Вы находитесь на странице: 1из 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tak pernah berhenti memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Toksikologi Lingkungan Logam Berat Merkuri
(Hg) ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW, keluarga,
sahabat dan umatnya yang masih istiqomah di jalan beliau.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Tuntas Bagyono, SKM, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan
Yogyakarta.

2. Haryono, SKM, M.Kes, selaku pengampu mata kuliah Toksikologi Lingkungan Jurusan Kesehatan
Lingkungan Politeknik Kesehatan Yogyakarta.

3. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan motivasi serta bantuan baik secara moral maupun
spiritual.

4. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah hini.

Penyusun menyadari bahwa “tak ada jalan yang tak berkelok, tak ada gading yang tak retak”, begitu pula
dengan makalah ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan dari semua pihak demi karya yang lebih baik. Akhir kata dengan segala kerendahan
hati semoga makalah ini bermanfaat untuk semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, Maret 2012

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1

A. Latar Belakang.......................................................................................... 1

B. Tujuan ...................................................................................................... 2

C. Ruang Lingkup......................................................................................... 2

D. Manfaat .................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3

A. Pengertian................................................................................................ 3

B. Sumber-Sumber Pencemaran Lingkungan Akibat Merkuri..................... 4

C. Proses Pencemaran Lingkungan Akibat Merkuri.................................... 7

D. Dampak Pencemaran Lingkungan Akibat Merkuri.................................. 8

E. Cara Pengendalian Pencemaran Lingkungan Akibat Merkuri................. 9

F. Kasus Pencemaran Lingkungan Merkuri................................................. 10

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK ) memacu terjadinya pencemaran lingkungan
baik pencemaran air, tanah dan udara. Pencemaran air yang diakibatkan oleh dampak perkembangan
industri harus dapat dikendalikan, karena bila tidak dilakukan sejak dini akan menimbulkan
permasalahan yang serius bagi kelangsungan hidup manusia maupun alam sekitarnya. Pencemaran
logam berat seperti Pb, Cu, dan Hg dapat mempengaruhi dan menyebabkan penyakit pada konsumen,
karena di dalam tubuh unsur yang berlebihan akan mengalami etoksifikasi (keracunan) sehingga
membahayakan manusia. Logam berat umumnya bersifat racun terhadap makhluk hidup walaupun
beberapa diantaranya diperlukan dalam jumlah kecil. Melalui berbagai perantara, seperti udara,
makanan, maupun air yang terkontaminasi oleh logam berat, logam tersebut dapat terdistribusi ke
bagian tubuh manusia dan sebagian akan terakumulasikan.

Pencemaran logam berat adalah masalah yang sangat serius untuk ditangani, karena merugikan
lingkungan dan ekosistem secara umum. Di Indonesia, pencemaran merkuri ditemukan di banyak
tempat, namun tidak pernah ada investigasi atau laporan adanya penderita penyakit Minamata atau
keracunan merkuri. Di Pongkor, Jawa Barat dilaporkan bahwa konsentrasi Hg di sedimen sungai berkisar
antara 0-2.668 ppm, sedang di tanah didapat konsentrasi sebanyak 1-1300 ppm ( Gunradi, 2001 ). Di
Sulawesi Utara, daerah aliran sungai Talawaan diperkirakan PETI mendekomposisikan Hg sebanyak 1,5- 2
ton Hg/th ke dalam perairan, tanah dan organisme. Air tanah mengandung Hg 521 % lebih tinggi dari
standar yang berlaku. Air buangan dari proses PETI mengandung Hg 685 % di atas standar; ikan dan siput
mengandung 296 % dan 768 % Hg di atas standar. Hasil Uji TCLP ( Toxicity Characteristic Leaching
Procedure ) menunjukkan kadar Hg 134 % lebih tinggi dari standar, yakni 0,2 ppm ( Hadi’atulla, dkk, 2001
).

