Вы находитесь на странице: 1из 5

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kebijakan pemerintah di dalam Sustainable Development Goals (SDGs)
dalam bidang kesehatan berguna untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil pada
tahun 2030 dengan mengakhiri segala bentuk malnutrisi, menurunkan stunting,
wasting pada wanita hamil yang salah satunya hiperemesis gravidarum
(Kemenkes, 2015). Hiperemesis gravidarum merupakan istilah dan diartikan
sebagai proses penyakit yang melibatkan riwayat kesehatan secara luas yang
ditandai dengan muntah yang persisten yang tidak dihubungankan dengan
penyakit lain, abnormalitas elektrolit, gangguan asam basa dan kehilangan berat
badan (London, Grube, Sherer & Abulafia, 2017)
Prevalensi hiperemesis di dunia berkisar 0.3 -3 % dan bervariasi
berdasarkan perbedaan kriteria diagnosis dan variasi etnis (London, Grube,
Sherer & Abulafia, 2017). Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia
dengan angka kejadian yang beragam mulai dari 0,3% dari seluruh kehamilan di
Swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada dan 10,8% di China (Yasaar, 2012).
Tahun 2011 di Amerika Serikat menyebutkan 0,5-2% di antaranya mengalami
hiperemesis gravidarum atau kurang lebih 5 dari 1000 kehamilan (Mullin et, all,
2011). Prevalensi hiperemesis gravidarum dilaporkan lebih tinggi terjadi pada
ibu-ibu di Asia dan Timur tengah dengan prevalensi mencapai 10% (London,
Grube, Sherer & Abulafia, 2017).
Data yang akurat tentang angka kejadian hiperemesis gravidarum tidak
banyak dipublikasikan. Ibu hamil multigravida yang mengalami mual muntah
sekitar 60-80%, hanya gejala ini terjadi lebih berat pada 1 dari 1.000 kehamilan
(Mitayani, 2009). Jumlah perempuan di Indonesia yang hamil berjumlah
5.212.568 orang, dari sejumlah ibu hamil tersebut yang mengalami keadaan
hiperemesis gravidarum mencapai 14,8% (Kemenkes, 2013).

1
2

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita


hamil sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari yang menyebabkan terjadinya
penurunan berat badan lebih dari 5%, dehidrasi, ketosis atau persediaan
karbohidrat tidak cukup untuk dibakar sebagai energi, dan tidak normalnya kadar
elektrolit dan biasanya terjadi pada minggu ke 4-10 kehamilan dan selanjutnya
akan membaik umumnya pada usia kehamilan 20 minggu (Runiari, 2010). Mual
muntah kehamilan adalah keluhan umum yang terjadi pada kehamilan trimester
satu. Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita
karena terjadi peningkatan hormon estrogen, progesteron dan dikeluarkannya
human chorionic gonadothropin (HGC) plasenta. Hormon-hormon inilah yang
menyebabkan mual muntah kehamilan (Manuaba, 2009).
Penyebab dari hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti.
Faktor-faktor predisposisi terjadinya hiperemesis gravidarum yaitu primigravida,
mola hidatidosa, kehamilan ganda, factor organik yaitu alergi dan perubahan
metabolik, factor psikologik meliputi, umur, pekerjaan, stress, peningkatan
hormon progesteron, estrogen dan HCG, infeksi helycobacter pylori dan diabetes
mellitus (Mitayani, 2009). Selain faktor di atas, faktor penyebab terjadinya
hiperemesis gravidarum adalah stress antara lain kondisi rumah tangga yang
retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
terhadap tanggung jawab sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang
memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan
untuk hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup (Nining, 2009)
Hiperemesis gravidarum menyebabkan tidak seimbangnya cairan
elektrolit, asam basa, defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan lebih dari 5%.
Terjadinya dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat hilangnya asam
hidroklorida pada saat muntah, hipokalemia dan ketonuria sehingga
mengharuskan pasien masuk dan dirawat di rumah sakit. Ibu yang mengalami
hiperemesis gravidarum berkepanjangan dapat menyebabkan penurunan berat
badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin
3

