Вы находитесь на странице: 1из 18

TUGAS MATA KULIAH

BIOLOGI SEL
“Membran Plasma”

OLEH :

Kelompok 3

Bergita Vebriani Camellia J. E1A016011


Ratu Mas Tara Indriani E1A017061
Tannya Efritzka Louise Calame E1A017073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS MATARAM
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat berkat
dan perlindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Biologi Sel yang berjudul
“Membran Plasma”.

Penulis berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu Biologi Sel


Bapak Dr. Lalu Zulkifli, M.Si yang telah memberikan tugas ini sebagai bahan pembelajaran
bagi penulis untuk menjadi calon guru yang baik di masa yang akan datang dan sebagai
persiapan materi untuk pembelajaran.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dalam hal
penulisan maupun isi dari materi yang dibahas. Maka dari itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan tugas selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat berguna bagi yang membacanya.

Penulis,

Mataram, 13 Juni 2018

[Type text] Page 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 3
B. Rumusan masalah ........................................................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................................................. 4
D. Manfaat ........................................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
A. Membran Sel ..................................................................................................................... 5
B. Komunikasi Sel.................................................................................................................. 9
BAB III .................................................................................................................................... 16
PENUTUP................................................................................................................................ 16
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 17

[Type text] Page 2


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil dari organisme.
Dikatakan demikian karena sel yang tersusun atas banyak organel tersebut dapat
melakukan aktivitas-aktivitas layaknya organisme. Misalnya fungsi respirasi pada
mamalia yang dilakukan oleh paru-paru untuk menghasilkan energi dapat pula
dilakukan oleh sel. Bagian sel yang berperan untuk menghasilkan energi adalah
mitokondria (Ganong, 1983).
Salah satu bagian terluar sel adalah membran plasma. Membran plasma
dikenal pula dengan nama membran sel. Membran plasma membatasi isi sel dari
lingkungan luarnya. Secara umum membran sel terdiri dari senyawa-senyawa lipida,
protein dan karbohidrat (Ganong, 1983).
Membran plasma memiliki berbagai macam fungsi, antara lain, melekatkan
membran pada sitoskeleton atau rangka sel, membentuk junction (pertemuan) diantara
dua sel yang bertetangga, sejumlah protein membran berperan sebagai enzim,
sejumlah protein membran berfungsi sebagai resptor permukaan bagi pesuruh-pesuruh
kimia dari sel-sel lain, dan beberapa protein membran membantu pergerakan subtansi-
subtansi melintasi membran (Campbell, 2002).
Sel tidak akan mampu bekerja dan membentuk sebuah jaringan bila tidak ada
koordinasi dengan sel yang lain. Miliaran sel penyusun setiap makhluk hidup harus
berkomunikasi untuk mengkoordinasikan aktivitasnya sehingga memungkinkan
organisme untuk tumbuh dan berkembang. Mulai dari sel yang berkomunikasi
terbentuk jaringan kemudian organ dan sistem organ yang menjalankan organisme
untuk hidup.Sel sebagai unit terkecil kehidupan, juga mengalami proses komunikasi
antar sesama sel (komunikasi sel). Oleh karena itu penting untuk mempelajari tentang
struktur dari membran plasma dan hubungan antar sel/ komunikasi sel yang akan
dibahas lebih mendetail dalam makalah ini.

B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan membran sel?
2. Apakah fungsi-fungsi membran sel?
3. Bagaimana mekanisme proses membran sel?
4. Apa yang dimaksud dengan komunikasi sel?
5. Apa saja jenis-jenis hubungan antar sel?
6. Apa yang dimaksud dengan reseptor sinyal?
7. Apa yang dimaksud dengan second messenger?

[Type text] Page 3


C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui fungsi atau peranan membran sel dalam lalu lintas zat
melewati membran sel.
2. Untuk mengetahui dan memahami mengenai komunikasi sel.
3. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis hubungan antar sel.
4. Untuk mengetahui dan memahami mengenai reseptor sinyal.
5. Untuk mengetahui dan memahami mengenai second messenger.

