Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak manusia pertama kali menempati bumi, lahan sudah menjadi salah satu
unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan. Konkritnya, lahan difungsikan
sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensi. Aktivitas yang
pertama kali dilakukan adalah pemanfaatan lahan untuk bercocok tanam (pertanian).
Seiring pertumbuhan populasi dan perkembangan peradaban manusia, penguasaan dan
penggunaan lahan mulai terusik. Keterusikan ini akhirnya menimbulkan kompleksitas
permasalahan akibat pertambahan jumlah penduduk, penemuan dan pemanfaatan
teknologi, serta dinamika pembangunan. Lahan yang semula berfungsi sebagai media
bercocok tanam (pertanian), berangsur-angsur berubah menjadi multifungsi
pemanfaatan.
Perubahan spesifik dari penggunaan untuk pertanian ke pemanfaatan bagi
nonpertanian yang kemudian dikenal dengan istilah alih fungsi (konversi) lahan, kian
waktu kian meningkat. Khusus untuk Indonesia, fenomena ini tentunya dapat
mendatangkan permasalahan yang serius di kemudian hari, jika tidak diantisipasi secara
serius dari sekarang. Implikasinya, alih fungsi lahan yang tidak terkendali dapat
mengancam kapasitas penyediaan pangan, dan bahkan dalam jangka panjang dapat
menimbulkan kerugian sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja teori perkembangan kota
2. Apa saja bentuk lahan di Indonesia ?
3. Apa yang dimaksud dengan alih fungsi lahan
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menyelesaikan tugas sekolah pada SMA Negeri 1 Bireuen
2. Untuk mengetahui tentang perkembangan kota dan alih fungsi lahan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Kota
Menurut Marbun (1992), kota merupakan kawasan hunian dengan jumlah
penduduk relatif besar, tempat kerja penduduk yang intensitasnya tinggi serta
merupakan tempat pelayanan umum. Kegiatan ekonomi merupakan hal yang penting
bagi suatu kota karena merupakan dasar agar kota dapat bertahan dan berkembang
(Jayadinata, 1992). Kedudukan aktifitas ekonomi sangat penting sehingga seringkali
menjadi basis perkembangan sebuah kota. Adanya berbagai kegiatan ekonomi dalam
suatu kawasan menjadi potensi perkembangan kawasan tersebut pada masa berikutnya.
Istilah perkembangan kota (urban development) dapat diartikan sebagai suatu
perubahan menyeluruh, yaitu yang menyangkut segala perubahan di dalam masyarakat
kota secara menyeluruh, baik perubahan sosial ekonomi, sosial budaya, maupun
perubahan fisik (Hendarto, 1997).
Pertumbuhan dan perkembangan kota pada prisipnya menggambarkan proses
berkembangnya suatu kota. Pertumbuhan kota mengacu pada pengertian secara
kuantitas, yang dalam hal ini diindikasikan oleh besaran faktor produksi yang
dipergunakan oleh sistem ekonomi kota tersebut. Semakin besar produksi berarti ada
peningkatan permintaan yang meningkat. Sedangkan perkembangan kota mengacu pada
kualitas, yaitu proses menuju suatu keadaan yang bersifat pematangan. Indikasi ini
dapat dilihat pada struktur kegiatan perekonomian dari primer kesekunder atau tersier.
Secara umum kota akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan melalui
keterlibatan aktivitas sumber daya manusia berupa peningkatan jumlah penduduk dan
sumber daya alam dalam kota yang bersangkutan (Hendarto, 1997).
Pada umumya terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kota,
yaitu:
a. Faktor penduduk, yaitu adanya pertambahan penduduk baik disebabkan karena
pertambahan alami maupun karena migrasi.
b. Faktor sosial ekonomi, yaitu perkembangan kegiatan usaha masyarakat
c. Faktor sosial budaya, yaitu adanya perubahan pola kehidupan dan tata cara
masyarakat akibat pengaruh luar, komunikasi dan sistem informasi.
