Вы находитесь на странице: 1из 17

TUGAS MIKROBIOLOGI

MAKALAH SEJARAH PERKEMBANGAN MIKROBIOLOGI

OLEH :

BERGITA VEBRIANI CAMELLIA JEMAT

E1A016011

A/III

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penuils panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
kasih dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Mikrobiologi yang diampu oleh ibu
Prapti Sedijana dan tim.

Penulis menyadari akan kemampuan dan kesanggupan penulis yang terbatas sehingga
dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekeliruan yang tentunya mengurangi makna
kesempurnaan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah-makalah berikutnya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan tentunya
penulis sendiri.

Mataram, 08 September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang….………………………………………… 1

1.2 Tujuan…………………………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Mikrobiologi ………................... 2


2.2 Perkembangan mikrobiologi untuk masa depan............... 2

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………....... 13

3.2 Saran ……………………………………………………..... 13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari organisme hidup yang berukuran
sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang melainkan dengan
bantuan mikroskop. Organisme yang sangat kecil ini disebut sebagai mikroorganisme,
atau kadang-kadang disebut sebagai mikroba, ataupun jasad renik. Dunia
mikroorganisme terdiri dari 5 kelompok organisme, yaitu bakteri, protozoa, virus,
algae, dan cendawan. Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Beberapa diantaranya bermanfaat dan yang lain merugikan.
Mikroorganisme yang bermanfaat antara lain: yang menghuni tubuh (flora
normal), beberapa mikroorganisme yang terlibat dalam proses fermentasi makanan:
pembuatan keju, anggur, yoghurt, tempe/oncom, kecap, dll, produksi penisilin,
sebagai agens biokontrol, serta yang berkaitan dengan proses pengolahan limbah.
Mikroorganisme yang merugikan, antara lain yang sering menyebabkan berbagai
penyakit (hewan, tumbuhan, manusia), diantaranya: flu burung yang akhir-akhir ini
menggemparkan dunia termasuk Indonesia, yang disebabkan oleh salah satu jenis
mikroorganisme yaitu virus. Selain itu, juga terdapat beberapa jenis mikroorganisme
yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Mengigat begitu besarnya peranan mikroorganisme dalam kehidupan sehari-
hari, sehingga hal tersebutlah yang melatarbelakangi pembuatan makalah ini.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui sejarah
perkembangan mikrobiologi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Mikrobiologi


Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari
mikroorganisme. Objek kajiannya biasanya adalah semua makhluk (hidup) yang perlu
dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik, protozoa, dan
Archaea. Virus sering juga dimasukkan walaupun sebenarnya tidak sepenuhnya dapat
dianggap sebagai makhluk hidup.
Mikrobiologi dimulai sejak ditemukannya mikroskop dan menjadi bidang
yang sangat penting dalam biologi setelah Louis Pasteur dapat menjelaskan proses
fermentasi anggur (wine) dan membuat serum rabies Perkembangan biologi yang
pesat pada abad ke-19 terutama dialami pada bidang ini dan memberikan landasan
bagi terbukanya bidang penting lain: biokimia.
Penerapan mikrobiologi pada masa kini masuk berbagai bidang dan tidak
dapat dipisahkan dari cabang lain karena diperlukan juga dalam bidang farmasi,
kedokteran, pertanian, ilmu gizi, teknik kimia, bahkan hingga astrobiologi dan
arkeologi.
1. Era Robert Hooke dan Antoni van Leeuwenhoek
Antony van Leeuwenhoek (1632–1723) sebenarnya bukan peneliti atau
ilmuwan yang profesional. Profesi sebenarnya adalah sebegai wine terster
di kota Delf, Belanda. Ia biasa menggunakan kaca pembesar untuk
mengamati serat-serat pada kain. Sebenarnya ia bukan orang pertama
dalam penggunaan mikroskop, tetapi rasa ingin tahunya yang besar
terhadap alam semesta menjadikannya salah seorang penemu
mikrobiologi.
Leewenhoek menggunakan mikroskopnya yang sangat sederhana untuk
mengamati air sungai, air hujan, saliva, feses dan lain sebagainya. Ia
tertarik dengan banyaknya benda-benda bergerak tidak terlihat dengan
mata biasa. Ia menyebut benda-benda bergerak tadi dengan animalcule
yang menurutnya merupakan hewan-hewan yang sangat kecil. Penemuan
ini membuatnya lebih antusias dalam mengamati benda-benda tadi dengan

