Вы находитесь на странице: 1из 12

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS JERUKLEGI II
Jalan Raya Jambusari – Jeruklegi telp. 08112939222
email : uptpkmjeruklegidua@gmail.com
JERUKLEGI
Kode Pos 53252

HASIL ANALISIS PROGRAM P2P

UPTD PUSKESMAS JERUKLEGI II

TAHUN 2018

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan merupakan bagian dalam kehidupan manusia yang sangat penting untuk
meningkatkan derajat kehidupan setiap individu namun masih begitu banyak yang
mengalami sakit. Menurut Ahli WHO Sehat adalah kondisi normal seseorang yang
merupakan hak hidupnya. Sehat berhubungan dengan hukum alam yang mengatur tubuh,
jiwa, dan lingkungan berupa udara segar, sinar matahari, diet seimbang, bekerja, istirahat,
tidur, santai, kebersihan serta pikiran, kebiasaan dan gaya hidup yang baik.
Tuberculosis (TBC) merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar di
seluruh dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi, bahkan pada tahun 1993 WHO mencanangkan TBC sebagai
kedaruratan global (global emergency ). Berdasarkan data Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1995, TBC merupakan penyebab kematian ketiga terbesar setelah
penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan, dan merupakan nomor satu
terbesar dalam penyakit kelompok infeksi. Data WHO (1999) menunjukkan bahwa
Indonesia menempati urutan ketiga di dunia sebagai negara penyumbang kasus TBC
tertinggi setelah India dan China, dan posisi ini belum berubah sampai akhir tahun 2005.
Mengigat bahaya dan keganasan rabies terhadap kesehatan dan ketentraman hidup
masyarakat, maka usaha pengendalian penyakit berupa pencegahan, pemberantasan dan
penanggulangan perlu dilaksanakan seintensif mungkin. Untuk melaksanakan hal tersebut
perlu adanya pedoman umum bagi para petugas Departemen Kesehatan, Departemen
Pertanian dan Departemen Dalam Negeri
.Rabies adalah penyakit menular yang akut dari susunan syaraf pusat yang dapat
menyerang hewan berdarah panas dan manusia yang disebabkan oleh vrus rabies. Bahaya
rabies berupa kematian gangguan ketentraman hidup masyarakat.Hewans eperti anjing,

70
kucing dan kera yang menderita rabies akan menjadi ganas dan biasanya cenderung
menyerang atau menggigit manusia. Penderita rabies sekali gejala klinis timbulnya diakhiri
dengan kematian. Terhadap bahaya rabies termaksud diatas akan mengakibatkan timbulnya
rasa cemas atau rasa takut baik terhadap orang yang digigit maupun masyarakat pada
umumnya. Pada hewan yang menderita penyakitinibi asanya ditemukan virus dengan
konsentrasi tinggi pada air ludahnya, oleh karena itu penularan umumnya melalui suatu luka
gigitan. Infeksi rabies pada hewan ditandai dengan mencari tempat yang dingin diikuti dengan
sikap curiga dan menyerang apa saja yang ada disekitarnya, hipersalivasi, paralisa danmati.
Sedangkan gejala rabies pada manusia yang menyolok berupa rasa takut air (hydrophobia) dan
gejala-gejala encephalitis.Sehubungan dengan adanya penyakitinipemerintah mengelperaturan
khusus pada tahun 1926 yang disebut ordonansirabies (HondsholOrdonantie, Staatsblad No.
451, 1926) dan peraiuran pelaksananya yaitu (staatsblad No. 452, 1926) yang bertujuan
mencegah perluasan rabies. Selanjutnya ordonansitersebut mengalami perubahan-perubahan
atau penambahan yang disesuaikan dengan perkembangan pada waktu itu. Namun demikian
rabies terus berjangkit sampai sekarang malah ada tendensi semakin meningkat dan meluas.