2
B. Teori-teori Perkembangan Kota
1. Teori konsentris dari Ernest W. Burgess
Ernest.W.Burgess meneliti struktur ruang kota Chicago, teori ini menyatakan
bahwa daerah perkotaan telah berkembang sedemikian rupa dan menunjukkan pola
penggunaan lahan yang konsentris. Menurut Burgess, suatu kota akan berkembang
membentuk lima zone konsentris yang di setiap zone mencerminkan penggunaan
lahannya.
Zone 1 : Daerah ini merupakan pusat segala kegiatan, antara lain sosial, politik, budaya,
ekonomi dan teknologi. Terdapat pusat pertokoan besar (Dept Store), gedung
perkantoran bertingkat, bank, hotel, restoran dan sebagainya.
Zone 3: Zone permukiman para pekerja yang bebas (ZPPB) atau zone of independent
workingmenshomes, zone permukiman kelas proletar
Zone ini banyak ditempati pekerja-pekerja pabrik, industri dan lain sebagainya yang
berpenghasilan kecil. Ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil dan rumah susun
sederhana yang dihuni keluarga besar. Kondisi permukiman lebih baik dibandingkan
dengan zone 2, walaupun sebagian penduduknya masih masuk kategori menengah
kebawah.
Zone 4: Zone permukiman yang lebih baik (ZPB), atau zone permukiman kelas
menengah(residential zone)
Zone ini merupakan kompleks perumahan penduduk yang berstatus ekonomi
menengah-tinggi. Walaupun status ekonomi penduduknya tidak sangat baik, tetapi
3
stabil, permukiman teratur. Fasilitas permukiman terencanan dengan baik sehingga
tempat tinggal cukup nyaman.
4
4. Agak jauh dari pusat kota dan sektor industri serta perdagangan terletak sektor
madyawisma;
5. Lebih jauh lagi terdapat sektor adiwisma, yaitu permukiman golongan atas.
Di bawah ini adalah gambar struktur ruang kota menurut Homer Hoyt
5
1. Pusat kota atau CBD;
2. Kawasan niaga dan industri ringan;
3. Kawasan murbawisma, tempat tinggal berkualitas rendah;
4. Kawasan madyawisma, tempat tinggal berkualitas menengah;
5. Kawasan adiwisma, tempat tinggal berkualitas tinggi;
6. Pusat industri berat;
7. Pusat niaga/perbelanjaan lain di pinggiran;
8. Upakota, untuk kawasan madyawisma dan adiwisma;
9. Upakota (suburban) kawasan industri.
2. Pekarangan
Pekarangan merupan bidang tanah yang berada tidak jauh dari suatu bangunan
(rumah). Pekarangan dapat digunakan sebagai tempat berkebun, menanam bunga, atau
membuat kolam. Pekarangan dapat berada di belakang, depan, maupun samping
bangunan (rumah), tergantung keinginan dari seseorang yang memiliki bangunan
(rumah) tersebut.
3. Ladang Berpindah
Ladang berpindah merupakan lahan pertanian yang di Tanami hanya sementara,
biasanya dalam suatu lading akan dilakukan proses penanaman sekitar 3 sampai 4 kali
penanaman, kemudian lading itu akan di tinggalkan dan petani akan membuat lading
baru dengan cara membuka hutan atau semak – semak.
4. Tegalan
Teglan merupakan lahan pertanian atau tanah yang luas dan rata yang biasanya
ditanami palawija dan tanpa menggunakan sistem irigasi.
6
D. Alih Fungsi Lahan
Alih fungsi lahan juga biasa disebut dengan konversi lahan. Alih fungsi lahan
atau konversi lahan merupakan kegiatan yang berkaitan tentang kegiatan di dalam
sektor pertanian. Alih fungsi lahan adalah dirubahnya fungsi lahan yang telah di
rencanakan baik itu sebagian maupun seluruh kawasan lahan dari fungsi semula
menjadi fungsi yang lain dan biasanya di alih fungsikan ke sektor pembangunan. Alih
fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai berubahnya guna lahan awal yang telah dialih
fungsikan ke guna lahan lain yang telah di rencanakan oleh pihak – pihak tertentu yang
bersangkutan dengan pengalih fungsian lahan tersebut.