2
lebih meningkatkan fungsi mikroskopnya. Hal ini dilakukan dengan
menumpuk lebih banyak lensa dan memasangnya di lempengan perak.
Akhirnya Leewenhoek membuat 250 mikroskop yang mampu
memperbesar 200–300 kali. Leewenhoek mencatat dengan teliti hasil
pengamatan tersebut dan mengirimkannya ke British Royal Society. Salah
satu isi suratnya yang pertama pada tanggal 7 September 1974 ia
menggambarkan adanya hewan yang sangat kecil, sekarang dikenal
dengan protozoa. Antara tahun 1632–1723 ia menulis lebih dari 300 surat
yang melaporkan berbagai hasil pengamatannya. Salah satu diantaranya
adalah bentuk batang, kokus maupun spiral yang sekarang dikenal dengan
bakteri. Penemuan-penemuan tersebut membuat dunia sadar akan adanya
bentuk kehidupan yang sangat kecil dan akhirnya melahirkan ilmu
mikrobiologi.
Penemuan Leewenhoek tentang animalcules menjadi perdebatan dari mana
asal animalcules tersebut. Ada dua pendapat, satu mengatakan animacules
ada karena proses pembusukan tanaman atau hewan, melalui fermentasi
misalnya. Pendapat ini mendukung teori yang mengatakan bahwa makhluk
hidup berasal dari proses benda mati melalui abiogenesis. Konsep ini
dikenal dengan generatio spontanea. Kedua mengatakan bahwa
animalcules berasal dari animalcules sebelumnya seperti halnya
organismea tingkat tinggi. Pendapat atau teori ini disebut biogenesis.
Mikrobiologi tidak berkembang sampai perdebatan tersebut terselesaikan
dengan dibuktikannya kebenaran teori biogenesis. Pembuktian ini
dilakukan berbagai macam eksperimen yang nampaknya sederhana tetapi
memerlukan waktu lebih dari 100 tahun.

2. Era Pasteur
Bertahun-tahun setelahnya, banyak observasi lain yang menegaskan hasil
pengamatan van Leeuwenhoek, namun peningkatan tentang pemahaman
sifat dan keuntungan mikroorganisme berjalan sangat lambat sampai 150
tahun berikutnya. Baru di abad ke 19, yaitu setelah produksi mikroskop
meningkat pesat, barulah keingintahuan manusia akan mikroorganisme
mulai berkembang lagi. Louis Pasteur dikenal luas karena teori Generatio
Spontanea, organisme hidup berasal dari organisme hidup juga. Percobaan

3
Pasteur menggunakan kaldu yang disterilkan dan labu leher angsa
membuktikan tentang adanya mikroorganisme.

3. Era Robert Koch


Sejak abad ke-16, telah diketahui bahwa ada suatu agen penyebab penyakit
yang dapat menularkan penyakit. Setelah penemuannya, dipercaya bahwa
mikroorganisme adalah agen yang dimaksud, namun belum ada pernah ada
bukti. Robert Koch (1842-1910), seorang dokter berkebangsaan Jerman
adalah orang pertama yang menemukan konsep hubungan antara penyakit
menular dan mikroorganisme dengan menyertakan bukti eksperimental.
Konsep yang dikemukan oleh Koch dikenal sebagai Postulat Koch dan
kini menjadi standar emas penentuan penyakit menular.