BAB II
PEMBAHASAN
71
A. Penyakit Menular
1. Penyakit Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobakterium tuberkulosis dan bersifat menular (Christian, 2009; Storla, 2009).
WHO menyatakan bahwa sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman
tuberkulosis. Setiap detik ada satu orang yang terinfeksi tuberkulosis. Di Indonesia
pemberantasan penyakit tuberkulosis telah dimulai sejak tahun 1950 dan sesuai
rekomendasi WHO sejak tahun 1986 regimen pengobatan yang semula 12 bulan
diganti dengan pengobatan selama 6-9 bulan. Strategi pengobatan ini disebut DOTS
(Directly Observed Treatment Short Course Chemotherapy). Cakupan pengobatan
dengan strategi DOTS tahun 2000 dengan perhitungan populasi 26 juta, baru
mencapai 28%. Berdasarkan Global Tuberkulosis Kontrol tahun 2011 angka
prevalensi semua tipe TB adalah sebesar 289 per 100.000 penduduk atau sekitar
690.000 kasus. Insidensi kasus baru TBC dengan BTA positip sebesar 189 per
100.000 penduduk atau sekitar 450.000 kasus. Kematian akibat TB di luar HIV
sebesar 27 per 100.000 penduduk atau 182 orang per hari. Menurut laporan WHO
tahun 2013, Indonesia menempati urutan ke tiga jumlah kasus tuberkulosis setelah
India dan Cina dengan jumlah sebesar 700 ribu kasus. Angka kematian masih sama
dengan tahun 2011 sebesar 27 per 100.000 penduduk, tetapi angka insidennya turun
menjadi 185 per 100.000 penduduk di tahun 2012 (WHO, 2013). Salah satu pilar
penanggulangan penyakit tuberkulosis dengan startegi DOTS adalah dengan
penemuan kasus sedini mungkin. Hal ini dimaksudkan untuk mengefektifkan
pengobatan penderita dan menghindari penularan dari orang kontak yang termasuk
subclinical infection. Menurut HL. Blum, faktor–faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu, kelompok, dan masyarakat dikelompokkan menjadi 4,
yaitu: lingkungan (mencakup lingkungan fi sik, sosial, budaya, politik, ekonomi,
dan sebagainya), perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Keempat faktor
tersebut dalam mempengaruhi kesehatan tidak berdiri sendiri, namun masing–
masing saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor lingkungan selain langsung
mempengaruhi kesehatan juga mempengaruhi perilaku, dan perilaku sebaliknya
juga mempengaruhi lingkungan (Salim, 2010).
2. Penyakit Rabies
Rabies adalah penyakit zoonosis dimana manusiaterinfeksi melalui jilatan atau
gigitan hewan yang terjangkitrabies seperti anjing, kucing, kera, musang,
serigala,raccoon, kelelawar. Virus masuk melalui kulit yang terlukaatau melalui mukosa
utuh seperti konjungtiva mata, mulut,anus, genitalia eksterna, atau transplantasi kornea.
Infeksimelalui halasi virus sangat jarang ditemukan. Setelahvirus rabies masuk melalui