D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini agar kiranya para
mahasiswa dapat mengerti fungsi dari membran plasma dan hubungan/komunikasi
antar sel.

[Type text] Page 4


BAB II

PEMBAHASAN

A. Membran Sel
A.1. Pengertian membran sel
Membran sel sering juga disebut membran plasma. Membran merupakan
batas dari sel dan bagian internalnya yang bervariasi. Membran sel berperan
dalam menetapkan batas-batas dari sel, sebagai tempat terjadinya fungsi-fungsi
khusus, berisi protein transport yang menyediakan dan mengatur pergerakan
substansi-subtansi yang masuk ke dan keluar dari sel dan bagian-bagiannya,
mengandung reseptor yang diperlukan untuk mendeteksi sinyal-sinyal eksternal
dan melakukan suatu mekanisme untuk komunikasi sel

Gambar 1.1 Membran Plasma

Membran sel tersusun dari lipid dan protein (penyusun utama) dan
makromolekul lain (karbohidrat).Membran sel terdiri atas dua lapis molekul
fosfolipid. Bagian ekor dengan asam lemak yang bersifat hidrofobik (non polar),
kedua lapis molekul tersebut saling berorientasi kedalam, sedangkan bagian
kepala bersifat hidrofilik (polar), mengarah ke lingkungan yang berair.
Komponen protein terletak pada membran dengan posisi yang berbeda-beda.
Beberapa protein terletak periferal, sedangkan yang lain tertanam integral dalam
lapis ganda fosfolipid. Komposisi lipid dan protein penyusun membran
bervariasi, bergantung pada jenis dan fungsi membran itu sendiri. Namun
demikian membran mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu bersifat selektif
permeabel terhadap molekul-molekul. Air, gas, dan molekul kecil hidrofobik
secara bebas dapat melewati membran secara difusi sederhana. Ion dan molekul
polar yang tidak bermuatan harus dibantu oleh protein spesifik untuk dapat
diangkut melalui membran dengan proses yang disebut difusi terbantu
(fasilitated diffusion). Kedua cara pengangkutan ini disebut transpor pasif.

[Type text] Page 5


Untuk mengangkut ion dan molekul dalam arah yang melawan gradien
konsentrasi, suatu proses transpor aktif harus diterapkan. Dalam hal ini protein
aktifnya memerlukan energi berupa ATP (Azhar, 2008).

Gambar 1.2 Model membran plasma

A.2. Komposisi membran sel


Membran sel terdiri atas lipida, protein, dan karbohidrat. Rasio antara
lipida, protein dan karbohidrat tergantung pada tipe sel dan spesiesnya. Lipid
dan protein merupakan bahan penyusun utama dari membran, meskipun
karbohidrat juga merupakan unsur penting. Gabungan lipid dan protein
dinamakan lipoprotein. Fosfolipid merupakan lipid yang jumlahnya paling
melimpah dalam sebagian besar membran. Kemampuan fosfolipid untuk
membentuk membran disebabkan oleh struktur molekularnya. Fosfolipid
merupakan suatu molekul amfipatik, yang berarti bahwa molekul ini memiliki
daerah hidrofilik (menyukai air) maupun daerah hidrofobik (takut dengan air).

Gambar 1.3 Struktur single lipid layer

Protein plasma memiliki fungsi yang sangat luas, antara lain


sebagai protein pembawa (carrier) senyawa yang melewati membran plasma,

[Type text] Page 6


menerima isyarat (signal) hormonal, dan meneruskan isyarat tersebut ke bagian
sel sendiri atau ke sel lainnya. Protein membran plasma juga berfungsi sebagai
pangkal pengikat komponen-komponen sitoskeleton dengan senyawa-senyawa
ekstraseluler. Molekul-molekul protein permukaan luar memberikan ciri-ciri
individual tiap sel dan macam protein dapat berubah sesuai dengan differensiasi
sel. Protein perifer tidak berinteraksi dengan bagian tengah membran hidrofobik,
tetapi terikat secara langsung melalui asosiasi dengan protein integral membran
atau secara langsung berinteraksi dengan bagian polar lipida membran. Misalnya
protein sitokeleton, protein kinase (pada permukaan sitoplasmik membran), dan
protein matriks ekstraseluler (permukaan eksoplasmik). Protein transmembran
mengandung segemen panjang asam-asam amino hidrofobik yang tertanam pada
bilayer lipida. Ada dua tipe interaksi yang menstabilkan protein integral
membran, yaitu interaksi ionic dengan daerah kepala yang bersifat polar dan
interaksi hidrofobik dengan bagian tengah yang bersifat hidrofobik, misalnya
glikoforin plasma.

