Вы находитесь на странице: 1из 7

OSMOREGULASI HEWAN DARAT

Osmoregulasi adalah proses untuk menjaga keseimbangan antara jumah air dan zat terlarut
yang ada dalam tubuh. Keseimbangan jumlah air dan zat terlarut harus terjaga agar selalu
memberikan tekanan osmotic dengan besaran tertentu, yang memungkinkan terjadinya aliran
air/zat terlarut menuju ke arah tertentu yang sesuai harapan.

Perubahan tekanan osmotic dapat menyebabkan perubahan arah aliran air/zat terlarut, yang
berdampak tidak baik terhadap fungsi maupun struktur sel. Berdasarkan kemampuannya
menjaga tekanan osmotic tubuh, dikenal adanya hewan osmoregulasi dan osmokonformer.

Hewan melakukan osmoregulasi dengan banyak cara, tergantung pada jenis lingkungan
hidup dan jenis alat tubuh yang dimilikinya. Lingkungan hidup yang berbeda memberikan
ancaman yang berbeda pula kepada tubuh hewan, dan tentu saja hewan akan merespon dengan
caranya masing-masing.

Vertebrata yang berhasil berkembang di lingkungan darat terutama dari kelas reptile,
burung dan mamalia. Amfibi tidak dapat dikatakan sebagai hewan darat sejati, karena masih
sangat tergantung pada lingkungan yang lembap. Vertebrata darat umumnya memperoleh air dari
air minum dan makanan. Untuk menghemat air, vertebrata melakukan berbagai cara yang cukup
bervariasi.

Keuntungan bagi hewan yang hidup di lingkungan darat adalah mudah memperoleh
oksigen sedangkan kerugiaanya adalah sulitnya menjaga keseimbangan air dan ion sehingga
mudah terancam dehidrasi. Kehilangan air dari tubuh pada hewan darat dapat terjadi melaui
penguapan, dimana penguapan tersebut dipengaruhi oleh kandungan uap air di atmosfer, tekanan
barometrik, gerakan udara, luas permukaan penguapan, dan suhu. Vertebrata yang berhasil
berkembang di lingkungan darat memperoleh air dari air minum dan makanan. Untuk
menghemat air vertebrata melakukan berbagai cara yang cukup bervariasi, misalnya memiliki
kulit yang kering dan bersisik, menghasilkan feses kering, menghasilkan asam urat, dan
mereabsorbsi urin encer yang di kandung kemih. Pengaturan keseimbangan air berkaitan erat
dengan proses mempertahankan suhu tubuh. Pada hewan mamalia perolehan air berasal dari
minuman, makanan, dan air metabolik serta dari lingkungan yang berupa uap air sedangkan
kehilangan air dapat terjadi melalui keringat.
Hewan dari kelas reptile, meliputi ular, buaya, kadal dan kura-kura, memiliki kulit yang
kering dan bersisik. Keadaan kulit yang kering dan bersisik tersebut diyakini merupakan cara
beradaptasi yang baik terhadap kehidupan darat yakni agar tidak kehilangan banyak air. Untuk
lebih menghemat air, hewan tersebut menghasilkan zat sisa bernitrogen dalam bentuk asam urat,
yang pengeluarannya hanya membutuhkan sedikit air. Selain itu, reptile juga melakukan
penghematan air dengan menghasilkan feses yang kering. Bahkan, kadal dan kura-kura pada saat
mengalami dehidrasi mampu memanfaatkan urin encer yang dihasilkan dan disimpan di kandung
kemihnya dengan cara mereabsorbsinya.

Adaptasi untuk mempertahankan keseimbangan air juga dilakukan oleh burung. Pada
burung, keseimbangan air ternyata berkaitan erat dengan proses mempertahankan suhu tubuh
(lihat termoregulasi). Burung yang hidup di daerah pantai dan memperoleh makanan dari laut
(burung laut) menghadapi masalah berupa pemasukan garam yang berlebihan. Hal ini berarti
bahwa burung tersebut harus berusaha mengeluarkan kelebihan garam dari tubuhnya. Burung
mengeluarkan kelebihan garam tersebut melalui kelenjar garam, yang terdapat pada cekungan
dangkal di kepala bagian atas, di sebelah atas tiap matanya, di dekat hidung. Apabila burung laut
menghadapi kelebihan garam di dalam tubuhnya, hewan itu akan menyekresikan cairan pekat
yang banyak mengandung NaCl. Kelenjar garam ini hanya aktif pada saat tubuh burung
dijenuhkan oleh garam. Kelenjar serupa juga ditemukan pada reptile.