72
luka gigitan, maka selama 2minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk
dandidekatnya, kemudian bergerak mencapai ujung-ujungserabut saraf posterior tanpa
menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya.Masa inkubasi virus rabies sangat
bervariasi, mulai dari 7 hari sampai lebih dari 1 tahun, rata-rata 1-2 bulan,tergantung
jumlah virus yang masuk, berat dan luasnyakerusakan jaringan tempat gigitan, jauh
dekatnya lokasigigitan ke sistem saraf pusat, persarafan daerah luka gigitan dan sistem
kekebalan tubuh. Pada gigitan di kepala, muka dan leher 30 hari,gigitan di lengan,
tangan, jari tangan 40 hari, gigitan di tungkai, kaki, jari kaki 60 hari, gigitan di badan
rata-rata 45 hari. Asumsi lain menyatakanbahwa masa inkubasi tidak ditentukan dari
jarak saraf yang ditempuh , melainkan tergantung dari luasnya persarafan pada tiap
bagian tubuh, contohnya gigitan pada jari dan alat kelamin akan mempunyai masa
inkubasi yang lebih cepat. Tingkat infeksi dari kematian paling tinggi pada gigitan
daerah wajah, menengah pada gigitan daerah lengan dan tangan,paling rendah bila
gigitan ditungkai dan kaki. (Jackson,2003. WHO,2010). Sesampainya di otak virus
kemudian memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua bagian neuron, terutama
predileksi terhadap sel-sel sistem limbik, hipotalamus dan batang otak. Setelah
memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian ke arah perifer dalam
serabut saraf eferen dan pada saraf volunter maupun saraf otonom. Dengan demikian
virus menyerang hampir tiap organ dan jaringan didalam tubuh, dan berkembang biak
dalam jaringan, seperti kelenjar ludah, ginjal, dan sebagainya.
3. Penyakit Diare
Diare merupakan kondisi yang ditandai dengan encernya tinja yang dikeluarkan
dengan frekuensi buang air besar (BAB) yang lebih sering dibandingkan dengan
biasanya. Pada umumnya, diare terjadi akibat konsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi bakteri, virus, atau parasit. Biasanya diare hanya berlangsung beberapa
hari, namun pada sebagian kasus memanjang hingga berminggu-minggu.
Gejala diare bermacam-macam, dimulai dari yang hanya merasakan sakitperut singkat
dengan tinja yang tidak terlalu encer hingga ada yang mengalami kram perut dengan
tinja yang sangat encer. Pada kasus diare parah, kemungkinan penderitanya juga akan
mengalami demam dan kram perut hebat.
Dahulu kita mengenal adanya Undang-undang Wabah dan Penyakit Karantina
yang telah ada sejak lama, bahkan sejak zaman kolonial Belanda. Sesudah kemerdekaan
ketentuan perundang-undangan tentang wabah diatur dalam Undang-undang Nomor 6
tahun 1962 tentang Wabah dan Undang undang Nomor 7 tahun 1968 tentang Perubahan
Pasal 3 Undang-undang Nomor 6 tahun 1962 tentang Wabah. Kedua Undang-undang di
atas perlu untuk menangkal mewabahnya beberapa penyakit tertentu yang pada
permulaan dan pertengahan abad ke duapuluh sering sekali terjadi, yaitu wabah penyakit
yang bersifat epidemi dan bahkan pandemi.
73
Karena perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan dan lalu lintas internasional,
serta perubahan lingkungan hidup dan lain-lain, undang undang di atas ternyata kurang
mampu memenuhi kebutuhan upaya penanggulangan wabah dewasa ini dan
perkembangannya di masa mendatang. Sementara keadaan pada waltu ini menghendaki
agar suatu wabah dapat segera ditetapkan apabila ditemukan suatu penyakit yang
menimbulkan wabah, walaupun penyakit tersebut belum menjalar dan belum
menimbulkan malapetaka dalam masyarakat.
Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Undang-undang RI Nomor 4 Tahun
1984 tentang Wabah penyakit Menular. Dalam undang-undang ini dinyatakan yang
dimaksud dengan wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi
dari pada keadaan lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka.Aspek hukum dalam penanggulangan penyakit ini yang perlu diketahui
kalangan kedokteranikesehatan adalah tentang kewajiban orang-orang yang mempunyai
tanggung jawab dalam lingkungannya melaporkan kepada Kepala Desa atau Lurah
dan/atau Kepala Unit Kesehatan terdekat dalam waktu secepatnya.
Dalam penjelasan undang-undang ini disebutkan bahwa yang dimaksud dengan orang-
orang di sini, bukan dalam pengertian setiap orang tetapi dalam pengertian terbatas
seperti kepala keluarga, ketua rukun tetangga, kepala sekolah, kepala asrama, direktur
perusahaan dan lain-lain. Walaupun tidak tertulis kewajiban para tenaga kesehatan,
namun menurut penulis, para dokter dan petugas kesehatan juga termasuk orang-orang
yang wajib lapor. Hal ini disebut dengan tegas pada lanjutan ketentuan ini
yaitu Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang Jenis
Penyakit Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tatacara Penyampaian Laporannya
dan Tata Cara Penanggulangan seperlunya, bahwa yang diharuskan menyampaikan
laporan kewaspadaan termasuk: dokter, petugas kesehatan yang memeriksa penderita,
dokter hewan yang memeriksa hewan tersangka penderita.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan ini disebutkan penyakit yang dapat menimbulkan
penyakit wabah adalah: Kolera, Pes, Demam kuning, Deman bolak balik, Tifus Bercak
Wabah, Deman Berdarah Dengue, Campak, Polio, Difteri, Pertusis, Rabies, Malaria,
Influenza, Hepatitis, Tifus perut, Meningitis, Ensefalitis dan Antrax.