Karbohidrat pada membran plasma terikat pada protein atau lipida


dalam bentuk glikolipida dan glikoprotein. Karbohidrat ini memegang peranan
penting dalam berbagai aktivitas sel, antara lain dalam sistim kekebalan.
Karbohidrat pada Molekul karbohidrat bertanggung jawab terhadap kekhasan
sifat antigenis membran sel. Sifat antigenis ini berkaitan dengan sistem
kekebalan (imun) tubuh dan kemampuannya membedakan sel sendiri dari sel
asing. Selasing dapat dikenali sebagai sel asing, karena glikoprotein pembentuk
membrannya memiliki karbohidrat yang berbeda dengan karbohidrat
glikoprotein pembentuk membran sel penerima. Keadaan seperti ini memacu
tanggapan kekebalan. Karbohidrat Berperan dalam pengenalan sel – kemampuan
sel untuk membedakan sel yang satu dengan sel lainnya. Penting pada
perkembangan jaringan dan organ, Dasar pada penolakan sel asing oleh sistem
imun. Berdasarkan struktur tersebut maka membran sel bersifat semi permeable
atau selektif permeable yang berfungsi mengatur masuk dan keluarnya zat dari
sel (Wildan, 1996).

[Type text] Page 7


A.3. Fungsi Membran Sel
Membran sel memiliki peranan yang sangat penting yaitu: membatasi sel
dengan lingkungan,adanya organel yang membatasi setiap organel sngat
penting,karena kegiatan didalam setiap orgnel dapat berjalan dengan lancar
tanpa gangguan dari organel lain.. Bertindak sebagai reseptor, misal terhadap zat
kimia dan hormon. Berperan sangat penting dalam dalam transpor berbagai
molekul, baik mikromolekul maupun makromolekul. Transpor mikromolekul
dapat berlangsung secara pasif, misalnya melalui difusi, difusi terbantu dan
osmosis dan dapat pula berlangsung secara aktif. Transpor makromolekul dapat
berlangsung secara endositosis, eksositosis dan pertunasan. Ciri khas transport
makromolekul adalah subtansi atau materi yang diangkut selalu dikemas dalam
suatu vesikula yang berbatas membran. Sebagai pengatur permeabilitas
Mengontrol lalu lintas zat keluar dan masuk sel.
Pengangkutan melalui membran plasma terutama diatur oleh protein
yaitu melalui:
1. Difusi

Gambar 2.1 Difusi


Pergerakan zat terlarut dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
Tidak memerlukan energi untuk memindahkan partikel.

2. Transport aktif
Pengangkutan senyawa melewati selaput plasma memerlukan energi
untuk mentranspor partikel.kerja transpor aktif dilakukan oleh protein
spesifik yang tertanam dalam membran. Protein membran mengkopel
transport suatu zat terlarut dengan zat terlarut lainnya. Pompa proton
merupakan contoh protein membran yang menyimpan energy dengan
cara membangkitkan tegangan melintasi membran. Dengan
menggunakan ATP sebagai penggeraknya, pompa proton
mentranslokasikan muatan positip membentuk ion hydrogen.
Pengangkutan makromolekul atau molekul berukuran besar misalnya
protein, polinukleotida, polisakarida dilakukan melalui Eksositosis,
endositosis dan pertunasan (Raven, 2004).

