Вы находитесь на странице: 1из 12

PANAS PELARUTAN ASAM BORAT DAN ASAM OKSALAT

Retno Wahyu Savitri(1), Yuliana Wulansari(2)


Laboratorium Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang
Gedung D8 Lt 2 Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Jawa Tengah, Indonesia
retnowahyu654@gmail.com, 08990131389

Abstrak
Percobaan panas pelarutan asam borat dan asam oksalat bertujuan untuk ditentukannya kurva
kelarutan asam borat dalam air, ditentukannya kelarutan asam oksalat dalam air pada suhu 25oC dan
35oC serta ditentukannya panas pelarutan asam borat dan asam oksalat. Pada praktikum ini
digunakan bahan asam borat, asam oksalat, aquadest, NaOH standar dan indikator PP. Dalam
praktikum ini digunakan sekitar 20 jenis alat. Metode yang digunakan adalah asam borat dilarutkan
dengan 4 variasi yaitu 0,2500 gram; 0,3750 gram; 0,5000 gram; dan 0,6250 gram dalam air masing-
masing 3,7500 gram lalu dipanaskan dan didinginkan untuk mengetahui suhu larut dan suhu
kristalnya. Asam oksalat dilarutkan dalam air pada suhu 25oC dan 35oC dan masing-masing larutan
dititrasi dengan larutan standar NaOH untuk ditentukannya ∆H dari kedua hasil tersebut. Hasil dari
percobaan didapatkan harga ∆H asam borat +356,504 kJ/mol yang berarti reaksi berlangsung secara
endoterm, dan untuk asam oksalat ∆H sebesar +0,1752 J/mol reaksi juga berlangsung secara
endoterm. Sedangkan kelarutan asam oksalat pada suhu 25⁰C sebesar 0,1175 M dan pada suhu 35⁰C
sebesar 0,12 M. Dapat disimpulkan bahwa hasil yang didapat sesuai dengan hukum Van’t Hoff
yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu maka semakin tinggi kelarutan suatu zat.
Kata Kunci : Asam borat; Asam oksalat; Kelarutan; Panas pelarutan.

Abstract
Experiment of heat dissolving boric acid and oxalic acid was aimed at determining the
solubility curves of boric acid in water, determine the solubility of oxalic acid in water at a
temperature of 25oC and 35oC and determine the heat dissolving boric acid and oxalic acid. In this
experiment used material boric acid, oxalic acid, aquadest, NaOH standard and indicator PP. In
this experiment used about 20 different kinds of tools. The methods used is to dissolve boric acid
with 4 variations i.e. 0.2500 grams; 0.3750 grams; 0.5000 g; and 0.6250 grams in water each 3.750
gram then the whole variation of heated and cooled to know the temperature dissolve and the
temperature of the Crystal. Oxalic acid dissolved in water at a temperature of 25 oC and 35oC the
then respective solution is titrated with a standard solution of NaOH to determine ∆H of both the
results. The results of experiments among others obtained price ∆H boric acid of +356.504 kJ/mol
which means that the reaction is endothermic, and oxalic acid has ∆H +0.1752 J/mol which
reaction is endothermic too. While solubility of oxalic acid at a temperature of 25 oC is 0.1175 M
and solubility at a temperature of 35oC is 0.12 M. can be concluded that the results obtained in
accordance with the Van't Hoff law which states that the higher the temperature, the higher the
solubility of a substance.
Keywords : Boric Acid; Oxalic Acid; Solubility; Heat Dissolving.