BAB III
HASIL ANALISIS PROGRAM P2P
UPTD PUSKESMAS JERUKLEGI II

A. Hasil Analisis
74
1. Gambaran Umum Puskesmas Jeruklegi II
Kecamatan Jeruklegi secara geografis kondisi daerahnya adalah pegunungan dan
terbagi 2 Puskesmas yaitu UPT Puskesmas Jeruklegi I dan UPT Puskesmas Jeruklegi
II. Tempat analisis di UPT Puskesmas Jeruklegi II. Kecamatan Jeruklegi Kabupaten
Cilacap, mempunyai batas administrasi sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas
Sebelah Selatan : Desa Jeruklegi Wetan
Sebelah Timur : Kecamatan Kesugihan
Sebelah Barat : Kecamatan Kawunganten
Luas Wilayah Puskesmas Jeruklegi II adalah 54,57 km2 , terdiri dari 6 desa,
yaitu:
a. Desa Sawangan
b. Desa Cilibang
c. Desa Karangkemiri
d. Desa Jambusari
e. Desa Prapagan
f. Desa Citepus.
Letak UPT Puskesmas Jeruklegi II berada di Desa Jambusari, jarak tempuh
terjauh dari puskesmas 10 km ke Desa Sawangan dan 6 km ke Desa Citepus.
Jumlah penduduk di wilayah UPT Puskesmas Jeruklegi II Tahun 2018 adalah
24.736 jiwa ,yang terdiri dari jumlah penduduk laki-laki sebanyak 12. 610 jiwa, dan
jumlah penduduk perempuan sebanyak 12.126 jiwa, jumlah KK sebanyak 6.184
kepala keluarga.
Untuk menunjang pelaksana program di UPT Puskesmas Jeruklegi II didukung
oleh beberapa sarana dan prasarana kesehatan antara lain : Puskesmas Induk 1 unit,
Puskesmas Pembantu 1 unit, PKD 5 unit, Posyandu Lansia 13 unit, Posyandu Balita 38
unit, kader yang aktif 195 orang.
Tenaga kesehatan yang berada di UPT Puskesmas Jeruklegi II terdiri dari : dokter
umum 1 orang, dokter gigi 1 orang, sarjana keperawatan 5 orang, D 3 keperawatan 3
orang, D3 Kebidanan 19 orang, DIV kebidanan 1 orang, D1 Kesling 1 orang, Tenaga
Umum (TU) 1 orang, administrasi 6 orang.
Adapun kegiatan pelaksanaan program yang ada di UPT Puskesmas Jeruklegi II
dalam gedung terdiri dari : Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ), Keluarga Berencana (KB),
PTM, Kesehatan Lingkungan, Promkes, Perkesmas, Gizi, P2P, Imunisasi, Kesehatan
Reproduksi Remaja,(KRR), Balai pengobatan umum, Balai pengobatan gigi, Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS), Laborat sederhana. Kegiatan luar gedung terdiri dari :
posyandu balita, posyandu lansia, penjaringan gizi buruk, pemberian PMT-Pemulihan,
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS),
Stimulasi Deteksi Interfensi Dini Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK). Data sasaran
dan data penunjang UPT Puskesmas Jeruklegi II terdiri dari : sasaran bayi sebanyak
355 anak, sasaran bumil sebanyak 375 orang, sasaran Pasangan Usia Subur (PUS)
4.512 orang, jumlah balita yang ada di UPT Puskesmas Jeruklegi II sebanyak 1.719

75
anak, balita gizi lebih sebanyak 6 anak, balita gizi baik sebanyak 1.644 anak, balita
gizi kurang sebanyak 59 anak, balita gizi buruk sebanyak 10 anak.

