Вы находитесь на странице: 1из 16

MANAJEMEN SYARIAH

PERENCANAAN DALAM MANAJEMEN SYARIAH

Drs. Hamron Zubadi, M.si

Dimas Nugroho Cahyo Prabowo


(15.0101.0126)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2018/2019
Perencanaan Manajemen Syari’ah

Islam sebagai suatu sistem hidup yang sempurna tentu saja memiliki konsep pemikiran tentang
manajemen. Kesalahan kebanyakan dari kaum muslimin dalam memahami konsep manajemen dari
sudut pandang Islam adalah karena masih mencampuradukan antara ilmu manajemen yang bersifat
teknis (uslub) dengan manajemen sebagai aktivitas. Kerancuan ini akan mengakibatkan kaum muslimin
susah membedakan mana yang boleh diambil dari perkembangan ilmu manajemen saat ini dan mana
yang tidak.

Menurut Didin dan Hendri (2003) dalam buku mereka Manajemen Syariah dalam Praktik, Manajemen
bisa dikatakan telah memenuhi syariah bila: pertama, manajemen ini mementingkan perilaku yang terkait
denga nilai-nilai keimanan dan ketauhidan. Kedua, manajemen syariah pun mementingkan adanya
struktur organisasi. Ini bisa dilihat pada surat Al An'aam: 65, "Allah meninggikan seseorang di atas orang
lain beberapa derajat". Ini menjelaskan bahwa dalam mengatur dunia, peranan manusi tidak akan sama.
Ketiga, manajemen syariah membahas soal sistem. Sistem ini disusun agar perilaku pelaku di dalamnya
berjalan dengan baik. Sistem pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, misalnya, adalah salah satu yang
terbaik. Sistem ini berkaitan dengan perencanaan, organisasi dan kontrol, Islam pun telah mengajarkan
jauh sebelum adanya konsep itu lahir, yang dipelajari sebagai manajemen ala Barat.

Menurut Karebet dan Yusanto (2002), syari’ah memandang manajemen dari dua sisi, yaitu manajemen
sebagai ilmu dan manajemen sebagai aktivitas. Sebagai ilmu, manajemen dipandang sebagai salah satu
dari ilmu umum yang lahir berdasarkan fakta empiris yang tidak berkaitan dengan nilai, peradaban
(hadharah) manapun. Namun sebagai aktivitas, maka manajemen dipandang sebagai sebuah amal yang
akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT, sehingga ia harus terikat pada aturan syara’,
nilai dan hadharah Islam. Manajemen Islami (syariah) berpijak pada aqidah Islam. Karena aqidah Islam
merupakan dasar Ilmu pengetahuan atau tsaqofah Islam.

Manajemen Sebagai ilmu

Sebagai ilmu, manajemen termasuk sesuatu yang bebas nilai atau berhukum asal mubah.
Konsekuensinya, kepada siapapun umat Islam boleh belajar. Berkaitan dengan ini, kita perlu mencermati
pernyataan Imam A; ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin, Bab Ilmu. Beliau membagi ilmu dalam dua
kategori ilmu berdasarkan takaran kewajiban yaitu: (1) ilmu yang dikategorikan sebagai fardhu ’ain,
yakni yang termasuk dalam golongan ini adalah ilmu-ilmu tsaqofah bahasa Arab, sirah nabawiyah,
Ulumul Qur’an, Ulumul hadits, Tafsir, dan sebagainya. (2) Ilmu yang terkategori sebagai fardhu kifayah,
yaitu ilmu yang wajib dopelajari oleh salah satu atau sebagian dari kaum muslimin. Ilmu yang termasuk
dalam kategori ini adalah ilmu-ilmu kehidupan yang mencakup ilmu pengetahuan dan teknologi serta
keterampilan, diantaranya seperti ilmu kimia, biologi, fisika, kedokteran, pertanian, teknik dan
manajemen.
Dalam kitab Al fathul Kabir, Jilid III, disebutkan bahwa rasul pernah mengutus dua orang sahabatnya
ke negeri Yaman guna mempelajari teknologi pembuatan senjata bernama dabbabah. Yakni sejenis
kendaraan tank saat ini, yang terdiri atas kayu tebal berlapis kulit dan tersusun dari roda-roda. Senjata
ini mampu menerjang benteng lawan.

Manajemen Sebagai Aktivitas

Dalam ranah aktivitas, Islam memandang bahwa keberadaan manajemen sebagai suatu kebutuhan yang
tak terelakkan dalam memudahkan implementasi Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat. Implementasi nilai-nilai Islam berwujud pada difungsikannya Islam sebagai kaidah berpikir
dan kaidah amal dalam kehidupan. Sebagai kaidah berpikir, aqidah dan syariah difungsikan sebagai asas
dan landasan pola pikir. Sedangkan sebagai kaidah amal, syariah difungsikan sebagai tolok ukur
(standar) perbuatan.

