Вы находитесь на странице: 1из 18

LAPORAN PRESENTASI KASUS

HELLP SYNDROME

Oleh :
dr. Dyka Ja’far Hutama Putra

Pendamping :
dr. H. Ryan Ramdhan

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN BEKASI
01 JUNI 2018 s/d 01 JUNI 2019
BAB I
ILUSTRASI KASUS

1.1. Identitas pasien


Nama : Ny A
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir/Usia : 24 Juni 1990 / 28 tahun
Alamat : Cibitung
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Rekam Medis : 130936
Tanggal Masuk IGD : 17 September 2018
Tanggal Masuk Rawat Inap : 21 September 2018
DPJP Spesialis : Dr. Ronny SpOG

1.2. Anamnesis
Keluhan Utama: Kepala terasa pusing sejak 3 hari SMRS

Anamnesis:
Pasien mengeluh kepala terasa pusing sejak 3 hari SMRS. Disertai rasa sesak. Pasien sedang
hamil anak kedua. Dengan usia kehamilan 27 minggu. Pasien rujukan dari RS Cibitung
medika dengan alasan rujuk fasilitas tidak memadai. Mual (-) muntah (-) BAB sulit, BAK
lancar keruh.
RPD: Hipertensi (-) Diabetes melitus (-) Jantung (-)
HPHT: 08 Maret 2018
Menstruasi Usia: 14 tahun
Riwayat Kehamilan:
No Tanggal Umur Jenis Penolong Penyulit Tempat Anak
Lahir Kehamilan Persalinan Partus JK BB PB
1 12 Jan 2012 Aterm Spontan Dokter (-) RS LK 2,9 49
2 Hamil ini

1
1.3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Compos Mentis, Kesan sakit sedang
Tanda vital :
TD: 183/110 mmHg
N: 132x/m
R : 26x/m
S: 36,5 C
Status Generalis
Kepala : tidak ada kelainan
Leher : tidak ada kelainan
Thoraks : tidak ada kelainan
Abdomen : TFU : 23 cm DJJ : 135x/menit
Ekstremitas : Akral hanget, Oedem Tungkai Minimal, CRT < 2”

1.4. Pemeriksaan Penunjang


 17/09/2018 GDS : 96
Hb : 11,9
Ht : 33,9 Ureum : 18
Leukosit : 10.200 Creatinin : 0,5
Trombosit : 104.000
Protein Urin : Positif (+++)
Masa Perdarahan :2’00”
Masa Pembekuan 5’00” Anti HIV : Non reaktif
HBsAg : Non Reaktif
SGOT : 43 Anti HCV : Non Reaktif
SGPT : 33

2
1.5. Diagnosis
G2P1A0 Hamil 27 Minggu dengan HELLP Syndrome + PEB

1.6. Penatalaksanaan
IVFD RL + MgSO4 40% 8gr 20 tpm
Amlodipin 2x10 mg
Dexamhetason 2mg / 4jam

1.7. Follow Up
Tanggal 18-09-18
S/ Pusing (+)
O/ TD:167/107
N: 127x/m
RR: 21x/m
S: 36,7
DJJ: 140x/m
Lab:
Proteinurin Positif (+++)
Asam Urat : 5,3
Masa Perdarahan 2’30”
Masa Pembekuan 4’30”

P/ Amlodipin 3x10mg
Dopamet 3x250mg
Konsul Penyakit Dalam
Advice Dr Asyraf SpPD : Heparin 3x2000unit, Cek PT APTT per 7 Hari

3
Jam 22.00
S/ Pasien Mulas (+)
O/ TD 161/100
N:103
DJJ: 164
VT: T.A.K, Portio Tebal, Pembukaan seujung jari
P/ Gastrul ½ Tab pada Forniks
Jam 03.45
VT T.A.K, Portio Tidak Teraba, Pembukaan Lengkap, Ketuban (+)
Jam 03.50
Ketuban pecah spontan jernih
Jam 04.00
Bayi lahir spontan, jenis kelamin Laki-laki, A/S 1/1, Beserta plasenta, rupture
perineum (-)