Pada mamalia, kehilangan air dan garam dapat terjadi lewat keringat. Sementara cara
mereka memperoleh air sama seperti vertebrata lainnya, yaitu dari air minum dan makanan.
Akan tetapi, untuk mamalia yang hidup di padang pasir, memperoleh air dengan cara minum
merupakan hal yang mustahil. Sebagai contoh, tikus kanguru (Dipodomys spectobilis) tidak
minum air, tetapi dapat bertahan dengan menggunakan air metabolic yang dihasilkan dari
oksidasi glukosa.

Osmoregulasi Hewan Invertebrata

Secara umum, organ osmoregulasi invertebrata memakai mekanisme filtrasi, reabsorbsi, dan
sekresi yang prinsipnya sama dengan kerja ginjal pada vertebrata yang memproduksi urin yang
lebih encer dari cairan tubuhnya.

1) Osmoregulasi pada serangga

Kehilangan air pada serangga terutama terjadi melalui proses penguapan. Hal ini dikarenakan
serangga memiliki ratio luas permukaan tubuh dengan masa tubuhnya sebesar 50 kali,
bandingkan dengan mamalia yang mempunyai ratio luas permukaan tubuh terhadap masa
tubuhnya yang hanya ½ kali. Jalan utama kehilangan air pada serangga adalah melalui
spirakulum untuk mengurangi kehilangan air dari tubuhnya maka kebanyakan serangga akan
menutup spirakelnya pada saat diantara dua gerakan pernapasannya. Cara mengatasi yang lain
adalah dengan meningkatkan impermeabilitas kulitnya, yaitu dengan memiliki kutikula yang
berlilin yang sangat impermeable terhadap air, sehingga serangga sedikit sekali kehilangan air
melalui kulitnya. Sebagai organ ekskretori serangga memiliki badan Malphigi yang bersama-
sama dengan saluran pencernaan bagian belakang membentuk sistem ekskretori osmoregulatori.

2) Osmoregulasi pada Annelida

Cacing tanah seperti Lumbricus terestris merupakan regulator hiperosmotik yang efektif. Hewan
ini secara aktif mengabsorbsi ion-ion. Urine yang diproduksinya encer, yang secara esensial
bersifat hipoosmotik mendekati isoosmotik terhadap darahnya. Diduga konsentrasi urinnya
disesuaikan menurut kebutuhan keseimbangan air tubuhnya. Homeostasis regulasi juga
dilakukan dengan pendekatan prilaku yaitu aktif dimalam hari dan menggali tanah lebih dalam
bila permukaan tanah kering.

3) Osmoregulasi pada Molusca


Pada tubuh keong/siput memiliki permukaan tubuh berdaging yang sangat permeable terhadap
air. bila dikeluarkan dari cangkangnya, maka air akan hilang secepar penguapan air pada seluas
permukaan tubuhnya. Semua keoang atau siput bernapas terutama dengan paru-paru yang
terbentuk dari mantel tubuhnya dan terbuka keluar melalui lubang kecil. Toleransi terhadap air
sangat tinggi. Tekanan osmotik cairan internal bervariasi secara luas tergantung kandungan air
lingkungannya. Untuk menghindari kehilangan air yang berlebih, keong atau siput lebih aktif
dimalam hari dan bila kondisi bertambah kering , keoang akan berlindung dengan
membenamkan diri kedalam tanah serta menutup cangkangnya dengan semacam operculum
yang berasal dari lendir yang dikeluarkannya. Banyak keong darat yang secara rutin
mengeluarkan suatu zat yang mengandung nitrogen dalam bentuk asam urat yang sulit larut
dalam air, yang terbukti bahwa ternyata zat ini meningkat pada beberapa spesies dalam masa
kesulitan mendapatkan air. Selama masa estivasi (tidur musim panas) asam urat ini disimpan
dalam ginjal dengan maksud mengurangi kehilangan air untuk menekskresikan nitrogen tersebut.
Banyak spesies keong yang menyimpan air didalam rongga mantelnya yang rupanya digunakan
pada liungkungan kering.