Karenanya, aktivitas menajemen yang dilakukan haruslah selalu berada dalam koridor syariah. Syariah
harus menjadi tolok ukur aktivitas manajemen. Senafas dengan visi dan misi penciptaan dan
kemusliman seseorang, maka syariahlah satu-satunya yang menjadi kendali amal perbuatannya. Hal ini
berlaku bagi setiap Muslim, siapa pun, kapan pun dan di mana pun. Inilah sebenarnya penjabaran dari
kaidah ushul yang menyatakan ”al aslu fi al-af’al attaqoyyadu bi al-hukmusy syar’i”, yakni hukum asal
suatu perbuatan adalah terikat pada hukum syara yang lima, yakni wajib, sunah, mubah, makruh dan
haram.

Dengan tolok ukur syariah, setiap muslim akan mampu membedakan secara jelas dan tegas perihal halal
tidaknya, atau haram tidaknya suatu kegiatan manajerial yang akan dilakukannya. Aktivitas yang halal
akan dilanjutkannya, sementara yang haram akan ditinggalkannya semata-mata untuk menggapai
keridhaan Allah Swt.

Peran Syariah Dalam Fungsi Manajemen

Seperti yang sudah dikemukan diatas bahwa peran syariah Islam adalah pada cara pandang dalam
implementasi manajemen. Dimana standar yang diambil dalam setiap fungsi manajemen terikat dengan
hukum-hukum syara’ (syariat Islam). Fungsi manajemen sebagaimana kita ketahui ada empat yang
utama, yaitu: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengontrolan (controlling), dan
pengevaluasian (evaluating)

Syariah dalam Fungsi Perencanaan

Berikut ini adalah beberapa Implementasi syariah dalam fungsi perencanaan:

1. Perencanaan bidang SDM.

Permasalahan utama bidang SDM adalah penetapan standar perekrutan SDM. Implementasi syariah
pada bidang ini dapat berupa penetapan profesionalisme yang harus dimiliki oleh seluruh komponen
SDM perusahaan. Kriteria profesional menurut syariah adalah harus memenuhi 3 unsur, yaitu kafa’ah
(ahli di bidangnya), amanah (bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab), memiliki etos kerja yang
tinggi (himmatul ‘amal).

2. Perencanaan Bidang Keuangan

Permasalahan utama bidang keuangan adalah penetapan sumber dana dan alokasi pengeluaran.
Implementasi syariah pada bidang ini dapat berupa penetapan syarat kehalalan dana, baik sumber
masukan maupun alokasinya. Maka, tidak pernah direncanakan, mislanya, peminjaman dana yang
mengandung unsur riba, atau pemanfaatan dana untuk menyogok pejabat.

3. Perencanaan Bidang Operasi/produksi

Implementasi syariah pada bidang ini berupa penetapan bahan masukan produksi dan proses yang akan
dilangsungkan. Dlam dunia pendidikan, mislanya, inpuntnya adalah SDM Muslim dan proses
pendidikannya ditetapkan dengan menggunakan kurikulum yang Islami. Dalam Industri pangan, maka
masukannya adalah bahan pangan yang telah dipastikan kehalalannya. Sementara proses produksinya
ditetapkan berlangsung secara aman dan tidak bertentangan dengan syariah.

4. Perencanaan bidang pemasaran.

Implementasi syariah pada bidang ini dapat berupa penetapan segmentasi pasar, targeting dan positioning,
juga termasuk promosi. Dalam dunia pendidikan, mislanya, segmen yang dibidik adalah SDM muslim.
Target yang ingin dicapai adalah output didik (SDM) yang profesional. Sedangkan posisi yang ditetapkan
adalah lembaga yang memiliki unique position sebagai lembaga pendidikan manajemen syariah. Dalam
promosi tidak melakukan kebohongan, penipuan ataupun penggunaan wanita tanpa menutup aurat
sempurna.

Peran Syariah dalam Pengorganisasian.

Berikut ini adalah beberapa Implementasi syariah dalam fungsi pengorganisasian:

Aspek Struktur

Pada aspek ini syariah di implementasikan pada SDM yaitu hal-hal yang berkorelasi dengan faktor
Prfesionalisme serta Aqad pekerjaan. Harus dihindarkan penempatan SDM pada struktur yan tidak
sesuai dengan kafa’ah-nya atau dengan aqad pekerjaannya. Yang pertama akan menyebabkan
timbulnya kerusakan, dan yang kedua bertentangan dengan keharusan kesesuaian antara aqad dan
pekerjaan.

Aspek Tugas dan Wewenang

Implementasi syariah dalam hal ini terutama di tekankan pada kejelasan tugas dan wewenang masing-
masing bidang yang diterima oleh para SDM pelaksana berdasarkan kesanggupan dan kemampuan
masing-masing sesuai dengan aqad pekerjaan tersebut.
Aspek Hubungan

Implementasi syariah pada aspek ini berupa penetapan budaya organisasi bahwa setiap interaksi antar
SDM adalah hubungan muamalah yang selalu mengacu pada amar ma’ruf dan nahi munkar.