PENDAHULUAN
Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu larutan jenuh dalam sejumlah solven. Pada suatu temperatur tertentu
suatu larutan jenuh yang bercampur dengan solut yang tidak terlarut merupakan contoh lain
dari keadaan kesetimbangan dinamik (Moechtar, 1989). Suatu larutan mempunyai panas
pelarutan. Panas pelarutan adalah panas yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol
senyawa dilarutkan dalam sejumlah pelarut. Secara teoritis panas pelarutan suatu senyawa
harus diukur pada proses pelarutan tak berhingga, tetapi dalam prakteknya pelarut yang
ditambahkan jumlahnya terbatas, yaitu sampai tidak lagi timbul perubahan panas ketika
ditambahkan lebih banyak pelarut. (Effendi, 2003).
Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan–
bahan lain dalam larutan itu,dan pada komposisi pelarutnya.Terlebih penting adalah
perubahan kelarutan dengan suhu. Umumnya dapat dikatakan bahwa kelarutan endapan
bertambah besar dengan kenaikan suhu, meskipun dalam beberapa hal yang istimewa
(seperti kalium sulfat) terjadi hal yang sebaliknya. Laju kenaikan dengan suhu berbeda-beda
dalam beberapa hal sangat kecil sekali dalam hal-hal lainnya sangat besar (Vogel, 1990).
Panas pelarutan yang dihitung ini adalah panas yang diserap jika 1 mol padatan
dilarutkan dalam larutan yang sudah dalam keadaan jenuh. Hal ini berbeda dengan panas
pelarutan untuk larutan encer yang biasa terdapat dalam tabel panas pelarutan. Pada
umumnya panas pelarutan bernilai (+), sehingga menurut van’t hoff kenaikan suhu akan
meningkatkan jumlah zat terlarut (panas pelarutan (+)) = endotermis. Sedangkan untuk zat –
zat yang panas pelarutannya (-) adalah eksotermis. Kenaikan suhu akan menurunkan jumlah
zat yang terlarut.
Kelarutan zat menurut suhu sangat berbeda – beda. Pada suhu tertentu larutan jenuh
yang bersentuhan dengan zat terlarut yang tidak larut dalam larutan itu adalah sebuah
contoh mengenai kesetimbangan dinamik. Karena dihadapkan dengan sistem
kesetimbangan, dapat menggunakan prinsip le chatelier. Untuk menganalisis bagaimana
gangguan itu pada sistem akan mempengaruhi kedudukan kesetimbangan. Gangguan ini
antara lain perubahan pada suhu ini cenderung menggeser kesetimbangan ke arah penyerap
kalor.
Asam oksalat memiliki struktur kristal anhidrous, berbentuk piramida rombik, tidak
berbau, higioskopis, dan berwarna putih mengandung 71,42% asam oksalat anhidrat dan
28,58% asam oksalat dehidrit. Asam oksalat sebagaimana asam-asam organik yang lain
juga Mengalarni reaksi penggaraman dengan basa dan esterifikiasi dengan alcohol (Mastuti,
2005). Asam borat dapat larut dalam air mendidih. Ketika dipanaskan di atas suhu 170 oC,
asam borat akan mengering atau kehilangan air membentuk asam metaborat HBO2. Asam
metaborat berbentuk padatan putih dengan sistim kristalin kubik dan hanya sedikit yang
dapat larut dalam air. Titik lebur asam metaborat sekitar 236 oC. Ketika dipanaskan kembali
hingga lebih dari 300oC, maka asam metaborat ini akan mengering atau kehilangan air
kembali dan membentuk asam tetraborat atau asam piroborat (H2B4O7). Fasa – fasa ini
merupakan bentuk perubahan asam borat ketika dipanaskan secara kontinu. Jika terus
dipanaskan, maka akan terbentuk asam trioksida B2O3 dengan mudah (Nanto, 2008).
Percobaan panas pelarutan asam borat dan asam oksalat ini bertujuan menentukan
kurva kelarutan asam borat dalam air, menentukan kelarutan asam oksalat dalam air pada
suhu 25oC dan 35oC serta menentukan panas pelarutan asam borat dan asam oksalat.
Diharapkan dari percobaan yang dilakukan dapat diketahui panas pelaruan dari asam borat
dan asam oksalat sesuai teori.