4. Era Mikrobiologi Umum


Mikrobiologi umum merujuk pada aspek mikrobiologi non medis. Dua
raksasa yang dikenal pada era ini adalah Beijerinck dan Winogradsky.
Keduanya memulai aspek mikrobiologi lingkungan.
a. Martinus Beijerinck dan Teknik Kultur Pengkayaan
Martinus Beijerinck (1851-1931) adalah profesor berkebangsaan
Belanda yang berkontribusi besar terhadap teknik kultur pengkayaan.
Pada teknik ini, mikroorganisme diisolasi dari alam dan ditumbuhkan
di laboratorium dengan memanipulasi nutrisi dan kondisi inkubasinya.
Dengan menggunakan teknik ini, Beijerinck berhasil mengisolasi
kultur murni berbagai mikroorganisme air dan tanah untuk pertama
kalinya.
b. Sergei Winogradsky dan Konsep Kemolitotrofi
Pekerjaan Sergei Winogradsky (1856-1953), asal Rusia, mirip dengan
yang dilakukan Beijerinck, namun beliau mendalami bakteri yang
terlibat dalam siklus nitrogen dan siklus sulfur. Konsep kemolitotrofi
yang dicetuskannya berkaitan dengan adanya hubungan antara oksidasi
senyawa anorganik dengan konservasi energi. Dengan menggunakan
teknik pengkayaan, Winogradsky berhasil mengisioalsi bakteri
pengikat nitrogen, Clostridium pasteurianum yang bersifat anaerob,

4
dan sebagai cikal bakal konsep fiksasi nitrogen.

5. Mikrobiologi Modern
Memasuki abad ke-20, mulai berkembang dua cabang mikrobiologi yang
masih saling berhubungan: mikrobiologi dasar (basic) dan mikrobiologi
teraplikasi (applied). Mikrobiologi dasar mengacu pada penemuan-
penemuan baru di bidang ini. Sedangkan mikrobiologi teraplikasi mengacu
pada aspek pemecahan masalah (problem solving) yang berhubungan
dengan bidang ini. Sejak ditemukannya konsep tentang DNA maka bidang
mikrobiologi pun memasuki era molekuler. Keberhasilan sekuensing DNA
berhasil mengungkap hubungan filogenetik (evolusi) di antara berbagai
jenis bakteri.

2.2 Perkembangan mikrobiologi untuk masa depan


Mikrobiologi tentunya memegang peranan penting dalam berbagai aktifitas
manusia, mempermudah dan bahkan memecahkan permasalahan yang ditemui dalam
kehidupan. Salah satu hal dalam mikrobiologi yang dapat dikembangkan kedepannya
adalah bioteknologi. Ada berbagai bioteknologi yang dapat dikembangkan di masa
depan nantinya.
1. Kultur jaringan
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman
seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi
aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh
menjadi tanaman lengkap kembali. Teknik kultur jaringan memanfaatkan
prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegetatif. Berbeda dari teknik
perbanyakan tumbuhan secara konvensional, teknik kultur jaringan dilakukan
dalam kondisi aseptik di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi
tertentu. Karena itu teknik ini sering kali disebut kultur in vitro. Dikatakan in
vitro (bahasa Latin), berarti “di dalam kaca” karena jaringan tersebut
dibiakkan di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu. Teori
dasar dari kultur in vitro ini adalah Totipotensi. Teori ini mempercayai bahwa
setiap bagian tanaman dapat berkembang biak karena seluruh bagian tanaman
terdiri atas jaringan-jaringan hidup. Oleh karena itu, semua organisme baru
yang berhasil ditumbuhkan akan memiliki sifat yang sama persis dengan