Peran Syariah dalam Pengontrolan

Berikut ini adalah beberapa Implementasi syariah dalam fungsi pengarahan adalah merupakan tugas
utama dari fungsi kepemimpinan.

Fungsi kepemimpinan selain sebagai penggembala (pembimbing, pengarah, pemberi solusi dan
fasilitator), maka implementasi syariah dalam fungsi pengarahan dapat dilaksankan pada dua fungsi
utama dari kepemimpinan itu sendiri, yakni fungsi pemecahan masalah (pemberi solusi) dan fungsi
sosial (fasilitator). Pertama, fungsi pemecahan masalah. Mencakup pemberian pendapat, informasi dan
solusi dari suatu permasalahan yang tentu saja selalu disandarkan pada syariah, yakni dengan di dukung
oleh adanya dalil, argumentasi atau hujah yang kuat. Fungsi ini diarahkan juga untuk dapat memberikan
motivasi ruhiyah kepada para SDM organisasi.

Motivasi

Seorang pemimpin bertugas untuk memotivasi, mendorong dan memberi keyakinan kepada orang yang
dipimpinnya dalalm suatu entitas atau kelompok, baik itu individu sebagai entitas terkecil sebuah
komunitas ataupun hingga skala negara, untuk mencapai tujuan sesuai dengan kapasitas kemampuan
yang dimiliki. Pemimpin harus dapat memfasilitasi anggotanya dalam mencapai tujuannya. Maka dalam
hal motivasi ini seorang pemimpin harus dapat memberikan kekuatan ruhiyah. Kekuatan yang muncul
karena adanya kesadaran akibat pemahaman (mafhum) akan maksud dan tujuan yang mendasari amal
perbuatan yang dilakukan. Oleh karena itu wajib bagi pemimpin untuk memberikan pemahaman dan
motivasi kepada setiap orang yang dipimpinnya, agar perbuatan mereka dapat dilaksanakn dengan baik
dan sempurna, tidak keluar dari tanggung jawab dan wewenangnya.

Fasilitator

Kedua, fungsi sosial. Fungsi sosial yang berhubungan dengan interaksi antar anggota komunitas dalam
menjaga suasana kebersamaan tim agar tetap sebagai team (together everyone achieve more). Setiap
anggotanya harus dapat bersinergi dalam kesamaan visi, misi dan tujuan organisasi. Suasana tersebut
dapat diringkas dalam formula three in one (3 in 1), yakni kebersamaan seluruh anggota dalam kesatuan
bingkai thinking-afkar (ide atau pemikiran), feeling-masyair (perasaan) dan rule of game-nidzam (aturan
bermain). Tentu saja interaksi yang terjadi berada dalam koridor amar ma’ruf dan nahi munkar.

Peran Syariah dalam Evaluasi

Fungsi manajerial pengawasan adalah untuk mengukur dan mengoreksi prestasi kerja bawahan guna
memastikan bahwa tujuan organisasi disemua tingkat dan rencana yang di desain untuk mencapainya,
sedang dilaksanakan. Pengawasan membutuhkan prasyarat adanya perencanaan yang jelas dan matang
serta struktur organisasi yang tepat. Dalam konteks ini, implementasi syariah diwujudkan melalui tiga
pilar pengawasan, yaitu:

1. Ketaqwaan individu. Seluruh personel SDM perusahaan dipastikan dan dibina agar menjadi SDM
yang bertaqwa.

2. Kontrol anggota. Dengan suasana organisasi yang mencerminkan formula TEAM, maka
proses keberlangsungan organisasi selalu akan mendapatkan pengawalan dari para SDM-nya agar
sesuai dengan arah yang telah ditetapkan.

3. Penerapan (supremasi) aturan. Organisasi ditegakkan dengan aturan main yang jelas dan
transparan serta-tentu saja-tidak bertentangan dengan syariah.

Fungsi Manajemen Konvensional

a. Perencanaan (PLANNING)

Perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan dan diikuti dengan membuat berbagai rencana
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut.

Perencanaan merupakan aktifitas menejemen yang paling krusial, langkah awal untuk menjalankan
menejemen sebuah pekerjaan, dan sangat berpengaruh pada unsur-unsur menejemen lainnya
merealisasikan perencanaan dan pengawasan mewujudkan tujuan yang direncanakan dan sesuai
dengan tanggung jawab.

Tidak ada sesuatu pun dalam kehidupan ini yang terlepas dari masalah. Maka untuk mengatasi masalah
harus dengan perencanaan. Kita sebaiknya tidak melakukan pekerjaan tanpa perencanaan, misalnya kita
melakukan a,b,c sekaligus, akibatnya pekerjaan a tidak selesai, b tidak selesai, dan c juga tidak. Hal ini
bukanlah suatu perencanaan.

b. Pengorganisasian (ORGANIZING)

Pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumberdaya manusia dan sumberdaya fisik
lain yang dimiliki untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan tersebut.

