Вы находитесь на странице: 1из 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan filsafat berpengaruh terhadap perkembangan ilmu (pengetahuan)

dan teknologi bahkan dalam kemajuan dunia pendidikan. Dalam teori psikologi

pendidikan khususnya, filsafat memberikan banyak kontribusi dalam teori

perkembangan. Tokoh-tokoh yang muncul silih berganti dengan memberikan

kontribusi berbagai pandangan dan teori psikologi perkembangan yang

mempengaruhi dunia pendidikan. Diantara mereka tokoh-tokoh yang berpengaruh

antara lain ialah Piaget dan Vygotsky.

Teori dan praktik pendidikan dilandasi dan dilatar belakangi oleh pemikiran para

filsuf. Pada dasarnya teori-teori yang diturunkan dari teori yang ada pada tiga

kategori ilmu yaitu humaniora, ilmu alam, dan ilmu sosial. Sinergi dari berbagai

disiplin ilmu menghasilkan teori atau pendekatan pada berbagai cabang atau disiplin

ilmu (Elaine 2010 dalam Nopriawan, 2017).

Filsafat ilmu dan sains memainkan peran penting dalam ilmu pendidikan sains.

Peran filsafat ilmu memberi pemahaman tentang pikiran para filsuf atau tokoh-tokoh

ilmu pendidikan. Pendidik atau pengajar perlu mengetahui dan memahami pikiran

para filsuf guna membangun dan mengembangkan teori ilmu pendidikan pada

zamannya untuk masa depan. Sebagai pendidik/pengajar kimia yang telah

mempelajari filsafat ilmu memiliki peran untuk membangun konsep sains kimia

KIMIA DAN PENDIDIKAN | 1


untuk mencapai tujuan pendidikan. Peran pendidik/pengajar kimia adalah

mengutamakan pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya dalam hal

pendidikannya baik secara sosial maupun individual, melengkapi siswa dengan

kompetensi dalam bidang sains kimia.

Ilmu Kimia merupakan salah satu ilmu-ilmu eksak yang sudah tidak asing lagi

di telinga masyarakat. Pemanfaatan ilmu kimia itu itu sendiri tidak bisa dilepaskan

dari kehidupan sehari-hari. Setiap harinya, di mana pun itu, kita dapat menemukan

proses kimia berlangsung serta hasil dari proses kimia tersebut. Baik itu manfaat yang

diberikannya baik ataupun tidak bagi kita sendiri ataupun lingkungan serta

masyarakat.

Ilmu kimia itu sendiri terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah

Kimia Organik, Kimia Anorganik, Biokimia, Kimia Fisika, Kimia Nuklir (inti),

Kimia terapan yang mencakup banyak ilmu-ilmu terapan, misalnya Kimia Polimer,

Kimia Bahan Alam, Kimia Medisinal, dan lain-lain.

Persepsi masyarakat tentang kimia kebanyakan lebih terdengar negatif. Hal ini

juga tidak bisa dipungkiri dari adanya andil kimia dalam penyebab beberapa kerugian

yang diderita oleh masyarakat. Misalnya saja limbah dari pabrik yang menimbulkan

gangguan kesehatan, penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya pada makanan,

sampai dengan penggunaan ilmu kimia dalam membuat senjata pembunuh massal

yaitu bom atom. Jika kita lebih bijak, maka semua kerugian itu dapat saja kita hindari

KIMIA DAN PENDIDIKAN | 2


atau tanggulangi. Pada dasarnya ilmu itu ada bukan untuk merugikan manusia tetapi

sebaliknya.