[Type text] Page 8


Gambar 2.2 Transport aktif dan transport pasif

B. Komunikasi Sel
Komunikasi sel adalah hubungan/interaksi antara satu sel dengan sel yang
lain ataupun antara sel dengan lingkungannya. Komuniasi sel juga dapat diartikan
sebagai proses penyampaian informasi sel dari sel pesinyal menuju ke sel target untuk
mengatur pengembangan dan pengorganisasiannya menjadi jaringan, mengawasi
pertumbuhan dan pembelahannya serta mengkoordinasikan aktivitasnya.
Peran komunikasi dalam kehidupan pada tingkat selular tak kalah pentingnya.
Komunikasi dari satu sel ke sel yang lain mutlak bagi organisme multiseluler,
misalnya manusia dan pohon. Triliunan sel dalam organisme multiseluler harus
berkomunikasi satu sama lain untuk mengoordinasikan aktivitasnya dalam suatu cara
yang memungkinkan organisme berkembang dari telur yang dibuahi, kemudian bias
bertahan hidup dan bereproduksi sendiri. Komunikasi diantara sel-sel juga penting
bagi banyak organisme uniseluler (Subowo, 2012).

C. Hubungan Antar Sel (Cell Junction)


Tubuh manusia yang terdiri dari berbagai bentuk dan struktur sel yang
beragam dengan kuantitas yang tinggi, memungkinkan adanya sebuah hubungan yang
dilakukan oleh berbagai sel tersebut. Cell junctions merupakan situs hubungan yang
menghubungkan banyak sel dalam jaringan dengan sel lainnya dan dengan matriks
ekstraseluler. Cell junctions merupakan suatu struktur dalam jaringan organisme
multiseluler. Cell junctions dapat diklasifikasikan ke dalam 3 grup fungsional
yaituoccluding junctions (menempelkan sel bersama-sama dalam epitel dengan cara
mencegah molekul-molekul kecil dari kebocoran satu sisi sel ke sel lainnya),anchoring
junctions (melekatkan sel-sel (dan sitoskeleton) ke sel tetangga atau ke matriks
ekstraseluler), dan communicating junctions (memerantarai jalan lintasan sinyal-sinyal
kimiawi atau elektrik dari satu sel yang sedang berinteraksi ke sel lainnya).
Klasifikasi fungsional cell junctions:
A. Occluding Junctions
Fungsi occluding junctions adalah menghubungkan sel epitel yang satu
dengan sel epitel yang lain, membagi sel atas 2 domain yaitu domain

[Type text] Page 9


apikal dan basolateral, mencegah protein membran di domain apikal
bergerak ke domain basolateral, dan menyegel ruang antar 2 sel serta
mencegah lalu lintas molekul di ruang antar sel. Ada 2 jenis Occluding
Junctions yaitu :
1. Tight junctions (hanya vertebrata)
Tight junctions merupakan occluding junctions yang penting dalam
mempertahankan perbedaan konsentrasi molekul-molekul hidrofilik
kecil diseberang lembaran-lembaran sel epitel. Protein transmembran
utama pada tight junctions adalah claudin yang penting untuk
pembentukan tight junctions dan fungsinya berbeda dalam tight
junctions yang berbeda. Protein transmembran utama yang kedua pada
tight junctions adalah occludin, fungsinya tidak jelas. Claudin dan
occludin berikatan dengan protein membran periferal intraseluler yang
disebut protein ZO. Claudin, occludin, dan protein ZO ditemukan
dapat berikatan dengan tight junctions.
2. Septate junctions (invertebrata)
Septate junctions merupakan occluding junctions yang utama pada
invertebrata. Morfologinya berbeda dengan tight junctions. Protein
yang disebut Discs-large, yang dibutuhkan untuk pembentukan septate
junctions pada Drosophila, secara struktur berhubungan dengan
protein ZO yang ditemukan dalam tight junctions vertebrata.