Fungsi pengorganisasian untuk mengatur kemampuan sumber daya manusia guna mencapai tujuan
yang ditentukan dengan segala potensinya secara efektif dan efisien agar suatu bagian dapat berjalan
terarah sesuai visi dan misinya.

c. Pengarahan (ACTUATING)

Fungsi pengarahan diindentikkan dengan fungsi pemimpin, yaitu suatu kemampuan proses atau fungsi
yang digunakan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain agar mencapai maksud dan tujuan
yang diinginkan. Fungsi pemimpin menyelesaikan masalah baik dilakukan secara individu maupun
musyawarah mufakat, dilain itu pemimpin juga makhluk sosial yang membutuhkan bantuan dengan
lainnya.

Kriteria pemimpin sukses dalam sebuah organisasi adalah ketika seorang pemimpin dicintai oleh
bawahannya, pemimpin yang mampu menampung aspirasi bawahannya, dan pemimpin yang selalu
bermusyawarah.

d. Pengawasan (CONTROLLING)

Pengawasan adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk
kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan. Dengan adanya pengawasan, upaya
sistematis menerapkan standar prestasi kerja dengan tujuan perencanaan untuk membandingkan prestasi
sesungguhnya dengan standar yang telah ditentukan. Pengambilan tindakan perbaikan yang telah di
perlukan untuk menjamin sumber daya organisasi dengan cara efektif dan efisien guna tercapai tujuan
organisasi yang jelas, secara transparan.

System pengawasan yang baik tidak dapat terlepaskan dari pemberian imbalan dan hukuman. Bentuk
imbalan tidak mesti materi, namun dapat pula dalam bentuk pujian, penghargaan, dan promosi. Bentuk
hukuman juga bermacam, seperti teguran, peringatan, skors, dan pemecatan. Koreksi dalam islam
didasari atas tiga hal. Saling menasehati atas kebenaran dan norma yang jelas, saling menasehati atas
dasar kesabaran, dan saling menasehati atas dasar kasih sayang.

ungsi Manajemen Syariah

Pembahasan mengenai fungsi manajemen syariah tidak jauh berbeda dengan fungsi manajemen
konvensional, hanya saja dalam fungsi manajemen syariah terdapat nilai-nilai islami yang menjadi ciri-
ciri utama manajemen syariah.

a. Perencanaan (PLANNING)

Dalam islam, konsep perencanaan tersebut berdasarkan konsep pembelajaran dan hasil musyawarah
dengan orang-orang yang berkompeten, cermat, dan luas pandangannya dalam menyelesaikan persoalan.
Ketentuan ini berdasar pada petunjuk hadist Rasulullah SAW: “Jika engkau ingin mengerjakan sesuatu
pekerjaan maka pikirkanlah akibatnya, jika perbuatan itu baik maka ambilah dan jika perbuatan itu jelek
maka tinggalkanlah” (HR Ibnul Mubarak). Oleh karena itu perencanaan merupakan bagian dari
sunatullah.

Islam menjelaskan visi perusahaan adalah menjadikan perusahaan yang multiguna dengan berpedoman
pada nilai-nilai yang universal. Maka visi perusahaan dalam islam bukan semata urusan dunia, tetapi
juga merupakan bagian dari ibadah kepada-Nya.

b. Pengorganisasian (ORGANIZING)
Fungsi pengorganisasian untuk mengatur kemampuan sumber daya manusia guna mencapai tujuan
yang ditentukan dengan segala potensinya secara efektif dan efisien agar suatu bagian dapat berjalan
terarah sesuai visi dan misinya.

Islam mendorong umatnya untuk melakukan segala sesuatu secara terorganisasi dengan rapi. Firman
Allah SWT dalam surat ash-Shaff 4: “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-
Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”.
Organisasi dalam pandangan islam bukan semata-mata wadah, tetapi menekankan pada bagaimana
suatu pekerjaan dilakukan secara rapi, dalam organisasi tentu ada pemimpin dan bawahan, kekuasaan,
wewenang .

Pada zaman Rasulullah, semua urusan tidak langsung dipegang oleh Rasulullah, tetapi didelegasikan
pada orang-orang yang tepat. Inilah contoh pendelegasian wewenang yang berjalan baik yang dapat
melahirkan kekuatan luar biasa.