5
induknya. Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyarat untuk
mendukung kehidupan jaringan yang dibiakkan. Hal yang paling esensial
adalah wadah dan media tumbuh yang steril. Media adalah tempat bagi
jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan
jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan
jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya. Ada dua penggolongan
media tumbuh: media padat dan media cair. Media padat pada umumnya
berupa padatan gel, seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan pada agar. Media
cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat tenang atau
dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan. Komposisi media yang
digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda komposisinya. Perbedaan
komposisi media dapat mengakibatkan perbedaan pertumbuhan dan
perkembangan eksplan yang ditumbuhkan secara in vitro. Media Murashige
dan Skoog (MS) sering digunakan karena cukup memenuhi unsur hara makro,
mikro dan vitamin untuk pertumbuhan tanaman. Nutrien yang tersedia di
media berguna untuk metabolisme, dan vitamin pada media dibutuhkan oleh
organisme dalam jumlah sedikit untuk regulasi. Pada media MS, tidak terdapat
zat pengatur tumbuh (ZPT) oleh karena itu ZPT ditambahkan pada media
(eksogen). ZPT atau hormon tumbuhan berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Interaksi dan keseimbangan antara ZPT yang
diberikan dalam media (eksogen) dan yang diproduksi oleh sel secara endogen
menentukan arah perkembangan suatu kultur. Penambahan hormon tumbuhan
atau zat pengatur tumbuh pada jaringan parenkim dapat mengembalikan
jaringan ini menjadi meristematik kembali dan berkembang menjadi jaringan
adventif tempat pucuk, tunas, akar maupun daun pada lokasi yang tidak
semestinya. Proses ini dikenal dengan peristiwa dediferensiasi. Dediferensiasi
ditandai dengan peningkatan aktivitas pembelahan, pembesaran sel, dan
perkembangan jaringan. Metode perbanyakan tanaman secara in vitro dapat
dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui perbanyakan tunas dari mata tunas
apikal, melalui pembentukan tunas adventif, dan embriogenesis somatik, baik
secara langsung maupun melalui tahap pembentukan kalus. Ada beberapa tipe
jaringan yang digunakan sebagai eksplan dalam pengerjaan kultur jaringan.
Pertama adalah jaringan muda yang belum mengalami diferensiasi dan masih
aktif membelah (meristematik) sehingga memiliki kemampuan regenerasi

6
yang tinggi. Jaringan tipe pertama ini biasa ditemukan pada tunas apikal, tunas
aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun kambium batang. Tipe jaringan
yang kedua adalah jaringan parenkima, yaitu jaringan penyusun tanaman
muda yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan fungsinya.Contoh
jaringan tersebut adalah jaringan daun yang sudah berfotosintesis dan jaringan
batang atau akar yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.

2. Tanaman Transgenik
Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen
asing dari spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya.
Penggabungan gen asing ini bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan
sifat-sifat yang diinginkan,misalnya pembuatan tanaman yang tahan suhu
tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap organisme pengganggu
tanaman, serta kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi dari tanaman alami.
Sebagian besar rekayasa atau modifikasi sifat tanaman dilakukan untuk
mengatasi kebutuhan pangan penduduk dunia yang semakin meningkat dan
juga permasalahan kekurangan gizi manusiasehingga pembuatan tanaman
transgenik juga menjadi bagian dari pemuliaan tanaman. Hadirnya tanaman
transgenik menimbulkan kontroversi masyarakat dunia karena sebagian
masyarakat khawatir apabila tanaman tersebut akan mengganggu
keseimbangan lingkungan (ekologi), membahayakan kesehatan manusia, dan
memengaruhi perekonomian global. Seleksi genetik untuk pemuliaan tanaman
(perbaikan kualitas/sifat tanaman) telah dilakukan sejak tahun 8000 SM ketika
praktik pertanian dimulai di Mesopotamia. Secara konvensional, pemuliaan
tanaman dilakukan dengan memanfaatkan proses seleksi dan persilangan
tanaman. Kedua proses tersebut memakan waktu yang cukup lama dan hasil
yang didapat tidak menentu karena bergantung dari mutasi alamiah secara
acak. Contoh hasil pemuliaan tanaman konvensional adalah durian montong
yang memiliki perbedaan sifat dengan tetuanya, yaitu durian liar. Hal ini
dikarenakan manusia telah menyilangkan atau mengawinkan durian liar
dengan varietas lain untuk mendapatkan durian dengan sifat unggul seperti
durian montong. Sejarah penemuan tanaman transgenik dimulai pada tahun
1977 ketika bakteri Agrobacterium tumefaciens diketahui dapat mentransfer
DNA atau gen yang dimilikinya ke dalam tanaman. Pada tahun 1983, tanaman