B. Anchoring Junctions
Anchoring junctions menghubungkan sitoskeleton suatu sel ke
sitoskeleton sel tetangganya atau ke matriks ekstraseluler. Anchoring
junctions tersebar luas dalam jaringan-jaringan hewan dan paling
melimpah dalam sel-sel jantung, otot, dan epidermis. Fungsi anchoring
junctions adalah menghubungkan sel dengan sel, menghubungkan
sitoskeleton 2 sel yang berdampingan, menyatukan sel dalam satu
kesatuan kokoh, dan menghubungkan sel dengan matriks ekstraseluler.
Protein penyusun anchoring junctions adalah intracellular anchor proteins
dan transmembrane adhesion proteins.
Anchoring junctions terdapat dalam 4 bentuk yang berbeda secara
fungsional yaitu adherens junctions dan desmosom (memegang sel
bersama-sama dan dibentuk oleh transmembrane adhesion proteins yang
termasuk dalam famili cadherin), focal adhesions dan hemidesmosom
(mengikat sel-sel pada matriks ekstraseluler dan dibentuk oleh
transmembrane adhesion proteins pada famili integrin).

C. Communicating junctions
1. Gap junctions
Gap junctions merupakan celah sempit di antara membran 2 sel atau
dinding sel (sekitar 2-4 nm) yang dihubungkan oleh channel protein.
Gap junction memungkinkan transfer sitoplasmik langsung dari sinyal

[Type text] Page 10


listrik dan kimia antara sel-sel yang berdekatan. Bentuk sederhana
dari sel untuk komunikasi sel adalah transfer langsung dari sinyal
listrik dan kimia melalui gap junction, protein saluran yang
menciptakan jembatan sitoplasma antara sel-sel yang berdekatan.
persimpangan kesenjangan terbentuk dari serikat. Sebuah bentuk
persimpangan kesenjangan dari penyatuan protein membran
mencakup, disebut connexins, pada dua sel yang berdekatan. yang
connexins bersatu membuat saluran protein (connexon) yang bisa
membuka dan menutup. Ketika saluran terbuka, sel-sel yang
terhubung berfungsi seperti sel tunggal dengan beberapa inti
(syncytiuma).
Gap junctions disusun oleh connexon (12 satuan protein), connexon
tersusun atas 6 sub unit connexin transmembran. Komunikasi gap
junctions juga dapat diregulasi oleh sinyal-sinyal ekstraseluler. Ketika
gap junction terbuka, ion dan molekul kecil seperti asam amino, ATP
dan AMP berdifusi langsung dari sitoplasma dari satu sel ke
sitoplasma berikutnya. Seperti saluran membran lainnya, molekul
yang lebih besar dikecualikan. di samping itu, gappersimpangan
adalah satu-satunya cara yang bisa lewat sinyal kimia langsung dari
sel ke sel. pergerakan molekul melalui gap junction dapat dimodulasi
atau dimatikan sepenuhnya.
Contohnya adalah neurotransmitter dopamine yang mengurangi
komunikasi gap junctions diantara kelas neuron dalam retina sebagai
jawaban atas peningkatan dalam intensitas cahaya. Fungsi gap
junctions adalah membolehkan jalan lintasan ion-ion dan molekul-
molekul kecil yang dapat larut dalam air.
2. Sinapsis kimia menggunakan Desmosom
Desmosom menghubungkan intermediate filaments dari sel ke sel.
Desmosom biasanya ada di epitel (misalnya kulit). Desmosom juga
ditemukan dalam jaringan otot dimana mereka mengikat sel-sel otot
ke sel yang lainnya. Protein pelekatan sel pada desmosom, desmoglein
dan desmokolin, merupakan anggota famili cadherin pada molekul-
molekul pelekatan sel yang merupakan protein transmembran yang
menjembatani ruang antara sel-sel epitel yang berdekatan dengan cara
pengikatan homofilik pada domain ekstraseluler ke cadherin
desmosom lainnya pada sel yang berdekatan. Kedua protein tersebut
memiliki 5 domain ekstraseluler dan memiliki domain pengikatan
kalsium.
Penyakit-penyakit blistering (melepuh) seperti Pemphigus vulgaris
dapat berkenaan dengan cacat genetik dalam protein desmosom atau
berkenaan dengan respon autoimun.
3. Plasmodesmata (hanya tumbuhan)
Plasmodesmata merupakan junction interseluler yang hanya terdapat
dalam tumbuhan. Suatu sel tumbuhan mungkin memiliki antara 103

[Type text] Page 11


dan 105 plasmodesmata yang menghubungkannya dengan sel-sel yang
berdekatan. Di tumbuhan, plasmodesmata melakukan banyak fungsi
yang sama seperti gap junctions. Plasmodesmata berfungsi
menghubungkan sel yang satu dengan sel lainnya melalui retikulum
endoplasma dengan celah yang disebut desmotubul; memberikan
suatu rute yang mudah untuk pergerakan ion-ion, molekul-molekul
kecil seperti gula dan asam amino, dan makromolekul seperti RNA
antar sel (Wildan, 1996).