Alih fungsi lahan cenderung menjadi masalah (bersifat negatif) di dalam sektor
pertanian, akan tetapi masih banyak lahan pertanian yang di alih fungsikan karena
tekanan ekonomi pada masa – masa krisis ekonomi atau rendahnya hasil jual di bidang
pertanian menyebabkan banyak petani yang menjual aset lahannya yang berupa
perkebunan atau persawahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang secara tidak
langsung menyebabkan meningkatnya alih fungsi lahan pertanian dan makin
meningkatkan penguasaan – penguasaan lahan pada pihak – pihak yang memiliki modal
tinggi.
7
pertanian tersebut mengalami kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja, air ter-
irigasi, dan sarana produksi lainnya, memaksa mereka untuk mengalih
fungsikan lahan pertaniannya atau bahkan menjualnya.
b. Peningkatan jumlah penduduk
Seiring berjalannya waktu penduduk pun semakin banyak bertambah. Pesatnya
jumlah peningkatan penduduk tersebut tentunya mengakibatkan semakain
banyak pula jumlah atau luas tanah yang di butuhkan. Jika dalam suatu keluarga
membangun rumah di tanah yang berluaskan 2 are, dan jika keluarga itu disertai
dengan 3 orang anak yang nantinya akan mandiri dan membangun rumah
sendiri dengan masing – masing luas tanah per rumah sama 2 are, maka akan
ada penambahan luas tanah yang di alih fungsikan menjadi bangunan. Dari
kejadian tersbut secara otomatis luas lahan pertanian sedikit demi sedikit akan
terkikis yang berarti kegiatan alih funsi lahan hari demi hari akan bertambah.
c. Peningkatan taraf hidup masyarakat
Peningkatan taraf hidup juga bisa di katakana menjadi salah satu faktor
pendorong (penyebab) terjadinya kegiatan alih fungsi lahan, terlihat dari
permintaan lahan akibat peningkatan intensitas kegiatan masyarrakat seperti
pusat pebelanjaan, jalan raya, obyek wisata (tempat rekreasi), lapangan olah
raga, dan tempat – tempat umum lainnya.
d. Ekonomi masyarakat
Jauh lebih rendahnya hasil pertanian karena biaya produksi yang amat tinggi
sedangkan hasil yang di hasilkan relatif rendah, yang di bandingkan dengan
tingginya hasil di sektor non pertanian (industri), sewa tanah , dan tingginya
harga tanah jika di jual membuat banyak petani – petani yang mengalih
fungsikan lahannya ke bidang non pertanian bahkan menyewakan dan menjual
lahan pertaniannya kepada orang lain untuk kegiatan non pertanian (Industri).
Selain itu karena kebutuhan keluarga lainnya seperti pendidikan, mencari
pekejaaan non pertanian atau yang lainnya sering kali membuat petani tidak
mempunysi pilihan lain untuk menjual sebagian lahan pertaniannya.
e. Degradasi lingkungan
Penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia secara berlebihan yang berdampak
pada meningkatnya serangan hama tertentu akibat hilangnya predator – predator
alami dair hama yang bersangkutan, pencemaran air irigasi, rusaknya sawah
8
pinggiran pantai dan kemarau panjang yang menimbulkan kekurangan air untuk
kegiatan pertanian mengakibatkan hancurnya sektor pertanian karena petani
susah untuk mengembangkan kegiatan pertaniannya. Menjadi suatu faktor
petani beralih pekerjaan atau mngalih fungsikan lahan – lahan pertanian yang
merekan miliki.
f. Kebijakan pemerintah
Aspek regulasi yang dikeluarkan dan ditetapkan oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian.
Kelmahan pada aspek regulasi atau peraturan itu sendiri terutama terkait dengan
masalah kekuatan hokum, sangsi pelanggaran, dan akurasi objek lahan yang
dilarang di konversi.