dalam rahim atau Intra Uterine Growth Retradation (IUGR), berat bayi lahir
rendah, kelahiran prematur dan abortus (Prawirohardjo, 2010).
Komplikasi pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum adalah
mengalami defisiensi nutrient yang multiple yang akan mengakibatkan
kehilangan vitamin B1 yang menyebabkan muntah menetap dan dapat memicu
Wernick encelophaty (gangguan neurologis), terjadinya defisiensi vitamin K
yang dapat menyebabkan perdarahan neonatal akibat gangguan pembekuan darah
dan tindakan pembedahan intraoperatif. Ibu yang mengalami hiperemesis
gravidarum juga dapat mengalami laserasi esophagus atau Mallory Weis syndrom
berhubungan dengan hematemesis akibat ruptur esofagus (London, Grube,
Sherer & Abulafia, 2017)
Hiperemesis gravidarum juga berdampak pada psikologis ibu berupa
kecemasan, rasa bersalah, marah jika gejala mual dan muntah semakin berat,
dapat terjadi konflik ketergantungan terhadap pasangan dan kehilangan kontrol
jika ibu hamil sampai berhenti bekerja, kurangnya kontak dengan orang lain yang
dapat menimbulkan perasaan terisolasi dan kesendirian. Studi yang dilakukan
oleh Steele, et al (2001) yang menyatakan bahwa 1 dari 3 ibu hamil dengan mual
muntah mengalami stress dan perpecahan dalam keluarga, gangguan emosional,
gangguan fungsi social yang terjadi pada wanita yang bekerja dan hampir 50%
mengalami penurunan efisiensi kerja serta 25% membutuhkan waktu untuk
istirahat bekerja (Steel et al, 2001; Runiari, 2010)
Pengobatan hiperemesis gravidarum dilakukan dengan terapi farmakologi
dan non farmakologi. Terapi farmakologi dilakukan dengan pemberian anti
emetik, anti histamin, anti kolinergik dan kartikosteroid. Perawat sebagai
pelaksana pelayanan harus memberikan terapi non farmakologi sebagai salah
satu intervensi untuk mengatasi mual muntah diantaranya pengaturan diet, teknik
relaksasi, dukungan emosional, tanaman herbal seperti jahe, daun mint, dan
lemon, terapi akupresur (terapi pijat) dan akupuntur (Apriany, 2010).
4

Hasil survey awal yang dilakukan penulis di RSUD Dr. M. Yunus


Bengkulu bulan Oktober 2018 di ruang Rawat inap Mawar didapatkan angka
kejadian hiperemesis gravidarum pada tahun 2016 sebanyak 72 orang, tahun
2017 sebanyak 59 orang, tahun 2018 dari periode Januari - September 2018
sebanyak 39 orang dengan rata-rata lama hari rawat tergantung tingkatan
hipermesis gravidarum berkisar 3-4 hari. Ibu hamil hiperemesis tingkat III dapat
terjadi dehidrasi berat. Berdasarkan hasil survey perawatan ibu hamil
hiperemesis gravidarum di RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu 2018 selain terapi
pengobatan ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum hanya dianjurkan untuk
berisitirahat dan pemberian nutrisi, ibu hamil tidak dianjurkan untuk
mengonsumsi obat terlalu banyak oleh karena itu penulis ingin memberikan
terapi non farmakologi yaitu pemberian tanaman herbal seperti jahe, daun mint,
dan lemon, terapi akupresur (terapi pijat).
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti kasus tentang
“Asuhan Keperawatan Maternitas pada Pasien dengan Hiperemesis Gravidarum
di RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu tahun 2019”

B. Batasan Penulisan
Ruang lingkup penulisan proposal ini hanya membatasi pada asuhan
keperawatan maternitas pada ibu hamil trimester I dengan kasus hiperemesis
gravidarum di ruang Mawar RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu tahun 2019. Asuhan
keperawatan meliputi tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi,
evaluasi dan dokumentasi keperawatan.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum di RSUD dr M Yunus Bengkulu
5

2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian secara tepat pada ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum di RSUD dr M Yunus Bengkulu
b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum di RSUD dr M Yunus Bengkulu
c. Mendeskripsikan perencanaan keperawatan pada ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum di RSUD dr M Yunus Bengkulu
d. Mendeskripsikan implementasi keperawatan pada ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum di RSUD dr M Yunus Bengkulu
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum di RSUD dr M Yunus Bengkulu
f. Mendeskripsikan dokumentasi keperawatan pada ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum di RSUD dr M Yunus Bengkulu

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu menerapkan konsep pembelajaran teoritis ke ranah
aplikasi dalam proses pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan
hiperemesis gravidarum
2. Bagi Keluarga
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam merawat anggota
keluarga dengan hiperemesis gravidarum dan dapat mengurangi komplikasi
dari hiperemesis gravidarum.
3. Bagi Pelayan Kesehatan/Rumah Sakit
Dapat meningkatkan mutu layanan keperawatan dan kepuasan ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
4. Bagi Akademik
Laporan studi kasus ini dapat dijadikan sumber bacaan dan rerferensi bagi
civitas akademika Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

Вам также может понравиться