METODE
Praktikum panas pelarutan asam borat dan asam oksalat ini dilakukan pada 26
Oktober 2016, bertempat di Laboratorium Kimia Fisika FMIPA Unnes. Variabel bebas
dalam praktikum ini adalah jumlah asam borat yang dilarutkan dan suhu pelarutan asam
oksalat. Sedangkan variabel kontrolnya adalah jumlah air yang digunakan dalam pelarutan
asam borat dan volume larutan jenuh asam oksalat. Sehingga Variabel terikatnya adalah
suhu pelarutan asam borat dan volume NaOH yang terpakai untuk titrasi larutan jenuh
asam oksalat.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum panas pelarutan asam borat dan
asam oksalat yaitu, asam borat (H3BO3) yang berasal dari produsen Merck jenis pro
analisis, asam oksalat (H2C2O4) berasal dari produsen Merck jenis pro analisis, natrium
hidroksida (NaOH) dari Merck jenis pro analisis, aquades yang diproduksi oleh Lab Kimia
Fisik FMIPA Unnes, dan indikator phenolptalein (pp) ) yang diproduksi langsung dari
Laboratorium Kimia Fisik FMIPA Unnes. Total asam borat yang dibutuhkan 3,500 gram
dan asam oksalat yang dibutuhkan sebanyak 1,2607 gram dan 2,00 gram serta NaOH
dibutuhkan sebanyak 4 gram. Sedangkan alat-alat yang digunakan yaitu, kaca arloji,
spatula, neraca analitik, gelas beker 100 mL merk Pyrex 2 buah, gelas beker 250 mL 3
buah. Selain itu ada pengaduk kaca, labu ukur merk Pyrex ukuran 20 mL dan 100 mL, pipet
tetes 3 buah, pipet volume pyrex (5 mL, 10 mL, dan 25 mL) dan ball pipet. Gelas ukur
pyrex (20 mL), labu erlenmeyer pyrex 100 mL 2 buah, tabung reaksi pyrex 4 buah (10 mL),
corong kaca, buret 50 mL, statif dan klem. Termometer alkohol 2 buah, botol gelap,
penjepit, kaki tiga, kasa, plastik dan lampu spirtus.
Praktikum pelarutan asam borat dan asam oksalat, diawali dengan pembuatan
larutan NaOH dan larutan asam oksalat. NaOH yang dibutuhkan sebanyak 4 gram dan asam
oksalat dihidrat sebanyak 1,2607 gram. Larutan NaOH 1 M dibuat sebanyak 100 mL.
Mula-mula NaOH ditimbang sebanyak 4 g kemudian dilarutkan dengan aquades dalam
beker glass. Setelah larut, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan
aquadest sampai tanda batas. Selanjutnya pembuatan larutan asam oksalat 0,5 M sebanyak
20 mL. Kristal Asam Oksalat ditimbang sebanyak 1,2607 g kemudian dilarutkan dengan
aquadest dalam beker glass. Setelah larut, dimasukkan ke dalam labu ukur 20 mL dan
ditambahkan aquadest sampai tanda batas. Setelah itu, larutan NaOH distandarisasi dengan
asam oksalat yang telah dibuat. Larutan NaOH dimasukkan ke dalam buret 50 mL dan
disiapkan 10 mL Asam Oksalat ke dalam Erlenmeyer. Larutan asam oksalat dalam
erlenmeyer ditetesi indikator pp sebanyak 2 tetes, kemudian dititrasi dengan larutan NaOH
dalam buret sampai muncul warna merah muda. Titrasi dilakukan secara duplo. Langkah
selanjutnya yaitu penentuan panas pelarutan asam borat. Asam borat yang akan dihitung
kelarutannya dibuat 4 sistem berbeda, yaitu 0,25 gram, 0,375 gram, 0,5 gram, dan 0,625
gram. Masing-masing dilarutkan dalam 7,5 gram atau 7,5 mL air dan diaduk. Lalu larutan
ditimbang dan dicatat massanya. Setelah itu dipanaskan hingga asam borat larut sempurna.
Lalu ditunggu dingin dan diamati hingga kristal pertama kali muncul, kemudian diukur
suhunya. Setelah itu ditimbang kembali untuk pengestimasian bobot kehilangan air. Proses
ini dilakukan pada tiap-tiap variasi massa, dan tiap massanya dilakukan duplo. Selanjutnya