2. Karakteristik Responden
a. Karakteristik Responden berdasarkan Usia
Karakteristik Responden berdasarkan usia sebanyak 150 orang, disajikan
pada tabel berikut.
Tabel 2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di UPT Puskesmas
Jeruklegi II Kabupaten Cilacap Tahun 2018
Jumlah
No Usia Responden N %
1 ˂ 20 tahun 6 4
2 20 – 29 tahun 31 20,7
3 30 – 39 tahun 30 20
4 40 - 59 tahun 55 36,7
5 >60 tahun 28 18,7
Jumlah 150 100
Sumber : Data Primer 2018
Dari 150 Responden persentase terbesar responden berusia 40 – 59
tahun sebanyak 55 orang (36,7 %), dan paling sedikit pada responden yang
berusia kurang 20 tahun sebanyak 6 orang (4 %)
b. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan sebanyak 150 orang
disajikan pada tabel berikut :

Tabel 2.2 . Karakteristik Responden berdasarakan Tingkat pendidikan di UPT


Puskesmas Jeruklegi II Kabupaten Cilacap Tahun 2018
No Pendidikan Jumlah
N %
1 SD 74 49,3
2 SLTP 50 33,3
3 SLTA 26 17,4
4 >dari Diploma 3 0 0
Jumlah 150 100
Sumber : Data Primer 2018
Dari 150 responden, presentase terbesar pendidikan responden adalah
berpendidikan SD sebanyak 74 orang (49,3 %), dan terkecil tingkat
pendidikannya adalah S1 sebanyak 0 orang ( 0 %).

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan


Karakteristik Responden Berdasarkan pekerjaan sebanyak 150 orang di sajikan
pada tabel berikut :

76
Tabel 2.3. Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan sebanyak 150
orang di UPT Puskesmas Jeruklegi II Kecamatan Jeruklegi
Kabupaten Cilacap Tahun 2018
No Pekerjaan Jumlah
N %
1 PNS 0 0
2 Swasta 6 4
3 Wiraswasta 11 7,3
4 Pelajar 19 12,7
5 Buruh/tani 55 36,7
6 Lainnya 59 39,3
Jumlah 150 100
Sumber: Data Primer 2018
Dari 150 responden presentase terbesar berdasarkan pekerjaan
adalah lainnya sebanyak 59 orang (39,3 %), dan presentase terkecil adalah
PNS sebanyak 0 orang ( 0 %).

3. Analisis Univariat
Dari 150 kuisioner yang di bagi ke responden terdiri dari 16 pertanyaan yang
berhubungan dengan pelayanan P2M di UPT Puskesmas Jeruklegi II Kecamatan
Jeruklegi Kabupaten Cilacap Tahun 2018.
Adapun pertanyaan dalam kuisioner adalah sebagai berikut :
1. Apakah perlu dilakukan kegiatan penyuluhan gizi masyarakat
2. Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader posyandu apakah
perlu dilakukan pelatihan kader/refreshing kader
3. Untuk meningkatkan pengetahuan dan merubah perilaku pemahaman tentang
gizi, apakah perlu dilakukan konseling gizi
4. Apakah diperlukan pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil dan nifas
5. Apakah diperlukan kegiatan pemantauan garam beryodium di Posyandu
6. Apakah diperlukan pemberian Vitamin A bagi bayi 6-11 bulan, balita 12-59
bulan dan ibu nifas
7. Apakah perlu dilakukan kegiatan penjaringan status gizi balita melalui
penimbangan serentak di Posyandu
8. Apakah perlu untuk pemberian PMT Pemulihan pada balita gizi buruk dan
balita gizi kurang ?
9. Apakah diperlukan kegiatan pemeriksaan balita gizi buruk dan gizi kurang
10. Apakah diperlukan sarana dan prasrana dalam kegiatan pemantauan
pertumbuhan di Posyandu
11. Apakah perlu dilakukan pembinaan posyandu oleh petugas puskesmas
12. Untuk diperlukan kegiatan penjaringan status gizi anak baru sekoah apakah
perlu dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan
13. Apakah diperlukan penyuluhan anemia
14. Apakah dip[erlukan pemberian tablet tambah darah mandiri untuk remaja putri
disekolah

