Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Kanalis inguinalis
Pada anak
Laporan Operasi Pasien tidur telentang dimeja operasi dalam NK (TIVA) Dilakukan asepsis dan
antisepsis pada daerah operasi dan sekitarnya Insisi sejajar ligamentum inguinal diatas benjolan
menembus kutis, subkutis dan fascia Didapatkan kantong hernia yang berisi omentum yang
mengalami strangulasi Dilakukan omentectomy Dilanjutkan dengan melakukan herniotomy
Dilakukan hernioplasty dengan memasang mesh cerobag Luka operasi dijahit Operasi selesai
THUMB TEST Tonjolan - Tonjolan + Tonjolan + FRINGER TEST Ujung jari + Sisi
jari + ZIEMAN TEST Jari II + Jari III + Jari IV +
BAB III
KESIMPULAN
1. Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia diberi nama menurut letaknya, misalnya
diafragma, inguinal, umbilikal, femoral.
2. Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10% dari semua hernia tetapi 40% dari itu muncul
sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau strangulasi.
3. Hernia femoralis lebih sering terjadi pada usia dewasa/tua dan insedensi pada wanita lebih
tinggi daripada pria.
4. Etiologi primer hernia femoralis adalah sempitnya perlekatan dinding posterior inguinal
pada ligamentum iliopectineale (ligamentum Cooper) dengan akibat melebarnya anulus
femoralis.
5. Pemeriksaan fisik dan penunjang dilaksanakan untuk menyingkirkan hernia femoralis dari
diagnosis banding lainnya
6. Penatalaksanaan terhadap hernia femoralis adalah dengan operatif dengan teknik herniotomi
dan dilanjutkan dengan hernioplasty.
Herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan isi
hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat
setinggi mungkin lalu dipotong.
Pada prinsipnya teknik operasi pada hernia femoralis dpat dikelompokan dalam tiga tipe ;
(1) low approach (pendekatan bawah) melalui irisan dibawah ligamentum inguinale, meliputi
teknisk Bassini dan Kirschner
(2) high approach (pendekatan atas) melalui irisan di atas ligamentum inguinale, meliputi
teknik oschowitz dan Lotheissen-McVay; dan
(3) preperitoneal approach (pendekatan preperitoneal) yang meliputi teknik MvEvedy dan
Henry.5
2. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan
hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi retrograde yaitu
dua segmen usus terperangkap didalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam
rongga peritoneum seperti hurup Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan
isi hernia. Pada permulaaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur
didalam hernia dan transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan
pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringa terganggu. Isi
hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa cairan serosanguinus.
Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan
abses local, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.Gambaran klinik
hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran
obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa.
1. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang
masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan
gangguan vaskular (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis
strangulata. Bila sudah terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi terjadi
gangguan toksik akibat gangrene, gambaran klinik menjadi kompleks dan sangat
serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat ditempat hernia, nyeri akan menetap
karena rangsangan peritoneum. Pada pemeriksaan lokal yang ditemukan benjolan
yang tidak dapat dimasukkan lagi, disertai nyeri tekan dan tergantung keadaaan isi
hernia dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses local. Hernia strangulate
merupakan keadaan gawat darurat karena perlu mendpat pertolongan segera.
Komplikasi lainnya dapat timbul setelah dilakukan operasi yakni:
1. Komplikasi operasi hernia dapat berupa cedera V. femoralis, N. ilioinguinalis,
N. iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli bila masuk pada hernia
2. Komplikasi dini beberapa hari setelah herniorafi dapat pula terjadi berupa
hematoma, infeksi luka, bendungan V. Femoralis, terutama pada operasi hernia
femoralis, fistel urin atau feses, dan hernia residif.
3. Komplikasi lanjut berupa atrofi testis karena lesi A.spermatika atau bendungan
pleksus pampiniformis, dan komplikasi yang paling penting adalah hernia residif.
Pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinik hernia femoralis. Pada surfei
umum pasien pemeriksaan fisik fokus akan didapatkan:
Inspeksi : secara umum akan terlihat penonjolan abnormal pada lipatan paha.
Apabila tidak terlihat dan terdapat adanya riwayat penonjolan, maka pemeriksaan sederhana pasien
didorong untuk melakukan aktiitas peningkatan intra abdominal, seperti mengedan untuk menilai
adanya penonjolan pada lipatan paha.
Auskultasi : penurunan bising usus atau tidak ada menandakan gejala obstruksi intestinal
Foto polos abdomen untuk mendeteksi adanya udara pada usus untuk mendeteksi adanya ileus
PENGOBATAN KONSERVATIF
Terbatas pada tindakan melakukan reposii dan pemakain penyangga atau penunjang untuk
mempertahankan isi hernia yang telah di reposisi
Pengurangan hernia secara non operatif dapat segera dilakukan dengan berbaring, posisi
pinggan ditinggikan lalu diberikan analgetik dan sedatif yang cukup untuk merelaksasikan otot
Perbaikan hernia terjadi jika benjolan berkurang dan tidak terdapat tanda-tanda klinis
strangulasi