Kekuasaan adalah sebuah amanah yang merupakan peluang yang diberikan Allah SWT untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum dan untuk memajukan perusahaan yang dia
jalani. Jadi, semakin tinggi kekuasaan seseorang maka dia harus semakin meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat. Amanah adalah titipan Allah kepada manusia, seperti harta, usia, ilmu, dan anak
yang harus dipertanggungjawabkan kelak dihadapan-Nya.

c. Pengarahan (ACTUATING)

Fungsi pengarahan diindentikkan dengan fungsi pemimpin, yaitu suatu kemampuan proses atau fungsi
yang digunakan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain agar mencapai maksud dan tujuan
yang diinginkan. Fungsi pemimpin menyelesaikan masalah baik dilakukan secara individu maupun
musyawarah mufakat, dilain itu pemimpin juga makhluk sosial yang membutuhkan bantuan dengan
lainnya.

Islam menganjurkan untuk membudayakan musyawarah. Surat asy-Syuura 37-38 menegaskan


bagaimana musyawarah yang baik “Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan
perbuatan- perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf. Dan (bagi) orang-orang
yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang
kami berikan kepada mereka.”

d. Pengawasan (CONTROLLING)

Pengawasan dalam pandangan islam dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang
salah, dan membenarkan yang baik. Pengawasan dalam pandangan islam terbagi menjadi dua.
Pengawasan dari dalam diri sendiri yang bersumber dari tauhid dan keimanan kepada Allah SWT dan
pengawasan dari luar, yang dapat terdiri dari mekanisme pengawasan dari pemimpin yang mengenai
tugas yang didelegasikan.

Pengambilan tindakan perbaikan yang telah di perlukan untuk menjamin sumber daya organisasi dengan
cara efektif dan efisien guna tercapai tujuan organisasi yang jelas, secara transparan dan tidak
bertentangan dengan syari’ah islam. Allah SWT berfirman “barang siapa yang taat kepada Allah dan
bertaqwa kepada-Nya, maka orang-orang itu mendapat kemenangan.”

System pengawasan yang baik tidak dapat terlepaskan dari pemberian imbalan dan hukuman. Bentuk
imbalan tidak mesti materi, namun dapat pula dalam bentuk pujian, penghargaan, dan promosi. Bentuk
hukuman juga bermacam, seperti teguran, peringatan, skors, dan pemecatan. Koreksi dalam islam
didasari atas tiga hal. Saling menasehati atas kebenaran dan norma yang jelas, saling menasehati atas
dasar kesabaran, dan saling menasehati atas dasar kasih sayang.

C. Elemen Dasar (fungsi) Manajemen

Manajemen beroperasi melalui bermacam fungsi, biasanya digolongkan pada perencanaan,


pengorganisasian, kepemimpinan/motivasi dan pengaturan

Perencanaan: memutuskan apa yang harus terjadi di masa depan (hari ini, minggu depan, bulan depan,
tahun depan, setelah lima tahun, dsb.) dan membuat rencana untuk dilaksanakan

Pengorganisasian: membuat penggunaan maksimal dari sumberdaya yang dibutuhkan untuk


melaksanakan rencana dnegan baik

Leading/Kepemimpinan dan motivasi: memakai kemampuan di area ini untuk membuat yang lain
mengambil peran dengan efektif dalam mencapai suatu rencana. Kadang bagian ini sering disebut
Penggerakan (Actuating).

Pengendalian: monitoting/controlling - memantau kemajuan rencana, yang mungkin membutuhkan


perubahan tergantung apa yang terjadi

v Perencanaan (Planning)

G. R. Terry[9] mengemukakan tentang planning sebagai berikut : "Planning is the slecting and relating of
facts and the making and using of assumptions regarding the future in the visualization and formulation
of proposed activities believed necessary to achieve desired result (Perencanaan adalah pemilihan dan
penghubungan fakta-fakta serta pembuatan dan penggunaan perkiraan-perkiraan/asumsi-asumsi untuk
masa yang akan dating dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang
diperlukan untuk menccapai hasil yang diinginkan).

Planning yang efektif didasarkan pada fakta dan informasi, bukan atas dasar emosi atau keinginan.
Fakta-fakta yang relevan dengan situasi yang sedang dihadapi berhubungan erat dengan pengalaman
dan pengetahuan seorang manajer. Dibutuhkan cara berfikir yang berefleksi; juga dapat dibantu oleh
imaginasi dan forecast. Selanjutnya Harold Koontz dan Cyril O'Donnell[10] dalam buku principles
of management mengemukakan prinsip-prinsip planning sebagai berikut :

1. Prinsip membantu tercapainya tujuan (principle of contribution to objective). Setiap perencanaan dan
segala perubahannya harus ditunjukkan kepada pencapaian tujuan.

2. Prinsip pengutamaan perencanaan (principle of primacy of planning). Perencanaan merupakan


keperluan utama daripada manajer, fungsi lainnya adalah organizing, staffing, directing, dan control.
Seorang manajer tidak akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen lainnya tanpa mengetahui
tujuan dan pedoman dalam melaksanakan kebijaksanaan.

