Вы находитесь на странице: 1из 3

5.

Cara pembentukan Konstitusi


1.Pemberian, raja memberikan kepada warganya suatu UUD, kemudian ia berjanji akan
menggunakan kekuasaanya itu berdasarkan asas-asas tertentu dan kekuasaan itu akan
dijalankan oleh suatu badan tertentu pula.
2.Secara sengaja, pembuatan suatu UUD dilakukan setelah Negara itu didirikan .
3.Dengan cara revolusi, pemerintah baru terbentuk sebagai hasil revolusi membuat suatu
UUD yang kemudian mendapat persetujuan rakyat, atau pemerintah tersebut dapat pula
mengambil cara lain, yaitu dengan mengadakan suatu musyawarah yang akan menetapkan
UUD itu.
4. Dengan cara Evolusi, perubahan-perubahan secara berangsur-angsur dapat menimbulkan
suatu UUD dan secara otomatis UUD yang lama tidak berlaku lagi.

Cara Mengubah Konstitusi


1. Oleh badan legislatif /perundangan biasa, dilakukan oleh badan legislatif , dengan syarat
yang lebih berat daripada jika badan legislatif ini membuat undang-undang biasa (bukan
UUD)
2. Referendum , artinya melalui pemungutan suara oleh rakyat yang memiliki hak suara .
3. Oleh badan khusus , harus di adakan oleh suatu badan khusus bertugas untuk mengubah
UUD.
4. Khusus di Negara Federasi, perubahan UUD baru dapat terjadi jika mayoritas Negara-
negara bagian menyetujuinya.