Berdasarkan hal tersebut, diangkatlah tema tentang kimia dan pendidikan yang

mengkaji kimia dan pendidikan dari segi filsafat dalam hal ini dari aspek ontologi,

epistimologi dan aksiologi serta peran filsafat dalam membangun ilmu pendidikan

kimia.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana aspek ontologi dalam kimia dan pendidikan

2. Bagaimana aspek epistemologi dalam kimia dan pendidikan

3. Bagaimana aspek aksiologi dalam kimia dan pendidikan

4. Bagaimana peran filsafat dalam membangun pendidikan kimia

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui aspek ontologi dalam kimia dan pendidikan

2. Mengetahui aspek epistemologi dalam kimia dan pendidikan

3. Mengetahui aspek aksiologi dalam kimia dan pendidikan

4. Mengetahui peran filsafat dalam membangun pendidikan kimia

KIMIA DAN PENDIDIKAN | 3


D. Manfaat

1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang kimia dan pendidikan ditinjau dari

aspek filsafat

2. Memberi informasi bagi masyarakat tentang pemanfaatan ilmu kimia dalam

kehidupan sehari-hari bukan hanya aspek negatif saja

KIMIA DAN PENDIDIKAN | 4


BAB II
PEMBAHASAN

A. Kimia dan Pendidikan dalam Tinjauan Ontologi

Nama ilmu kimia berasal dari bahasa Arab, yaitu al-kimiya yang artinya

perubahan materi, oleh ilmuwan Arab Jabir ibn Hayyan (tahun 700-778). Ini berarti,

ilmu kimia secara singkat dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari rekayasa

materi, yaitu mengubah materi menjadi materi lain. Secara lengkapnya, ilmu kimia

adalah ilmu yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, perubahan serta energi

yang menyertai perubahan suatu zat atau materi. Zat atau materi itu sendiri adalah

segala sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa.

Susunan materi mencakup komponen-komponen pembentuk materi dan

perbandingan tiap komponen tersebut. Struktur materi mencakup struktur partikel-

partikel penyusun suatu materi atau menggambarkan bagaimana atom-atom penyusun

materi tersebut saling berikatan. Sifat materi mencakup sifat fisis (wujud dan

penampilan) dan sifat kimia. Sifat suatu materi dipengaruhi oleh : susunan dan

struktur dari materi tersebut. Perubahan materi meliputi perubahan fisis/fisika

(wujud) dan perubahan kimia (menghasilkan zat baru). Energi yang menyertai

perubahan materi menyangkut banyaknya energi yang menyertai sejumlah materi dan

asal-usul energi itu.

Ini berarti bahwa aspek ontologi dari ilmu kimia adalah:

KIMIA DAN PENDIDIKAN | 5


1. Konsep kimia, yang berarti kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang susunan,

struktur, sifat, perubahan serta energi yang menyertai perubahan suatu materi

2. Objek studi dari ilmu kimia adalah zat atau materi.

Bagian yang terpenting dari ilmu kimia adalah mempelajari reaksi kimia,

perubahan yang terjadi bila senyawa kimia berinteraksi membentuk suatu senyawa

baru yang berbeda. Reaksi kimia merupakan suatu hal yang menakjubkan untuk

diteliti dan merupakan bagian yang menyenangkan dari ilmu kimia untuk

memperhatikan terjadinya reaksi kimia.

Hakekat ilmu kimia adalah benda itu bisa mengalami perubahan bentuk,

maupun susunan partikelnya menjadi bentuk yang lain sehingga terjadi deformasi,

perubahan letak susunan, ini mempengaruhi sifat-sifat yang berbeda dengan wujud

yang semula.

Sedangkan ontologi pendidikan kimia di antaranya adalah jenis pengajaran

kimia dan ilmu kimia yang meliputi materi dan segala perubahan yang menyetainya,

wujudnya dapat berupa sesuatu yang ada, nyata maupun eksis. (Mianmariastephanie,

2018)

B. Kimia dan Pendidikan dalam Tinjauan Epistemologi

Epistimologi ilmu adalah berbicara tentang bagaimana ilmu itu diperoleh dan

dikembangkan. Ilmu kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan

dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan

KIMIA DAN PENDIDIKAN | 6


selanjutnya ilmu kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori

(deduktif).