Air raksa (Hg), atau sering disebut juga sebagai merkuri merupakan satu dari lima unsur golongan logam
transisi (bersama cesium, fransium, galium, dan brom) yang berbentuk cair pada suhu kamar dan mudah
menguap. Kelimpahan Hg di bumi menempati urutan ke-67 di antara elemen lainnya pada kerak bumi. Di
alam, merkuri (Hg) ditemukan dalam bentuk unsur merkuri (Hg0), merkuri monovalen (Hg1+), dan
merkuri bivalen (Hg2+).

Apabila ketika suatu zat pencemar yang berbahaya telah mencemari permukaantanah dan menguap
kemudian terbawa air hujan dan meresap kedalam tanah maka akan mencemari air tanah. Berbagai
kemungkinan reaksi yang terjadi terhadap logam berat (merkuri) di dalam tanah adalah (Babich dan
Stotzky, 1978) :
1. Membentuk senyawa larut, komples dari berbagai macam molekul;

2. Presipitasi (penyerapan)

3. Terinkorporasi kedalam struktur mineral;

4. Terakumulasi atau terfiksasi ke dalam bahan biologi;

5. Dikompleks dengan agen pengkhelat;

6. Diadsobsi dalam mineral liat atau koloid organic

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami adanya pencemaran yang disebabkan oleh logam berat merkuri.

2. Mengetahui cara-cara pengendalian pencemaran akibat logam berat merkuri.

3. Mengetahui proses-proses pencemaran lingkungan akibat merkuri.

4. Menganalisis adanya kasus pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh merkuri.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pembahasan dalam makalah ini adalah bidang Toksikologi Lingkungan terutama logam
berat merkuri

D. Manfaat

Dengan membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat lebih mudah untuk memahami penyebab dan
dampak yang ditimbulkan oleh logam berat merkuri dan dapat mencari solusi penanggulangan
pencemaran merkuri, serta mahasiswa dapat bersikap ramah terhadap lingkungan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Air raksa (Hg), atau sering disebut juga sebagai merkuri merupakan satu dari lima unsur golongan logam
transisi (bersama cesium, fransium, galium, dan brom) yang berbentuk cair pada suhu kamar dan mudah
menguap. Kelimpahan Hg di bumi menempati urutan ke-67 di antara elemen lainnya pada kerak bumi. Di
alam, merkuri (Hg) ditemukan dalam bentuk unsur merkuri (Hg0), merkuri monovalen (Hg1+), dan
merkuri bivalen (Hg2+).

Selain untuk kegiatan penambangan emas, logam merkuri digunakan dalam produksi gas khlor dan soda
kaustik, termometer, tambal gigi, dan baterai.

Merkuri dapat berada dalam berbagai senyawa. Bila bergabung dengan khlor, belerang atau oksigen,
merkuri akan membentuk garam yang biasanya berwujud padatan putih. Garam merkuri sering
digunakan dalam krim pemutih dan krim antiseptik. Merkuri anorganik (logam dan garam merkuri)
terdapat di udara dari deposit mineral, dan dari area industri. Merkuri yang ada di air dan tanah
terutama berasal dari deposit alam, buangan limbah, dan aktivitas volkanik.

Toksisitas merkuri dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu :

1. Merkuri metal

Rute utama dari pajanan merkuri metal adalah melalui inhalasi; sebanyak 80 % merkuri metal
disabsorpsi. Merkuri metal dapat di metabolismekan menjadi ion inorganik dan dieksresikan dalam
bentuk merkuri inorganik. Organ yang paling sensitif adalah system syaraf (peripheral dan pusat). Gejala
neurotoksik spesifik adalah tremor, perubahan emosi (gugup, penurunan percaya diri, mudah bersedih),
insomania, penurunan daya ingat, sakit kepala,penurunan hasil pada tes kognitif dan fungsi motorik.
Gejala dapat bersifat irreversibel jika terjadi peningkatan durasi dan atau dosis merkuri. Merkuri
elemental berbentuk cair dan menghasilkan uap merkuri pada suhu kamar. Uap merkuri ini dapat masuk
ke dalam paru-paru jika terhirup dan masuk ke dalam sistem peredaran darah. Merkuri elemental ini
juga dapat menembus kulit dan akan masuk ke aliran darah. Namun jika tertelan merkuri ini tidak akan
terserap oleh lambung dan akan keluar tubuh tanpa mengakibatkan bahaya.

