Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DI KOTA MALANG
http://rahmatafatah.blogspot.co.id/2013/12/analisis-kebijakan-konversi-
minyak.html
• Dalam perjalanan dua tahun terakhir subsidi terasa sangat memberatkan karena
besarnya volume yang harus disubsidi, seiring dengan berbagai krisis dan transisi
yang terjadi dalam management energi nasional. Kondisi ini diperberat pula
dengan bertahannya harga minyak dunia pada kisaran USD 0-60 per barel. Karena
itu langkah pemerintah untuk melakukan konversi penggunaan minyak tanah ke
bahan bakar gas dalam bentuk LPG (Liquefied Petroleum Gas) dianggap sebagai
salah satu terobosan penting
• Di Jawa Barat belum siap dilakukan sepenuhnya dengan alasan masih belum
siap (Uji Coba dilaksanakan di Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat pada
Agustus 2006 yang melibatkan 500 KK, diperluas Desember 2006 di Kel.
Cempaka Baru, Kec. Kemayoran Jak. Pusat dan Kel. Pabuaran Kec. Karawaci
Tangerang), alasan belum siap khususnya pada kesiapan tangki LPG. Di Jawa
Tengah Kota Semarang menolak dengan tegas dengan alasan belum siap.
• Dilihat dari luas lahan tempat tinggal pada masyarakat di daerah-daerah slum
dan pinggiran DAS Brantas dan Pinggiran Kota, fasilitas dapur yang tidak
mendukung untuk operasionalisasi LPG (Apalagi dapur dan tempat tidurnya jadi
satu).
• Hasil Poling pendapat yang dilakukan Lab. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial
terhadap 2.487 Masyarakat Kota Malang yang tersebar di 5 Kecamatan tentang
konversi minyak tanah diperoleh data sebagai berikut :
- Terdapat 1.528 ( 61,4 % ) masyarakat menggunakan minyak tanah
- Terdapat 506 (20,3% masyarakat menggunakan LPG
- Terdapat 453 (18,3%) masyarakat menggunakan LPG dan minyak tanah untuk
kebutuhan sehari-hari.
Dari data tersebut ditanyakan bagaimana pendapat Ibu-ibu dengan akan
diberlakukannya pengurangan pasokan minyak tanah dan diganti dengan LPG,
diperoleh data sebagai berikut :
- Terdapat 699 (28,1 %) masyarakat setuju dengan alasan :
1. LPG lebih murah dan terjangkau 175 ( 25.4 % ).
2. LPG lebih praktis, mudah, dan hemat 273 ( 39.6 % ).
3. Mengurangi polusi 241 ( 35 % ).
- Terdapat 1.788 (71,9% ) masyarakat tidak setuju dengan alasan :
1. Minyak tanah lebih murah dan terjangkau 584 ( 32.7 % ).
2. LPG Berbahaya / takut meledak atau kebakaran 326 ( 18.2 % ).
• LPG mahal 878 ( 49.1 % ).
• Kondisi masyarakat Kota Malang yang selama ini sangat bergantung pada
minyak tanah. Maka :
- Minyak tanah jangan dihentikan total, tetapi bertahap danntetap harus ada agen
yang menjual untuk kebutuhan masyarakat
- Antisipasi lampu padam. Di Jawa dan Bali untuk menghemat energi sudah
dilakukan pemadaman listrik sejak 20 Juni 2007 (Metro TV). Untuk itu pengganti
listrik di malam hari dibutuhkan penerangan alternatif yaitu lampu tradisional,
yang bahan bakarnya minyak tanah.
• Konversi ini merupakan Proyek mercusuar karena di Kota Malang saja konversi
ini mencapai mencapai 91.000 KK yang berarti akan ada bantuan sebanyak
91.000 kompor (satu tungku/dua tungku belum jelas) beserta LPG
Jika Konversi tetap dilaksanakan maka beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian serius adalah :
• Jika kita cermati rencana konversi ini jadual semula uji coba tingkat Nasional
akan dilaksanakan Bulan Agustus 2008. Dan uji coba di Kota Malang
direncanakan pada Agustus 2007. Atas desakan percepatan jadual yang dibuat
oleh pertamina dan Hiswana Migas Malang sehingga bulan Juni 2007 dipatok
untuk diterapkan konversi, kelihatan mendadak sekali dan sangat terburu-buru
(Jawa Post 3 Mei 2007). Padahal Asisten II Sekkota Malang Sutiarsi masih
mangaku akan mengkaji dulu, karena menurutnya jumlah 91.000 tersebut bukan
jumlah yang kecil, semuanya harus siap dan tidak terburu-buru
• Jawa Post 28 Mei 2007 “Tabung belum tersedia, Pertamina pastikan Molor”
ternyata tabung gas LPG yang berisi 3 kg belum datang ke Malang dengan alasan
pertamina pusat mengalami kewalahan dalam memproduksi pesanan tabung yang
mencapai jutaan buah. Ini mengindikasikan bahwa belum siap dan belum siaganya
semua komponen, termasuk belum turunnya instruksi gubernur
• Memahami berbagai persoalan terkait dengan konversi yang perlu kesiapan dan
kesiagaan untuk menghindari berbagai permasalahan yang ujung-ujungnya
memberatkan masyarakat kecil, maka pelaksanaan konversi minyak tanah ke LPG
perlu diundur sampai dengan awal tahun 2008 disamping terus disosialisasikan
tentang konversi tersebut dan selama itu pula minyak tanah terus dipasok seperti
biasa. Artinya pelaksanaannya dilakukan secara bertahap (misal : Minggu pertama
5 ribu buah, satu bulan berikutnya mencapai 10 ribu ). Uji coba 500 kk di
kecamatan Kemayoran Jakarta hasilnya 99 % penerima konversi tidak mau lagi
beralih ke minyak tanah lagi, ini menunjukkan bahwa :
1. Masyarakat bisa menerima
2. Masyarakat yang mensosisalisaikan dan merasakan efektifitas , efisiensi
penggunaan LPG dari pada minyak tanah