Ilmu kimia dikembangkan oleh ahli kimia untuk menjawab pertanyaan “apa”

dan “mengapa” tentang sifat materi yang ada di alam. Pengetahuan yang lahir dari

upaya untuk menjawab pertanyaan “apa” merupakan suatu fakta bahwa sifat-sifat

materi yang diamati sama oleh setiap orang akan menghasilkan pengetahuan

deskriptif yang diperoleh dengan merancang percobaan dan melakukan eksperimen.

Sedangkan pengetahuan yang lahir untuk menjawab pertanyaan “mengapa” suatu

materi memiliki sifat tertentu akan menghasilkan pengetahuan yang teoritis.

Pengetahuan ini diperoleh melalui langkah-langkah ilmiah sehingga muncul dan

diciptakannya suatu teori. Teori yang telah ditemukan akan terus dibuktikan oleh

peneliti lain demi memperkuat teori tersebut atau mungkin menyempurnakannya.

Teori yang sudah mendekati sempurna akan diakui.

Pendidikan kimia sendiri tak lepas dari usaha seorang guru untuk

menyampaikan ilmu kimia kepada peserta didik, maka epistemologi pendidikan kimia

berbicara tentang bagaimana mengajarkan fakta-fakta, konsep-konsep atau teori

kepada peseta didik. Banyak ilmu yang dihasilkan melalui metode ilmiah dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan, diantara adalah;

1. Penelitian Tindakan Kelas

2. True Experiment

KIMIA DAN PENDIDIKAN | 7


3. Observasi

4. Quasi Experiment

5. Mixed Method

6. Kualitatif Research

Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa epistemologi pendidikan kimia

adalah ilmu tentang bagaimana memahami dan memecahkan masalah di bidang

pendidikan kimia secara ilmiah, sistematis dan logis. (Mianmariastephanie, 2018)

C. Kimia dan Pendidikan dalam Tinjauan Aksiologi

Aksiologi ilmu membicarakan tentang nilai atau kebermanfaatan suatu ilmu.

Ilmu kimia seperti halnya ilmu-ilmu yang lain mempunyai manfaat apabila dipelajari

oleh siapapun. Manfaat dari mempelajari ilmu kimia meliputi :

1. Pemahaman kita menjadi lebih baik terhadap alam sekitar dan berbagai proses

yang berlangsung di dalamnya.

2. Mempunyai kemampuan untuk mengolah bahan alam menjadi produk yang lebih

berguna bagi manusia.

3. Membantu kita dalam rangka pembentukan sikap.

Secara khusus, ilmu kimia mempunyai peranan sangat penting dalam bidang :

kesehatan, pertanian, peternakan, hukum, biologi, arsitektur dan geologi.

Pada bidang kesehatan contohnya adalah ditemukannya obat-obatan dari proses

kimia yang dapat membantu dalam proses pemulihan terhadap suatu penyakit.

KIMIA DAN PENDIDIKAN | 8


Nilai dan implikasi aksiologi dalam pendidikan ialah pendidikan menguji dan

mengintegrasikan semua nilai (etika dan estetika) di dalam kehidupan manusia dan

membinanya di dalam kepribadian anak.

Pada mata pelajaran kimia, terkait dekatnya kimia dengan kehidupan sehari-

hari maka materi yang dipelajari dalam pelajaran kimia sangat dekat hubungannya

dengan nilai-nilai moral. Sebagai contoh aksiologi pada materi Kimia Karbon.

Salah satu pemanfaatan senyawa karbon adalah penggunaan rhodamin B

sebagai pewarna tekstil dan kertas. Penggunaan rhodamin sebagai pewarna flouresens

dapat membuat bahan tekstil berwarna cerah dan menarik. Namun sayangnya di

berbagai media sering diberitakan penggunaan rhodamin sering ditemukan pada

makanan-makanan. Orang-orang yang tidak bertanggungjawab mengambil sifat

mencerahkan rhodamin dan murahnya harga rhodamin sebagai alasan penggunaan

bahan pewarna yang tidak aman bagi manusia.

Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85 menyatakan

pelarangan penggunaan rhodamin sebagai pewarna makanan karena dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan, beberapa di antaranya; Iritasi saluran

pernapasan, gangguan konsentrasi, Tekanan darah rendah dan gangguan fungsi hati.

Selain Rhodamin banyak lainnya senyawa karbon yang bermanfaat seperti

halnya Boraks (mengandung senyawa aktif asam borat sebagai pengawet) yang

banyak digunakan dalam berbagai bidang, mulai dari industri manufaktur hingga

KIMIA DAN PENDIDIKAN | 9


pertanian, bahan baku deterjen, kosmetik, enamel atau email pada kawat konduktor,

enamel untuk glasur keramik, bahan baku untuk fiber glass, flux untuk metalurgi,

pupuk, bahan tahan api. Dari banyaknya manfaat boraks, sayangnya penggunaan

boraks justru digunakan untuk hal negatif, yaitu pengawet makanan, padahal boraks

berdifat karsionegenik jika dikonsumsi terus menerus secara oral.

(Mianmariastephanie, 2018)

D. Peran Filsafat dalam Membangun Pendidikan Kimia

Teori konstruktivisme Piaget menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang

adalah bentukan (bentukan) orang itu sendiri. Proses pembentukan pengetahuan itu

terjadi apabila seseorang mengubah atau mengembangkan skema yang telah dimiliki

dalam berhadapan dengan tantangan, dengan rangsangan atau persoalan.

Teori Piaget seringkali disebut konstruktivisme personal karena lebih

menekankan pada keaktifan pribadi seseorang dalam mengkonstruksikan

pengetahuannya. Terlebih lagi karena Piaget banyak mengadakan penelitian pada

proses seorang anak dalam belajar dan membangun pengetahuannya.

Vygotsky memberikan beberapa perbedaan yang dibuat terhadap teori

perkembangan kognitif Piaget. Menurut Vygotsky, perkembangan spontan seperti ini

memang penting namun instruksi juga penting. Jika pikiran anak melulu produk dari

penemuan dan pencarian mereka sendiri, maka pikiran mereka tidak akan bisa

berkembang jauh. Dalam realitas, anak didik juga memperoleh manfaat besar dari

pengetahuan dan model-model konseptual yang diturunkan kepada mereka melalui

KIMIA DAN PENDIDIKAN | 10


budaya. Menurut Vygotsky, materi pelajaran yang terlalu sulit bagi anak didik untuk

dipelajari oleh mereka sendiri, justru tempat terbaik dimulainya instruksi. Karena

instruksi yang demikian dapat mendorong perkembangan anak didik, menariknya ke

depan, membantu menguasai materi pelajaran yang tidak bisa mereka pahami dengan

cara mereka sendiri. Awalnya intruksi guru tampak berlebihan, namun instruksi

penting karena dapat mendorong pikiran anak didik maju ke depan.

Pembelajaran kimia dengan menerapkan teori konstruktivistik Piaget

menekankan keaktifan peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuannya.

Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget ada beberapa tahap yang perlu

dikembangkan oleh peserta didik dalam membangun konsep. Sebelum sampai pada

pembelajaran kimia ada kompetensi atau pengetahuan awal peserta didik yang telah

dikonstruksi sebelumnya. Tahap awal yang perlu dikuasai peserta didik adalah

mengenal objek pembelajaran kimia. Objek pembelajaran kimia adalah materi, baik

dalam wujud padat, cair dan gas. Peserta didik perlu mengenal nama-nama materi

yang mereka jumpai sehari-hari. Pengalaman empirik, yaitu pengalaman yang

diperoleh melalui panca indera ditekankan pada tahap ini. Contoh cara membangun

pengetahuan melalui pengalaman empirik, yaitu: Guru menggunakan gula sebagai

objek pembelajaran sains. Peserta didik membangun pengetahuan mereka dengan

mengamati gula tersebut. Misal, warna putih, bentuk kristal padat, rasa manis, larut

dalam air, bila dipanaskan melebur membentuk padatan warna cokelat. Namun

seringkali guru salah kaprah, pembelajaran sains malah belajar sosial yang dibahas

malah manfaatnya. Tahap ini seharusnya telah mereka lalui pada masa sekolah dasar

KIMIA DAN PENDIDIKAN | 11


(SD). Kemampuan untuk mengenali nama-nama materi dan menyebutkan sisfat-sifat

fisikanya.