2. Merkuri anorganik

Merkuri memiliki afinitas yang tinggi pada terhadap fosfat, sistin, dan histidil rantai samping dari protein,
purin, pteridin dan porfirin, sehingga Hg bisa terlibat dalam proses seluler. Toksisitas merkuri umumnya
terjadi karena interaksi merkuri dengan kelompok thiol dari protein. Beberapa peneliti menyebutkan
bahwa konsentrasi rendah ion Hg+ mampu menghambat kerja 50 jenis enzim sehingga metabolisme
tubuh bisa terganggu dengan dosis rendah merkuri. Garam merkuri anorganik bisa mengakibatkan
presipitasi protein, merusak mukosa, alat pencernaan, termasuk mukosa usus besar, dan merusak
membran ginjal ataupun membran filter glomerulus, menjadi lebih permeabel terhadap protein plasma
yang sebagian besar akan masuk ke dalam urin. Toksisitas akut dari uap merkuri meliputi gejala muntah,
kehilangan kesadaran, mulut terasa tebal, sakit abdominal, diare disertai darah dalam feses, oliguria,
albuminuria, anuria, uraemia, ulserasi, dan stomatis. Toksisitas garam merkuri yang larut bisa
menyebabkan kerusakan membran alat pencernaan, eksanterma pada kulit, dekomposisi eritrosit, serta
menurunkan tekanan darah. Toksisitas kronis dari merkuri anorganik meliputi gejala gangguan system
syaraf, antara lain berupa tremor, terasa pahit di mulut, gigi tidak kuat dan rontok, anemia, albuminuria,
dan gejala lain berupa kerusakan ginjal, serta kerusakan mukosa usus.

3. Merkuri organik

Alkil merkuri ataupun metil merkuri lebih toksik dibandingkan merkuri anorganik karena alkil merkuri
bisa membentuk senyawa lipolhilus yang mampu melintasi membran sel dan lebih mudah diabsorbsi
serta berpenetrasi menuju sistem syaraf, toksisitas merkuri organic sangat luas, yaitu mengakibatkan
disfungsi blood brain barrier, merusak permeabilitas membran, menghambat beberapa enzim,
menghambat sistesis protein, dan menghambat penggunaan substrat protein. Namun demikian, alkil
merkuri ataupun metil merkuri tidak mengakibatkan kerusakan mukosa sehingga gejala toksisitas
merkuri organic lebih lambat dibandingkan merkuri anorganik. Merkuri organik dapat masuk ketubuh
melalui paru-paru, kulit dan juga lambung. Senyawa organo merkuri yang paling umum adalah metil
merkuri, yang terutama dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri) di air dan tanah. Karena bakteri itu
kemudian terikut (termakan) oleh ikan, maka di ikan cenderung konsentrasi merkurinya akan tinggi.
Merkuri apapun jenisnya sangatlah berbahaya pada manusia karena merkuri akan terakumulasi pada
tubuh dan bersifat neurotoxin. Gejala toksisitas merkuri organik meliputi kerusakan sistem syaraf pusat
berupa anoreksia, ataksia, dismetria, gangguan pandangan mata yang bisa mengakibatkan kebutaan,
gangguan pendengaran, konvulsi, paresis, koma, dan kematian.

B. Sumber-Sumber Pencemaran Lingkungan Akibat Merkuri


Merkuri merupakan elemen alami, sering mencemari lingkungan. Kebanyakan merkuri yang terdapat di
alam dalam bentuk senyawa dengan elemen lain dan jarang dijumpai dalam bentuk elemen terpisah.
Komponen merkuri banyak tersebar di karang-karang, tanah, udara, air, dan organisme hidup melalui
proses fisika, kimia, dan biologi yang kompleks.

