Вы находитесь на странице: 1из 6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil pengamatan berbagai uji laboratorium pada sampel cairan empedu
penderita salmonelosis

No Jenis Uji Hasil Uji Gambar


1 Pewarnaan gram pada Bakteri basil gram negatif
sampel cairan empedu
penderita salmonelosis

2 Uji pada media BA Koloni berbentuk bulat, tepi


rata, cembung, berwarna putih,
mengkilap, tekstur permukaan
halus

3 Uji pada media MCA Koloni berbentuk bulat, tepi


tidak rata, agak cembung,
transparan, mengkilap, tekstur
permukaan kasar, merubah
warna MCA menjadi orange

4 Pewarnaan gram pada Bakteri basil gram negatif


isolat murni agar miring

5 Uji Oksidase
6 Uji TSIA

7 Uji Indol

8 Uji Sitrat

9 Uji Urea

10 Uji Fermentasi
Glukosa

Laktosa

Sukrosa

Maltosa

Manitol

Praktikum kali ini merupakan


pengamatan terhadap gejala-gejala klinis yang muncul akibat keracunan pestisida
pada mencit. Mencit diinjeksi dengan menggunakan baygon dengan dosis bertingkat
mulai dari 0.05 ml secara subkutan. Menurut Siswanto (2003), baygon merupakan salah
satu jenis pestisida dari golongan karbamat, yaitu karbaryl. Golongan karbamat yang lain
meliputi aldicarb, bendiocarb, pyrolan, isolan, dan dimethilan.
Gejala klinis keracunan pestisida berupa defekasi mulai muncul ketika mencit
diinjeksikan baygon pada volume 0.4 mL. Akan tetapi, gejala klinis yang lebih terlihat
jelas muncul ketika mencit diinjeksikan baygon pada volume 1.6 mL. Gejala-gejala yang
teramati diantaranya hipersalivasi, kifosis, urinasi, dan sesak napas. Hal ini sesuai dengan
literatur yang dikatakan Sartono (2002), gejala yang ditimbulkan akibat keracunan
karbamat merupakan sindroma muskarinik yang menyebabkan beberapa gejala yaitu
konstriksi bronkus, hiperekskresi bronkus, edema paru, hipersalivasi, mual, muntah, nyeri
abdomen, hiperhidrosis dan diare.
Pada keracunan pestisida secara oral, pupil mata juga bisa menunjukkan tanda-
tanda midriasis atau miosis. Miosis merupakan gejala keracunan organofosfat atau
karbamat (Djojosumarto 2008). Akan tetapi, gejala miosis tidak dapat terlihat jelas ketika
pengamatan berlangsung. Hal tersebut mungkin disebabkan karena percobaan keracunan
pestisida yang dilakukan bersifat akut, sehingga respon pada pupil mata tidak nampak
nyata (Sartono 2002).
Keluarnya air liur (hipersalivasi) dan keringat berlebihan terjadi akibat reaksi
stimulasi saraf parasimpatetik dan sering tampak pada keracunan organofosfat, karbamat,
serta nikotin sulfat (Djojosumarto 2008). Gejala ini juga terlihat pada mencit yaitu ketika
mencit mulai aktif melakukan grooming rambut-rambut di seluruh tubuhnya ketika
volumr injeksi sebesar 1.6 mL.
Menurut Sartono (2002) pestisida golongan karbamat merupakan racun kontak,
racun perut dan racun pernapasan. Gejala keracunan karbamat hampir sama seperti
keracunan organofosfat, tetapi sifat keracunan karbamat lebih mendadak dan tidak lama
karena efeknya terhadap enzim kolinesterase tidak persisten (reversible).
Mekanisme kerja karbamat yaitu menghambat aktivitas enzim kolinesterase.
Pestisida akan berikatan dengan enzim dalam darah sehingga gagal menghidrolisis
asetilkolin. Akibatnya, asetilkolin akan menumpuk sehingga gagal berfungsi mengatur
kerja saraf.
Karbamat merupakan agen kolinergik yang bekerja sebagai kolinesterase
inhibitor. Kolinesterase merupakan enzim yang bertanggung jawab terhadap metabolisme
asetilkolin pada sinaps setelah neurotransmitter tersebut dilepaskan oleh neuron
presinaptik. Adanya inhibisi kolinesterase akan menyebabkan asetilkolin tertimbun di
sinaps sehingga terjadi stimulasi yang terus-menerus pada reseptor post sinaptik
(Djojosumarto 2008).
Asetilkolin berperan sebagai neurotransmiter pada ganglion simpatis maupun
parasimpatis. Inhibisi kolinesterase pada ganglion parasimpatis akan menghasilkan
peningkatan rangsangan saraf parasimpatis dengan manifestasi klinis miosis, hipersalivasi
dan bradikardi. Asetilkolin juga berperan sebagai neurotransmiter neuron parasimpatis
yang secara langsung menyarafi jantung melalui saraf vagus, kelenjar dan otot polos
bronkus. Reseptor kolinergik pada daerah ini termasuk subtipe muskarinik (Djojosumarto
2008). Inhibisi kolinesterase secara langsung pada organ-organ ini menyebabkan
manifestasi klinis yang dominan parasimpatik pada keracunan karbamat, dimana daerah
tersebut merupakan target utama karbamat.
Atropin sulfat digunakan sebagai antidota untuk kasus keracunan organofosfat
atau karbamat, menangani overdosis agen kolinergik. Atropin adalah antagonis
kompetitif pada reseptor muskarinik asetilkolin postganglionik. Pada dosis rendah atropin
menimbulkan efek inhibitor salivasi dan produksi keringat dan menurunkan jumlah
sekresi bronkus. Pada dosis medium menyebabkan dilatasi pupil dan takikardia.
Sementara pada dosis tinggi atropin dapat menurunkan motilitas saluran gastrointestinal
dan saluran urinaria (Maddison et al. 2008)

SIMPULAN
Pestisida adalah substansi (zat) kimia yang digunakan untuk membunuh atau
mengendalikan berbagai hama. Toksisitas kebanyakan pestisida masih cukup tinggi bagi
manusia dan hewan, oleh sebab itu keracunan oleh pestisida masih cukup sering terjadi.
Insektisida yang paling sering menyebabkan keracunan dibandingkan dengan pestisida
lainnya, terbagi dalam tiga kelompok, yaitu senyawa klor organic (organoklorin),
kelompok senyawa organofosfat dan karbamat, dan kelompok yang ketiga yakni
insektisida alam seperti piretrin.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi.(2011). Dasar-dasar penyakit berbasis lingkungan, Jakarta (ID) :


Rajawali Pers.

Djojosumarto P. 2008. Panduan Lengkap Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta (ID):


Agromedia.

Lu, Frank C.(2010).Toksikologi dasar; asas, organ sasaran, dan penilaian risiko. (ed 2).
Jakarta (ID) : Penerbit Universitas Indonesia.

Maddison JE, Page SW, Church DB. 2008. Small Animal Clinical Pharmacology. New
York (US): Elsevier.

Priyanto. (2009). Toksikologi Mekanisme, Terapi Antidotum dan Penilaian resiko. Depok
(ID) : Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi Indonesia (Leskonfi).

Sartono. 2002. Racun dan Keracunan. Jakarta (ID): Widya Medika.

Siswanto H. 2003. Kamus Populer Kesehatan Lingkungan. Jakarta (ID): EGC.

Wudianto, Runi. (2010). Petunjuk Penggunaan Pestisida Edisi Revisi. Jakarta (ID) :
Penebar Swadaya.

Вам также может понравиться