Setelah mengenal contoh-contoh objek pembelajaran sains, peserta didik perlu

mengenal unsur-unsur kimia yang terdapat di alam melalui pengamatan atau melalui

referensi dan menguasai simbol-simbol atau lambang-lambang unsur kimia. Pada

tahap ini mereka mulai membangun konsep bahwa segala jenis materi tersusun dari

unsur-unsur kimia yaitu atom-atom. Pada contoh gula tersebut mereka akan mulai

mengidentifikasi gula termasuk unsur apa. Melalui referensi mereka akan mulai

membangun konsep bahwa gula merupakan gabungan dari beberapa atom unsur,

disini mereka mengenal senyawa yang merupakan gabungan atom unsur-unsur. Pada

tahap ini peserta didik mulai berpikir kearah formal. Mereka mengetahui simbol atau

lambang kimia untuk gula. Pengetahuan ini telah mereka kuasai di tingkat menengah

pertama (SMP). Mereka mampu memberi simbol untuk unsur-unsur atau

menyebutkan unsur-unsur berdasarkan simbol-simbol atau lambang-lambang unsur.

Pembelajaran kimia di SMA menuju pada tahap mastery, yaitu peserta didik

mampu berpikir formal dengan melakukan analisis, membuat hipotesis, melakukan

abstraksi dari pengamatan dan eksperimen atau pembelajaran yang dilakukan. Pada

pengamatan tentang gula mereka sudah mampu menganalisis bagaimana atom-atom

membentuk senyawa gula. Contoh pembelajaran kimia membuktikan bahwa materi

terdiri dari atom-atom atau unsur-unsur dan senyawa. Misal, melakukan percobaan

Dalton adalah salah satu percobaan yang sederhana. Guru memberikan instruksi

mengenai prosedur pengamatan dan eksperimen. Peserta didik dapat merancang

KIMIA DAN PENDIDIKAN | 12


sendiri percobaan dan melakukan sendiri eksperimennya dengan pengetahuan dan

konsep yang telah mereka kuasai.

Berdasarkan teori Vygotsky, Terdapat dua prinsip penting yang diturunkan dari

teori Vigotsky adalah: (1) mengenai fungsi dan pentingnya bahasa dalam komunikasi

sosial yang dimulai proses pengenalan terhadap tanda (sign) atau simbol sampai

kepada tukar menukar informasi dan pengetahuan, (2) perkembangan zona proksimal,

guru sebagai mediator memiliki peran mendorong dan menjembatani peserta

didik dalam upayanya membangun pengetahuan, pengertian

dan mencapai kompetensi.

Penting untuk membuat model-model pembelajaran konstruktivistik dengan

pendekatan kontekstual, yaitu konsep-konsep pembelajaran yang dibangun dan

dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Konsep-konsep yang diinstruksikan

guru di sekolah, dikonstruksi peserta didik dari pengalaman kehidupan sehari-hari.

Misal pembelajaran kimia menggunakan objek pembelajaran dengan menggunakan

materi atau benda-benda yang telah dikenal peserta didik atau digunakan dalam

kehidupan sehari-hari mereka seperti garam, gula, sabun, dan lain-lain. Metode yang

digunakan guru adalah memberi tugas kepada peserta didik untuk melakukan

pengamatan atau eksperimen yang dibimbing oleh guru. Guru membimbing dan

memberi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sulit dan abstrak untuk mendorong

peserta didik berpikir maju. Jika peserta didik mengalami kesulitan, guru dapat

memberikan bantuan atau langkah awal pemecahan masalah. Dalam interaksi sosial

di kelas, ketika terjadi saling tukar pendapat antar siswa dalam memecahkan suatu

KIMIA DAN PENDIDIKAN | 13


masalah, siswa yang lebih pandai memberi bantuan kepada siswa yang mengalami

kesulitan berupa petunjuk bagaimana cara memecahkan masalah tersebut.

