Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
12
13
3.2 Etiologi
1. Keturunan
Dapat dipastikan bahwa ada factor keturunan yang juga menentkan
timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang
keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan terutama anak-anak kembar satu
telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9 – 1,8 %, bagi saudara kandung
7-15%, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 7-16%,
bila kedua orang tua menderita skizofrenia 40-68%, bagi kembar dua telur
(heterozigot) 2-15%, bagi kembar satu telur (homozigot) 61-86%.
no. 4, 8, 15 dan 22. Baru-baru ini, mutasi gen dystrobrevin (DTNBP1) dan
neuregulin 1 telah ditemukan terkait dengan fitur negatif skizofrenia.
2. Faktor Neurologis
Ditemukan bahwa korteks prefrotal dan korteks limbik pada klien
skizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien
skizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
Neurotransmiter yang ditemukan tidak normal khususnya dopamine, serotonine,
dan glutamate.
3. Factor Neurotransmiter
4. Faktor Imunology
Beberapa kelainan imunologi telah dikaitkan dengan pasien yang
menderita skizofrenia. Kelainan ini termasuk penurunan T-sel yang memproduksi
interleukin-2, penurunan daya tanggal limfosit perifer, reaktivitas antibody seluler
dan humoral yang abnormal. Hal ini dapat mewakili berbagai efek dari virus
neurotoksik atau gangguan autoimun endogen.
5. Faktor Endokrin
Perbedaan neuroendokrin pada pasien skizofrenia dengan seseorang yang
tidak menderita skizofrenia adalah hasil uji deksametason dimana terdapat
penekanan deksametason yang abnormal pada skizofrennia. Penurunan
konsentrasi hormone LH/FSH mungkin akan sejalan dengan usia dan lamanya
penyakit.
6. Faktor Psikososial
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia
antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu pencemas, terlalu melindungi, dingin
dan tidak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
15
3.3 Epidemiologi
3.4 Patofisiologi
b. Tahap Condeming
Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin meninggi selanjutnya klien
merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut
mendengarkan apa-apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri (
with drawl ).
c. Tahap Controling
16
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul tetapi
suara tersebut terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah
berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien merasa sangat
kesepian atau sedih.
d. Tahap Conquering
Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti
perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.
2. Waham2
Kelompok ini ditandai secara khas oleh berkembangnya waham yg umumnya
menetap dan kadang-kadang bertahan seumur hidup. Waham dapat berupa waham
kejaran, hipokondrik, kebesaran, cemburu, tubuhnya dibentuk secara
abnormal,merasa dirinya bau dan homoseks. Tidak dijumpai Gangguan lain,
hanya depresi bisa terjadi secara intermitten. Onset biasanya pada usia
pertengahan, tetapi kadang-kadang yg berkaitan dgn bentuk tubuh yang salah
dijumpai pada usia muda. Isi waham dan waktu timbulnya sering dihubungkan
dengan situasi kehidupan individu, misalnya waham kejaran pada kelompok
minoritas. Terlepas dari perbuatan dan sikapnya yang berhubungan dengan
wahamnya, afek dan pembicaraan dan perilaku orang tersebut adalah
normal.Waham ini minimal telah menetap selama 3 bulan.
Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala non spesifik yang
lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik
menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial,
fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan perubahan
ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka
17
akan mengatakan “orang ini tidak seperti yang dulu”. Semakin lama fase
prodromal semakin buruk prognosisnya.
Pada fase aktif gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku
katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua
individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala
gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus
bertahan.
Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama
dengan fase prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya sudah berkurang.
Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, penderita skizofrenia
juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan,
mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi,
hubungan sosial).
Pada Skizofrenia Hebefrenik kita dapat melihat tanda dan gejala yang
khas, antara lain;
3.6 Diagnosis
Pedoman diagnostik berdasarkan PPDGJ III2
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. -Thought echo
Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya
(tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda, atau
-Thought insertion or withdrawal
Isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau
isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal)
dan
-Thought broadcasting
Isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umumnya
mengetahuinya.
b. -Delusion of control
Waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatukekuatan tertentu dari luar
- Delusion of influence
Waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar
- Delusion of passivity
Waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan
dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan khusus).
- Delusion perception
Pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi
dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.
c. Halusional Auditorik ;
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak
relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor
h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons
emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi
harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neureptika.
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.
3.7 Tatalaksana
a. Antipsikotik Tipikal
a. Phenothiazine
Rantai Aliphatic :
- Chlorpromazine
- Levomepromazine
Rantai Piperazine
- Perphenazine
- Trifluoperazine
- Fluphenazine
Rantai Piperidine
- Thioridazine
b. Butyrophenone
- Haloperidol
c. Diphenyl-butylpiperidine
- Pimozide
b. Antipsikotik Atipikal
a. Benzamide
- Sulpride (dogmatil)
b. Dibenzodiazepine
- Clozapine(clozaril)
- Olanzapine (zyprexa)
24
- Quetiapine (Seroquel)
c. Benzisoxazole
- Risperidone (risperdal)
Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat
penting untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat.
Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan
oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis
menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang
efek sampingnya lebih rendah. Apabila penderita berhenti minum obat karena
alasan lain, dokter dapat mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long
acting, diberikan tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel
dalam penerapannya. Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah
mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk
menggantinya dengan obat obatan yang lain, misalnya antipsikotik konvensonal
dapat diganti dengan newer atipycal antipsycotic atau newer atipycal antipsycotic
diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan
yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan diatas gagal.
Injeksi 25 mg/ml
Injeksi 5 mg/ml
2. Terapi Psikososial3
a. Terapi perilaku
b. Terapi berorientasi-keluarga
terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan
tentang sifat skizofreniadan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.
Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa
menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa
terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian
terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa
terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.
c. Terapi kelompok
d. Psikoterapi individual
Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien
tentang skizofrenia. Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan
membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah
sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas
pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki
orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup,
pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk
mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat
perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam
memperbaiki kualitas hidup.
3.8 Prognosis
Riwayat trauma
perinatal,tidak ada remisi
dalam 3 tahun,banyak
relaps