Cara Mengubah Konstitusi


1. Oleh badan legislatif /perundangan biasa, dilakukan oleh badan legislatif , dengan syarat
yang lebih berat daripada jika badan legislatif ini membuat undang-undang biasa (bukan
UUD)
2. Referendum , artinya melalui pemungutan suara oleh rakyat yang memiliki hak suara .
3. Oleh badan khusus , harus di adakan oleh suatu badan khusus bertugas untuk mengubah
UUD.
4. Khusus di Negara Federasi, perubahan UUD baru dapat terjadi jika mayoritas Negara-
negara bagian menyetujuinya.
6.Tata Urutan Peraturan Perundang Undangan Tata urutan peraturan perundang undangan di
Indonesia mengalami beberapa perubahan. Perubahan tersebut dimaksudkan dalam upaya
untuk memberikan kepastian Hukum mengenai kedudukan peraturan perundang undangan di
Indonesia. Tata urutan peraturan perundang-undangan dibuat supaya tidak adanya kerancuan
mengenai kedudukan sebuah peraturan. Dengan adanya tata urutan peraturan perundang
undangan, maka kepastian kedudukan dan sumber hukum akan menjadi jelas, sehingga
kedudukan, sistematika dan struktur bisa dilakukan peninjauan serta pengkajian terhadap
undang-undang pembentuknya. Berikut tata urutan peraturan perundang undangan Di
Indonesia Pada masa Orde Lama dan Orde Baru tata urutan peraturan perundang undangan di
Indonesia di atur di dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang Sumber Tertib
Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan Republik
Indonesia. Berikut urutan perudang undangan berdasarkan TAP MPRS No. XX/MPRS/1966 :
UUD 1945 TAP MPR (Ketetapan MPR) UU (Undang-Undang) /PERPU (Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang) PP (Peraturan Pemerintah) KepPres (Keputusan
Presiden) PerMen (Peraturan Menteri) Peraturan pelaksana Sejak tahun 1966 Tata urutan
peraturan perundang undangan di Indonesia tidak mengalami perubahan sampai tahun 2000,
baru pada tahun 2000 setelah tumbangnya Orde Baru dan bergulirnya era Reformasi di
Indonesia bersamaan dengan amandemen UUD 1945 urutan peraturan perundang-undangan
di Indonesia (TAP MPRS No. XX/MPRS/1966) digantikan dengan Tap MPR No.
III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan
dengan urutan sebagai berikut : UUD 1945 TAP MPR UU Perpu PP (Peraturan Pemerintah)
KepPres (Keputusan Presiden) Perda (Peraturan Daerah) Pembahasan Tata Urutan Peraturan
Perundang-undangan berdasarkan Tap MPR No. III/MPR/2000 Pada urutan peraturan
berdasar Tap MPR No. III/MPR/2000 PERPU kedudukannya di bawah Undang-Undang,
dengan urutan seperti ini maka PERPU akan menjadi tidak berlaku jika aturannya sudah
termuat dalam UU. Karena bernama Peraturan pengganti Undang Undang yang berfungsi
untuk menggantikan UU jika kedudukannya di bawah UU maka Perpu tersebut tidak akan
bisa menggantikan kedudukan dari UU, sehingga tidak bisa diberlakukan dengan sendirinya.
Di Era Reformasi dalam Tap MPR No. III/MPR/2000 masih menggunakan Keputusan
Presiden dimana sifat dari keputusan adalah Individu, dan pengujian keputusan bukan lewat
MA (mahkamah Agung) namun melalui peradilan tata usaha negara. Selain itu sifat dari
Keputusan adalah berlaku sekali selesai (einmalig), tidak berlaku terus menerus yang memuat
hal-hal khusus seperti pengangkatan menteri, duta besar dll. Jadi Keputusan Presiden
seharusnya tidak dimasukkan dalam Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan. Dengan
adanya beberapa permasalahan tersebut maka Tap MPR No. III/MPR/2000 hanya berlaku 3
tahun dan digantikan dengan UU No. 10 Tahun 2004 dengan urutan sebagai berikut : UUD
1945 UU/PERPU PP (Peraturan Pemerintah) PerPres (Peraturan Presiden) Perda (Peraturan
daerah) Pembahasan mengenai Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan berdasarkan UU
No. 10/2004 Dalam UU No. 10/2004 PERPU kedudukannya diubah menjadi sama drajatnya
dengan UU sehingga PERPU membunyai kedudukan hukum yang kuat dalam
pelaksanaannya. Keputusan Presiden digantikan dengan Peraturan Presiden yang bersifat
general and abstract dan bisan berlaku terus menerus. Dengan digantinya Kepres menjadi
Perpres maka Perpres bisa di uji materi (judicial review) ke Mahkamah Agung (MA). Namun
disini muncul permasalahan dimana Tap MPR di hapus dalam Tata Urutan Peraturan
Perundang Undangan menurut UU No. 10/2004, yang menyebabkan Ketetapan MPR tidak
bisa diberlakukan sebagai sebuah peraturan / perundang-undangan. Walau dalam Pasal 7 ayat
(4) UU No. 10/2004 dan penjelasannya, menyatakan bahwa peraturan yang dikeluarkan oleh
MPR (sebagaimana yang ditetapkan dalam TAP MPR No. I/MPR/2003) masih
diakui keberadaanya dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat., sehingga
memunculkan pertanyaan yang banyak mengenai hal tersebut dalam sebuah tata urutan
peraturan. UU No. 10/2004 pun hanya berlaku 7 tahun dan digantikan dengan UU No. 12
tahun 2011 yang menurut saya sudah menunjukkan dan mendekati kesempurnaan. Tata
Urutan Peraturan Perundang-undangan terbaru berdasarkan UU No. 12 tahun 2011 tentang
pembentukan peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut : UUD 1945 TAP MPR
UU / Perpu PP (Peraturan Pemerintah) Peraturan Presiden Peraturan Daerah Provinsi
Peraturan Daerah Kabupaten dan Kota Dengan telah terbentuknya UU No. 12 tahun 2011
yang didalamnya diatur tentang tata urutan peraturan perundang-undangan, maka UU No.
10/2004 tidak berlaku lagi. UU No. 12 tahun 2011 menyebutkan urutan yang lengkap dan
terperinci di antaranya disebutkan urutan dimana kedudukan Peraturan Daerah Kabupaten
dan Kota dibawah Peraturan Daerah Provinsi sehingga tidak lagi ada kerancuan peraturan
perundang-undangan. Mungkin ada pertanyaan dimana kedudukan dari Pancasila, kenapa
tidak di ikut sertakan dalam tata urutan peraturan perundang-undangan NKRI, padahal
pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum negara Indonesia. Pancasila
mempunyai kedudukan sebagai Dasar Negara Indonesia yang merupakan norma tertinggi dan
sumber bagi pembentukan tata hukum dan peraturan perundangan di Indonesia.

Вам также может понравиться