Beberapa sifat merkuri adalah :

1. Logam murninya berwarna keperakan, cairan tak berbau, mengkilap.

2. Akan memadat pada tekanan 7.640 Atm

3. Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu kamar (250C) dan
mempunyai titik beku terendah dibanding logam lain yaitu -390C.

4. Kisaran suhu dimana merkuri terdapat dalam bentuk cair sangat lebar yaitu 3960C, dan kisaran suhu
ini merkuri mengembang secara merata.

5. Mempunyai volatilitas yang tertinggi dari semua logam.

6. Ketahanan listrik sangat rendah sehingga merupakan konduktor terbaik dibanding semua logam lain.

7. Banyak logam yang dapat larut di dalam merkuri membentuk komponen yang disebut dengan
amalgam.

8. Merkuri dan komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua makhluk hidup.

Dari sifat kimia dan fisika merkuri membuat logam tersebut banyak digunakan untuk keperluan kimia
dan industri yang jika penggunaannya tidak sesuai dengan aturan batasan standar yang ditentukan maka
akan menyebabkan adanya pencemaran lingkungan atau racun di lingkungan. Pencemaran Hg yang
pernah diidentifikasi bersumber dari pabrik plastik dengan bahan baku vinylklorida dan asetaldehida.

Di Indonesia pencemaran merkuri ditemukan dibanyak tempat namun tidak ada investigasi atau laporan
adanya penderita penyakit minamata atau keracunan merkuri. Penambangan emas tanpa ijin (PETI)
ditemukan di berbagai tempat. Tidak adanya laporan tentang penyakit minamata di indonesia mungkin
disebabkan oleh karena pencatatan penyakit cacat bawaan yang tidak didasarkan atas penyebab, dan
cacat bawaan dapat disebabkan oleh banyak hal. Juga, laporan keracunan dilaporkan menjadi satu
kesatuan saja. Kadar merkuri yang tinggi pada perairan umumnya diakibatkan oleh buangan industri
(industrial wastes) dan akibat sampingan dari penggunaan senyawa-senyawa merkuri di bidang
pertanian. Penggunaan merkuri di dalam industrti sering mengakibatkan pencemaran lingkungan, baik
melalui air limbah maupun melalui sistem ventilasi udara. Merkuri dapat berada dalam bentuk metal,
senyawa-senyawa anorganik dan senyawa organic.

Terdapatnya merkuri di perairan dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu:

1. Oleh kegiatan perindustrian, seperti pabrik cat, kertas, peralatan listrik, chlorine dan coustic soda

2. Oleh alam itu sendiri, melalui proses pelapukan batuan dan peletusan gunung berapi.
Penggunaan merkuri yang terbesar adalah dalam industri klor-alkali, di mana produksi klorin (Cl2) dan
kaustik soda (NaOH) dengan cara elektrolisis garam NaCl. Kedua bahan ini sangata banyak gunanya
sehingga diproduksi dalam jumlah tinggi setiap tahun. Fungsi merkuri dalam proses ini adalah sebagai
katode dari sel elektroda.

Penggunaan kedua terbesar adalah dalam produksi alat-alat listrik untuk berbagai keperlua. Sebagai
contoh, misalnya lampu uap merkuri yang banyak digunakan dalam penerangan jalan dan pabrik karena
mempunyai biaya instalasi dan operasi yang lebih rendah daripada lampu pijar dan dapat dioperaasikan
pada tegangan tinggi. Pengguna lainnya, misalnya pada baterai merkuri yang mempunyai umur relatif
panjang dan dapat digunakan pada kondisi suhu dan kelembaban yang tinggi.

Penggunaan merkuri terbesar ketiga beserta komponen-komponennya dalah fungisida. Dalam hal ini
merkuri digunakan untuk membunuh jamur di dalam cat, pulp, kertas dan industri-industri pertanian.
Cat yang digunakan untuk kapal sering ditambah merkuri okside (HgO) sebagai antijamur atau merkuri
asetat sebagai antilapuk.