Tanggal 19-09-18
S/ (-)
O/ TD 135/80
Lab:
Hb 13,4
Leukosit 13.700
Hematokrit 33,7
Trombosit 140
PT: 9,2 (10,3-12,4)
APTT 24,9 (25,8-33,7)

P/ Cefadroxil 3x500mg PO
Asam Mefenamat 3x500mg PO
Amlodipin 1x10mg

4
Tanggal 20-09-18
S/ (-)
O/ TD 140/90
P/ inj Furosemide 1 amp IV

Tanggal 21-09-18
S/ (-)
O/ TD 145/90
P/ Obat pulang di teruskan
Furosemide 1x1tab PO
Dopamet 3x250mg PO
Amlodipin 1x10mg PO
Cefadroxil 3x500mg PO
Asam Mefenamat 3x500mg PO

1.8 Prognosis
Quo Ad Vitam : Ad bonam
Quo Ad Functionam : dubia
Quo Ad Sananctionam : dubia

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
TETANUS

2.1 Defenisi

Sindroma HELLP adalah singakatan dari Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelets

Count yang artinya adalah hemolisis dan peningkatan fungsi hepar dan trombositopenia. Ini

merupakan komplikasi dari Pre-eklamsia dan eklamsia yang terdiri dari:1,3

- Hemolisis (penghancuran sel darah merah)

- Peningkatan enzim hati (yang menunjukkan adanya kerusakan hati)

- Penurunan jumlah trombosit

2.2 Etiologi dan Patogenesis

Patogenesis sindrom HELLP sampai sekarang belum jelas. Yang ditemukan pada

penyakit multisistem ini adalah kelainan tonus vaskuler, vasospasme, dan kelainan

koagulasi. Sampai sekarang tidak ditemukan faktor pencetusnya. Sindrom ini kelihatannya

merupakan akhir dari kelainan yang menyebabkan kerusakan endotel mikrovaskuler dan

aktivasi trombosit intravaskuler; akibatnya terjadi vasospasme, aglutinasi dan agregasi

trombosit dan selanjutnya terjadi kerusakan endotel. Hemolisis yang didefinisikan sebagai

anemi hemolitik mikroangiopati merupakan tanda khas.1,2,3,4

Sel darah merah terfragmentasi saat melewati pembuluh darah kecil yang endotelnya

rusak dengan deposit fibrin. Pada sediaan apus darah tepi ditemukan spherocytes,

schistocytes, triangular cells dan burr cells.1,2,3,4

6
Peningkatan kadar enzim hati diperkirakan sekunder akibat obstruksi aliran darah hati

oleh deposit fibrin di sinusoid. Obstruksi ini menyebabkan nekrosis periportal dan pada

kasus yang berat dapat terjadi perdarahan intrahepatik, hematom subkapsular atau ruptur

hati. Nekrosis periportal dan perdarahan merupakan gambaran histopatologik yang paling

sering ditemukan. Trombositopeni ditandai dengan peningkatan pemakaian dan atau

destruksi trombosit.1,3,4,5

2.3 Faktor Resiko

Faktor risiko sindroma HELLP berbeda dengan preeklampsi (Tabel 1). pasien sindrom

HELLP secara bermakna lebih tua (rata-rata umur 25 tahun) dibandingkan pasien

preeklampsi-eklampsi tanpa sindrom HELLP(rata-rata umur 19 tahun). lnsiden sindrom ini juga lebih

tinggi pada populasi kulit putih dan multipara.. 1,2,3,4,5

Sindrom ini biasanya muncul pada trimester ke tiga, walaupun pada 11% pasien muncul pada umur

kehamilan <27 minggu, pada masa antepartum sekitar 69% pasiendan pada masa postpartum

sekitar 31%. Pada masa post partum, saat terjadinya khas,dalam waktu 48 jam pertama post

partum. 1,4,5,6

7
Sindroma HELLP Pre – eklampsi

Multipara Nullipara
Usia ibu >25 tahun Usia ibu < 20 tahun atau >40 tahun
Ras kulit putih Riwayat keluarga pre – eklampsi
Riwayat Obstetri Jelek ANC yang minimal
Diabetes Melitus
Hipertensi Kronik
Kehamilan Multipel
Tabel 1. Faktor Resiko Sindroma HELLP 5

2.4 Manifestasi Klinis

Pasien sindroma HELLP dapat mempunyai gejala dan tanda yang sangat bervariasi,

dari yang berniali daignostik sampai semua gejala dan tanda pada pasien preeklampsi-

eklampsi yang tidak menderita sindrom HELLP.