D. Pensinyalan Sel
Pensinyalan sel merupakan bentuk interaksi antara sel dengan cara komunikasi
langsung atau dengan mengirimkan sinyal kepada sel target. Interaksi dalam hal ini,
sel pemberi sinyal menghasilkan tipe khusus dari molekul sinyal yang dapat dideteksi
oleh sel target. Sel target memiliki protein reseptor yang mampu mengenali dan
berespon secara spesifik terhadap molekul sinyal.
1. Pensinyalan Lokal
Merupakan komunikasi sel melalui kontak langsung. Baik sel hewan
maupun sel tumbuhan memiliki sambungan sel yang bila memang ada
memberikan kontinuitas sitoplasmik diantara sel-sel yang berdekatan.
Dalam hal ini, bahan pensinyalan yang larut dalam sitosol dapat dengan
bebas melewati sel yang berdekatan. Disamping itu, sel hewan mungkin
berkomunikasi melalui kontak langsung diantara molekul-molekul pada
permukaannya.
Pensinyalan lokal dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a) Pensinyalan parakrin (Para = dekat)
Pada pensinyalan parakrin, sel pensekresi bertindak pada sel target
didekatnya dengan melepas molekul pengatur local ke dalam fluida
ekstraseluler.
b) Pensinyalan Sinaptik
Pensinyalan ini terjadi pada sitem saraf hewan. Sinyal listrik di
sepanjang sel saraf memicu sekresi sinyal kimiawi yang dibawa oleh
molekul neotransmiter. Molekul ini berdifusi melintasi sinapsis, ruang
sempit antara sel saraf dengan sel targetnya (seringkali berupa sel saraf
yang lain). Neotransmiter akan merangsang sel target.
c) Persinyalan autokrin
Tipe ini dapat mengkoordinasi keputusan dengan grup-grup sel serupa.
Pada autocrine signaling, sel mensekresikan molekul sinyal yang dapat
berikatan kembali dengan reseptornya sendiri. Autocrine signaling
merupakan tipe paling efektif ketika dilakukan secara serempak dengan
sel-sel tetangga yang tipenya sama. Autocrine signaling dianggap
menjadi suatu mekanisme yang mungkin mendasari "efek komunitas"
yang diamati pada perkembangan awal, selama grup sel-sel serupa
dapat menanggapi sinyal yang menginduksi diferensiasi tapi tidak dapat
pada sel tunggal bertipe sama yang terisolir. Sel kanker seringkali