3. Prinsip pemerataan perencanaan (principle of pervasiveness of planning). Walaupun fungsi manajemen


itu sama pentingnya baik dalam ketentuan maupun pelaksanaannya, tetapi harus diingat bahwa prinsip
pemerataan perencanaan memegang peranan penting, mengingat manajer dalam tingkat tinggi banyak
mengerjakan perencanaan dan bertanggungjawab atas berhasilnya rencana tersebut. Tidak pernah ada
seorang manajer yang tidak mengerjakan perencanaan.

Jenis-jenis perencanaan :

a. Perencanaan Physik (physical planning). Perencanaan tersebut meliputi perencanaan yang sifatnya
physic, seperti perencanaan kota, perencanaan daerah, perencanaan bangunan, jalan dan sebagainya.

b. Perencanaan Fungsional (Functional Planning). Perencanaan ini berhubungan dengan perecanaan


yang sifatnya fungsionil, seperti perencanaan produksi, perencanaan keuangan, perencanaan pegawai,
perencanaan penjualanperencanaan advertensi.

c. Perencanaan Comprehensive (Comprehensive Planning). Perencanaan ini merupakan gabungan antara


perencanaan physic dan perencanaan fungsionil. Sebagai contoh seorang usahawan yang akan mendirikan
pabrik tekstil maka ia akan merencanakan gedung ppabrik, mesin-mesin, produksi yang akan dihasilkan,
tenaga kerja, keuangan, penjualan dan sebagainya.

d. Perencanaan kombinasi umum (general Combination Planning). Perencanaan ini meliputi


perencanaan physic, fungsional, dan perencanaan komprehensive yang sekaligus digabungkan.
Perencanaan ini biasanya sangat besar, seperti proyek jatiluhur, dan biasanya dilakukan oleh
pemerintah. Swasta tidak tertarik terhadap jenis perencanaan ini, disebabkan oleh dua faktor : (1).
Jumlah modal yang harus diikutsertakan/diinvestasikan sangat besar. (2). Waktu yang dierlukan cukup
lama, sedangkan perusahaan biasanya memperhitungkan waktu pengembalian modal yang relative
singkat dan memberikan keuntungan.

Keuntungan-keuntungan dan kerugian dari Planning


Pertanyaan-pertanyaan pokok terhadap Planning dapat disingkat dengan 5 W + 1 H (What, When,
Why, Who, Where + How). Adapun keuntungan-keuntungan dari perencanaan menurut G. R. Terry
diantaranya:

1. Pertama-tama perencanaan menyebabkan bahwa kegiatan-kegiatan dilakukan secara teratur dan


bertujuan (Planning makes for the utilization of purposeful and orderly activities)

2. Perencanaan meminimalisir tindakan-tindakan yang tidak produktif (Unproductive promotes the use
of a measure of performance)

3. Perencanaan membantu penggunaan suatu alat pengukur hasil kerja (Planning promotes the use of a
measure of performance).

Sedangkan kekurangan-kekurangan atas pembatasan-pembatasannya yaitu :

1. Informasi atau fakta-fakta yang dibutuhkan untuk meramalkan masa yang akan datang, belum tentu
tepat, sehingga manajer tidak akan dapat secara pasti meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang
akan dating.

2. Biaya yang diperlukan untuk menyusun suatu planning yang lengkap sangat besar, bahkan dapat
melampaui hasil yang akan dicapai.

3. Secara psikologis orang-orang itu lebih suka memperhatikan masa sekarang daripada masa yang akan
datang, mengingat planning berhubungan dengan masa yang akan datang.

v Pengorganisasian (Organizing)

To organize, dalam Webster's new Collegiate Dictionary[11], berasal dari organen bahasa greek, yang
berarti : a part of structure in an animal or plant adapted for the performance or some specific fungtion, as
the heart, kidney etc, atau sebagian/susunan dalam binatang atau tumbuh-tumbuhan yang digunakan
untuk melakukan beberapa tugas khusus, seperti hati, ginjal, dan sebagainya. Sedangkan Paul
Bertholeneus dalam buku An Outline of Public Administration, menyebutkan : "Organizaton is an
arrangement, presumably logical of interdependent parts to form a unified whole, through which power
and control can be exercised to the end of achieving a given purpose". Organisasi ialah susunan yang
agak logis dari bagian-bagian yang saling berhubungan untuk mewujudkan sesuatu keseluruhan yang
bulat, sehingga kekuasaan dan pengawasan dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

Prinsip-prinsip organisasi menurut Harold Koontz[12] diantaranya:

1. Principle of Unity of Objective (prinsip kesatuan tujuan). Dalam organisasi harus ada kesatuan
tujuan, organisasi itu akan kacau apabila tidak ada kesatuan tujuan. Kesatuan tujuan itu harus merata
dari atas sampai ke bawah.

2. Prinsiple of efficiency (prinsip hasil guna). Suatu organisasi dalam mencapai tujuannya harus dapat
mempergunakan biaya yang sekecil-kecilnya dengan pengorbanan yang sedikit-dikitnya.
3. Span of management Prinsiple (Prinsip rentangan manajemen). Seseorang terbatas didalam
mengurus orang lain, atau memimpin bawahannya. Batas-batas tersebut tidak tetap bagi setiap orang
tegantung kepada kekomplekan hubungan antara atasan dan bawahan dan kepada kemampuan manajer.