yaitu penentuan panas pelarutan asam oksalat. Pertama-tama asam oksalat ditimbang
sebanyak 1 gram sebanyak 2 kali untuk larutan jenuh A dan larutan jenuh B dan
penimbangan erlenmeyer yang akan dimasukkan larutan asam oksalat ke dalamnya. Larutan
asam oksalat jenuh dibuat dengan 1 gram serbuk asam oksalat dihidrat yang dilarutkan
dalam 10 mL air dengan suhu 40oC dengan penangas air panas. Kemudian asam oksalat
jenuh A dijaga suhunya dengan suhu 35oC sedangkan larutan asam oksalat jenuh B suhunya
dijaga hingga 25oC. Setelah itu erlenmeyer berisi 10 mL larutan asam oksalat jenuh
ditimbang kembali dan dicatat massanya. Lalu 5 mL dari masing-masing larutan jenuh asam
oksalat yang telah dibuat diencerkan terlebih dahulu dengan 25 mL air. 10 mL dari masing-
masing larutan jenuh dititrasi dengan NaOH yang telah distandarisasi. Indikator PP
digunakan untuk penentuan titik akhir titrasi. Titrasi dilakukan secara duplo. Diagram alir
cara kerja praktikum dapat dilihat pada lampiran.
Setelah diperoleh data-data praktikum kemudian dilakukan analisis data. Pada
analisis data untuk panas pelarutan asam borat, dapat dihitung molalitas (m) serta kelarutan
(S) dari tiap-tiap variasi asam borat. Kemudian dibuat grafik hubungan antara konsentrasi
molal terhadap kelarutan dan juga dibuat grafik hubungan antara konsentrasi molal terhadap
1/T. Dari grafik yang diperoleh dapat dihitung panas pelarutan asam borat (∆H). Pada
analisis data untuk panas pelarutan asam oksalat dapat dihitung terlebih dahulu konsentrasi
(M) dan kelarutannya (S) kemudian dapat dihitung panas pelarutannya (∆H).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Praktikum ini bertujuan untuk menentukan panas pelarutan asam borat dan asam
oksalat. Pada penetuan panas pelarutan asam borat, asam borat dengan variasi massa
dilarutkan dengan sejumlah air (tetap) dan suhu ketika kristal terbentuk pertama kali dicatat.
Sedangkan untuk penentuan panas pelarutan asam oksalat digunakan metode titrasi dengan
NaOH pada 2 variasi suhu, yaitu pada suhu 35oC dan 25oC.
Dalam hal ini air yang digunakan bertindak sebagai pelarut sedangkan asam borat
sebagai zat terlarutnya. Pengaruh temperatur pada percobaan ini tidak mempengaruhi
dikarenakan temperatur yang digunakan konstan. Suhu pelarutan yang terjadi didalam
pelarutan asam borat dan air disebut panas pelarutan.
Panas pelarutan adalah panas yang menyertai reaksi kimia pada pelarutan mol zat
solute dalam n mol solvent pada tekanan dan temperature yang sama. Hal ini disebabkan
adanya ikatan kimia dari atom-atom (Alberty, 1991). Sedangkan untuk suhu pengkristalan,
berbeda dengan suhu pelarutannya. Sesuai dengan data yang ada, suhu pengkristalan yang
terjadi pada asam borat dan air mengalami fluktuasi. Pada massa asam borat yang paling
sedikit, mengalami pengkristalan yang cukup lama dengan suhu yang cukup rendah
dibandingkan yang lainnnya. Hal ini dikarenakan pelarut yang ada didalamnya sangat
sedikit sehingga zat yang harus mengkristal juga akan lama atau membutuhkan suhu yang
cukup rendah.
Tabel 1 menunjukkan suhu rata-rata pada pelarutan asam borat. Dari tabel 1 terlihat
bahwa semakin banyak jumlah asam borat yang dilarutkan, maka suhu yang dibutuhkan
untuk terbentuk kristal pertama kali juga meningkat. Peningkatan massa asam borat
berbanding lurus dengan peningkatan suhu saat pertama kali muncul kristal.
Tabel 1. Komposisi Campuran Asam Borat dan Air sesuai penimbangan