7
transgenik pertama, yaitu bunga matahari yang disisipi gen dari buncis
(Phaseolus vulgaris) telah berhasil dikembangkan oleh manusia. Sejak saat itu,
pengembangan tanaman transgenik untuk kebutuhan komersial dan
peningkatan tanaman terus dilakukan manusia. Tanaman transgenik pertama
yang berhasil diproduksi dan dipasarkan adalah jagung dan kedelai. Keduanya
diluncurkan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1996. Pada tahun
2004, lebih dari 80 juta hektar tanah pertanian di dunia telah ditanami dengan
tanaman transgenik dan 56% kedelai di dunia merupakan kedelai transgenik.
 Pembuatan tanaman transgenik
Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan
identifikasi atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat
yang diinginkan). Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain,
hewan, cendawan, atau bakteri. Setelah gen yang diinginkan didapat maka
dilakukan perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen. Pada
tahapan kloning gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor
kloning (agen pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan
untuk transfer gen). Kemudian, vektor kloning akan dimasukkan ke dalam
bakteri sehingga DNA dapat diperbanyak seiring dengan
perkembangbiakan bakteri tersebut. Apabila gen yang diinginkan telah
diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan transfer gen
asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari bagian tertentu,
salah satunya adalah bagian daun. Transfer gen ini dapat dilakukan dengan
beberapa metode, yaitu metode senjata gen, metode transformasi DNA
yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi
(metode transfer DNA dengan bantuan listrik).
 Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil.
Metode ini sering digunakan pada spesies jagung dan padi. Untuk
melakukannya, digunakan senjata yang dapat menembakkan mikro-
proyektil berkecepatan tinggi ke dalam sel tanaman. Mikro-proyektil
tersebut akan mengantarkan DNA untuk masuk ke dalam sel tanaman.
Penggunaan senjata gen memberikan hasil yang bersih dan aman,
meskipun ada kemungkinan terjadi kerusakan sel selama penembakan
berlangsung.

8
 Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens.
Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara
alami karena memiliki plasmid Ti, suatu vektor (pembawa DNA) untuk
menyisipkan gen asing. Di dalam plasmid Ti terdapat gen yang
menyandikan sifat virulensi untuk menyebabkan penyakit tanaman
tertentu. Gen asing yang ingin dimasukkan ke dalam tanaman dapat
disisipkan di dalam plasmid Ti. Selanjutnya, A. tumefaciens secara
langsung dapat memindahkan gen pada plasmid tersebut ke dalam genom
(DNA) tanaman. Setelah DNA asing menyatu dengan DNA tanaman maka
sifat-sifat yang diinginkan dapat diekspresikan tumbuhan.
 Metode elektroporasi.
Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan menerima gen asing
harus mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas (sel yang
kehilangan dinding sel). Selanjutnya sel diberi kejutan listrik dengan
voltase tinggi untuk membuka pori-pori membran sel tanaman sehingga
DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan bersatu (terintegrasi) dengan
DNA kromosom tanaman. Kemudian, dilakukan proses pengembalian
dinding sel tanaman. Setelah proses transfer DNA selesai, dilakukan
seleksi sel daun untuk mendapatkan sel yang berhasil disisipi gen asing.
Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan sel yang belum
terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan tunas. Apabila telah
terbentuk tanaman muda (plantlet), maka dapat dilakukan pemindahan ke
tanah dan sifat baru tanaman dapat diamati.

