Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Salah satu masalah yang belum terselesaikan di negeri ini adalah masalah kemiskinan.
Kemiskinan yang menjerat masyarakat Indonesia tak ubahnya sebuah penyakit kronis yang
sulit disembuhkan jika tidak segera ditangani.
Sementara itu, usaha pemerintah dalam pengentasan kemiskinan masih belum maksimal. Hal
ini bisa dilihat dari postur anggaran belanja pemerintah tahun 2011, di mana total belanja
negara telah mencapai angka Rp1.320 triliun dengan rincian belanja untuk pemerintah pusat
Rp908,3 triliun dan transfer daerah Rp412,5 trilun. Dari Rp908,3 triliun pemerintah pusat,
Rp182,9 triliun atau sekira 20,14% dialokasikan untuk belanja pegawai, Rp142,8 triliun atau
dengan kata lain sekira 15,73% dialokasikan hanya untuk belanja barang. Rp106,6 triliun
atau sekira 11,74% dialokasikan untuk membayar bunga utang dan Rp195,3 triliun atau
sekira 21,5% untuk menanggung subsidi BBM dan listrik.
Sementara itu, belanja modal yang berupa pembangunan infrastruktur hanya sebesar Rp140,9
triliun atau sekira 15,51% dan belanja bantuan sosial yang langsung menyentuh rakyat miskin
hanya mengambil porsi sekira 9,01% atau setara dengan Rp81,8 triliun.
Buku setebal 274 halaman ini terbagi menjadi tiga bab. Pada bab pertama penulis
menguraikan seputar wajah atau karakter kemiskinan Indonesia. Bab kedua membahas
tentang strategi makro pengentasan kemiskinan. Dan, bab ketiga membahas tentang peluang
dan tantangan yang akan dihadapi ke depan.
Sementara dari sisi pendidikan, masyarakat Indonesia juga masih mengalami nasib yang
mengenaskan. Angka persentase penduduk yang hidup dalam rumah tangga dengan kepala
keluarga yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar sembilan tahun mencapai angka 83,65%
untuk perdesaan dan 50,47% untuk perkotaan. Selanjutnya, yang paling memprihatinkankan
adalah rendahnya tingkat pendidikan generasi muda yang bisa dilihat dari persentase
penduduk berusia 18-24 tahun yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar sembilan tahun
berjumlah 40,70% untuk daerah perdesaan dan 15,97% untuk perkotaan (halaman 27).
Dari beberapa karakter kemiskinan yang diuraikan di atas, maka, perlu adanya strategi dan
landasan yang kokoh. Banyak ekonom menilai, bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
berkesinambungan adalah kunci utama untuk mengentaskan kemiskinan. Sementara untuk
mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan dibutuhkan stabilitas
makroekonomi. Dalam konteks inilah kemudian stabilitas makroekonomi menjadi penting
untuk diwujudkan karena akan menjadi stimulus pembangunan ekonomi secara keseluruhan
(halaman 68).
Buku ini penting dibaca oleh pengamat ekonomi atau siapa saja yang menginginkan angka
kemiskinan di Indonesia berkurang. Buku ini disusun berdasarkan keprihatinan dan
pengalaman empiris penulis yang memiliki pengalaman kerja lebih dari 30 tahun di dunia
konsultan bisnis. Dan, keprihatinan itu semakin terasa ketika penulis duduk sebagai anggota
Komisi XI DPR RI yang membidangi masalah keuangan negara. Keterlibatan yang cukup
intensif dalam mengawasi pengelolaan keuangan negara memberikan gambaran yang cukup
jelas bahwa politik anggaran negara masih belum berpihak kepada rakyat miskin. Postur
Judul buku : Panggilan Keberpihakan
Penulis: Kemal A. Stamboel
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Pertama, 2012
Tebal : xxii + 274 Halaman
Salah satu masalah yang belum terselesaikan di negeri ini adalah masalah kemiskinan.
Kemiskinan yang menjerat masyarakat Indonesia tak ubahnya sebuah penyakit kronis yang
sulit disembuhkan jika tidak segera ditangani.