Pasien biasanya muncul dengan keluhan nyeri epigastrium atau nyeri perut kanan atas (90%),

beberapa mengeluh mual dan muntah (50%), yang lain bergejala seperti infeksi virus.

Sebagian besar pasien (90%) mempunyai riwayat malaise selama beberapa hari sebelum

tanda lain. Mual dan atau muntah dan nyeri epigastrium diperkirakan akibat obstruksi aliran

darah di sinusoid hati, yang dihambat oleh deposit fibrin intravaskuler. Pasien sindrom HELLP

biasanya menunjukkan peningkatan berat badan yang bermakna dengan edema menyeluruh. Hal

yang penting adalah bahwa hipertensi berat (sistolik160 mmHg, diastolik 110 mmHg) tidak

selalu ditemukan. 2,4,5,6

2.5 Diagnosis

Kriteria diagnosis sindroma HELLP berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium

antara lain klasifikasi Mississippi dan Tennessee. Bila dikombinasikan kedua klasifikasi ini

8
maka klas 1 termasuk kelompok sindroma HELLP komplit sedangkan klas 2 dan 3

merupakan sindroma HELLP parsial. 2

Sistem Mississippi Sistem Tennessee

- Klas 1 Trombosit ≤ 50 K/mm3 Sindrom Komplit:


- Klas 2 Trombosit > 50 - ≤100 - Hemolisis (gambaran sel abnormal)
K/mm3 - AST ≥ 70 IU/L
- Klas 3 Trombosit >100 - ≤ 150 - Platelet < 100 K/mm3
K/mm3 - LDH ≥ 600 IU/L
- AST dan atau ALT ≥ 40IU/L Sindroma Parsial:
- Hemolisis (gambaran sel abnormal)
Terdapat satu atau dua tanda diatas
- LDH ≥ 600 IU/L

Tabel 2. Kriteria Diagnosis Sindroma HELLP 2

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Diagnosis dini HELLP syndrome didasarkan pada deteksi hemolisis, tes disfungsi
hati, dan disfungsi ginjal. Hemolisis dibuktikan dengan peningkatan laktat dehidrogenase
(LDH) tingkat > 600 IU / L dan penurunan nilai haptoglobin serum. HELLP syndrome dapat
dideteksi sebelum peningkatan serum bilirubin tak terkonjugasi tingkat dan penurunan nilai
hemoglobin. Glutathione transferase dan glutathione S transferase merupakan penanda awal
hemolisis dan kerusakan hati. 7
Waktu protrombin dan waktu tromboplastin parsial teraktivasi (APTT) normal dalam
tahap awal, namun tingkat produk fibrin degradasi, D-dimer, dan kompleks trombin-
antitrombin meningkat, menjadi penanda fibrinolisis sekunder dan agregasi platelet.
Trombositopenia adalah penyebab utama dan awal dari perubahan koagulasi pada HELLP
syndrome. Dua klasifikasi untuk HELLP syndromebiasanya digunakan. 7
Klasifikasi Tennessee sistem didasarkan pada penilaian parameter berikut: AST> 70
UI / L, LDH> 600 UI / L, trombosit <100.000 / mm3, dengan demikian ada dua bentuk:
lengkap (semua elemen yang ada) dan HELLP syndromeparsial (satu atau dua elemen yang
ada). Klasifikasi Mississippi bergantung pada jumlah trombosit: kelas I (<50.000 / mm3),

9
kelas II (50,000- 100.000 / mm3) dan kelas III (100,000- 150.000 / mm3). Pencitraan hati
penting untuk evaluasi subkapsular atau perdarahan intraparenkim dan pecah hati. 7

Pada wanita hamil, USG dan MRI lebih disukai karena tidak adanya risiko radiasi pengion.