3. Aplikasi yang telah dikembangkan


Beberapa tanaman transgenik telah diaplikasikan untuk menghasilkan tiga
macam sifat unggul, yaitu tahan hama, tahan herbisida, dan buah yang
dihasilkan tidak mudah busuk. Tanaman jagung dan kapas transgenik dengan
sifat tahan hama telah diproduksi secara massal dan dipasarkan di dunia. Gen
asing yang banyak digunakan untuk sifat resistensi hama ini adalah gen
penyandi toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis. Sejak tahun 1996,
Monsanto, salah satu perusahaan multinasional di bidang bioteknologi, telah
menjual benih kapas transgenik dengan merek dagang “Bollgard”. Selain itu,

9
tanaman kedelai dan kanola tahan herbisida juga telah dijual ke berbagai
negara, termasuk Indonesia, dengan merek “Roundup Ready”. Tanaman tomat
transgenik dengan sifat pematangan buah diperlambat pernah diproduksi oleh
Calgene pada tahun 1994 dan dipasarkan di Amerika Serikat dengan merek
“Flavr Savr”.Biasanya, tanaman tomat alami dipanen dalam keadaan masih
hijau dan belum matang kemudian disemprot dengan gas etilen untuk
membuat buah matang dan berwarna merah. Namun, rasa tomat yang
dihasilkan umumnya kurang terasa. Tujuan pembuatan tomat transgenik
tersebut adalah untuk memperpanjang masa simpan dan menghindari
pembusukan buah selama transportasi dari lahan penanaman ke tempat
penjualan. Namun, penjualan Flavr Savr ditarik dalam waktu kurang dari
setahun karena alasan kesehatan dan penjualannya mengalami kerugian.
Produk tersebut tidak banyak terjual karena harganya dua kali lipat dari tomat
biasa namun rasa yang dihasilkan sama.

4. Aplikasi yang sedang dikembangkan


Dalam tahap penelitian, tanaman transgenik sedang diaplikasikan untuk
menghasilkan senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan manusia, seperti
vitamin A dan vaksin. Untuk produksi vaksin yang dapat dimakan (edible
vaccine), contoh tanaman yang sedang dikembangkan adalah pisang, kentang,
dan tomat. Salah satu tanaman transgenik yang sudah diteliti sejak tahun 1980
untuk mengurangi jumlah penderita defisiensi (kekurangan) vitamin A adalah
padi emas. Aplikasi lain yang sedang dikembangkan adalah penggunaan
tanaman untuk membersihkan polusi tanah dari senyawa beracun (seperti
arsen) dan logam berat (contohnya merkuri). Gen asing dari bakteri ditransfer
ke dalam tembakau dan Arabidopsis sehingga kedua tanaman tersebut dapat
menarik merkuri dalam tanah dan mengubahnya menjadi senyawa yang
mudah menguap serta tidak berbahaya.
Tanaman Arabidopsis juga dikembangkan untuk memproduksi poli(3-
hidroksibutirat) atau PHB, suatu bahan pembentuk plastik yang mudah diurai
(biodegradable). Sebagian besar plastik yang ada dibuat dari sumber daya
yang tidak dapat diperbaharui, salah satunya adalah minyak bumi. Untuk
mengurangi penggunaan sumber daya tersebut, digunakan PHB yang
dihasilkan oleh bakteri, seperti Alcaligenes eutrophus. Empat pen pembentuk

10
PHB dari bakteri tersebut telah ditransfer ke Arabidopsis sehingga tanaman
tersebut dapat menghasilkan PHB. Penelitian tentang PHB dari tumbuhan
masih dalam tahap pengembangan sebelum diproduksi massal.