Prinsip-prinsip Organisasi menurut G. R. Terry diantaranya :

1. The Objective (Tujuan)

2. Authority and Responsbility (Wewenang dan Tanggungjawab)

3. Delegation and Authority (plimpahan wewenang)

4. Assign the personnel (penempatan tenaga kerja)

Sentralisasi dan Desentralisasi

Sebagai akibat adanya pembagian kerja dan pelimpahan wewenang untuk melaksanakan pekerjaan,
maka dalam organisasi itu timbul sentralisasi dan desentralisasi wewenang atau kekuasaan. Sentralisasi
penuh daripada wewenang dalam organisasi tidak mungkin dilakukan, karena adanya division of work
dan delegation of authority. Desentralisasi yang mutlak penuh, juga tidak mungkin dilakukan, karena
adanya division of work tidak mungkin melimpahkan wewenang seluruhnya kepada pembantunya.
Apabila terjadi pelimpahan wewenang seluruhnya terhadap pembantunya, itu berarti penyerahan
wewenang, sehingga wewenang itu berpindah kepada orang lain dan tidak bisa ditarik kembali,
sentralisasi penuh juga tidak ada, mengingat organisasi itu sendiri tidak akan ada, karena wewenang
dipegang sendiri dan pelaksanaan kerja dilakukan sendiri.

Jika demikian, maka organisasi yang dimaksud dengan sentralisasi ialah sejauh mana pembagian kerja
dan pelimpahan wewenang dilakukan untuk melakukan pekerjaan demi tercapainya tujuan yang telah
ditentukan dengan tanggungjawab kepada menejer yang menjadi pusat kegiatan.

v Penggerakan (Actuating)

Penggerakan merupakan terjemahan dari bahasa inggris Actuating, dimana kata ini berasal dari Acture
bahasa latin. Terry mendefinisikan penggerakan sebagai berikut : "Actuating is setting all members of the
group to want to achieve and to stive to achieve the objective willingly and keeping with the managerial
planning and organizing efforts". Pergerakan ialah membangkitkan dan mendorong semua anggota
kelompok agar supaya berkehendak dan berusaha dengan keras mencapai tujuan dengan ikhlas serta
serasi dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorgansasian dari pihak pimpinan. Factor-faktor yang
diperlukan dalam penggerakan diantaranya : (1) Kepemimpinan (leadership) (2). Sikap dan Moril
(attitude and morale) (3). Tatahubungan (Communicatio) (4). Perangsang (Incentive) (5). Supervisi
(supervision) (6). Disiplin (Discipline).

(1). Kepemimpinan (Leadership)


Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar berusaha dengan ikhlas untuk
mencapai tujuan bersama. Seorang manajer yang tidak memiliki kepemimpinan tidak akan mampu
untuk mempengaruhi bawahannya untuk bekerja, sehingga manajer yang demikian akan gagal dalam
usahanya. Sifat-sifat kepemimpinan menurut Harold koontz, diantaranya sebagai berikut :

(a). Memiliki kecerdasan orang-orang yang dipimpin (b). Mempunyai perhatian terhadap kepentingan
yang menyeluruh (c). Memiliki kelancaran dalam berbicara (d). Matang dalam berpikir dan emosi (e).
Memiliki dorongan yang kuat dari dalam untuk memimpin (f). Memahami/menghayati kepentingan
kerja sama.

(2). Sikap dan Moril (Attitude and Morale)

Sikap ialah suatu cara memandang hidup, suatu cara berpikir, berperasaan dan bertindak. Oleh karena itu
sikap manajer akan berbeda-beda sesuai dengan pola hidupnya. Beberpa sikap manajer diantaranya yaitu
:

(a). Sikap feudal (feudal attitude). Manajer yang mempunyai sikap cara berpikir, berperasaan dan
bertindak sesuai dengan pola-pola kehidupan feodalisme, yaitu suka terikat oleh aturan-aturan tertentu
yang telah teradat dan selalu ingin penghormatan yang serba lebih. Dengan demikian dalam masyarakat
feudal dimana sikap anggota masyarakat sesuai dengan pola hidup feodalisme akan sukar lahir
kepemimpinan demokratis dariad para manajer, mengingat manajer tersebut hidup dari masyarakat
feudal.

(b). Sikap Kediktatoran (Dictatorial attitude). Manajer yang bersikap kediktatoran akan berpikir
berperasaan dan bertindak sebagai dictator yang mempunyai kekuasaan mutlak, sehingga bawahan,
pekerja akan menjadi sasaran daripada kekuasaannya.