Massa Asam Massa Air Suhu saat terbentuk kristal (°C)


Komposisi
borat (gram) (gram) Percobaan 1 Percobaan 2 Rata-rata
1 0,2500 3,75 43,0 42,0 42,5
2 0,3750 3,75 44,0 46,0 45,0
3 0,5096 3,75 44,0 48,0 46,0
4 0,6266 3,75 45,0 48,0 46,5
Dari proses pemanasan asam borat yang dilakukan dihasilkan bobot kehilangan air
pada masing-masing konsentrasi seperti pada tabel 2.

Tabel 2. Massa Larutan & Beker Glass sebelum dan sesudah pemanasan
Massa larutan & tabung reaksi Massa larutan & tabung reaksi
Bobot kehilangan air (gram)
Tabung sebelum dipanaskan (gram) setelah dipanaskan (gram)
reaksi Percobaan Percobaan Rata- Percobaan Percobaan Rata- Percobaan Percobaan Rata-
1 2 rata 1 2 rata 1 2 rata

I 21,4420 22,6430 22,0425 21,2948 22,4812 21,8880 0,1472 0,1618 0,1545

II 22,3193 22,2234 22,2713 22,3055 22,1948 22,2501 0,0138 0,0286 0,0212


III 22,3660 22,7829 22,5744 22,3596 22,7415 22,5505 0,0064 0,0414 0,0239
IV 22,5065 22,5898 22,5481 21,5277 22,5319 22,0298 0,9788 0,0579 0,5183

Berdasarkan pada tabel 1 dan 2, didapatkan molalitas asam borat berturut-turut 1,1246
m; 1,6265 m; 2,1703 m; 3,1279 m. Dan kelarutannya sebesar 1,0782 M; 1,6173 M; 2,1564
M; 2,6956 M. Grafik 1 menunjukkan hubungan antara Kelarutan dan Molalitas. Dari grafik
tersebut terlihat bahwa peningkatan molalitas berbanding lurus dengan peningkatan
kelarutan. Grafik 2 menunjukkan hubungan antara konsentrasi molal dengan 1/T. Dari
analisis data dan grafik, dapat dihitung bahwa panas pelarutan asam borat adalah sebesar
+356,504 kJ/mol serta kelarutan asam borat dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu,
maka semakin tinggi pula kelarutannya.

Grafik 1. Grafik Hubungan antara Kelarutan terhadap Konsentrasi molal

3
2.6956
2.5
2.1564
2
Kelarutan (M)

1.6173 S = 0.800Cm+ 0.275


1.5 R² = 0.973

1 1.0782

0.5

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Konsentrsi Molal (m)
Grafik 2. Grafik hubungan antara Konsentrasi dengan 1/T
3.5 3.1279
3 Cm= -42878(1/T) + 136.7
2.5 2.1703 R² = 0.780

2 1.6265
Konsentrasi molal (m)

1.5 1.1246
1
0.5
0
0.00312 0.00313 0.00314 0.00315 0.00316 0.00317 0.00318
1/T (K-1)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pH, temperatur, jenis pelarut,


bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielekrik pelarut, dan surfaktan, serta efek garam.
Semakin tinggi temperature maka akan mempercepat kelarutan zat, semakin kecil ukuran
partikel zat maka akan mempercepat kelarutan zat, dan dengan adanya garam akan
mengurangi kelarutan zat.
Pada penentuan panas pelarutan asam oksalat, digunakan larutan NaOH sebagai
titran. Dalam praktikum ini, didapatkan normalitas NaOH sebesar 1,000 N. Titrasi larutan
jenuh asam oksalat pada suhu 35oC dan 25oC dapatkan data seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil titrasi larutan jenuh asam oksalat A dan B dengan NaOH

Volume (mL)
Jenis larutan Suhu akhir (℃)
1 2 rata-rata
Larutan jenuh Asam Oksalat A 35 2,5 2,3 2,4
Larutan jenuh Asam Oksalat B 25 2,4 2,3 2,35

