan Psikotropika

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


92

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Lampiran 12. Contoh Laporan Pelayanan Obat Generik Berlogo di Apotek

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


93

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Lampiran 13. Contoh Lembar Kalibrasi Timbangan

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


94

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Lampiran 14. Kartu Stelling

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


95

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Lampiran 15. Denah Lokasi Apotik

Arah
RSUD
Ngiran
g

UNISR

Rel Kereta
I
APT.
SUBU
R BRI
Jl. Piere
Tendean
no.135
Jalan Pasar
Nusuka
Adisumarmo
n
Jalan Piere Tendean
Jembatan

TERMINAL

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


96

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Lampiran 16. Denah Ruang Apotik

PARKIR
K
RUANG TUNGGU
U
R
S
I
ETALASE DEPAN (OBAT – OBAT BEBAS)

RAK OBAT R
Kasir
A
K
G
E
O
N
E B
R A
I RAK OBAT T
K

LEMARI OBAT PATEN L


E
M
A
R
M Meja I

E O
B
A
J
T
Lemari
Meja Racikan
A stok
P
obat
A
Lemari Lemari stok obat Lemari stok obat
T
tetes
Dokumen generik salep
E
N

w
a
KURSI
s
t
Gudang Me
M
a ej ja
f a
e
l
Dapur Lantai 2
TOILET

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


97

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Lampiran 17. Tugas Menghitung Harga Resep

Dr. dr. Sugiarto Sp.PD


SIK : 55/I/SIK/2010

Alamat : Jln. Ki Mangunsarkoro No. 60 Solo

Telp. (0271) 736755, 718133

Tanggal : 05-02-2015

R/ Dextrofort ½ Tab

CTM ½ Tab

B6 ½ Tab

m.f cap dtd no. XX

S 3.d.d 1

R/ Lagesil No.XX

S 3.d.d 1

Pro : Maudy Umur : 11 th

Alamat : Jalan Letjen Sutoyo

Jika Harga:

Lagesil : Rp. 700 Tuslah Resep Racikan : Rp. 2500

CTM : Rp. 50 Tuslah Resep Non Racikan : Rp. 1000

Dextrofort : Rp. 500 Embalace : Rp. 1000

B6 : Rp. 50 Cangkang Kapsul : Rp. 200

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


98

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Perhitungan Harga Resep 1:

1. Dextrofort ½ tab
1/2 x20 = 10 tab
Harga Amoxicillin = 10 tab x Rp.500 = Rp. 5.000
2. CTM ½ tab
1/ 2 x 20 = 10 tab
Harga CTM = 10 tab x Rp. 50 = Rp. 500
3. B61/2tab
1/ 2 x 20 = 10 tab
Harga B6 = 10 tab x Rp.50 = Rp. 500
4. Cangkang kapsul 20 x Rp. 200 = Rp. 4.000
5. Tuslah Resep Racikan = Rp. 2.500
Total Harga resep 1 = Rp.13.500
Perhitungan Harga Resep 2:

1. Lagesil 20 tab x Rp. 500 = Rp.10.000


2. Tuslah Resep non Racikan = Rp. 1.000
3. Total Harga resep 2 = Rp.11.000
Embalace = Rp. 1.000

TOTAL Harga yang Harus Dibayar = Rp. 25.500

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


99

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Lanjutan...... Tugas Menghitung Harga Resep

R/ Amoxicillin 125 mg Keterangan:


CTM 1 mg Amoxicillin Rp. 500,- per tablet
Prednison 1 mg CTM Rp. 50,- per tablet
Bisolvon ¼ tab Prednison Rp. 100,- per tablet
m. f. P. dtd. No XX Bisolvon Rp. 1100,- per tablet
s. 3. d. d. 1 Praxion syrup Rp. 22.000,- per fls
Tuslah R/ racikan Rp. 2000,-
R/ Praxion Syr fl 1 Tuslah R/ non racikan Rp. 1000,-
s. 1. d. d. cth. 1 Embalase Rp. 1000,-
Kertas Puyer @ 50,-
Berapa harga R/ tersebut?

Resep 1

Amoxicillin yang diambil = 125 mg x 20 / 500 mg = 5 tablet→5 x 500 = 2.500

CTM yang diambil = 1 mg x 20 / 4 mg = 5 tablet→ 5 x 50 = 250

Prednison yang diambil = 1 mg x 20 / 5 mg = 4 tablet→4 x 100 = 400

Bisolvon yang diambil = 1 x 20 / 4 = 5 tablet→5 x 1.100 = 5.500

Kertas puyer = 20 x 50 = 1.000

Tuslah R/ racikan = 1 x 2000 = 2.000


+
Total R/ 1 11.650

Resep 2

Praxion Syrup = 22.000

Tuslah R/ non racikan = 1.000


+
Total R/ 2 23.000

Total R/ 1&2 34.650


+
Embalase 1.000
+
Jumlah yang harus dibayar 35.650

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015


100

Laporan PKPA Apotek Subur 2015

Program Study Profesi Apoteker Angkatan XXVIII Periode 1 – 28 Februari 2015

Вам также может понравиться