CT scan adalah metode pilihan pada periode postpartum. Bukti Ultrasonogram

Transabdominal Hematoma Intrahepatik sebagai struktur hipoekoik. CT scan atau MRI

dapat mendeteksi hemoperitoneum, hematoma intrahepatik, dan persatuan yang tidak teratur

antara parenkim hati normal dan hematoma intrahepatik sesuai dengan bagian kapsul yang

pecah.7

2.7 Penatalaksanaan 3,4,6

a. Diagnosis dini sangat penting mengingat banyaknya penyakit yang mirip dengan

sindroma HELLP

b. Pengobatan sindroma HELLP juga harus memperhatikan cara-cara perawatan dan

pengobatan pada preeklampsia dan eklampsia

c. Pemberian cairan intravena harus sangat hati-hati karena sudah terjadi vasospasme dan

kerusakan sel endotel.

d. Bila hendaknya dilakukan section caesarea dan bila trombosit < 50.000/cc, maka perlu

diberikan transfusi trombosit. Bila trombosit < 40.000/cc, dan akan dilakukan section

caesarea maka perlu diberi transfusi darah segar

e. Dapat pula diberikan “plasma exchange” dengan “fresh frozen plasma” dengan tujuan

menghilangkan sisa-sisa hemolisis mikroangiopati.

f. Pemberian double strength dexamethasone diberikan 10 mg IV tiap 12 jam segera setelah

diagnosis sindroma HELLP ditegakkan. Kegunaan pemberiannya yaitu untuk

10
meningkatkan pematangan paru pada kehamilan preterm dan dapat mempercepat

perbaikan gejala klinis dan laboratoris.

g. Pada sindroma HELLP post partum diberikan dexamethasone 10 mg IV setiap 12 jam

disusul pemberian 5 mg dexamethasone 2 kali dalam selang waktu 12 jam.

h. Perbaikan gejala klinik setelah pemberian dexamethasone dapat diketahui dengan :

- Meningkatnya produksi urin

- Meningkatnya trombosit

- Menurunnya tekanan darah

- Menurunnya kadar LDH dan AST

i. Bila terjadi ruptur hepar, sebaiknya segera dilakukan pembedahan lobektomi.

j. Sikap terhadap kehamilan pada sindroma HELLP, lahirkan bayi tanpa memandang usia

kehamilan.

k. Cesarean delivery : Indications and management


Indications for cesarean Managemen during cesarean
Nonreassuring fetal status General anesthesia for platelet count
<75.000/mm3
Abnormal fetal presentation Transfuse 6 units of platelets if count
<40.000/mm3
<30 weeks gestation and bishop score Insert subfascial drain
<5
<32 weeks gestation with intrauterine Secondary skin closure or leave
growth restriction or oligohydramnios subcutaneous drain
and bishop score <5
Known subscapular liver hematoma Obeserve for bleeding from upper
abdomen prior to closure
Suspected abruptio placentae

11
ALGORITMA TATALAKSANA SINDROMA HELLP 5

Umur kehamilan Umur kehamilan Umur kehamilan


< 32 minggu 32 – 34 minggu < 34 minggu

Pemberian Pemberian
Kortikosteroid Kortikosteroid

Observasi Penanganan
Terminasi
respon klinik konservatif

Konsul pasien untuk mendapatkan


pertolongan jika kehamilan dilanjutkan 2
minggu untuk kematangan paru janin

Kondisi pasien Kondisi pasien Transfer pasien kefasilitas pusat perawatan


memburuk stabil tersier yang mempunyai NICU

Kondisi pasien Kondisi pasien


memburuk membaik

Pantau pasien di fasilitas


Terminasi pusat perawatan tersier

12
2.8 Prognosis 3

a. Pada kebanyakan pasien akan stabil dalam waktu 24 – 48 jam dan sebagian dengan

penyakit klas 1 lebih lama waktu pemulihan post partum

b. Tingkat kekambuhannya adalah 2% - 27% pada kehamilan berikutnya

c. Pasien dengan resiko pre – eklampsi atau hipertensi dalam kehamilan dapat beresiko

melahirkan premature, pertumbuhan janin terhambat, dan solusio plasenta pada

kehamilan berikut

13
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

3.1 Anamnesis
Pasien mengeluh kepala terasa pusing sejak 3 hari SMRS. Disertai rasa sesak. Pasien
sedang hamil anak kedua. Dengan usia kehamilan 27 minggu. Pasien rujukan dari RS
Cibitung medika dengan alasan rujuk fasilitas tidak memadai. Mual (-) muntah (-) BAB
sulit, BAK lancar keruh.
RPD: Hipertensi (-) Diabetes melitus (-) Jantung (-)