Osmoregulasi pada Serangga

Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh hewan darat termasuk invertebrate darat adalah
kehilangan air dari dalam tubuhnya. Untuk mengatasi masalah ini, hewan meningkatkan
impermeabilitas kulitnya. Kulit kebanyakan hewan darat relative impermeable terhadap air dan
sedikit sekali air hilang melalui kulit. Serangga misalnya, sehingga serangga sedikit sekali
kehilangan air melalui kulitnya. Lilin disimpan pada permukaan eksoskeleton melalui saluran
kecil menembus kutikulanya.

Kehilangan air pada serangga terutama melalui penguapan, sebab serangga memiliki luas
permukaan tubuh 50 kali lebih besar daripada volume tubuhnya (mamalia hanya ½ volume
tubuhnya). Jalan penting kehilangan uap air pada serangga menutup spirakelnya antara dua
gerakan pernapasannya. Spesies yang tidak menutup spirakelnya akan kehilangan air lebih cepat.
Pada beberapa kumbang gurun kehilangan air lewat pernapasan jauh lebih sedikit daripada
kehilangan lewat kulitnya.

Mempertahankan Keseimbangan Osmotik di Darat


Ancaman kekeringan barangkali merupakan permasalahan paling penting yang dihadapi
sebagian besar bentuk kehidupan darat, baik tumbuhan maupun hewan. Manusia, misalnya akan
mati jika kehilangan sekitar 12 % air tubuhnya. Keseriusan permasalahan ini merupakan salah
satu alasan mengapa hanya dua kelompok hewan yaitu artropoda dan vertebrata, yang dapat
hidup di daratan dengan keberhasilan yang besar (meskipun filum lain mempunyai prwakilan di
darat sebagian besar spesiesnya adalah akuatik).

Adaptasi evolusioner yang menghemat air adalah kunci kelangsungan hidup di darat. Bahkan
kutikula berlilin turut menyumbangkan atas keberhasilan tumbuhan hidup di darat, sedangkan
sebagian besar hewan terrestrial mempunyai penutup tubuh yang membantu mencegah dehidrasi.
Contohnya adalah lapisan berlilin eksoskeleteon pada serangga, cangkang keong darat dan
banyak lapis sel-sel kulit mati dan berkeratin yang menutupi sebagia besar vertebrata darat.
Banyak hewan terrestrial khususnya di gurun adalah nocturnal yang merupakan suatu adaptasi
yang mengambil keuntungan dari kelembapan relative udara malam yang lebih tinggi, sehingga
mengurangi kebutuhan untuk mendingankan tubuh melalui evaporasi.

Meskipun, ada adaptasi tersebut, banyak hewan terrestrial kehilangan banyak air, banyak di
antaranya dari permukaan lembap pada organ pertukaran gasnya dan dalam bentuk urin.
Sebagian besar hewan darat memulihkan persediaan airnya dengan meminum air dan memakan
makanan basah. Akan tetapi, beberapa jenis hewan itu begitu teradaptasi untuk sangat
meminimalkan kehilangan air sehingga dapat bertahan hidup di gurun tanpa minum. Sebagai
contoh, di antara mamalia, tikus kanguru kehilangan sangat sedikit air sehingga dapat
mendapatkan kembali 90 % air yang hilang itu melalui air metabolismenya (Gambar 44.13)
Meskipun permasalahan keseimbangan air di darat atau dalam air garam atau air tawar sangat
berbeda, penyelesaian terhadap permasaahan itu mempunyai tema yang sama : pengaturan
pergerakan zat terlarut (dan dengan demikian pergerakan air, yang mengikuti zat terlarut dengan
cara osmosis) antara cairan internal hewan dengan lingkungan eksternalnya.

Вам также может понравиться