Sementara itu, usaha pemerintah dalam pengentasan kemiskinan masih belum maksimal. Hal
ini bisa dilihat dari postur anggaran belanja pemerintah tahun 2011, di mana total belanja
negara telah mencapai angka Rp1.320 triliun dengan rincian belanja untuk pemerintah pusat
Rp908,3 triliun dan transfer daerah Rp412,5 trilun. Dari Rp908,3 triliun pemerintah pusat,
Rp182,9 triliun atau sekira 20,14% dialokasikan untuk belanja pegawai, Rp142,8 triliun atau
dengan kata lain sekira 15,73% dialokasikan hanya untuk belanja barang. Rp106,6 triliun
atau sekira 11,74% dialokasikan untuk membayar bunga utang dan Rp195,3 triliun atau
sekira 21,5% untuk menanggung subsidi BBM dan listrik.
Sementara itu, belanja modal yang berupa pembangunan infrastruktur hanya sebesar Rp140,9
triliun atau sekira 15,51% dan belanja bantuan sosial yang langsung menyentuh rakyat miskin
hanya mengambil porsi sekira 9,01% atau setara dengan Rp81,8 triliun.
Buku setebal 274 halaman ini terbagi menjadi tiga bab. Pada bab pertama penulis
menguraikan seputar wajah atau karakter kemiskinan Indonesia. Bab kedua membahas
tentang strategi makro pengentasan kemiskinan. Dan, bab ketiga membahas tentang peluang
dan tantangan yang akan dihadapi ke depan.
Sementara dari sisi pendidikan, masyarakat Indonesia juga masih mengalami nasib yang
mengenaskan. Angka persentase penduduk yang hidup dalam rumah tangga dengan kepala
keluarga yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar sembilan tahun mencapai angka 83,65%
untuk perdesaan dan 50,47% untuk perkotaan. Selanjutnya, yang paling memprihatinkankan
adalah rendahnya tingkat pendidikan generasi muda yang bisa dilihat dari persentase
penduduk berusia 18-24 tahun yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar sembilan tahun
berjumlah 40,70% untuk daerah perdesaan dan 15,97% untuk perkotaan (halaman 27).
Dari beberapa karakter kemiskinan yang diuraikan di atas, maka, perlu adanya strategi dan
landasan yang kokoh. Banyak ekonom menilai, bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
berkesinambungan adalah kunci utama untuk mengentaskan kemiskinan. Sementara untuk
mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan dibutuhkan stabilitas
makroekonomi. Dalam konteks inilah kemudian stabilitas makroekonomi menjadi penting
untuk diwujudkan karena akan menjadi stimulus pembangunan ekonomi secara keseluruhan
(halaman 68).
Buku ini penting dibaca oleh pengamat ekonomi atau siapa saja yang menginginkan angka
kemiskinan di Indonesia berkurang. Buku ini disusun berdasarkan keprihatinan dan
pengalaman empiris penulis yang memiliki pengalaman kerja lebih dari 30 tahun di dunia
konsultan bisnis. Dan, keprihatinan itu semakin terasa ketika penulis duduk sebagai anggota
Komisi XI DPR RI yang membidangi masalah keuangan negara. Keterlibatan yang cukup
intensif dalam mengawasi pengelolaan keuangan negara memberikan gambaran yang cukup
jelas bahwa politik anggaran negara masih belum berpihak kepada rakyat miskin. Postur
anggaran yang ada belum mencerminkan keberpihakan negara yang signifikan kepada
masyarakat miskin.
Buku Penggilan Keberpihakan ini menjadi sangat menarik untuk dibaca dan diterapkan
sebagai langkah mengentaskan kemiskinan yang terjadi. Buku ini juga kaya dengan data dan
informasi berkenaan dengan kemiskinan di Indonesia, sehingga diharapkan dapat
memberikan pencerahan bagi para peminat masalah pengentasan kemiskinan, khususnya
mereka yang mengemban tugas dalam advokasi, perumusan dan pelaksanaan kebijakan
pengentasan kemiskinan. [*]