Tidak ada gejala klinis pasti pada penyakit HELLP sindome dari hasil anamnesis, namun
sesak pada pasien adalah tanda hipoperfusi oksigen ke jaringan

3.2 Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : Compos Mentis, Kesan sakit sedang
Tanda vital :
TD: 183/110 mmHg
N: 132x/m
R : 26x/m
S: 36,5 C
Abdomen : TFU : 23 cm DJJ : 135x/menit

Pasien mengalami kondisi hipertensi saat kehamilan dan tidak ada riwayat hipertensi
sebelum hamil anak kedua. Kondisi ini disebut hipertensi gestasional. Untuk menentukan
apakah pasien Pre eklampsi di tentukan oleh hasil laboratorium proteinurin.

3.3 Pemeriksaan Penunjang


Hb : 11,9
Ht : 33,9
Leukosit : 10.200
Trombosit : 104.000

14
Masa Perdarahan :2’00”
Masa Pembekuan 5’00”
SGOT : 43
SGPT : 33
Protein Urin : Positif (+++)
PT: 9,2 (10,3-12,4)
APTT 24,9 (25,8-33,7)

Ditemukan trombositopeni, SGOT > 40, proteinurin postif 3 PT dan APTT


memendek adalah kriteria HELLP syndrome dan mengambil sitem Mississipi
kategori parsial disertai dengan preeklampsia berat

3.4 Diagnosis
G2P1A0 Hamil 27 Minggu dengan HELLP Syndrome + PEB

3.5 Penatalaksanaan

IVFD RL + MgSO4 40% 8gr 20 tpm


Dexamhetason 2mg / 4jam

Amlodipin 3x10mg
Dopamet 3x250mg
Pasien dilakukan partus segera tanpa melihat usia kandungan.

3.6 Prognosis
Quo Ad Vitam : Ad bonam
Quo Ad Functionam : dubia
Quo Ad Sananctionam : dubia

15
BAB V

KESIMPULAN

Sindroma HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelets Count) merupakan

suatu variasi dari preeklamsi berat yang disertai trombositopenia, hemolisis dan gangguan fungsi

hepar. Faktor risiko sindroma HELLP berbeda dengan preeklampsi pasien sindrom HELLP

secara bermakna lebih tua (rata-rata umur 25 tahun) dibandingkan pasien preeklampsi-eklampsi

tanpa sindroma HELLP.

Gambaran klinis Sindroma HELLP bervariasi. Oleh sebab itu diperlukan pemeriksaan

penunjang berupa pemeriksaan penunjang untuk mediagnosis Sindroma HELLP. Pasien – pasien

dengan factor resiko, diharapkan melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) secara teratur.

Diagnosis dini sangat penting mengingat banyaknya penyakit yang mirip dengan sindroma

HELLP. Pengobatan sindroma HELLP juga harus memperhatikan cara-cara perawatan dan

pengobatan pada preeklampsia dan eklampsia.

16
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, S. Buku Ajar Ilmu Kebidanan. FK-UI. 2009 : 530-60

2. Jayakusuma A. Sindroma HELLP Parsial Pada Kehamilan Prematur. FK – UNUD. 2005. 25

– 43

3. Angsar, M. Hipertensi Dalam Kehamilan Edisi II. FK-UNAIR. 2003: 10-19

4. Khan H. HELLP Syndrom. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/1394126-

overview#showall

5. Anonim. HELLP Syndrom. Diunduh dari: http://www.scribd.com/doc/92585387/hellp-

sindrom-teori

6. Bailis A, Witter F. Hypertensive Disorders of Pregnancy. In: The Jhons Hopkins Manual of

Gynecology and Obstetrics, 3rd Ed. 2007

7. SM Pokharel, SK Chattopadhyay, R Jaiswal and P Shakya. 2011. HELLP Syndrome - a

pregnancy disorder with poor prognosis. Nepal Med Coll J . 260-263.

17

Вам также может понравиться