Вы находитесь на странице: 1из 3

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

(Tugas 7, 27 Oktober 2016)

Menurut Suryani (2013:1), istilah komunikasi berasal dari bahasa inggris,


communication. Communication sendiri berasal dari bahasa latin,
“communicatio” yang pemberitahuan atau pertukaran ide, maksudnya adalah
pihak pembicara yang melontarkan pernyataan atau oertanyaan mengharapkan
pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya.

Menurut Effendy (dalam Suryani, 2013:2-3), komunikasi terdiri atas lima


komponen yaitu :

1. Komunikator

Komunikator adalah orang yang memprakasi adanya komunikasi. Prakarsa timbul


karena jabataban, tugas, wewenang, tanggung jawab, ataupun adanya suatu
keinginan atau perasaan yang ingin disampaikan.

2. Komunikan

Komunikan adalah orang yang menjadi objek komunikasi, yakni pihak yang
menerima berita atau pesan dari komunikator.

3. Pesan

Pesan adalah segala sesuatu yang di sampaikan dalam komunikasi. Pesan dapat
berupa ide, pendapat, pikiran, msupun saran

4. Media

Media adalah segala sarana yang dipergunakan oleh komunikator nuntuk


menyampaikan pesan.

5. Efek

Efek, akibat, atau dampak adalah hasil dari suatu komunikasi.


Menurut Suryani (2013:11), komunikasi yang dilakukan perawat terhadap
klien di rumah sakit sangat memengaruhi kesembuhan mereka. Kesalahan dalam
menyampaikan suatu informasi dapat menghambat proses penyembuhan klien,
bahkan dapat memperburuk kondisi penyakitnya. Misalnya, klien yang
mengalami penyakit terminal seperti kanker stadium lanjut, dapat merasa depresi,
putus asa, dan mengalami stress secara spiritual jika perawat menginformasikan
penyakitnya secara tidak tepat. Klien mungkin menjadi tidak mau makan dan
menolak berbagai macam terapi atau pemeriksaan.

Menurut konsorsium ilmu kesehatan (dalam Suryani, 2013:12), seorang


perawat mempunyai peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidikan,
advokat, coordinator, kolaborator, dan peneliti bagi klien. Dalam menjalankan
perannya sebagai coordinator dan kolaborator, perawat dituntut memiliki
kemampuan berkomunikasi secara efektif. Kesalahan dalam berkomunikasi dapat
menimbulkan salah persepsi yang akan terdampak pada kesalahan dalam
intervensi terhadap klien. Teknik klarifikasi sangat penting dilakukan oleh
perawat untuk menghindari kesalahan persepsi. Sebagai contoh, perawat perlu
mengklarifikasi tentang dosis obat dan intervensi yang dituliskan dokter pada
catatan medis klien, untuk memastikan bahwa hal-hal yang ditulis sudah benar.

Menurut suryani (2013:13), salah satu indikasi kepuasan komsumen


terhadap pelayanan rumah sakit adalah kepuasan terhadap berkomunikasi yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan, khususnya perawat. Seorang perawat
professional dituntut untuk menampilkan kemampuan berkomunikasi yang baik
terhadap klien dan keluarga. Pertanyaan standar seperti, “Ada yang bisa bantu?”
atau “Bagaimana tidurnya semalam pak?” dengan sikap yang ramah dan tidak
berbasa-basi dapat membantu klien dalam proses penyembuhan, serta
meningkatkan kepuasannya terhadap pelayanan keperawatan.
Sumber Rujukan :

Suryani. 2013. Komunikasi Terapeutik. Jakarta: Kedokteran EGC

Ditulis : M. Fachri (Tingkat 1 A)

Вам также может понравиться