77
Hasil Analisis dari 150 kuisioner yang dibagikan ke masyarakat bisa di
lihat dalam tabel di bawah ini :
3.1.Tabel Analisis Hasil Survei P2P UPT Puskesmas Jeruklegi II
Kecamatan Jeruklegi Kabupaten Cilacap Tahun 2018
Jawaban
Pertanyaan
N %
1 A 147 98
B 3 2
C 0 0
2 A 146 97,3
B 4 3,6
C 0 0
3 A 146 97,3
B 4 3,6
C 0 0
4 A 146 97,3
B 4 2,7
C 0 0
5 A 148 98,7
B 2 1,3
C 0 0
6 A 147 98
B 3 2
C 0 0
7 A 148 98,7
B 2 1,3
C 0 0
8 A 149 99,3
B 1 0,7
C 0 0
9 A 147 98
B 3 2
C 0 0
10 A 149 99,3
B 1 0,7
C 0 0
11 A 149 99,3
B 1 0,7
C 0 0
12 A 149 99,3
B 1 0,7
C 0 0
13 A 148 98,7
B 2 1,3
C 0 0
14 A 148 98,7
B 2 1,3
C 0 0
15 A 147 98
B 3 2
C 0 0
16 A 146 97,3

78
B 4 2,7
C 0 0
Sumber : Data Primer
Dari 150 kuisioner yang dibagi ke masyarakat dari hasil survey menurut
tabel 3.1 jawaban yang diperoleh dari pertanyaan no :
1. Apakah perlu adanya penyelidikan penyakit menular dan wabah seperti
Demam Berdarah, TBC, Diare, Malaria, HIV / AIDS, dan Penyakit
Menular lainya..? dari hasil survey sangat perlu 98 %
2. Apakah perlu Apakah perlu adanya pencegahan dan penggulangan
penyakit Demam Berdarah, TBC, Diare, Malaria, HIV / AIDS, dan
Penyakit Menular lainya? dari hasil survey sangat perlu 97,3 %
3. Apakah perlu adanya penyuluhan tentang penyakit Demam Berdarah,
TBC, Diare, Malaria, HIV / AIDS, dan Penyakit Menular lainya? Hasil
survey sangat perlu 97,3 %
4. Apakah perlu adanya kegiatan pengendalian Vektor/ hewan penyebar
penyakit : tikus, nyamuk, dll..? hasil survey sangat perlu 97,3 %
5. Apakah perlu adanya pemantauan jentik secara berkala di masyarakat?
hasil survey sangat perlu 98.7 %
6. Apakah perlu dibentuk kader (PSN) pemberantasan sarang nyamuk dan
kader TBC di masyarakat?hasil survay sangat perlu 98 %
7. Apakah perlu adanya pemantauan kesehatan bagi jamaah haji yang baru
pulang menunaikan ibadah haji.? Hasil survey sangat perlu 98,7 %
8. Apakah perlu diberikan pelayanan imunisasi pada Bayi dan Balita? dari
hasil survey sangat perlu 99,3 %
9. Apakah perlu perlu balita usia 18 bulan dan 24 bulan mendapatkan
imunisasi tambahan (DPT-HB-Hib dan Campak ulang)? survey sangat
perlu 98 %
10. Apakah perlu adanya jadwal pelayanan imunisasi Bayi dan Balita di
setiap tempat pelayanan Imunisasi (PKD,PUSTU dan Puskesmas?hasil
survey sangat perlu 99,3 %
11. Apakah perlu setiap ibu hamil diberikan imunisasi TT ?hasil survey
sangat perlu 99,3%
12. Apakah perlu adanya pelayanan imunisasi TT pada WUS (Wanita Usia
Subur) ?hasil survey sangat perlu 99,3 %
13. Perlukah TT WUS dilaksanakan di masing-masing tempat pelayanan
imunisasi (PKD dan PUSTU) ?hasil suvey sangat perlu 98,7 %
14. Apakah perlu dilaksanakan imunisasi pada anak sekolah? Hasil survey
sangat perlu 98,7 %
15. Apakah perlu pelaksanaan sweeping imunisasi pada bayi yang belum
mendapatkan imunisasi secara lengkap? Hasil survey sangat perlu 98 %
16. Apakah perlu dilakukan pendataan pada bayi yang drop out (berhenti