9
Desa Landih. Jarak dari Desa Pengotan ke pusat kota Kecamatan/Kabupaten Bangli
sekitar 17 km, ditempuh dalam waktu sekitar 25 menit dengan kendaraan.
Pada awalnya, Desa Pengotan hanya memiliki 13 dusun, 13 dusun tersebut antara lain :
Dajan Desa – Landih – Sunting
Delod Desa – Palaktiying
Besenga – Penaga
Yoh – Buayang
Padpadan – Tiying Desa
Penyebeh – Langkan
Namun karena adanya pemekaran desa pada tahun 2008, Desa Pengotan di bagi
menjadi dua desa yaitu Desa Pengotan dan Desa Landih. Setelah dimekarkan, Desa
Pengotan hanya terdiri dari delapan banjar/dusun, yaitu :
Tiying desa – Padpadan
Dajan Desa – Yoh
Delod Desa – Penyebeh
Sunting – Besenga
Luas masing-masing dusun ini hampir sama, berkisar antara 1.21 – 1.24 km2. Tempat
tinggal penduduknya menyebar, kecuali di Dusun Padpadan. Bentang wilayah desa ini
9.79 km2 atau 979 ha.
Sebagian besar wilayah desa ini (670 ha atau 78.8%) dimanfaatkan untuk lahan
pertanian, 167 ha (hampir 20%) untuk perkebunan rakyat, 11.95 ha (1.4%) untuk
fasilitas umum, dan 16.36 ha (1.9%) untuk pemukiman warga.
Pertanian di Desa Pengotan ini amatlah bagus, dari dahulu di Desa Pengotan sudah
terkenal dengan warga desanya yang mayoritas mencari penghasilan dari sektor
pertanian, sampai sekarang hampir 90% warga desa pengotan bekerja di sektor
pertanian yang berkomoditi kopi, jeruk, dan tanaman hortikultura seperti cabai, kubis,
sawi, dan yang lainnya. Semua itu di dukung dengan tanahnya yang subur dan luas,
luasnya tanah di Desa pengotan membuat hampir semua warga di desa ini memiliki
lahan pertanian yang luas.
Dalam satu bidang lahan biasanya ditanami pohon jeruk atau kopi yang berjarak antara
2 – 4 meter, di rawatlah jeruk tersebut sampai jeruk itu benar – benar hidup yang
kurang lebih memakan waktu sekitar dua bulan, jika seandaikan ada salah satu atau
beberapa tanaman jeruk tersebut yang tidak hidup (mati), dilakukanlah proses
10
penggantian bibit yang sudah mati atau penanaman ulang bibit jeruk tersebut atau di
Desa Pengotan biasa disebut dengan ngelanyug. Ngelanyug di lakukan dengan
mencabut bibit – bibit yang sudah mati dari tanah lalu dig anti dengan bibit yang baru
yang dibeli dari pasar atau pengepul bibit jeruk. Namun setelah di lakukannya
ngelanyug biasanya pertumbuhan pohon jeruk yang sudah hidup akan berbeda satu
sama lain, aka nada perbedaan postur pohon antara satu dengan yang lainnya karena
adnya waktu penaman yang berbeda berselisih bulanan.
Lahan yang telah tertanamankan pohon jeruk akan di Tanami dengan tanaman
tanaman lain yang berkapasitas kecil, biasanya tnamami sayur – sayuran, kacang –
kacangan, cabai, terong, atau yang lainnya. Penanaman di lakukan dengan siste buruh,
atau pekerja yang di bayar harian yang biasanya di bayar dengan tarif Rp 60.000/hari
untuk perempuan dan Rp 70.000/hari untuk laki – laki. Seiring perawatan tanaman kecil
yang berada di sela – sela tanaman jeruk, akan sekaligus merawat tanaman jeruk karena
dalam pemakaian pupuk dan pestisida pada juga akan menguntungkan tanaman jeruk
yang membuat jeruk bisa tumbuh dengan subur. Namun pada waktu – waktu dekat ini
sedikit demi sedikit lahan pertanian di Desa pengotan terkikis dan berubah menjadi
tembok bangunan.