Guru membuat kurikulum bersama-sama dengan peserta didik. Peserta didik

boleh menentukan kurikulum pembelajaran, guru membuat kurikulum sesuai

kebutuhan peserta didik, sesuai perkembangan mereka tahap demi tahap. Setiap

waktu peserta didik mengalami perkembangan dalam mengkonstruksi konsep mereka

sendiri maupun dengan bantuan guru atau rekan mereka.

Evaluasi menekankan pada penyusunan makna secara aktif yang melibatkan

keterampilan terintegrasi, dengan menggunakan masalah dalam konsteks

nyata. Evaluasi yang menggali munculnya berpikir divergent, pemecahan ganda,

bukan hanya satu jawaban benar.

Evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar dengan cara memberikan tugas-

tugas yang menuntut aktivitas belajar yang bermakna serta menerapkan apa yang

dipelajari dalam konteks nyata. Evaluasi menekankan pada keterampilan proses

bukan hanya produk. Peserta didik ditekankan untuk memiliki kompetensi, dalam hal

ini mereka memahami dan mengerti pengetahuan kimia yang mereka dapatkan, bukan

sekedar tahu tetapi tidak mengerti, walaupun pendidikan kimia bukan dalam bentuk

ilmu terapan tetapi siswa perlu memiliki konsep tentang kimia. Evaluasi dengan ujian

nasional bukan cara yang efektif untuk menentukan kelulusan peserta didik. Penilaian

autentik dengan fortofolio, tugas, proyek dan demonstrasi yang cocok digunakan,

maka dalam pembelajaran semua siswa berpotensi untuk lulus sesuai kompetensi atau

kemampuan yang dimiliki (Elaine, 2010). Dalam hal ini ujian nasional hanya

KIMIA DAN PENDIDIKAN | 14


digunakan untuk evaluasi standarisasi pendidikan secara nasional. Peran pemerintah

adalah membina dan memfasilitasi sekolah yang masih dibawah standar nasional.

KIMIA DAN PENDIDIKAN | 15


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Peran filsafat dalam kimia dan pendidikan dapat ditinjau dari aspek ontologi,

epistemologi dan aksiologi. Ontologi pendidikan kimia di antaranya adalah jenis

pengajaran kimia dan ilmu kimia yang meliputi materi dan segala perubahan yang

menyertainya, wujudnya dapat berupa sesuatu yang ada, nyata maupun eksis. Adapun

epistemologi pendidikan kimia berbicara tentang bagaimana mengajarkan fakta-fakta,

konsep-konsep atau teori kepada peseta didik. Sedangkan aksiologi dalam pendidikan

kimia, terkait dengan dekatnya kimia dengan kehidupan sehari-hari maka materi yang

dipelajari dalam pelajaran kimia sangat dekat hubungannya dengan nilai-nilai moral.

Peran filsafat dalam membangun pendidikan kimia didukung oleh tokoh filsuf Piaget

dengan teori konstruktivime dan Vygotsky dengan teori konseptualnya. Dalam

pendidikan kimia penting untuk membuat model-model pembelajaran konstruktivistik

dengan pendekatan kontekstual, yaitu konsep-konsep yang diinstruksikan guru di

sekolah, dikonstruksi peserta didik dari pengalaman kehidupan sehari-hari

B. Saran

Melalui makalah tentang kimia dan pendidikan diharapkan pembelajaran yang

dilakukan oleh pendidik/pengajar kimia dapat menggunakan model pembelajaran

konstruktivisme Piaget dengan pendekatan kontekstual Vygotsky.

KIMIA DAN PENDIDIKAN | 16

Вам также может понравиться