[Type text] Page 12


menggunakan autocrine signaling untuk mengatasi kontrol normal pada
perkembangbiakan dan kelangsungan hidup sel.
2. Pensinyalan jarak jauh (Endokrin)
Hewan dan tumbuhan menggunakan zat kimia yang disebut
hormon(hormone) untuk melakukan pensinyalan jarak jauh. Dalam
pensinyalan hormon pada hewan, yang disebut juga pensinyalan endokrin.,
sel-sel yang terspesialisasi melepaskan molekul hormon yang berjalan
melalui sistem sirkulasi (sistem peredaran darah) menuju sel target di
bagian tubuh yang lain.
Hormon tumbuhan (seringkali dsebut regulator pertumbuhan tumbuhan)
terkadang mengalir alam pembuluh, namun lebih sering mencapai
targetnya dengan cara bergerak dari sel ke sel atau berdifusi melalui udara
sebagai gas.
3. Tahapan Pensinyalan Sel
Penelitian awal Sutherland menyiratkan bahwa respon yang berlangsung di
ujung penerima pada percakapan seluler dapat dibagi menjadi tiga tahapan,
antara lain :
a) Penerimaan (reception)
Penerimaan adalah ketika sel target mendeteksi molekul sinyal yang
berasal dari luar sel. Sinyal kimiawi ‘terdeteksi’ ketika molekul sinyal
berikatan dengan protein reseptor yang terletak di permukaan sel atau di
dalam sel.
b) Transduksi (transduction)
Pengikatan molekul sinyal dengan cara mengubah protein reseptor
sehingga menginisiasi proses induksi. Tahap transduksi mengubah
sinyal menjadi bentuk yang dapat menyebabkan respon seluler spesifik.
Pada sistem Sutherland, pengikatan epinefrin ke bagian luar protein
reseptor dalam membran plasma sel hati berlangsung melalui
serangkaian langka untuk mengaktifkan glikogen fosforilase.
Transduksi ini kadang-kadang terjadi dalam satu langkah, tetapi lebih
sering membutuhkan suatu urutan perubahan dalam sederetan molekul
yang berbeda (jalur transduksi) sinyal. Molekul di sepanjang jalur itu
sering disebut molekul relay.
c) Respons (response)
Pada tahap ketiga dari pensinyalan sel, sinyal yang ditransduksi
akhirnya memicu respons seluler spesifik. Respon ini mungkin
merupakan aktivitas seluler apapun yang bisa dibayangkan, misalnya
katalis oleh suatu enzim (glikogen fosforilase), penyusunan ulang
sitoskeleton, atau aktivitas gen-gen spesifik dalam nucleus. Proses
pensinyalan sel membantu memastikan bahwa aktivitas-aktivitas krusial
seperti ini berlangsung dalam sel yang benar, pada waktu yang tepat,
dan dalam koordinasi yang sesuai dengan sel-sel lain pada organisme
tersebut (Wildan, 1996).

[Type text] Page 13


E. Reseptor Sinyal
Sebagian besar reseptor sinyal merupakan protein membran plasma. Ligan-
ligan milik reseptor semacam ini larut dalam air dan umumnya terlalu besar untuk bisa
secara bebas menembus membran plasma. Akan tetapi, beberapa reseptor sinyal
terletak di dalam sel seperti reseptor dalam membran sel dan reseptor intraselular.
Reseptor intraseluler terletak pada sitoplasma atau pada nukleus target. Untuk
mencapai reseptor ini pembawa pesan kimiawi menembus membran plasma sel target.
Molekul sinyal yang dapat melakukan hal ini adalah hormon steroid dan tiroid karena
termasuk pembawa pesan yang sifatnya hidrofobik.
Reseptor intraseluler adalah reseptor protein yang tidak berada pada membran
sel melainkan pada sitoplasma atau nukleus. Sinyal harus melewati membran plasma
terlebih dahulu sebelum bertemu dengan reseptor jenis ini (karena ukuran molekul
kecil dapat melewati membran atau merupakan lipid sehingga terlarut dalam
membran). Sinyal kimiawi dengan reseptor intraseluler misalnya hormon steroid
(testosteron) dan tiroid hewan yang berupa lipid serta molekul gas kecil oksida nitrat.
Mekanisme jalur transduksi sinyal (jalur-jalur merelai sinyal dari reseptor ke
respon seluler) seperti berikut:
 Molekul yang merelay sinyal dari reseptor ke respon disebut molekul
relay (sebagian besar merupakan protein).
 Molekul sinyal awal secara fisik tidak dilewatkan jalur pensinyalan
(molekul sinyal bahkan tidak pernah masuk sel).Sinyal direlay
sepanjang suatu jalur, artinya informasi tertentu dilewatkan. Pada tiap
tahap sinyal ditransduksi menjadi bentuk berbeda yaitu berupa
perubahan konformasi suatu protein yang disebabkan oleh fosforilasi.