Modernisasi, teknologi, dan kedatangan orang luar adalah salah satu hal yang
mengancam keberlangsungan kegiatan di sektor pertanian sekaligus mengkikis lahan
pertanian disini, karena beralih fungsinya lahan pertanian menjadi kawasan pemukiman
maupun pertokoan dan bangunan – bangunan lain. Pada tahun – tahun terakhir hal ini
yang menggenjala di pertanian di Desa Pengotan.
Ancaman yang cukup besar, nyata, dan terus bergerak yang terjadi pada tahun –
tahun terkahir ini adalah maraknya pembangunan – pembangunan yang di laksanakan
pada lahan yang pada awalnya adalah lahan pertanian. Seiring bergantinya tahun
semakin banyak bangunan – bangunan baru yang dapat kita temuidi Desa Pengotan
terutama di lahan – lahan yang berada di sekitaran jalan raya, seperti Jl. Nusantara
Kintamani – Bangli dan Jl. Sekartaji yang tebentang di Desa Pengotan, bangunan –
bangunan yang dapat kita lihat seperti pertokoan, pemukiman warga, pasar, dan yang
paling banyak dapat kita jumpai adalah bengkel dan juga showroom – showroom
sepeda motor bekas yang berjejer – jejer sepanjang luas jalan raya yang saya sebutkan
tadi.
11
Memang benar dengan di bukanya bengkel – bengkel dan showroom sepeda motor
bekan akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat di Desa pengotan, dengan adanya
peluang kerja tersebut akan membuat pendapatan ekonomi masyarakat meningkat,
namun demikian bengkel dan showroom tidak mungkin menerima atau mengangkat
semua orang yang berada di Desa Pengotan untuk menjadi pekerja di tempat usahanya.
Yang artinya, peningkatan – peningkatan pendapatan ekonomi akan hanya di dapatkan
bagi warga tertentu saja, tapi cenderung pengangguran dalam masyarakat desa akan
meningkat karena lahan yang menjadi modal mereka bekerja telah berkurang.
Yang juga harus diingat adalah bahwa seiring dengan peningkstsn perkembangan usaha
tersebut tentunya akan mengakibatkan peningkatan pengeluran. Jika air diambil bengkel
– bengkel dan showroom, maka kebutuhan air di desa akan tersedot oleh usaha – usaha
tersebut, yang akan mengakibatkan kekeringan. Untuk mendaoatkan air pasti akaan
membeli, maka tanaman – tanaman jeruk, kopi, dan yang lainnya yang masih tertanam
akan kekeringan karena para petani susah untuk mendapatkan air, yang pada akhiirnya
untuk mendapatkan hasil tani seperti itu pun harus membeli.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Ernest.W.Burgess menyatakan bahwa daerah perkotaan telah
berkembang sedemikian rupa dan menunjukkan pola penggunaan lahan yang
konsentris. Menurut Burgess, suatu kota akan berkembang membentuk lima zone
konsentris yang di setiap zone mencerminkan penggunaan lahannya.
Bentuk-bentuk lahan di Indonesia adalah sawah, pekarangan, lading berpindah dan
tegalan.
Alih fungsi lahan atau konversi lahan merupakan kegiatan yang berkaitan tentang
kegiatan di dalam sektor pertanian. Alih fungsi lahan adalah dirubahnya fungsi lahan
yang telah di rencanakan baik itu sebagian maupun seluruh kawasan lahan dari fungsi
semula menjadi fungsi yang lain dan biasanya di alih fungsikan ke sektor pembangunan
13
DAFTAR PUSTAKA
https://ringkasanbukugeografi.blogspot.com/2015/12/perkembangan-kota-danalih-
fungsi-lahan.html
https://tublogbisnis.wordpress.com/2015/03/03/alih-fungsi-lahan/
14