Вы находитесь на странице: 1из 9

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan selama kurun waktu 1 bulan, yaitu pada

bulan september 2018 di Puskesmas Rawat inap Ketapang. Subyek penelitian

dilakukan secara total sampling yaitu dengan mendata seluruh balita stunting yang

telah terdata di PPBGM Puskesmas Rawat Inap Ketapang sesuai dengan kriteria

inklusi dan eksklusi.

Sebagai awal dari proses penelitian ini, dilakukan analisa terhadap

karkteristik koresponden yang dikelompokan berdasarkan

Tabel 4.1 Gambaran distribusi saluran pembuangan air limbah dirumah

Variabel Kategori n %
Saluran Baik 53 84%
pembuangan air Tidak baik 10 16%
limbah

gambaran distribusi air limbah dirumah

tidak baik; 15.87%

baik;
84.13%

Dari tabel 4.1 didapatkan saluran pembuangan air limbah di rumah dengan

kategori baik sejumlah 53 responden (84%) dan yang tidak baik sejumlah 10
responden (16%). Pada data tersebut masih terdapat anak yang stunting dengan

keadaan saluran pembuangan air limbah dirumah yang tidak baik.

Tabel 4.2 Gambaran distribusi jamban keluarga di rumah

Variabel Kategori N %
Jamban keluarga memiliki jamban 39 61%
dirumah tidak memiliki jamban 24 39%

gambaran distribusi jamban di rumah

tidak memiliki jamban; 38.10%


memiliki jamban; 61.90%

Dari tabel 4.2 didapatkan data kategori yang memiliki jamban keluarga

dirumah sejumlah 39 responden (61%) dan yang tidak memilik jamban sejumlah

24 responden (39%). Pada data tersebut masih terdapat anak yang stunting dengan

keadaan tidak memiliki jamban keluarga di rumah.

Tabel 4.3 Gambaran distribusi tempat pembuangan sampah


Variabel Kategori n %
Tempat Memiliki 57 90%
pembuangan Tidak memiliki 6 10%
sampah

tidak bersih; 9.52%

bersih; 90.48%

Dari tabel 4.3 didapatkan data kategori yang memiliki tempat pembuangan

sampah dirumah sejumlah 57 responden (90%) dan yang tidak memiliki tempat

sampah dirumah sejumlah 6 responden (10%). Pada data tersebut masih terdapat

anak yang stunting dengan keadaan tidak memiliki tempat pembuangan sampah

dirumah.

Tabel 4.4 Gambaran distribusi air bersih untuk memasak

Variabel Kategori N %
Air bersih untuk Bersih 60 95%
memasak Tidak bersih 3 5%
gambaran distribusi air bersih untuk memasak
tidak bersih;
5.06%

bersih; 94.94%

Dari tabel 4.4 didapatkan data kategori yang memiliki air bersih untuk memasak

sebesar 60 responden (95%) sedangkan yang tidak memiliki air bersih untuk

memasak sebesar 3 responden (5%). Pada data tersebut masih terdapat anak yang

stunting dengan keadaan tidak memiliki air bersih untuk memasak meskipun

sedikit.

Tabel 4.5 Gambaran distribusi ventilasi yang baik dirumah

Variabel Kategori n %
Ventilasi yang Baik 52 83%
baik dirumah Tidak Baik 11 17%

gambaran distribusi ventilasi yang baik di rumah

tidak baik;
17.46%

baik; 82.54%
Dari tabel 4.5 didapatkan data kategori yang memiliki ventilasi yang baik

dirumah sebesar 52 responden (83%) sedangkan yang tidak memiliki ventilasi

yang baik dirumah sebesar 11 responden (17%). Pada data tersebut masih terdapat

anak yang stunting dengan keadaan tidak memiliki ventilasi yang baik dirumah.

Berdasarkan hasil penelitian dari data tabel-tabel diatas bahwa terdapat

beberapa anak yang stunting dengan keadaan saluran pembuangan air limbah

yang tidak baik, tidak memiliki fasilitas jamban dirumah, tidak memiliki tempat

pembuangan sampah dirumah, dan tidak tersedianya air bersih untuk memasak

serta ventilasi rumah yang tidak cukup baik. Maka dapat dikatakan bahwa ibu

yang memperhatikan kondisi sanitasi lingkungan yang baik didalam rumah dan

dilingkungan sekitar anak akan berdampak positif kepada keadaan status gizi

anak, hal ini menandakan perlunya seorang ibu untuk memperhatikan kondisi

lingkungan anak sehingga anak bisa mengeksplorasi diri dengan aman karena

lingkungan yang nyaman bersih serta sehat diantaranya Seperti membuang

sampah pada tempatnya , membersihkan penampungan air, menggunakan air

bersih untuk memasak dan menyediakan jamban didalam rumah dan lain

sebagainya. Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan

tercapai atau tidaknya potensi bawaanyang baik sedangkan yang tidak akan

menghambatnya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Aditianti (2010) yang