Fosforilasi protein merupakan suatu cara pengaturan yang umum dalam


sel dan merupakan mekanisme utama transduksi sinyal. Jalur pensinyalan bermula
ketika molekul sinyal terikat pada reseptor eseptor ini kemudian mengaktifkan satu
molekul relai, yang mengaktifkan protein kinase 1. Protein kinase 1 aktif ini
mentransfer satu fosfat dari ATP ke molekul protein kinase 2 yang inaktif, sehingga
akan mengaktifkan kinase kedua ini. Akibatnya, protein kinase 2 yang aktif ini
mengkatalisis fosforilasi (dan aktivasi) protein kinase 3. Akhirnya protein kinase 3
aktif ini memfosforilasi protein yang menghasilkan respons akhir sel atas sinyal tadi.
Enzim fosfatase mengkatalisis pengeluaran gugus fosfat (Subowo, 2012).

F. Second Messenger
Second messenger merupakan jalur pensinyalan yang melibatkan molekul
atau ion kecil nonprotein yang terlarut dalam air, sedangkan molekul sinyal
ekstraseluler yang mengikat reseptor membran merupakan jalur first messenger.
Second messenger lebih kecil dan terlarut dalam air, sehingga dapat segera menyebar
keseluruh sel dengan berdifusi . Second messenger berperan serta dalam jalur yang
diinisiasi reseptor terkait protein-G maupun reseptor tirosin-kinase. Contoh second
messenger yang paling banyak digunakan ialah ion kalsium. Banyak molekul sinyal
pada hewan, termasuk neurotransmitter, faktor pertumbuhan dan sejumlah hormon

[Type text] Page 14


menginduksi respon pada sel targetnya melalui jalur transduksi sinyal yang
meningkatkan konsentrasi ion kalsium sitosolik. Peningkatan konsentrasi ion kalsium
sitosolik menyebabkan banyak respon pada sel hewan. Sel menggunakan ion kalsium
sebagai second messenger dalam jalur protein-G dan jalur reseptor tirosin kinase.
Dalam merespon sinyal yang direlai oleh jalur transduksi sinyal, kadar kalsium
sitosolik mungkin meningkat, biasanya oleh suatu mekanisme yang melepas ion
kalsium dari RE biasanya jauh lebih tinggi daripada konsentrasi dalam sitisol. Karena
kadar kalsium sitosol terendah, perubahan kecil pada jumlah absolute ion akan
menggambarkan persentase perubahan yang relative tinggi pada konsentrasi kalsium
(Subowo, 2012).

[Type text] Page 15


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Fungsi membran sel yaitu membatasi isi sel dengan lingkungannya,mengatur
permeabilitas terhadap senyawa-senyawa atau ion ion yang melewatinya yang
diatur oleh protein integral, bertindak sebagai reseptor, misal terhadap zat kimia
dan hormon. Berperan sangat penting dalam dalam transpor berbagai molekul,
baik mikromolekul maupun makromolekul.
2. Komunikasi sel adalah hubungan/interaksi antara satu sel dengan sel yang lain
ataupun antara sel dengan lingkungannya.
3. Hubungan antar sel ada 3 yaitu gap junction, contact dependent signal, dan
persinyalan sel (persinyalan lokal dan persinyalan jarak jauh).
4. Reseptor sinyal merupakan molekul khusus pada permukaan sel target yang
merespon sinyal dari luar sel.
5. Second messenger merupakan jalur pensinyalan yang melibatkan molekul atau
ion kecil nonprotein yang terlarut dalam air, sedangkan molekul sinyal
ekstraseluler yang mengikat reseptor membran merupakan jalur first
messenger.

[Type text] Page 16


DAFTAR PUSTAKA

Azhar, Tauhid Nur. 2008. Dasar-dasar Biologi Molekular. Bandung: Widya Padjadjaran.

Campbell, dkk. 2002. Biologi Jilid I Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Ganong, WF. 1983. Fisiologi Kedokteran edisi 10. Jakarta : EGC.

Raven, dkk. 2004. BIOLOGY Seventh Edition. Boston: Mc Graw Hill.

Subowo. 2012. Biologi Sel. Bandung: CV Angkasa.

Yatim, Wildan. 1996. Biologi Sel Lanjut. Bandung: Tarsito.

[Type text] Page 17

Вам также может понравиться