Fenil merkuri asetat (FMA) merupakan komponen organomerkuri yang banyak digunakan secara
komersil untuk mecga pembentukan lendir pada pulp kertas yang masih basah selama pengolahan dan
penyimpanan. Tetapi penggunaan organomekuri untuk kepentingna tersebut telah dilarang oleh Food
And Drug Adminitration (FDA) karena dapat mengkontaminasi makanan yang dibungkus dengan kertas
tersebut.

Logam merkuri juga digunakan sebagai katalis dalam industri kimia, terutama pada industri vinil klorida
yang merupakan bahan dasar berbagai plastik. Kasus keracunan merkuri yang terbesar yang terjadi di
Teluk Minamata, dalam tahun 1953-1960 disebabkan oleh buangan merkuri dari pabrik vinil kloride.

Logam merkuri juga digunakan di dalam termometer dan alat-alat pencatat suhu karena bentuk
cairannya ada pada kisaran suhu yang lebar, sifatnya uniform, koefisein muai panasnya besar dan
konduktivitas listriknya besar.

Namun pencemaran merkuri yang disebabkan kegiatan alam pengaruhnya terhadap biologi maupun
ekologi tidak signifikan. Di antara beberapa sumber polutan yang menyebabkan penimbunan merkuri di
lingkungan laut, menurut MANDLLI di dalam PORTMANN (1976) yang terpenting adalah industri
penambangan logam, industri biji besi, termasuk metal plating, industri yang memproduksi bahan kimia,
baik organik maupun anorganik, dan offshore dumping sampah domestik, lumpur dan lain-lain.

C. Proses Pencemaran Lingkungan Akibat Merkuri

Merkuri merupakan benda cair,hydrargyrum, air/cairan perak unsur golongan transisi berwarna
keperakan dan merupakan satu dari lima unsur yang berbentuk cair dalam suhu kamar serta mudah
menguap. Karena merupakan benda cair sehingga merkuri dengan mudah meresap ke dalam tanah.
Tanah yang mengandung 50 % pori-pori yang terisi air dan udara lebih mempermudah merkuri yang
merupakan benda cair untuk bereaksi ke dalam tanah Secara alamiah, pencemaran Hg berasal dari
kegiatan gunung api atau rembesan air tanah yang melewati deposit Hg. Apabila masuk ke dalam air
tanah, kemudaia air tanah mengalir masuk menuju ke perairan dengan system. permeabilitas tanah.
Merkuri mudah bereaksi dengan unsur yang ada dalam tanah dan air dan membentuk HgCl
(merkurianorganik). Merkuri anorganik akan berubah oleh peran mikro organisme. Merkuri dapat pula
bersenyawa dengan karbon membentuk senyawa organomerkuri. Senyawa organo merkuri yang paling
umum adalah methyl merkuri yang dihasilkan oleh mikro organisme dalam tanah dan air.

Komponen merkuri yang digunakan dalam pestisida, umumnya memasuki tanah dengan jumlah 1g/ha
sampai 200g/ha (0,0005±0,1 ppm), yang mana apabila lebih dari tingkatan itu dapat menghancurkan
organik dalam tanah dan nitrogen dalam mineral tanah. Tanah mengandung CO2 dengan kesuburan
tanah NH2dan NaOH. Merkuri dapat bereaksi dengan nitrogen tanah membentuk methyl
mercuryHg(NO2)3. Methyl merkuri dapat terendap dengan skala waktu yang cukup lama di dalam tanah
karena merkuri stabil dan tidak dapat dipisahkan bahkan dicampurkan dengan zat lain

Proses metabolisme sebagian dari alkil merkuri akan diubah menjadi senyawa merkuri anorganik dan
akan terakumulasi pada organ hati dan ginjal. Senyawa alkil merkuri dalam tubuh selama 70 hari dan
dikeluarkan dari dalam tubuh sebagai hasil samping metabolisme. Jumlah hasil alkil merkuri yang
dikeluarkan sebagai hasil samping metabolisme tubuh hanyalah mencapai 1 % dari total alkil yang
masuk, 99 % terakumulasi dalam berbagai organ dalam tubuh. Pembuangan senyawa merkuri organik
dari dalam tubuh berkaitan erat dengan sistem urinaria atau sistem pembuangan. Merkuri yang masuk
ke dalam hati akan terbagi 2:

1. Sebagian akan terakumulasi pada hati

2. Sebagian lainnya akan dikirim ke empedu

Dalam kantung empedu senyawa merkuri organik akan dirombak untuk dapat dihancurkan dan
dimusnahkan daya racunnya, hasil perombakan berupa senyawa merkuri anorganik yang kemudian
dikirim lewat darah ke ginjal. Pada ginjal, senyawa merkuri anorganik ini mengalami proses pemilahan
akhir, dimana akan terakumulasi pada ginjal dan lainnya dibuang bersama urin.

Wanita hamil yang terpapar oleh senyawa alkil merkuri dapat menyalurkan pada janin yang
dikandungnya. Senyawa alkil merkuri masuk bersama makanan melewati plasenta dibawa oleh
peredaran darah ke janin. Kontaminasi yang disebabkan oleh alkil merkuri dapat merusak otak janin
sehingga bayi menjadi cacat. Wanita menyusui yang terpapar oleh senyawa metil merkuri dapat
mengakibatkan keracunan merkuri pada bayi yang disusui.

D. Dampak Pencemaran Lingkungan Akibat Merkuri

Telah kita ketahui merkuri digunakan dalam bidang perindustrtian, tetapi penggunaan merkuri di dalam
industri sering mengakibatkan pencemaran lingkungan dan kesehatan manusia. Merkuri dapat
terakumulasi dilingkungan dan dapat meracuni hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme. Acidic
permukaan air dapat mengandung signifikan jumlah raksa. Bila nilai pH adalah antara lima dan tujuh,
maka konsentrasi raksa di dalam air akan meningkat karena mobilisasi raksa dari dalam tanah. Setelah
raksa telah mencapai permukaan air atau tanah mikroorganisme dapat dikonversi ke methyl mercury,
suatu zat yang dapat diserap oleh sebagian besar organisme dengan cepat dan diketahui menyebabkan
kerusakan saraf. Ikan adalah organisme yang menyerap jumlah besar methyl raksa dari permukaan air
setiap hari. Akibatnya, methyl raksa dapat ikan dan menumpuk di dalam rantai makanan yang
merupakan bagian dari mereka. Efek yang telah raksa pada hewan adalah kerusakan ginjal, gangguan
perut, intestines kerusakan, kegagalan reproduksi DNA dan perubahan.

Penting untuk diketahui, air raksa sangat beracun bagi manusia, air raksa yang sudah masuk ke dalam
tubuh manusia, tidak dapat dibawa keluar. Merkuri memiliki sejumlah efek yang sangat merugikan pada
manusia, di antaranya sebagai berikut:

1. Keracunan oleh merkuri nonorganik terutama mengakibatkan terganggunya fungsi ginjal dan hati.

2. Mengganggu sistem enzim dan mekanisme sintetik apabila berupa ikatan dengan kelompok sulfur di
dalam protein dan enzim.

3. Merkuri (Hg) organik dari jenis metil-merkuri dapat memasuki placenta dan merusak janin pada
wanita hamil sehingga menyebabkan cacat bawaan, kerusakan DNA dan Chromosom, mengganggu
saluran darah ke otak serta menyebabkan kerusakan otak.