(3). Tatahubungan (Communication)

Komunikasi membantu perencanaan managerial dilaksanakan dengan efektif, pengorganisasian


managerial dilakukan dengan effektif, penggerakan managerial diikuti dengan efektif dan pengawasan
diterapkan dengan efektif. Dalam melakukan komunikasi dalam manajemen ada beberapa macam
diantaranya :

(a). Komunikasi intern yaitu komunikasi yang dilakukan dalam organisasi itu sendiri baik antara atasan
dengan atasan atau bawahan dengan bawahan atau antara atasan dengan bawahan atau sebaliknya.

(b). Komunikasi Ekstern yaitu komunikasi yang dilakukan keluar organisasi.

(c). Komunikasi Horizontal yaitu komunikasi yang dilakukan baik intern maupun ekstern antar jabatan
yang sama.

(d). Komunikasi Vertikal yaitu komunikasi yang dilakukan dalam intern organisasi antara atasan dan
bawahan atau sebaliknya dalam suasana formil.
(4). Perangsang (Incentive) ; insentif ialah sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan seseorang
bertindak.

(5). Supervisi (Supervision)

Supervisi dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan pengawasan, sehingga suka timbul kekacauan
pengertian dengan kata pengawasan sebagai terjemah dari kata control. Menurut Terry Supervsi ialah
kegiatan pengurusan dalam tingkatan organisasi dimana anggota manajemen dan bukan anggota
manajemen saling berhubungan secara langsung. Dengan demkian tugas supervisor cukup berat karena
ia harus dapat menemukan kesalahan-kesalahan dan memperbaikinya, serta memberi petunjuk untuk
menyelesaikan sesuatu pekerjaan dan memberi nasehat-nasehat kepada pegawai yang mengalami
kesulitan.

(6). Disiplin (Discipline)

Disiplin ialah latihan pikiran, perasaan, kehendak dan watak untuk melahirkan ketaatan dan tingkah laku
yang teratur. Jenis disiplin ada dua : (1) Self Imposed discipline (disiplin yang timbul dengan sendirinya).
(2). Command Discipline (Disiplin berdasarkan perintah).

v Pengendalian/Pengawasan (Controling)

Webster's New collegiate Dictionary[13], memberikan penjelasan tentang control sebagai berikut :

1. to check or regulate as payment; to keep within limits as speed (mengecek atau mengetur seperti
pembayaran, menyesuaikan dengan batas-batas seperti kecepatan)

2. To test as verify by counter or parallel evidence or experiment (menguji atau memeriksa dengan bukti
atau pengalaman yang sama atau sebaliknya)

Pengawasan ialah pemeriksaan apakah sesuatu yang terjadi sesuai dengan rencana, instruksi yang
dikeluarkan dan prinsip-prinsip yang telah ditentukan.

Maksud dan Tujuan Pengawasan

a. Untuk mengetahui jalannya pekerjaan apakah lancer atau tidak.

b.Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengusahakan pencegahan
agar supaya tidak terulang kembali kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan-kesalahan yang baru.

c.Untuk mengetahui apakah pelaksanaan biaya sesuai dengan program (fase/tingkat pelaksanaan)
seperti yang telah ditentukan dalam planning atau tidak.

d. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan kerja sesuai dengan prosedur dan kebijaksanaan yang telah
ditentukan.
Prinsip-prinsip pengawasan

Cyril O'Donnell dalam buku Principles of Management menetapkan prinsip-prinsip pengawasan agar
supaya pengawasan tersebut berjalan efektif diantaranya sebagai berikut :

(1).Prinsip Tercapainya Tujuan (Prinsiple of assurance of Objective). Control harus ditujukan terhadap
tercapainya tujuan yaitu dengan mengadakan koreksi untuk menghindarkan penyimpangan/deviasi dari
pada rencana.

(2). Prinsip Effisiensi Pengawasan (Prinsiple of Efficiency of Control). Control adalah efficient
bilamana dapat menghindarkan penyimpangan-penyimpangan daripada planning, sehingga tidak
timbul hal-hal lain diluar dugaan.

(3). Prinsip Tanggungjawab Pengawasan (Prinsiple of Control of Responsibility). Control hanya


dapat dilaksanakan apabila manajer bertanggungjawab penuh terhadap pelaksanaan perencanaan.

D. Sarana (unsur-unsur) manajemen

Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools). Tools merupakan syarat
suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money,
materials, machines, method, dan markets.

· Man (SDM)

Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan
manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja,
sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya
orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.

· Money (uang)

Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat
pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam
perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena
segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang
yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli
serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.

· Materials (bahan)

Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk
mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat
menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat
dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
· Machines (mesin)

Dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan. Penggunaan mesin akan membawa kemudahan
atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.

· Methods (metode)

Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara kerja yang baik akan
memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara
pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada
sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu
diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak
mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama
dalam manajemen tetap manusianya sendiri.

· Market (pasar)

Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku,
maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab
itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam
perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera
konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.

Вам также может понравиться