79
ketika belum mendapatkan imunisasi secara lengkap? Hasil survey
sangat perlu 97,3 %

4. Kesimpulan
Kesimpulan hasil Survey P2P dari 16 pertanyaan nilai yang tertinggi pelayanan
yang di harapkan oleh masyarakat :
1. Apakah perlu adanya penyelidikan penyakit menular dan wabah seperti
Demam Berdarah, TBC, Diare, Malaria, HIV / AIDS, dan Penyakit
Menular lainya..?
2. Apakah perlu Apakah perlu adanya pencegahan dan penggulangan
penyakit Demam Berdarah, TBC, Diare, Malaria, HIV / AIDS, dan
Penyakit Menular lainya?
3. Apakah perlu adanya penyuluhan tentang penyakit Demam Berdarah,
TBC, Diare, Malaria, HIV / AIDS, dan Penyakit Menular lainya?
4. Apakah perlu adanya kegiatan pengendalian Vektor/ hewan penyebar
penyakit : tikus, nyamuk, dll?
5. Apakah perlu adanya pemantauan jentik secara berkala di masyarakat?
6. Apakah perlu dibentuk kader (PSN) pemberantasan sarang nyamuk dan
kader TBC di masyarakat?
7. Apakah perlu adanya pemantauan kesehatan bagi jamaah haji yang baru
pulang menunaikan ibadah haji.?
8. Apakah perlu diberikan pelayanan imunisasi pada Bayi dan Balita?
9. Apakah perlu perlu balita usia 18 bulan dan 24 bulan mendapatkan
imunisasi tambahan (DPT-HB-Hib dan Campak ulang
10. Apakah perlu adanya jadwal pelayanan imunisasi Bayi dan Balita di setiap
tempat pelayanan Imunisasi (PKD,PUSTU dan Puskesmas?
11. Apakah perlu setiap ibu hamil diberikan imunisasi TT ?
12. Apakah perlu adanya pelayanan imunisasi TT pada WUS (Wanita Usia
Subur) ?
13. Perlukah TT WUS dilaksanakan di masing-masing tempat pelayanan
imunisasi (PKD dan PUSTU) ?
14. Apakah perlu dilaksanakan imunisasi pada anak sekolah?
15. Apakah perlu pelaksanaan sweeping imunisasi pada bayi yang belum
mendapatkan imunisasi secara lengkap?
16. Apakah perlu dilakukan pendataan pada bayi yang drop out (berhenti
ketika belum mendapatkan imunisasi secara lengkap?

80
Jeruklegi, 2 Maret 2018
Mengetahui
Plt. Ka. UPTD Puskesmas Jeruklegi II Penanggung Jawab

dr. PRATITI WIJI LESTARI


H A R N O T O, AMK.
NIP 19770424 200701 2 037
NIP 19760926 200501 1 012

81

Вам также может понравиться