Toksisitas kronis berupa gangguan sistem pencernaan dan sistem syaraf atau gingvitis. Akumulasi Hg
dalam tubuh dapat menyebabkan tremor, parkinson, gangguan lensa mata berwarna abu-abu, serta
anemia ringan, dilanjutkan dengan gangguan susunan syaraf yang sangat peka terhadap Hg dengan
gejala pertama adalah parestesia, ataksia, disartria, ketulian, dan akhirnya kematian. Wanita hamil yang
terpapar alkil merkuri bisa menyebabkan kerusakan pada otak janin sehingga mengakibatkan kecacatan
pada bayi yang dilahirkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak janin lebih rentan terhadap metil
merkuri dibandingkan dengan otak dewasa. Konsentrasi Hg 20 µgL dalam darah wanita hamil sudah
dapat mengakibatkan kerusakan pada otak janinMerkuri memiliki afinitas yang tinggi terhadap fosfat,
sistin, dan histidil yang merupakan rantai samping dari protein, purin, pirimidin, pteridin, dan porifirin.
Dalam konsentrasi rendah ion Hg+ sudah mampu menghambat kerja 50 enzim yang menyebabkan
metabolisme tubuh terganggu. Garam merkuri anorganik bisa mengakibatkan presipitasi protein,
merusak mukosa saluran pencernaan, merusak membran ginjal maupun membran filter glomerulus.
Toksisitas kronis dari merkuri organik ini dapat menyebabkan kelainan berkelanjutan berupa tremor,
terasa pahit di mulut, gigi tidak kuat dan rontok, albuminuria, eksantema pada kulit, dekomposisi
eritrosit, serta menurunkan tekanan darah.

E. Cara Pengendalian Pencemaran Lingkungan Akibat Merkuri

Pencemaran air oleh merkuri tidak bisa diatasi hanya dengan cara penyaringan, koagulasi kopulasi,
pengendapan, atau pemberian tawas. Hal ini karena merkuri di air berbentuk ion. Cara terbaik untuk
menghilangkan merkuri dalam air ini adalah dengan pertukaran ion. Yaitu mempergunakan suatu resin
yang mampu mengikat ion merkuri hingga menjadi jenuh, kemudian diregenerasi kembali dengan
penambahan suatu asam, sehingga merkuri bisa dinetralisir. Mencegah merkuri tidak masuk perairan.
Pada penelitian dengan sampel kecil dilakukan pada pekerja tambang yang terekpos air raksa diberikan
DMSA dan NAP. Obat ini bekerja dengan cara memperkecil partikel air raksa,sehingga pengeluaran ke
ginjal bisa di tingkatkan. melakukan AMDAL terhadap suatu perusahaan yang menggunakan air raksa
harus dilakukan dengan benar dan sanksi yang tegas apabila AMDALnya membahayakan kesehatan
manusia dan lingkungan.

Pengendalian / penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal
ini meliputi pencemaran air baik oleh instansi ataupun non-instansi. Salah satu upaya serius yang telah
dilakukan Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air adalah melalui Program Kali Bersih
(PROKASIH).

Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu penanggulangan secara non-
teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi
pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan,
mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi
pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang
kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan
kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin. Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada
perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola
limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran.

Selain itu juga, suatu laporan yang dibuat oleh Enviromental Protection Agency (EPA) memuat beberapa
rekomedasi untuk mencegah terjadinya pencemaran merkuri di lingkungan. Rekomendasi tersebut
adalah sebagai berikut :

1. Pestisida alkil merkuri tidak boleh digunakan lagi.

2. Penggunaan pestisida yang menggunakan komponen merkuri lainnya dibatasi untuk daerah-daerah
tertentu.

3. Semua induatri yang menggunakan merkuri harus membuang limbah industri dengan terlebih
dahulu mengurangi jumlah merkurinya hingga batas normal.

Pelaksanaan rekomendasi tersebut tidak seluruhnya dapat memecahkan masalah pencemaran merkuri
di lingkungan. Pencemaran tetap terjadinya pada lumpur di dasar sungai atau danau dan menghasilkan
CH3Hg+ yang dilepaskan ke badan air sekililingnya.

F. Kasus Pencemaran Lingkungan Merkuri

SUKABUMI, TRIBUN – Wakil Bupati Sukabumi, Marwan Hamami menduga merkuri atau air raksa
mencemari warga dalam penambangan emas di sepanjang sungai Cibangban, Pelabuhan Ratu yang
bermuara ke pantai. Sejumlah warga di sekitar kawasan wisata itu yang bekerja sebagai penambang
emas mulai mengalami gangguan pada kulit.
Kami menerima informasi dari petugas puskesmas di lapangan bahwa benar pencemaran mercury akibat
penggunaan air raksa yang dilakukan warga setempat untuk menambang emas di pesisir pantai itu,’ ujar
Marwan, di Pendopo Sukabumi, Rabu (5/7).

