Вы находитесь на странице: 1из 3

KETAHANAN ENERGI NASIONAL: H. Hadi Mulyadi, S. Si, M.

Si

Peta Energi Global

 Sejarah peradaban dan perkembangan bangsa tidak bisa lepas dari masalah energi. Isu
energi semakin strategis pasca revolusi industri yang terjadi dibenua Eropa. Hal ini
disebabkan karena bagi negara-negara industri bahwa ketersediaan sumber energi sangat
berkorelasi langsung dengan pertumbuhan ekonomi. Dalam perkembangannya masalah
energi bukan hanya terkait ketersediaan akan tetapi juga masalah distribusi dan
keterjangkauan harga.

 Disinilah awal kekacauan dunia terjadi, sekitar 70% penyebab peperangan dunia karena
perebutan sumber-sumber energi. Bagi negara berkembang yang memiliki potensi sumber
energi besar disatu sisi bisa menjadi modal untuk kesejahteraan masyarakatnya akan tetapi
disisi lain bisa menjadi ancaman ekploitasi dari negara-negara maju. Perang yang terjadi di
wilayah Timur Tengah tidak lepas dari masalah perebutan energi sebagai contoh invasi
Amerika serikat di Libia dan Irak.

 Tingginya tingkat kompetisi dalam memperebutkan sumber energi sangat rentan


menimbulkan terjadinya konflik. Resiko adanya konflik ini sebagai konsekuensi dari energi
menjadi faktor penting dalam perkembangan teknologi dan Pembangunan ekonomi.

Konsumsi Energi Global

 Data Organisasi Negara-Negara Penghasil Minyak (OPEC) menyebutkan, konsumsi dunia


pada 2015 mencapai 92,8 juta barel per hari (bph) naik 0,8 persen dibanding tahun
sebelumnya. Ada 15 negara dengan besar konsumsi melebihi1,5 juta bph. Amerika Serikat di
peringkat pertama dengan 19 juta bph, diikuti Cina (11,1) dan Jepang (4,3). Indonesia berada
di peringkat 13 dengan konsumsi 1,6 juta bph.
Kebijakan Energi Nasional

 Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) Arah kebijakan energi ke depan
berpedoman pada paradigma bahwa sumber daya energi tidak lagi dijadikan sebagai
komoditas ekspor semata, tetapi sebagai modal pembangunan nasional. Tujuannya untuk :
(a) mewujudkan kemandirian pengelolaan energi, (b) menjamin ketersediaan energi dan
terpenuhinya kebutuhan sumber energi dalam negeri, (c) mengoptimalkan pengelolaan
sumber daya energi secara terpadu dan berkelanjutan, (d) meningkatkan efisiensi
pemanfaatan energi, (e) menjamin akses yang adil dan merata terhadap energi,
pengembangan kemampuan teknologi, industri energi dan jasa energi dalam negeri, (f)
menciptakan lapangan kerja dan terkendalinya dampak perubahan iklim dan terjaganya
fungsi lingkungan hidup.

Diversifikasi Energi

 sejak tahun 2004, Indonesia telah menjadi negara pengimpor minyak netto (net oil
importer). Artinya impor minyak kita lebih besar dari ekspornya. Hal tersebut disebabkan
karena kebutuhan minyak yang terus meningkat sementara produksinya terus menurun.
Peningkatan konsumsi minyak nasional ini bukan hanya akibat dari pertumbuhan ekonomi,
tetapi juga karena pertambahan penduduk.
Konsumsi BBM dan Produksi Kilang Tahun 2010 2015

 Untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor sumber energi, maka diversifikasi energi
menjadi suatu keharusan. Tujuan diversifikasi energi adalah untuk mengurangi
ketergantungan energi nasional terhadap suplai dari energi fosil, dan menggantinya dengan
sumber energi baru dan energi terbarukan, seperti energi air terjun, energi matahari, energi
angin, energi laut hingga energi nuklir.

 Sampai saat ini kita masih mengandalkan energi fosil yang kontribusi sebesar 95%.
Sementara Energi Baru Terbarukan yang tidak akan habis baru mampu berkontribusi sebesar
5% dalam bauran energi nasional. Dalam RUEN ditetapkan tahun 2025 ditargetkan menjadi
lebih dari 23%, dan naik lagi menjadi lebih dari 31% pada tahun 2050. Sedangkan kontribusi
gas relatif stabil, berkisar sekitar 23%. Untuk batubara akan meningkat dari 25% pada tahun
2015 menjadi lebih dari 30% pada tahun 2025, tetapi setelah itu dikurangi sehingga menjadi
sekitar 25% pada tahun 2050. Khusus untuk minyak bumi telah ditargetkan untuk dikurangi
peranannya setiap tahun. Jika pada tahun 2015 kontribusinya mencapai 46%, maka angka
tersebut akan turun menjadi kurang dari 25% pada tahun 2025, dan terus menurun sehingga
menjadi kurang dari 20% pada tahun 2050.

 Potensi Energi Terbarukan Indonesia Tahun 2015

Rendahnya pemanfaatan dan pengembangan EBT pada pembangkit listrik terjadi karena berbagai
permasalahan, antara lain:

 (a) belum maksimalnya pelaksanaan kebijakan harga,

 (b) ketidakjelasan subsidi EBT pada sisi pembeli (off-taker)

 (c) regulasi yang belum dapat menarik investasi,

 (d) belum adanya insentif pemanfaatan EBT,

 (e) minimnya ketersediaan instrumen pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan investasi,

 (f) proses perizinan yang rumit dan memakan waktu yang lama,

 (g) permasalahan lahan dan tata ruang.

Sumber: peraturan presiden (Perpres) Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi
Nasional

Вам также может понравиться