5. Pengaruh pada kesehatan manusia


Sikap kontra terhadap produk tanaman transgenik umumnya berasal dari
organisasi non-pemerintah/LSM, seperti Greenpeace dan Friends of the Earth
Internasional. Dari segi kesehatan, tanaman ini dianggap dapat menjadi
alergen (senyawa yang menimbulkan alergi) baru bagi manusia. Untuk
menanggapi hal tersebut, para peneliti menyatakan bahwa sebelum suatu
tanaman transgenik diproduksi secara massal, akan melakukan berbagai
pengujian potensi alergi dan toksisitas untuk menjamin agar produk tanaman
tersebut aman untuk dikonsumsi. Apabila berpotensi menyebabkan alergi,
maka tanaman transgenik tersebut tidak akan dikembangkan lebih lanjut.
Kekhawatiran lain yang timbul di masyarakat adalah kemungkinan gen asing
pada tanaman transgenik dapat berpindah ke tubuh manusia apabila
dikonsumsi. Pendapat tersebut dinilai berlebihan oleh para ilmuwan karena
makanan yang berasal dari tanaman transgenik akan terurai menjadi unsur-
unsur yang dapat diserap tubuh sehingga tidak akan ada gen aktif. Untuk
memberikan kebebasan kepada masyarakat dalam memilih produk transgenik
atau produk alami, berbagai negara, khususnya negara-negara Eropa, telah
melakukan pemberian label terhadap produk.
Untuk mendeteksi dan membedakan tanaman transgenik dengan tanaman
alamiah lainnya, telah dikembangkan beberapa teknik dan perangkat uji. Salah
satu uji kualitatif yang cepat dan sederhana adalah strip aliran-lateral
(semacam tongkat ukur). Benih tanaman yang akan diuji dihancurkan terlebih
dahulu kemudian strip tersebut dicelupkan ke dalamnya. Apabila dalam waktu
5-10 menit muncul dua garis pada strip maka sampel tersebut positif
merupakan tanaman transgenik, sedangkan bila hanya satu pita yang didapat
maka hasil yang diperoleh adalah negatif. Teknik ini berdasarkan pada deteksi
keberadaan protein atau antibodi spesifik dari tanaman transgenik. Uji lain
yang dapat digunakan untuk mendeteksi tanaman transgenik adalah reaksi
berantai polimerase (PCR) dan ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay).
Uji PCR merupakan salah satu metode diagnostik molekular yang mendeteksi

11
DNA atau gen pada tanaman transgenik secara langsung. Sementara itu,
ELISA dan strip aliran-lateral merupakan metode imunodiagnostik (metode
diagnostik menggunakan prinsip reaksi antigen–antibodi) yang mendeteksi
protein hasil ekspresi gen pada tanaman transgenik.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat di tarik dari pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut:

1) Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari


mikroorganisme.
2) Ilmuan-ilmuan yang memberi sumbangan penting dalam perkembangan
mikrobiologi adalah Robert Hooke, Antoni van Leeuwenhoek, Louis Pasteur,
Robert Koch, Martinus Beijerinck, Sergei Winogradsky.
3) Perkembangan mikrobiologi masa depan dapat dilihat melalui berbagai usaha
pengembangan bioteknologi saat ini mulai dari kultur jaringan hingga tanaman
transgenik yang diharapkan dapat berkembang lebih baik lagi ke depannya.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah agar pembaca dapat mengambil
segala manfaat dari makalah ini dan digunakan sebaik-baiknya demi kepentingan pendidikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007, Sejarah Perkembangan Mikrobiologi, http://biodas.files. wordpress. com.

Diakses pada tanggal 08 september 2018.

Dwidjoseputo. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

Madigan et al., 1995. Biology of microorganisms, Prentice Hall, Inc., New Jersey.

Minasari dan Lista Unita Rasyid. 2008. Mikrobiologi Umum Final. http://pdfstack.com/

download. diakses tanggal 08 September 2018.

Pelczar, MJ dan EJS, Chan 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI-Press. Jakarta

Waluyo. Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang.

14

Вам также может понравиться