Marwan mengatakan, pencemaran di kawasan wisata tersebut sudah mulai berdampak. Beberapa warga
yang tinggal di Sungai Cibangban mulai mengeluhkan penyakit kulit yang mendera mereka. Bahkan ada
warga yang menderita kulit melepuh dan warna kulit mereka jadi berbintik-bintik,’ kata Marwan, seusai
menghadiri pelepasan kontingan Kabupaten Sukabumi ke ajang Pekan Olah Raga Provinsi (Porprov) Jawa
Barat, kemarin.

Menurut Marwan, dugaan sementara gejala penyakit kulit yang dialami warga di sana akibat sisa bahan
kimia merkuri yang mengalir dari sungai Cibangban hingga ke pantai. Jadi kegiatan penambangan emas
di kawasan itu cukup membahayakan kesehatan manusia. Terutama tercemarnya air sungai Cibangban,’
ungkap Marwan.

Lebih lanjut Marwan menjelaskan, pihaknya sudah meminta Badan Lingkungan Hidup (BLH) untuk
meneliti penyebab penyakit kulit yang diderita warga. Apakah penyebab penyakit itu akibat pencemaran
bahan merkuri atau penyebab lainnya, kata Marwan, pihaknya masih menunggu hasil penelitian pihak
BLH. Sampai saat ini kami belum menerima laporan dari BLH, sampai sejauh mana resiko pencemaran
merkuri di Sungai Cibangban hingga ke pantai,’ kata Marwan.

Berdasar pengamatan Tribun, penambangan emas di pantai dan sungai kawasan Cibangban dilakukan
warga setempat secara manual. Aktivitas itu dilakukan warga sejak tiga bulan lalu, terutama setelah pasir
di pantai Cibangban ditemukan serbuk emas. Warga melakukan penambangan bila air laut surut. (rot)

Analisis dari permasalahan diatas adalah :

1. Penyebab pada kasus di atas adalah merkuri atau air raksa mencemari warga dalam penambangan
emas di sepanjang sungai Cibangban, Pelabuhan Ratu yang bermuara ke pantai.

2. Dampak dari kasus menyebabkan warga di sekitar kawasan wisata itu yang bekerja sebagai
penambang emas mulai mengalami gangguan pada kulit seperti kulit melepuh dan warna kulit mereka
jadi berbintik-bintik.

3. Penenggulangannya dapat dilakukan pemeriksaan pencemaran air untuk dikendalikan dengan baku
mutu pencemaran air dan penyembuhan penyakit yang menyerang warga.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Logam merkuri atau yang dikenal dengan air raksa merupakan salah satu logam berat yang tersebar
luas di alam

2. Merkuri termasuk unsur relatif stabil karena tidak terlalu mudah rusak oleh air atau asam karena
memiliki potensial reduksi rendah yang hampir mirip dengan perak.

3. Toksisitas merkuri dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu :

a. Merkuri metal

b. Merkuri anorganik

c. Merkuri organik

4. Merkuri dapat mencemari air laut, air tanah dan tanah sehingga mengganggu kesehatan baik secara
fisik, psikomotorik maupun psikologik.

5. Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu penanggulangan secara
non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi
pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan,
mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi
pencemaran. Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada perlakuan industri terhadap
perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat
bantu yang dapat mengurangi pencemaran.

B. Saran

1. Dengan pengalaman adanya banyak kerusakan akibat bencana dari kasus penyakit yang ditimbulkan
dari merkuri menjadi awal sebagai titik balik kita untuk mengemban langkah-langkah dalam melindungi
lingkungan telah mengalami kemajuan yang signifikan.

2. Perlunya kerja sama antara pemerintah dengan masyarakat untuk sama-sama memiliki kesadaran
untuk menjaga kesehatan lingkungan sekitar kita demi kelestarian lingkungan saat ini dan generasi yang
akan datang.

Вам также может понравиться