meneliti faktor determinan stunting diindonesia dengan hasil penelitian bahwa

sanitasi lingkungan adalah faktor yang berpengaruh signifikan terhadap kejadian

stunting pada anak balita diindonesia. Supariasa dkk dalam bukunya menuliskan
bahwa keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya

berbagai jenis penyakit antara lain diare, kecacingan, dan infeksi saluran

pencernaan. Apabila anak menderita infeksi saluran pencernaan, penyerapan zat-

zat gizi akan terganggu yang menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi.

Seseorang kekurangan zat gizi akan mudah terserang penyakit, dan pertumbuhan

akan terganggu. Dalam sebuah jurnal juga disebutkan bahwa hygiene dan sanitasi

yang buruk menyebabkan gangguan inflamasi usus kecil yang mengurangi

penyerapan zat gizi dan meningkatkan permeabilitas usus yang disebut juga

environmental Enteropathy (EE) dimana terjadi pengalihan energi, yang

seharusnya digunakan untuk pertumbuhan tetapi akhirnya digunakan untuk

melawan infeksi dalam tubuh.

Menurut Gibney dkk, ketersedian air yang aman, penyiapan makanan yang

bersih, dan pembuangan limbah yang tepat merupakan unsur-unsur esensial dalam

mencegah tubuh yang pendek ataupun gizi kurang yang kronis, kendati mobilisasi

semua ini tidak mungkin terlaksana dalam kondisi kemiskinan yang ekstern.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan yang telah diuraikan

sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan anak yang mengalami stunting

lebih besar memiliki saluran pembuangan air limbah di rumah dengan

kategori baik sejumlah 53 responden (84%) dan yang tidak baik sejumlah

10 responden (16%).
2. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan anak yang mengalami

stunting lebih besar memiliki fasilitas jamban keluarga dirumah sejumlah

39 responden (61%) dan yang tidak memilik jamban sejumlah 24

responden (39%).
3. Berdasrkan hasil penelitian ini didapatkan anak yang mengalami stunting

lebih besar yang memiliki tempat pembuangan sampah dirumah sejumlah

57 responden (90%) dan yang tidak memiliki tempat sampah dirumah

sejumlah 6 responden (10%).


4. Berdasrkan hasil penelitian ini didapatkan anak yang mengalami stunting

lebih besar memiliki air bersih untuk memasak sebesar 60 responden

(95%) sedangkan yang tidak memiliki air bersih untuk memasak sebesar 3

responden (5%).
5. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan anak yang mengalami stunting

lebih besar yang memiliki ventilasi yang baik dirumah sebesar 52

responden (83%) sedangkan yang tidak memiliki ventilasi yang baik

dirumah sebesar 11 responden (17%).


5.2 Saran

Hal yang dapat disarankan adalah adanya pemantauan terkait

riwayat penyakit infeksi pada balita di posyandu setempat dan diadakan

penyuluhan terkait dengan sanitasi lingkungan yang baik karena sanitasi

lingkungan yang baik dapat berdampak baik bagi kesehatan dan status gizi

yang baik pada balita.

DAFTAR PUSTAKA

1. Aditianti . Faktor Detreminan “Stunting” Pada Anak Usia 24-59 Bulan di

Indonesia. Program Pascasarjana : Institut Pertanian Bogor, 2010.


2. Anisa, Faramita. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting

Pada Balita 25-60 Bulan Di Kelurahan Kalibiru Depok Tahun 2012. Skripsi

S-1 Program Studi Gizi Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia Depok, 2012.


3. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT

Rineka Cipta , 2012.


4. RISKESDAS. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2010.

Departemen Kesehatan RI, 2011.


5. RISKESDAS. Laporan Hasil Kesehatan Dasr Indonesia Tahun 2013.

Departemen Kesehatan RI, 2014.


6. Hadju, Veni dkk. Hubungan Pola Asuh Dengan Kejadian Stunting Anak Usia

6-23 Bulan Di wilayah Pesisir Kecamatan Tallo Kota Makassar. Makassar :

Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar

dan Jurusan Gizi politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar, 2013.


7. Supariasa, dkk. Penelitian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran,

2012.

Вам также может понравиться