Dari data tersebut, terlihat bahwa semakin tinggi suhu, kelarutan asam oksalat juga
semakin meningkat. Hasil analisis data, didapatkan bahwa panas pelarutan asam oksalat
adalah sebesar +0,1752 J/mol. Tanda (+) menunjukkan reaksi berlangsung secara endoterm.
Pada umumnya, kalor atau panas pelarutan adalah positif atau pelarutan suatu zat bersifat
endoterm, dengan demikian menurut Van’t Hoff, semakin tinggi suhu maka semakin tinggi
kelarutan suatu zat. Sebaliknya, jika panas pelarutannya negatif atau eksoterm, maka
semakin tinggi suhu jumlah kelarutannya menurun.
Kemudian kelarutan asam oksalat pada suhu 25℃ dari percobaan yang kami lakukan
sebesar 0,1175 M. Sedangkan pada suhu 35℃, kelarutan asam oksalat sebesar 0,12 M.
Dapat dilihat bahwa hasil percobaan sesuai dengan teori. Semakin tinggi suhu, maka
kelarutannya suatu zat akan semakin tinggi pula.

KESIMPULAN
Dari praktikum panas pelarutan asam borat dan asam oksalat dapat disimpulkan
bahwa kelarutan keduanya dipengaruhi oleh suhu. Pada asam borat, semakin tinggi suhu
maka semakin tinggi pula kelarutannya. Hal ini disebabkan karena panas pelarutannya
sebesar +356,504 kJ/mol yang menandakan reaksi berlangsung secara endoterm. Sama
halnya pada asam oksalat. Semakin tinggi suhu, kelarutan asam oksalat semakin tinggi. Hal
ini karena panas pelarutan asam oksalat sebesar +0,1752 J/mol yang menandakan reaksi
berlangsung secara endoterm.

DAFTAR PUSTAKA
Alberty, R. A. 1991. Kimia Fisik. Jakarta: Erlangga.
Effendi, M. 2003. Materi Kuliah Farmasi Fisika. Makassar: Unhas press.
Martin, A. 1993. Farmafisika 1. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Mastuti, E. 2. 2005. Pembuatan Asam Oksalat Dari Sekam Padi. Ekuilibrium. Vol. 4 No.
1.(I), pp. 13 -17.
Moechtar. 1989. Farmasifisika. Yogyakarta: Gadjahmada University Press.
Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT Kalman
Media Pustaka.
Lampiran
Analisis Data
Tabel 1. Penentuan Kelarutan dan ∆𝐻 H3BO3

Komposisi Campuran Berat Awal Berat Akhir Selisih rata-rata


(gram) Total (gram) Total (gram) (gram)
0,2500 + 3,7500 22,0425 21,8880 0,1545
0,3750 + 3,7500 22,2713 22,2501 0,0212
0,5096 + 3,7500 22,5744 22,5505 0,0239
0,6266 + 3,7500 22,5481 22,0298 0,5183

Perhitungan Molalitas Asam Borat:


𝑔𝑟 1000 𝑔𝑟 1000
𝑚= × = ×
𝑀𝑟 𝑝 𝑀𝑟 (𝑝 − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑖𝑟 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔)
0,25 1000
1. 𝑚1 = 61,83 × (3,75−0,1545) = 1,1246 𝑚
0,375 1000
2. 𝑚2 = 61,83 × (3,75−0,0212) = 1,6265 𝑚
0,50 1000
3. 𝑚3 = 61,83 × (3,75−0,0239) = 2,1703 𝑚
0,625 1000
4. 𝑚4 = 61,83 × (3,75−0,5183) = 3,1279 𝑚

Perhitungan Kelarutan Asam Borat :


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡 1000
𝑆= × 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟
𝑀𝑟
0,25 1000
1. 𝑆1 = 61,83 × 3,75 = 1,0782 M
0,375 1000
2. 𝑆2 = 61,83 × 3,75 = 1,6173 M
0,5 1000
3. 𝑆3 = 61,83 × 3,75 = 2,1564 M
0,625 1000
4. 𝑆4 = 61,83 × 3,75 = 2,6956 M

Tabel 2. Hubungan Konsentrasi Molal dengan Kelarutan


Massa Asam Massa Aquades Konsentrasi T terbentuk Kristal Kelarutan
Komposisi
Borat (gram) (gram) Molal (m) Rata-rata (K) (M)
I 0,2500 3,75 1,1246 315,65 1,0782
II 0,3750 3,75 1,6265 318,15 1,6173
III 0,5000 3,75 2,1703 319,15 2,1564
IV 0,6250 3,75 3,1279 319,65 2,6956
Grafik Hubungan konsentrasi molal dengan kelarutan

3
2.6956
2.5
2.1564
2
Kelarutan (M)

1.6173 S = 0.800Cm+ 0.275


1.5 R² = 0.973
1 1.0782

0.5

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Konsentrsi Molal (m)

Tabel 3. Hubungan Konsentrasi Molal dengan 1/T (K-1)


Massa Asam Massa Aquades Konsentrasi T terbentuk Kristal 1/T
Komposisi
Borat (gram) (gram) Molal (m) Rata-rata (K) (K-1)
I 0,2500 3,75 1,1246 315,65 3,1681.10-3

II 0,3750 3,75 1,6265 318,15 3,1432.10-3

III 0,5000 3,75 2,1703 319,15 3,1333.10-3

IV 0,6250 3,75 3,1279 319,65 3,1284.10-3

Grafik Hubungan Konsentrasi Molal dengan 1/T (K-1)

3.5 3.1279
3
Cm= -42878(1/T) + 136.7
2.5 2.1703 R² = 0.780
Konsentrasi molal (m)

2 1.6265
1.5 1.1246
1

0.5

0
0.0031250.003130.0031350.003140.0031450.003150.0031550.003160.0031650.003170.003175
1/T (K-1)
ln S = y
∆𝐻 1
− = a ,𝑇 =𝑥
𝑅

C=b
y = ax + b
y = -42878x + 136,7
∆𝐻
− = a
𝑅

-∆H = a.R
-∆H = -42878 . 8,3144
= 356504 J/mol = 356,504 kJ/mol

Penentuan Kelarutan dan ∆H Asam Oksalat


Pada suhu 250C = 289.15 K
T1 = 400C + 273.15 = 313.15 K
T2 = 250C + 273.15= 298.15 K
V1N1 = V2N2
2,35 x 1 = 10 x N2
N2 = 0,235 N
0,235
M2 =
2
M2 = 0,1175 M
S =M = 0,1175 M
S 𝑇2 − 𝑇1
∆𝐻 = log| 2 |2,303 R +
S1 𝑇2𝑇1
0,1175 298.15 −313.15
= log | |2,303 x 8,3144 +
0,1175−1 298.15 x313.15
= -log (0,1331) x 2,303 x 8,3144 + (-1.606586 x 10-4)
= 0,8758 x 2,303 x 8,3144 + (-1,606586 x 10-4)
= 16,7679 J/mol
Pada suhu 350C = 308.15 K
T1 = 400C + 273.15 = 313.15 K
T2 = 350C + 273.15= 308.15 K
V1N1 = V2N2
2,4 x 1 = 10 x N2
N2 = 0,24 N
0,24
M2 =
2
M2 = 0,12 M
S = M = 0,12 M
S 𝑇2 − 𝑇1
∆𝐻 = log| 2 |2,303 R +
S1 𝑇2𝑇1
0,12 308.15 −313.15
= log | |2,303 x 8,3144 + 308.15 x313.15
0,12−1
= -log 0,1363 × 2,303 × 8,3144 + (- 5.181498971 x 10 -5)
= 0,8653 × 2,303 × 8,3144 + (- 5.181498971 x 10 -5)
= 16,5688 J/mol
S2 𝑇2−𝑇1
∆𝐻 = log | |2,303 R +
S1 𝑇2𝑇1

0,12 308.15 −289.15


= log | |2,303 x 8,3144 + 308.15 x289.15
0,1175
= log 1,0212 × 2,303 × 8,3144 + (0,0002132398)
= 0,00914 × 2,303 × 8,3144 + (0,0002132398)
= +0,1752 J/mol

Вам также может понравиться